Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN INDIVIDU

KEPERAWATAN KELUARGA

Asuhan Keperawatan pada Keluarga Bapak S RT 01 Kelurahan

Bagan Besar Kecamatan Bukit Kapur

Dosen Pembimbing: Ns. Herlina, M.Kep, Sp. Kep.Kom

Oleh:

Riche Francisca, S.Kep

NIM: 1611438280

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2017
LAPORAN PENGKAJIAN KELUARGA
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KELUARGA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU

I. PENGKAJIAN
A. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Bapak S
2. Umur : 42 Tahun
3. Alamat : Jl. Budi Indah RT 01 Kelurahan Bagan Besar
Kecamatan Bukit Kapur Dumai
4. Nomor Telepon : 0813749081**
5. Komposisi keluarga :
No Nama Jenis Kelamin Hubungan Umur Pendidikan
dengan KK
1. Ny. E Perempuan Istri 39 tahun Tamat SMP
2. An. D Perempuan Anak 18 tahun Tamat SMA
3. An. D Perempuan Anak 15 tahun SMP
4. An. S Perempuan Anak 10 tahun SD
5. An. R Laki-laki Anak 5 bulan Belum sekolah

Genogram:
Ibu E (39 Thn)
Congestive Heart Failure

An. R (5 bln)
ISPA
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Anggota keluarga yang teridentifikasi
: Tinggal serumah

Penjelasan genogram:
Bapak S merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara. Bapak S tinggal
bersama istrinya Ibu E merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dan tiga orang
anaknya yaitu An. De, An. Di dan An. R. Ibu E mengalami penyakit Congestive Heart
Failure dan An. R mengalami ISPA.

6. Tipe Keluarga
Berdasarkan kondisi keluarga Bapak S, maka keluarga Bapak S
termasuk dalam tipe keluarga inti (nuclear family). Dimana dalam satu
keluarga terdiri dari kepala keluarga, istri dan tiga orang anak. Tipe keluarga
saat ini tidak menjadi masalah bagi anggota keluarga bahkan keluarga merasa
senang.

7. Suku
Suku bangsa Bapak S dan Ibu E adalah minang, Bapak S berasal dari
Padang sedangkan ibu E berasal dari Padang Panjang. Menurut ibu E bahasa
sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Minang.
Untuk penggunaan jasa pelayanan kesehatan keluarga, keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan praktik dokter dan rumah sakit. Ibu E
mengatakan didalam keluarganya tidak ada terlibat dalam praktik kesehatan
tradisional dan keluarga mengatakan tidak memiliki kepercayaan tradisional
khusus pada bidang kesehatan di dalam sukunya.

8. Agama
Semua anggota keluarga bapak S beragama Islam. Bapak S sejak
berumur tujuh tahun tidak pernah lagi sholat. Sedangkan Ibu E, An. De dan
An. Di selalu melaksanakan sholat lima waktu. Ibu E aktif dalam kegiatan
wirid yang diadakan satu kali sebulan di lingkungan rumahnya. Ibu E selalu
mendengarkan ceramah agama di televisi agar menjadi manusia yang lebih
baik dan menambah pemahaman tentang agama.

9. Status Sosial Ekonomi


Keluarga Bapak S tinggal di pemukiman yang jarang penduduknya.
Keluarga Bapak S tidak pernah mengalami masalah dengan tetangganya dan
memiliki sosialisasi yang baik dengan tetangga. Keluarga Bapak S
merupakan keluarga yang sederhana. Bapak S bekerja sebagai supir dan Ibu E
merupakan ibu rumah tangga. Ibu E mengatakan penghasilan ini cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penghasilan keluarga > Rp 2.200.000
perbulan. Dimana setiap bulannya, keluarga mengeluarkan biaya untuk
keperluan hidup sehari-hari, biaya sekolah anaknya dan untuk membayar
sewa rumah.

10. Aktivitas Rekreasi


Ibu E mengatakan bahwa aktivitas rekreasi yang sering dilakukan
adalah berkumpul bersama keluarga di rumah. Keluarga selalu
menyempatkan diri untuk selalu bisa berkumpul dan bercanda tawa di rumah.
Aktivitas seperti ini telah menimbulkan kehangatan dan kesenangan pada
keluarga Bapak S.

