BAB 2
LANDASAN TEORI
c. Software validation
Di mana perangkat lunak dicek untuk memastikan bahwa perangkat
lunak tersebut adalah apa yang dibutuhkan oleh pelanggan.
d. Software evolution
Di mana perangkat lunak dimodifikasi untuk memenuhi perubahan
kebutuhan dari pelanggan dan kebutuhan pasar.
2.1.2.4 Rekayasa Perangkat Lunak
Bauer, di dalam buku karangan Pressman (2005:53)
mendefinisikan rekayasa perangkat lunak sebagai pembentukan dan
penggunaan prinsip-prinsip rekayasa suara untuk menghasilkan
perangkat lunak yang ekonomis yang handal dan bekerja secara efisien
pada mesin nyata.
IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers), di
dalam buku karangan Pressman (2005:53) mendefinisikan rekayasa
perangkat lunak sebagai suatu penerapan pendekatan sistematis,
disiplin, dan dapat diukur untuk pengembangan, operasi, dan
pemeliharaan perangkat lunak, yaitu penerapan rekayasa perangkat
lunak.
Sommerville (2011:24) mendefinisikan rekayasa perangkat
lunak sebagai disiplin rekayasa yang berkaitan dengan segala aspek
dari produksi perangkat lunak.
2.1.3 Interaksi Manusia dan Komputer
2.1.3.1 Pengertian Interaksi Manusia dan Komputer
Shneiderman dan Plaisant (2010:22) menyatakan bahwa
interaksi manusia dan komputer berkaitan dengan tampilan interface
yang digunakan oleh pengguna untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan komputer.
Interaksi manusia dan komputer merupakan disiplin ilmu yang
berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem
komputer interaktif yang diinginkan manusia. Kepentingan pengguna
harus diperhatikan di dalam membuat aplikasi komputer. Maka
diharapkan aplikasi yang dihasilkan harus seinteraktif mungkin dan
dapat digunakan dengan mudah oleh para pengguna.
10
Selain itu ada fasilitas yang melayani akses data yang dinamakan
query language.
c. Fasilitas untuk mengontrol basis data dengan menggunakan Data
Control Languange (DCL). Akses yang dilingkupi oleh fasilitas ini
ada beberapa, yaitu sebagai berikut:
1. Sistem keamanan yang mencegah pengguna yang tidak
memiliki wewenang untuk mengakses data.
2. Sistem yang memelihara konsistensi suatu data.
3. Sistem yang membagi akses ke dalam suatu basis data.
4. Sistem kontrol pengembalian data yang dapat mengembalikan
data kepada kondisi sebelumnya jika terjadi kegagalan
perangkat.
5. Deskripsi data yang ada dalam basis data.
Connoly dan Begg (2010:77) menyatakan bahwa terdapat
beberapa keuntungan dari penggunaan DBMS, yaitu sebagai berikut:
a. Kontrol terhadap redundansi data
Basis data berusaha menghilangkan pengulangan dengan
melakukan integrasi file sehingga berbagai copy dari data yang
sama tidak tersimpan.
b. Konsistensi data
Dengan adanya pengendalian data dengan menghilangkan
redundansi, data yang tidak konsisten data dapat dihindari. Jika data
yang terdapat di dalam sistem hanya disimpan dalam satu tempat,
maka update cukup dilakukan sekali dan nilai baru akan tersedia
bagi semua pengguna.
c. Banyaknya informasi dari data yang sama
Dengan terintegrasinya data yang terdapat dalam sistem maka
memungkinkan organisasi mendapatkan informasi tambahan yang
lebih berkualitas.
d. Pengaksesan data oleh beberapa user dalam waktu yang sama
Keuntungan ini memungkinkan setiap pengguna mendapatkan data
dari sumber yang sama berdasarkan otoritas yang mereka miliki.
14
d. Research
Merupakan teknik melakukan penelitian terhadap suatu masalah
dalam suatu sistem.
e. Questionnaire
Merupakan teknik penemuan fakta dengan menyebarkan kuesioner.
2.1.4.4 Database System Development Lifecycle
Connoly dan Begg (2010:314) menyatakan bahwa aktivitas
utama yang ada di setiap langkah dalam Database System Development
Lifecycle adalah sebagai berikut:
a. Database Planning
Perencanaan basis data merupakan aktifitas merencanakan siklus
hidup aplikasi basis data untuk dapat diwujudkan secara efisien dan
efektif. Tiga hal utama yang tekait dengan proses ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi rencana dari sistem yang akan dibangun.
