PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sampai saat ini
cukup kompleks, upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh masyarakat,
meskipun sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas telah ada di setiap
kecamatan yang ditunjang oleh puskesmas pembantu. Status kesehatan
masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu pejamu (host), agen penyakit (agent)
dan lingkungan (environment) (Notoatmodjo, 2011).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ISPA
Definisi ISPA9,10 Menurut DepKes RI (1998) Istilah ISPA meliputi tiga unsur
yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ yang dimulai dari
hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga
tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari.
Infectious ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Strepcococcus, Stafilococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella, dan Corynebakterium. Virus penyebab
ISPA terbesar adalah virus pernafasan antara lain adalah group Mixovirus
(Orthomyxovirus ; sug group Influenza virus, Paramyxovirus ; sug group Para
Influenza virus dan Metamixovirus; sub group Rerpiratory sincytial virus/RS-virus),
Adenovirus, Picornavirus, Coronavirus, Mixoplasma, Herpesvirus. Jamur Penyebab
ISPA antara lain Aspergilus SP, Candida albicans, Histoplasma. Selain itu ISPA juga
dapat disebabkan oleh karena aspirasi : makanan, Asap kendaraan bermotor, BBM
(Bahan Bakar Minyak) biasanya minyak tanah, benda asing (biji-bijian).
Bibit penyakit ISPA berupa jasad renik ditularkan melalaui udara. Jasad renik
yang berada di udara akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan
menimbulkan infeksi, penyakit ISPA dapat pula berasal dari penderita yang
kebetulan mengandung bibit penyakit, baik yang sedang jatuh sakit maupun karier.
Jika jasad renik bersal dari tubuh manusia maka umumnya dikeluarkan melalui
sekresi saluran pernafasan dapat berupa saliva dan sputum. Penularan juga dapat
terjadi melalui kontak langsung/tidak langsung dari benda yang telah dicemari jasad
renik (hand to hand transmission). Oleh Karena salah satu penularan melalui udara
yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan , maka
penyakit ISPA termasuk golongan Air Borne Diseases.
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misalnya pada waktu berbicara atau menangis)
c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung d. Panas atau
demam, suhu badan lebih dari 370C
2. Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan
kelompok umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih
untuk umur 2 <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12
bulan <5 tahun.
e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
3.1.1 Persiapan
Mempersiapkan data yang akan dianalisis, sehingga untuk selanjutnya dapat
mempermudah perencanaan yang akan dibuat. Langkah-langkah dalam persiapan :
1. Kepala Puskesmas Bunten Barat membentuk Tim Perencanaan Tingkat
Puskesmas yang berjumlah 10 orang dengan anggota sebagai berikut :
a. Achmad Yani, S.Kep.Ns, MM (Kepala Puskesmas Bunten Barat)
b. Sri Astutik (Ka. TU)
c. Sri Fuji Hastina, SST (Bidan Koordinator)
d. Siti Mutmainnah, SST (Bidan Desa)
e. Dwi Citra Resminingtiyas Febriani, S.KM (Koordinator
Pemberdayaan)
f. Hetty Nurfarida, Amd. KL (Programer Kesehatan Lingkungan)
g. Venti Herawati (Programer Promosi Kesehatan)
h. Moh. Ismail, Amd. Gz (Programer Gizi)
i. R. Riko Prasetyo Awaludin, S.Kep. Ns (Programer Imunisasi)
j. Ach. Muddiq, S.Kep. Ns (Programer Kusta)
2. Kepala Puskesmas Bunten Barat menjelaskan alur penyusunan PTP
kepada tim sehingga tim mengetahui proses dan data apa saja yang
dibutuhkan dalam proses penyusunan PTP
3. Tim Penyusun PTP mempelajari kebijakan dan mendengarkan arahan
strategi dari Kepala Puskesmas Bunten Barat dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Sampang
KRITERIA 1
U (Urgensi) 1
S (Keseriusan) 1
G (Perkembangan) 1
UxSxG 1
Keterangan :
Masalah 2: Angka pencapaian kesembuhan pasien MB
1. Rumusan Masalah
Rendahnya angka cakupan penemuan pasien penumonia pada balita yaitu
0,38%
2. Penyebab Masalah
a. Masyarakat belum paham tentang penumonia
b. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan
c. Kurangnya sosialisasi petugas kesehatan kepada masyarakat tentang
penyakit penumonia sehingga banyak warga yang belum mengenal
penumonia
d. Kurangnya dana untuk melaksanakan program
e. Kurangnya kerjasama dengan lintas sektor
f. Terbatasnya leaflet dan poster ISPA
g. Sarana dan prasarana untuk melakukan program kurang
3. Diagram Fishbone
DANA MANUSIA
SARANA
Kurangnya
dana untuk Masyarakat belum paham
Sarana dan
melaksanakan tentang penumonia
prasarana untuk
program Rendahnya angka
melakukan
cakupan penemuan
program kurang
pasien penumonia
pada balita yaitu
Kurangnya kesadaran Terbatasnya Kurangnya sebanyak 0,38% di
masyarakat akan
b.
kebersihan lingkunngan
leaflet dan
poster ISPA
kerjasama
dengan lintas
Kurangnya sosialisasi wilayah Puskesmas
kepada masyarakat Bunten Barat
sektor tentang penumonia
ALAT METODE
LINGKUNGAN
4. Prioritas Pemecahan Masalah Dengan Metode NGT
Tabel. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Angka kesembuhan MB yang masih rendah yaitu 36%
2 Melakukan koordinasi 1 1 1 1 1 II
dengan lintas sektor
seperti toga toma,
kepala desa dll
2. Tabel: Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah yaitu Kurangnya sosialisasi
petugas kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit penumonia
sehingga banyak warga yang belum mengenal penumonia
PEMECAHAN SKOR HASIL
NO RANKING
MASALAH C A R L CxAxRxL
1 Menambah jadwal 2 2 2 2 16 I
kegiatan di desa
2 Bekerjasama dengan 1 1 1 1 1 II
bidan setempat
5. Pemecahan masalah
Tabel. Cara pemecahan masalah Rendahnya angka cakupan penemuan pasien penumonia pada balita