B. Riwayat dan Tahap perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak
usia remaja. Tugas perkembangan pada tahap keluarga ini adalah
memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya,
mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga, mempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dan orang, hindari perdebatan, permusuhan
dan kecurigaan dan perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga.
Ibu E mengatakan bahwa An. De baru tamat SMA dan belum
menikah. Sedangkan An. Di masih sekolah SMP dan An. R masih berumur 5
bulan. Ibu E selalu memberikan kebebasan kepada anak-anaknya tetapi tetap
harus bertanggung jawab dengan apa yang diberikan dan juga mengajarkan
anak-anaknya agar selalu mandiri. Ibu E juga selalu berusaha menjaga
komunikasi dan keharmonisan pasangan yang bekerja di luar kota dengan
berkomunikasi via handphone dan ketika Bapak S sedang berada di rumah,
Ibu E berusaha untuk memenuhi kebutuhan pasangannya.
Berdasarkan penjelasan Ibu E, dapat disimpulkan bahwa tugas
perkembangan keluarga yang telah terpenuhi adalah: memberikan kebebasan
yang seimbang dengan tanggung jawab, mempertahankan hubungan yang
intim dengan keluarga, mempertahankan komunikasi yang terbuka antara
anak dan orang tua serta perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga.

2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum terpenuhi


Tugas perkembangan keluarga Bapak S tetah tercapai semuanya.
Tidak ada tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi pada keluarga
Bapak S.

3. Riwayat Keluarga Inti


Ibu E mengatakan menikah dengan Bapak S pada tahun 1997.
Pernikahan ini atas pilihan dan keputusannya sendiri dimana orang tua dari
Ibu E sebenarnya tidak merestui dikarenakan Bapak S yang bekerja sebagai
supir. Ibu E menikah pada usia 19 tahun sedangkan Bapak S menikah pada
usia 21 tahun. Saat ini, Ibu E dan Bapak S telah memiliki 4 orang anak, 3
anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Sedangkan anak ketiga dari umur 53
hari ikut dengan kakak dari Ibu E dan tinggal di Palembang. Sebelum
memutuskan untuk menikah, Bapak S dan Ibu E sudah saling kenal selama 1
tahun. Bapak S tidak pernah menderita penyakit. Ibu E saat ini menderita
penyakit Congestive Heart Failure dan sedang dalam masa pengobatan yang
diberikan oleh RSUD Arifin Achmad. Sementara An. K memiliki riwayat
penyakit ISPA.
Pelayanan kesehatan yang biasa digunakan yaitu Rumah Sakit dan
Praktik Bidan. Keluarga mengatakan tidak memiliki pengalaman negatif
terhadap pelayanan kesehatan yang diperolehnya.

4. Riwayat Keluarga Sebelumnya


Orang tua yang perempuan dari Ibu E meninggal dengan riwayat
hipertensi. Ny E mengatakan bahwa dari pihak suaminya, ibu dari Bapak S
mengalami hipertensi.

C. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah keluarga Bapak S memiliki jenis rumah petak 6 dengan tipe
permanen. Rumah yang ditempati keluarga Bapak S adalah rumah kontrakan
yang telah ditempati selama 15 tahun. Rumah tersebut memiliki ukuran 6 x 6
m2 yang terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang dapur dan
satu kamar mandi. Jumlah jendela pada rumah ini sebanyak 2 buah. Setiap
ruangan yang ada dirumah dimanfaatkan oleh keluarga. Rumah ini memiliki
penerangan yang cukup pada siang dan malam hari. Pada siang hari jendela
yang ada di rumah keluarga Bapak S dibuka. Rumah keluarga Bapak S
berlantai semen yang beralaskan karpet plastik dan tikar. Lantai tampak
bersih dan tidak licin. Frekuensi membersihkan rumah dilakukan sebanyak 2
kali sehari. Perabotan yang ada dirumah keluarga tampak tertata dengan rapi.
Keluarga Bapak S memperoleh sumber air dari sumur gali yang ada di
lingkungan rumah, air yang diperoleh tersebut dimanfaatkan untuk mandi,
memasak dan mencuci. Keluarga Bapak S memiliki septic tank yang berjarak
10 meter dari sumur gali. Jarak rumah keluarga dengan pelayanan
kesehatan seperti Rumah Sakit sekitar 20 km, untuk jarak posyandu sekitar 1
km, terdapat tempat praktik bidan didekat rumah keluarga Bapak S.
Sumur, Dapur Ruang
kamar Kamar
mandi
dan WC
Ruang Ruang Tamu
Kamar