2. Evaluasi sistem yang ada untuk menetapkan kelebihan dan
kekurangan sistem.
3. Penaksiran kesempatan IT yang dapat memberikan keuntungan
kompetitif.
Langkah penting di dalam perencanaan basis data adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan mission statement
Mission statement merupakan tujuan utama dari sistem basis
data. Mission statement membantu menjelaskan tujuan dari
project dan memberikan arah yang jelas untuk mendapatkan
hasil yang efektif dan efisien dari system basis data yang akan
dibangun.
2. Menentukan mission objectives
Setiap mission objective menjelaskan tugas khusus yang harus
didukung oleh basis data berdasarkan apa yang telah dijabarkan
darimission statement. Sehingga basis data yang telah
memenuhi mission objective besar kemungkinan sudah
memenuhi mission statement.
17
b. System Definition
Spesifikasi dari lingkup dari sistem basis data meliputi major user
view, user dan area aplikasi. User view menentukan data apa saja
yang boleh diakses oleh pengguna dan memastikan setiap pengguna
terlibat dalam perancangan sistem basis data.
c. Requirement Collection and Analysis
Analisa yang harus dipenuhi untuk kebutuhan sistem basis data
yang baru. Data yang dikumpulkan dapat berupa:
1. Deskripsi mengenai data.
2. Penjelasan mengenai bagaimana cara data dihasilkan.
3. Kebutuhan tambahan untuk sistem basis data yang akan
dibangun.
d. Database Design
Tahap ini merupakan proses merancang basis data yang diinginkan.
Ada dua pendekatan dalam perancangan basis data, yaitu sebagai
berikut:
1. Bottom Up Approach
Pendekatan ini dimulai dari tingkat atribut yang melalui analisis
dan penggabungan untuk kemudian dikelompokkan ke dalam
relasi yang menggambarkan tipe antar entitas. Pendekatan ini
digunakan jika basis data yang ada sederhana dan dengan
jumlah yang sedikit.
2. Top Down Approach
Pendekatan ini dimulai dari pengembangan model data yang
terdiri dari beberapa hubungan relasional dan entitas.
Pendekatan ini biasa digunakan jika basis data yang digunakan
rumit dengan jumlah atribut yang cukup banyak.
Adapun perancangan basis data dapat dibagi menjadi tiga tahapan
utama, yaitu sebagai berikut:
1. Conceptual Database Design
Proses pembangunan suatu model data yang terlepas dari
pertimbangan fisik, hanya menekankan terhadap konsep.
18
f. Application Design
Connoly dan Begg (2010:329) mendefinisikan perancangan aplikasi
sebagai suatu aktivitas merancang antarmuka dan program aplikasi
yang akan menggunakan dan memproses basis data. Dalam
merancang basis data pastikan bahwa fungsionalitas yang
diutarakan dalam rancangan memenuhi kebutuhan pengguna.
g. Prototyping
Connoly dan Begg (2010:329) mendefinisikan prototyping sebagai
suatu aktivitas membangun sebuah model kerja dari aplikasi basis
data yang mengizinkan pengguna untuk visualisasi dan evaluasi
gambaran sistem secara menyeluruh.
Ada dua strategi dalam merancang prototype, yaitu sebagai berikut:
1. Requirements Prototyping
Menggunakan sebuah prototype untuk menentukan kebutuhan
sistem basis data yang diusulkan dan begitu sudah terpenuhi
prototype tidak digunakan lagi.
2. Evolutionary Prototyping
Menggunankan sebuah prototype untuk tujuan yang sama.
Begitu kebutuhan pengguna sudah terpenuhi, prototype tidak
dibuang melainkan dikembangkan menjadi aplikasi basis data
yang akan berjalan.
Beberapa tujuan pembuatan prototype adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi fitur yang ada dalam sistem yang berjalan.
2. Melakukan perbaikan terhadap fitur yang ditemukan.
3. Mengelompokkan kebutuhan pengguna.
4. Mengevaluasi kemungkina yang terjadi dari rancangan sistem
khusus.
h. Implementation
Tahap ini berfungsi dalam membuat definisi physical database dan
program aplikasi.
Implementasi basis data dapat dicapai dengan menggunakan:
1. DDL untuk membuat skema basis data dan file basis data
kosong.
