Anda di halaman 1dari 5

a.

Sel darah merah

Sel darah merah adalah penyusun jaringan darah terbesar. Pada wanita,

jumlahnya sekitar 4,5 juta/mm3 darah, sedangkan pada laki-laki sekitar 5

juta/mm3 darah.

Sel-sel darah merah berbentuk cakram dengan diameter 75 nm, serta ketebalan di tepi 2 nm

dan ketebalan di tengah 1 nm. Sel darah merah pada orang dewasa dibentuk di dalam

sumsum tulang. Sel-sel pembentuk sel darah merah ini disebut eritroblast, tetapi pada

embrio, sel-sel darah merah dibentuk di dalam hati dan limpa. Warna sel darah merah

disebabkan karena pigmen merah yang disebut hemoglobin (Hb). Hemoglobin

adalah suatu protein yang terdiri atas hemin dan globin. Hemin mengandung zat

besi (Fe). Hb ini mempunyai daya ikat tinggi terhadap O2. Dalam peredarannya

ke seluruh tubuh, darah diikat oleh Hb yang kemudian diberi nama

oksihemoglobin. Selain mengikat O2, Hb juga dapat mengikat CO2 sisa

metabolisme tubuh untuk dibuang ke luar tubuh melalui organ ekskresi. Hb yang

mengangkut CO2 ini disebut karbominohemoglobin.

Eritrosit dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat embrio pada

minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis.

Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan

kelenjar sumsum tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon

eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa.


Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin

turun.

Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang mieloid yang

terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit,

eritrosit, megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah

kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam

sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati. Globin dan

hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam

jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk

dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin

diubah menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang

berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin

yang rusak pada luka memar.

b. Sel darah putih

Sel darah putih adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi

luar. Saat terjadi luka, maka sel darah putih akan berkumpul di tempat luka yang

merupakan jalur masuk bagi bakteri dan virus. Saat ada bakteri atau virus yang

masuk, maka sel darah putih akan melakukan pola penyerangan yang hasilnya
akan menimbulkan nanah. Nanah itu sendiri merupakan gabungan dari sel darah

putih yang mati, mikroorganisme, sel tubuh sekitar, dan cairan tubuh.

Sel darah putih mempunyai nukleus dengan bentuk yang bervariasi. Ukurannya

berkisar antara 10 nm25 nm. Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi

badan dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh.

Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan

perbandingan 1:700. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar antara

6 ribu9 ribu butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab

turunnya sel darah putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit.

Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopenia,

sedangkan kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal

disebut leukositosis.

Sel darah putih dibentuk di dalam sumsum tulang, limfe, dan kelenjar limfe. Sel

darah putih terdiri atas agranulosit dan granulosit. Agranulosit bila plasmanya

tidak bergranuler, sedangkan granulosit bila plasmanya bergranuler.

1) Granulosit (leukosit bergranula)


Neutrofil, plasmanya bersifat netral, inti selnya sering kali berjumlah
banyak dengan bentuk bermacam-macam, bersifat fagositosis terhadap
eritrosit, kuman dan jaringan mati.
Eosinofil, plasmanya bersifat asam sehingga akan berwarnamerah tua bila
ditetesi eosin, bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh
terkena infeksi.
Basofil, plasmanya bersifat basa sehingga akan berwarna biru jika ditetesi
larutan basa, jumlahnya bertambah banyak jika terjadiinfeksi, bersifat
fagosit, mengandung heparin, yaitu zat kimia anti penggumpalan.

2) Agranulosit (leukosit tidak bergranula)

Limfosit, tidak dapat bergerak, berinti satu, ukuran ada yang besar dan ada
yang kecil, berfungsi untuk membentuk antibodi.
Monosit, dapat bergerak seperti Amoeba, mempunyai inti yang bulat atau
bulat panjang, diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit.

c. Sel pembekuan

Di dalam darah terdapat protein (trombin) yang larut dalam plasma darah

yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin atau benang-benang. Fibrin ini

akan membentuk anyaman dan terisi keping darah, sehingga

mengakibatkan penyumbatan dan akhirnya darah bisa membeku.

Kulit terluka menyebabkan darah keluar dari pembuluh. Trombosit ikut keluar

juga bersama darah kemudian menyentuh permukaan-permukaan kasar dan

menyebabkan trombosit pecah. Trombosit akan mengeluarkan zat (enzim) yang


disebut trombokinase. Trombokinase akan masuk ke dalam plasma darah dan

akan mengubah protrombin menjadi enzimaktif yang disebut trombin. Perubahan

tersebut dipengaruhi ion kalsium (Ca2+) di dalam plasma darah. Protrombin

adalah senyawa protein yang larut dalam darah yang mengandung globulin. Zat

ini merupakan enzim yang belum aktif yang dibentuk oleh hati. Pembentukannya

dibantu oleh vitamin K.

Trombin yang terbentuk akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang

fibrin. Terbentuknya benang-benang fibrin menyebabkan luka akan tertutup

sehingga darah tidak mengalir keluar lagi. Fibrinogen adalah sejenis protein yang

larut dalam darah.

Anda mungkin juga menyukai