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT


Komunitas tetangga keluarga Bapak S memiliki suku yang beragam
yaitu Minang, Melayu, Jawa dan Batak. Keluarga Bapak S tinggal di wilayah
RT 01 yang penduduknya jarang. Keluarga mengatakan tetangganya mau
diajak bersosialisasi dengan keluarga Bapak S. Terkadang keluarga Bapak S
datang berkunjung ke rumah tetangganya untuk berkumpul. Jalanan di daerah
rumah keluarga Bapak S adalah jalan tanah. Lingkungan tempat tinggal
keluarga memiliki warga yang hidup rukun berdampingan satu sama lain dan
tidak ada pertengkaran sesama warga.

3. Mobilitas Geografis Keluarga


Bapak S menikah dengan Ibu E pada tahun 1997 dan setelah menikah
keluarga Bapak S tinggal di Dumai. Anak pertama Bapak S lahir di Padang
Panjang. Sedangkan anak kedua, ketiga dan keempat lahir di Dumai. Sebelum
menempati rumah yang sekarang, keluarga Bapak S tinggal di Perumahan PT
Tripleks Kompleks Budi Indah selama 5 tahun dan rumah yang sekarang
ditempati keluarga Bapak S adalah rumah kontrakan yang telah di sewanya
selama 15 tahun.

4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat


Keluarga Bapak S juga terkadang mengikuti kegiatan di masyarakat.
Pada acara Posyandu, Ibu E membawa An. R yang masih berumur 5 bulan ke
posyandu. Interaksi antar sesama anggota keluarga sangat baik. Keluarga
selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama dan bercanda tawa antar
anggota keluarga yang lain, misalnya saat makan malam. Ibu E mengatakan
untuk mengisi waktu luang, keluarga selalu berkumpul sambil menonton TV
dan bermain bersama An. R.

Gambar Eco Map

Bapak S Ibu E

Bekerja Berkumpul Berbelanja Kegiatan


bersama ke warung wirid
keluarga
Ibu rumah
Berkumpul tangga
bersama
tetangga

Keterangan:
= Sering
Gambar Eco Map pada keluarga Bapak S

5. Sistem Pendukung Keluarga


Pada saat keluarga mendapatkan masalah, Bapak S dan Ibu E selalu
mendiskusikan dan menyelesaikan masalah keluarga serta masalah kesehatan
bersama-sama. Ibu E mengatakan keluarganya selalu berhubungan baik
dengan tetangga dan orang disekitarnya setiap saat. Keluarga Bapak S
berusaha membantu, begitu pula sebaliknya jika keluarga Bapak S yang
membutuhkan bantuan para tetangga juga turut berusaha membantu keluarga
Bapak S. Keluarga selalu melakukan berbagai cara agar permasalahan yang
dihadapi segera selesai, tidak mendiamkan masalah yang sedang terjadi.
Misalnya pada saat Ibu E yang mengalami penyakit Congestive Heart Failure,
keluarga berusaha untuk merawat anggota keluarga yang sakit dengan
membawa ke Rumah Sakit.
D. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Ibu E mengatakan pola komunikasi yang sering dan biasa dilakukan oleh
keluarga adalah komunikasi dua arah. Walaupun Bapak S ada kerja keluar
kota, namun keluarga berusaha berkomunikasi dan memberikan kabar setiap
hari dengan Bapak S melalui telepon genggam. Jenis komunikasi dalam
keluarga Bapak S adalah komunikasi terbuka. Saling menghargai jika ada
yang sedang berbicara dan menghargai pendapat yang diutarakan oleh salah
satu anggota keluarganya.