2. DDL untuk membuat sudut pandang pengguna yang diinginkan.
20
3. 3GL dan 4GL untuk membuat program aplikasi basis data dan
disertakan dengan menggunakan DML.
i. Data Conversion and Loading
Tahap ini bertujuan dalam pemuatan data ke dalam sistem yang
baru sehingga memungkinkan penggabungan antara aplikasi yang
berjalan dengan basis data yang baru. DBMS memiliki utilitas
untuk memanggil file yang ada ke dalam basis data baru untuk
digunakan dalam aplikasi.
j. Testing
Tahap ini menjalankan uji coba terhadap sistem basis data apabila
ada error dan memvalidasi terhadap spesifikasi kebutuhan
pengguna.
k. Operational Maintenance
Tahap ini berfungsi melakukan pengelolaan terhadap sistem basis
data yang sudah dijalankan.
Tahapan pemeliharaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pengawasan kinerja sistem dan pengaturan ulang basis data
akan dilakukan jika penurunan kinerja.
2. Jika diperlukan, pembaharuan sistem basis data.
2.1.4.5 Perancangan Basis Data
Connoly dan Begg (2010:320) mendefinisikan perancangan
basis data sebagai proses pembuatan desain yang membantu
menjelaskan persyaratan misi dari perusahaan dan tujuan dari
kebutuhan sistem basis data.
Tahapan perancangan basis data ada tiga, yaitu sebagai berikut:
a. Tahapan konseptual
Merupakan proses pembangunan model dari data yang digunakan
dalam perusahaan dan tidak tergantung dengan pertimbangan basis
data secara fisikal.
b. Tahapan logikal
Merupakan proses pembangunan model informasi berdasarkan
model data tertentu dan tidak tergantung pada Database
Management System dan pertimbangan fisik lainnya.
21
c. Tahapan fisikal
Tahapan perancangan basis data fisikal merupakan suatu proses
pembuatan deskripsi tentang implementasi basis data pada
secondary storage, menggambarkan basis relasi, organisasi file dan
indeks yang digunakan untuk mencapai akses data yang efisien
serta integritas terkait dengan pengukuran keamanan.
2.1.4.6 Konsep Dasar Model ER
Connoly dan Begg (2010:371) mendefinisikan ER Modelling
sebagai pendekatan dalam merancang basis data yang dimulai dengan
mengidentifikasi data penting menjadi entitas hingga relationship antar
data harus dipresentasikan dalam model.
Beberapa konsep dasar dalam ER modeling antara lain
attribute, keys, structural constraints, relationship type.
a. Entity (Entitas)
Entitas merupakan objek-objek yang memilik property yang sama
dan diidentifikasi karena keberadaannya yang bebas (independence
existence).
Connoly dan Begg (2010:383) menyatakan bahwa terdapat dua
jenis entitas, yaitu sebagai berikut:
1. Strong Entity Types
Entitas yang keberadaannya tidak bergantung pada entitas
lainnya. Karakter dari strong entity type merupakan setiap
entitas memiliki atribut primary key yang sudah teridentifikasi.
2. Weak Entity Types
Entitas yang keberadaannya bergantung pada entitas lainnya.
Karakteristik dari weak entity merupakan entitas yang tidak
dapat diidentifikasikan dengan menggunakan atribut yang
terkait dengan entitasnya sendiri.
b. Relationship Types
Connoly dan Begg (2010:374) mendefinisikan relationship types
sebagai hubungan antar entitas dan memiliki arti tertentu.
Sedangkan relationship occurrence merupakan suatu gabungan
yang dapat diidentifikasikan secara unik berupa kejadi dari entitas
yang terkait.
22
Derajat dari tipe relasi merupakan jumlah jenis entitas yang terkait
dalam suatu hubungan. Entitas yang terkait dalam hubungan
tersebut dinamakan participant, sedangkan jumlah peserta dalam
suatu jenis relasi disebut derajat relasi.
Derajat dan tipe relasi ada beberapa, yaitu sebagai berikut:
1. Binary Relationship
Merupakan hubungan antar dua entitas.
G
ambar 2.3 Contoh Ternary Relationship
3. Quarternary Relationship
23
h. Controlling (CO)
Mencakup cost accounting, mulai dari cost center accounting, cost
element accounting, dan analisa profitabilitas.
i. Asset Management (AM)
Membantu pengelolaan atas keseluruhan fixed assets, meliputi
proses traditional asset accounting dan technical assets
management, sampai ke investment controlling.
j. Project System (PS)
Mengintegrasikan keseluruhan proses perencanaan proyek,
pengerjaan dan kontrol.