2. Struktur Kekuatan Keluarga


Sumber kekuatan keluarga ini adalah Bapak S yang merupakan kepala
keluarga. Bapak S cukup bijaksana dalam pengambilan keputusan. Selain itu
sumber kekuatan keluarga adalah sikap Bapak S yang selalu bertanggung
jawab terhadap istri dan anak-anaknya dan sikap inilah yang ditiru oleh anak-
anaknya.

3. Struktur Peran
Di dalam keluarga, Bapak S berperan sebagai kepala keluarga yang
membantu keuangan keluarga dan memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Tugas kepala keluarga yaitu menjadi pencari nafkah, pelindung dan pemberi
rasa aman kepada keluarga, serta menjadi anggota kelompok sosial. Di dalam
keluarga ini, Bapak S sudah memenuhi perannya sebagai kepala keluarga
yang menafkahi keluarga namun Bapak S selalu berusaha untuk ikut dalam
kegiatan kelompok di masyarakat ketika tidak di luar kota. Bapak S tidak
empermasalahkan tugas-tugas yang harus dikerjakan olehnya sebagai kepala
keluarga. Sementara tugas Ibu E sebagai istri Bapak S sekaligus ibu bagi
anak-anaknya memiliki peran dan tugas mengurus rumah tangga, sebagai
pendidik, pelindung, serta sebagai salah satu anggota sosial masyarakat.
4. Nilai dan Norma Budaya
Keluarga Bapak S menerapkan aturan-aturan yang sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku di masyarakat. Nilai atau norma budaya yang dianut
oleh keluarga Bapak S adalah keluarga selalu berusaha berbuat baik dengan
orang lain, saling menyayangi, menghormati dan menghargai satu sama lain
pada setiap anggota keluarga.

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga Bapak S saling menyayangi dan menjaga keharmonisan
keluarga dengan menunjukkan sikap saling menghargai dan memperhatikan
satu sama lain. Keluarga ini selalu berfikir positif antar anggota keluarganya
dan selalu menerima kelebihan dan kekurangan setiap keluarga. Bapak S
mengatakan dia sangat menyayangi istri dan anak-anaknya. Bapak S
mengatakan dia sangat beruntung mempunyai keluarga seperti ini yang selalu
menghargai dan mengerti keadaannya.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Bapak S selama tinggal di sini berusaha mengikuti kegiatan
masyarakat seperti wirid dan kegiatan posyandu yang diadakan di lingkungan
tempat tinggalnya.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Masalah kesehatan ISPA
Pada saat dilakukan pengkajian, Ibu E mengatakan An. R yang
berusia 5 bulan saat ini mengalami batuk dan pilek. Menurut Ibu E, beliau
tidak mengetahui tentang ISPA. Tetapi Ibu E mengatakan jika ISPA tidak
segera di atasi batuk akan bertambah parah dan anak menjadi rewel dan
sulit bernafas.
Ibu E mengatakan tidak pernah melakukan perawatan untuk
mengatasi batuk dengan menggunakan air panas dan minyak kayu putih.
Ibu E biasa memberikan obat sirup kepada anaknya. Menurut Ibu E hal
yang harus diperhatikan untuk mengatasi ISPA adalah minum air hangat
serta jika tidak kunjung sembuh dapat dibawa ke praktik bidan dan RS.
b. Masalah kesehatan risiko hipertensi
Pada saat dilakukan pengkajian pemeriksaan tekanan darah keluarga
Bapak S, maka ners muda menemukan masalah kesehatan risiko hipertensi
pada An. De. Didapatkan tekanan darah An. De yaitu 140/80 mmHg. An.
De mengatakan bahwa ia mudah sekali sakit kepala dan kelelahan ketika
melakukan aktivitas. An. De mengatakan bahwa untuk kesehariannya An.
De lebih banyak melakukan aktivitas di rumah dan jarang berolahraga. An.
De mengatakan bahwa ia tidak menyadari mengalami risiko hipertensi.
Ketika ditanyakan tentang definisi dan tanda gejala hipertensi mereka
tidak mengetahuinya dan keluarga Bapak S mengaku tidak mengetahui
cara perawatan dan terapi komplementer untuk mengetahui masalah risiko
hipertensi.
c. Masalah Kesehatan Congestive Heart Failure
Pada saat dilakukan pengkajian, Ibu E mengatakan bahwa
semenjak 2 bulan melahirkan An. R, beliau sering mengeluh dada terasa
sesak. Ibu E juga mengeluhkan bahwa ia sering bangun pada malam hari
karena susah tidur dan mengalami sesak nafas. Setelah 1 minggu
kemudian Ibu E membawa ke tukang kusuk untuk di urut. Tetapi 2 hari
sesudah itu Ibu E dibawa berobat ke RSUD Dumai dan dirawat selama 1
minggu. Setelah 2 kali kontrol, Ibu E disarankan rujuk Ke Pekan Baru. Ibu
E sudah memeriksakan penyakitnya ke RSUD Arifiin Achmad Pekan Baru
dan beliau disarankan untuk kontrol ulang kembali bila obat habis. Ketika
ditanyakan tentang penyakit CHF, Ibu E mengatakan bahwa CHF adalah
jantung bengkak. Ibu E mengatakan penyebab dari jantung bengkak adalah
karena faktor fikiran dan kurang istirahat. Ibu E mengatakan bahwa ia
tidak mengetahui pengobatan yang tepat untuk mengatasi penyakit CHF.
F. Stress dan Koping Keluarga
1. Stresor Jangka Pendek
Ibu E mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya yang
mengganggu aktivitasnya.
2. Stressor Jangka Panjang
Ibu E mengatakan hal yang selalu difikirkan adalah tentang
keselamatan suaminya yang bekerja sebagai supir dan kadang-kadang bekerja
keluar kota. Hal ini secara tidak langsung, akan menjadi stressor jangka
panjang keluarga tentang kesehatan suaminya.
3. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Menurut Ibu E saat menghadapi permasalahan di dalam keluarga
mereka akan langsung menyelesaikan masalah tersebut dengan saling
berdiskusi dan saling berintropeksi satu sama laindan berusaha bersama-sama
mengambil jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Keluarga tidak memiliki strategi adaptasi disfungsional dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam keluarga.