2.2.2.3 Financial Accounting
Wijaya dan Darudiato (2009:65) menyatakan bahwa dalam
sistem informasi accounting, perlu diperhatikan proses transaksi dan
penyusunan laporan keuangan. Pada sistem ERP, untuk penyusunan
laporan keuangan dilakukan melalui aplikasi program General Ledger.
Sebenarnya aplikasi program ini tidak ada penginputan proses data
transaksi, kecuali memorial jurnal.
2.2.2.3.1 General Ledger Accounting
2.2.2.3.1.1 Organizational Structures for Financial
Accounting
a. Company Code
28
b. Goods receipt
Untuk melakukan update atas persediaan atau
barang yang dapat dikonsumsi, menghasilkan
dokumen material di dalam Materials
Management. Pada waktu yang sama, membuat
sebuah dokumen di dalam Financial Accounting
yang melakukan posting nilai dari barang ke
merchandise account sebagai debit dan goods
receipt/invoice receipt ke clearing account
sebagai kredit di dalam general ledger.
c. Invoice verification
Melakukan posting tagihan vendor di dalam
Materials Management menggunakan invoice
verification (verifikasi tagihan). Hal ini secara
otomatis akan menghasilkan dokumen di dalam
Financial Accounting. Dokumen akuntansi
tersebut berisi jumlah tagihan yang di-posting ke
GR/IR account sebagai debit dan akun vendor
sebagai kredit.
47
d. Information area
Saldo dokumen dan informasi mengenai pelanggan
ditampilkan di sini. Information area juga berisi link
ke master data dan open item.
c. Dunning Functions
Sistem SAP menyediakan alat yang secara otomatis
menganalisis semua open item dan menagih semua
open item yang telah jatuh tempo. Sistem
menentukan dunning level (tingkat tagihan)
berdasarkan jumlah hari sejak open item tersebut
jatuh tempo. Tingkat tagihan menentukan biaya
tagihan mana yang akan digunakan dan juga teks
tagihan mana yang akan dipilih. Dunning history
menyimpan data mengenai peringatan tagihan mana
saja yang telah dikeluarkan.
Kita dapat menjalankan automatic dunning (tagihan
otomatis) untuk satu akun dan menghasilkan
peringatan tagihan individual, atau kita juga dapat
menjalankan dunning program untuk membuat
tagihan secara otomatis ke sejumlah akun yang
dipilih.
Dunning dikontrol oleh suatu dunning procedure
(prosedur tagihan). Prosedur tagihan harus ada di
setiap akun pelanggan atau vendor yang ingin
55
e. Correspondence
Correspondence yang terkait dengan bisnis sehari-
hari harus di-request terlebih dahulu sebelum dapat
dicetak. Permintaan korespondensi dapat dilakukan
dengan:
a. Otomatis, ketika transaksi khusus seperti bill of
exchange charges statement (laporan biaya
pertukaran) atau payment notice (peringatan
pembayaran) di-post
b. Manual, dilakukan oleh bagian akuntansi
c. Menggunakan program request yang
menghasilkan permintaan korespondensi dalam
jumlah yang besar secara bersamaan (seperti
periodic account statement, internal document,
standard letter)
57
b. Deferral
Biaya atau pendapatan di-post di periode yang sedan
berjalan, namun transaksi bisnis yang sesungguhnya
terjadi di periode yang akan datang.
d. GR/IR Analysis
GR/IR clearing account berisi daftar dari semua
barang dan tagihan yang diterima. Jika pada akhir
periode, saldo dari akun ini tidak nol, ada dua
alasan:
a. Barang telah ditagih namun belum juga dikirim
b. Barang telah dikirim namun belum juga ditagih
Ketika tutup buku, saldo tersebut perlu dicatat
sebagai aset maupun kewajiban di dalam laporan
keuangan.
GR/IR dianalisis dengan menggunakan program
khusus. Di sini, saldo di-post ke akun barang telah
ditagih namun belum juga dikirim atau ke akun
barang telah dikirim namun belum juga ditagih.
Posting tersebut dibalik pada hari pertama di periode
berikutnya, karena melakukan posting ulang selama
bisnis sehari-hari akan menyebabkan terjadinya
kesalahan.