G. Harapan Keluarga
Keluarga mengatakan sangat senang dan terbantu terhadap pelayanan
kesehatan yang langsung ke keluarga seperti sekarang ini sehingga keluarga dapat
menyampaikan keluhan yang dirasakan dan mengetahui masalah kesehatan yang
dihadapi keluarga saat ini. Keluarga berharap pelayanan ke rumah-rumah seperti
ini akan terus berlanjut dan akan menjadi semakin lebih baik.
Berdasarkan hasil perhitungan skoring, maka diagnosa keperawatan yang
muncul pada keluarga Bapak S berdasarkan urutan prioritas adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. R keluarga Bapak S
(Total skoring: 3,3)
2. Kurang pengetahuan tentang Congestive Heart Failure pada Ibu E keluarga
Bapak S
(Total skoring: 3,3)
3. Risiko Hipertensi pada An. De keluarga Bapak S
(Total skoring: 2,6)
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KELUARGA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
Nama : Riche Francisca
NIM : 1611438280
Pertemuan : Minggu ke-1
Tanggal : 11 - 16 September 2017

A. LATAR BELAKANG
1. Karakteristik Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,
istri dan anak yang saling berinteraksi dan memiliki hubungan yang erat untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Interaksi yang baik antara anak dan orang tua
merupakan hal penting dalam masa perkembangan anak. Interaksi yang baik
ditentukan oleh kualitas pemahaman dari anak dan orang tua untuk mencapai
kebutuhan keluarga (Soetjiningsih, 2012).
Keluarga merupakan tempat paling utama bagi pembentukan gabungan dua
orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan
emosional yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian di dalam
keluarga tersebut, sedangkan proses asuhan keperawatan keluarga itu adalah suatu
proses kompleks dengan pendekatan yang sistematis berdasarkan konsep
keperawatan keluarga untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai
anggota keluarga (Duvall & Miller, 1985).
Pelaksaan asuhan keperawatan keluarga, digunakan pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi dan implementasi
serta evaluasi. Pengkajian merupakan tahap utama yang kritikal di mana pada
tahap ini seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap
anggota keluarga yang dibina. Pengkajian keluarga melibatkan upaya
menetapkan kemampuan keluarga berfungsi secara efektif dalam memenuhi
kebutuhan anggota keluarganya. Pengkajian yang tajam merupakan tahap utama
yang harus dilakukan, dimana pada tahap ini mahasiswa menggali dan mengambil
informasi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa sehingga dapat
dirumuskan masalah kesehatan yang ada pada keluarga, lalu ditegakkan diagnosa,
merancang intervensi keperawatan, melakukan implementasi serta melakukan
evaluasi (Friedman, 2003). Tujuan akhir dari keperawatan keluarga adalah
memandirikan anggota keluarga untuk mengidentifikasi, mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan keluarga secara suka rela atau tanpa paksaan.
Minggu pertama ini, keluarga yang akan dibina oleh mahasiswa yaitu
keluarga dengan anak usia remaja. Permulaan tahap kehidupan keluarga Bapak S
(42 tahun), Ibu E (39 tahun), An. De (18 tahun), An. Di (15 tahun), An. S (10
tahun) dan An. R (5 bulan) ini mungkin yang paling sulit karena orang tua
melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Sering kali
muncul konflik orang tua dan remaja (Kidwell et al, 1983). Keluarga Amerika
dipengaruhi oleh tugas-tugas perkembangan remaja dan orangtua dan
menciptakan konflik dan kekacauan yang luar biasa yang tidak bisa dihindarkan.
Tugas perkembangan remaja menghendaki pergerakan dari ketergantungan dan
kendali orangtua dan orang dewasa lainnya, melalui periode aktifitas dan
pengaruh kelompok teman sebaya yang kokoh hingga saat menerima peran-peran
orang dewasa (Adams, 1971).
Tugas-tugas perkembangan menjadi penting karena orang tua menjadi
arsitek keluarga adalah merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar
kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan
kerjasama antara suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi
perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar peran untuk
menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar
tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja :
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab. Orangtua
harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau putranya secara
progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya kearah suatu
hubungan yang semakin mandiri. Pergeseran yang terjadi pada hubungan
anak-orangtua ini salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-
konflik sepanjang jalan.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. komunikasi terbuka seringkali hanya
merupakan suatu cita-cita, bukan suatu realita. Seringkali terdapat saling tolak
menolak antara orang tua dengan remaja menyangkut nilai dan gaya hidup.
Orangtua yang berasal dari keluarga dengan berbagai macam masalah terbukti
seringkali menolak dan memisahkan diri dari anak mereka yang tertua,
sehingga mengurangi saluran-saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah
ada sebelumnya.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Meskipun aturan-aturan dalam keluarga perlu diubah, etika dan standar moral
keluarga perlu tetap dipertahankan oleh orangtua. Sementara remaja mencari
nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan mereka sendiri, adalah sangat penting
bagi orangtua untuk mempertahankan dan mengetatkan prinsip-prinsip dan
standar-standar mereka.
Tugas perkembangan keluarga anak remaja yang mungkin bermasalah
menurut Willis (2008) adalah:
1. Masalah penyesuaian diri
2. Masalah seksual pada remaja
3. Masalah psikopatologi (gangguan kejiwaan/kelainan)
4. Perilaku menyimpang pada remaja

2. Data yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut


Data awal yang perlu dikaji atau dikenal pada tahap penjajakan yang
pertama terdiri meliputi:
a. Data umum yang terdiri dari nama kepala keluarga, alamat dan nomor telepon,
komposisi keluarga dan genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status
sosial ekonomi keluarga dan aktivitas rekreasi keluarga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga yang terdiri tahap perkembangan
keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat
keluarga inti dan riwayat keluarga sebelumnya.
c. Lingkungan terdiri dari karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan
komunitas RT, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan
interaksi dengan masyarakat, serta sistem pendukung keluarga.
d. Struktur keluarga terdiri dari pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan
keluarga, struktur peran, nilai dan norma budaya anggota keluarga.
e. Fungsi keluarga terdiri atas fungsi efektif, sosialisasi dan fungsi perawatan
keluarga.
f. Stress dan koping keluarga terdiri dari stresor jangka pendek dan jangka
panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap masalah, strategi koping
yang digunakan dan strategi adaptasi disfungsional.
g. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan.
h. Pemeriksaan fisik pada semua anggota keluarga secara head to toe.
Adapun penjajakan kedua mengkaji kemampuan keluarga menjalankan 5
fungsi perawatan kesehatan keluarga terhadap masalah kesehatan spesifik. Di
mana keluarga mampu mengenal atau mengidentifikasi masalah, mampu
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, mampu melakukan
keperawatan terhadap anggota yang sakit, mampu memodifikasikan lingkungan
untuk meningkatkan kesehatan dan mampu memilih, membawa dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

3. Masalah Keperawatan
Keluarga dengan anak usia remaja mempunyai beberapa permasalahan yang
mungkin dapat terjadi, masalah utama kesehatan yang terjadi meliputi masalah
kehamilan dan persalinan dini, HIV, malnutrisi, kesehatan mental, penggunaan
tembakau dan rokok, bahaya penggunaan alkohol, kekerasan dan trauma.
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa sehingga dapat dirumuskan
masalah kesehatan yang ada pada keluarga. Masalah keperawatan dapat
dirumuskan pada kunjungan ke enam yaitu tanggal 16 September 2017.
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Setelah dirumuskan masalah keperawatan, dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan sudah dapat dirumuskan pada kunjungan ke
tujuh yaitu tanggal 18 September 2017.
2. Tujuan Umum
Tujuan khusus terakhir yang akan dicapai pada hari kunjungan, yaitu
memandirikan anggota keluarga untuk mengidentifikasi, mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan keluarga secara suka rela atau tanpa paksaan.
3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus harus sesuai dengan prinsip SMART, artinya Spesifik (S)
yaitu rumusan tujuan harus jelas, Measurable (M) yaitu dapat diukur, Achievable
(A) yaitu dapat dicapai, Realistic (R) yaitu dapat tercapai dan nyata, Timing (T)
yaitu memiliki target waktu.
a. Keluarga menerima kunjungan mahasiswa dalam 1 x 60 menit.
b. Keluarga memberikan informasi berkaitan dengan data umum, riwayat dan
tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga,
stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik terkait anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah dan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan.
c. Mengidentifikasi masalah keperawatan.
d. Menentukan diagnosa dan prioritas utama dari masalah kesehatan keluarga.
e. Menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatan pada keluarga.
f. Melakukan implementasi kepada keluarga berdasarkan rencana tindakan yang
telah dibuat, sehingga keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat.

C. IMPLEMENTASI
1. Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
2. Media dan alat : Format pengkajian, alat tulis, nursing kit.
3. Waktu dan tempat : Minggu pertama (11 - 16 September 2017)
Rumah keluarga Bapak S, RT 01 Kelurahan Bagan Besar
Kecamatan Bukit Kapur Dumai
D. KRITERIA EVALUASI
1. Kriteria Struktur
a. Menyiapkan LP.
b. Menyiapkan alat bantu atau media.
c. Kontrak dengan keluarga, tempat dan sesuai rencana.
2. Kriteria Proses
a. Pelaksaan sesuai dengan waktu dan strategi pelaksaan yang telah ditetapkan.
b. Keluarga aktif dalam kegiatan mahasiswa mulai dari pengkajian,
memprioritaskan masalah kesehatan keluarga.
3. Kriteria Hasil
Kriteria Persentase Pencapaian
a. Didapatkan data umum dan tahap perkembangan 90 %
keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi
keluarga, stress dan koping keluarga, harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan dan
pemeriksaan fisik.
b. Teridentifikasi masalah kesehatan. 90 %
c. Diagnosa dan prioritas masalah kesehatan dapat 100 %
ditetapkan.
d. Rencana keperawatan keluarga dapat dirumuskan. 90 %
e. Rencana keperawatan terlaksana (implementasi). 90 %

Anda mungkin juga menyukai