Posting pembersihan biasanya dilakukan dengan
menggunakan correction account. GR/IR clearing
account dan correction account-nya kadang-kadang
ditampilkan di lampiran laporan keuangan.
e. Financial Statements
Untuk membantu di dalam pembuatan laporan
keuangan, ada dua pilihan yang tersedia di dalam
sistem SAP, yaitu:
a. Menggunakan program ABAP
b. Menggunakan G/L account information system
Kedua pilihan tersebut memungkinkan kita untuk
melakukan hal-hal di bawah ini:
83
2.2.3 E-Learning
2.2.3.1 Pengertian E-Learning
Effendi dan Zhuang (2005:6) menyatakan bahwa kata e-
learning sering diartikan sebagai semua kegiatan pendidikan atau
pembelajaran yang menggunakan media komputer dan atau internet.
Jadi, e-learning mengacu pada semua aktivitas pelatihan yang
menggunakan media elektronik atau teknologi informasi.
Piskurich (2003:1) menyatakan bahwa e-learning berkaitan
dengan teknologi dan komputer, sehingga e-learning disimpulkan
sebagai pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer atau web
sebagai perantara.
2.2.3.2 Konten E-Learning
Clark dan Mayer (2003:15) menyatakan bahwa e-learning
memiliki lima kategori konten, yaitu sebagai berikut:
a. Fact, data yang spesifik dan unik.
b. Concept, sebuah kategorisasi dari pengetahuan.
c. Process, cara kerja dari aktivitas.
d. Procedure, tugas yang ditampilkan dalam bentuk step by step.
e. Principle, tugas yang ditampilkan dengan mengadopsi pedoman.
2.2.3.3 Tipe E-Learning
Effendi dan Zhuang (2005:8) menyatakan bahwa ada dua tipe di
dalam e-learning, yaitu sebagai berikut:
a. Synchronous Training, merupakan tipe pelatihan di mana proses
pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung antara pengajar dan mahasiswa. Tipe
pelatihan ini sifatnya mirip pelatihan di ruang kelas, namun ruang
kelasnya bersifat maya dan peserta tersebar di mana-mana dan
terhubung melalui internet.
b. Asynchronous Training, merupakan tipe pelatihan yang terjad
tidak pada waktu yang bersamaan. Traine dapat mengambil
pelatihan pada waktu yang berbeda dengan waktu pelatihan.
Biasanya paket pelatihan ini berbentuk bacaan, animasi, simulasi,
atau latihan beserta jawabannya.
87
2.2.7 Konsep Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) with the Unified
Process (UP)
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:60) mendefinisikan object-oriented
analysis sebagai proses mendefinisikan semua objek yang melakukan
pekerjaan di dalam suatu sistem dan menunjukkan interaksi pengguna apa saja
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas di dalam sistem.
Object-oriented design merupakan proses mendefinisikan semua jenis
objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang maupun perangkat
di dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk
menyelesaikan tugas di dalam sistem, dan menyempurnakan definisi dari
setiap jenis objek sehingga dapat diimplementasikan dengan lingkungan atau
bahasa tertentu.
Unified process merupakan suatu metodologi pengembangan sistem
yang berorientasi objek yang dikembangkan oleh Rational Software, bagian
dari IBM.
2.2.7.1 Object-Oriented Analysis
Analisis sistem dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu sebagai
berikut:
a. Gather detailed information
Tahapan gather detailed information dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu sebagai berikut:
1. Metode survei, yaitu dengan mengadakan penelitian yang
dilakukan dengan peninjauan langsung ke perusahaan.
2. Metode wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab
dengan pemilik perusahaan dan karyawan-karyawan yang
berhubungan dengan topik yang dibahas.
b. Define functional requirements
Tahapan define functional requirements dilakukan dengan
menentukan persyaratan sistem yang mendeskripsikan aktivitas
atau proses yang harus dilakukan oleh suatu sistem.
c. Define nonfunctional requirements
Tahapan define nonfunctional requirements dilakukan dengan
menentukan karakteristik dari suatu sistem selain aktivitas yang
harus dilakukan oleh sistem itu sendiri.
96
d. Prioritize requirements
Ketika persyaratan sistem telah sepenuhnya dimengerti dan detail
model dari persyaratan sistem telah lengkap, penting rasanya untuk
menentukan functional requirements dan nonfunctional
requirements mana yang paling krusial untuk sistem. Terkadang,
user atau pengguna menyarankan fungsi sistem tambahan yang
diinginkan namun tidak diperlukan. Bagaimanapun juga, pengguna
dan system analyst harus bertanya kepada diri mereka sendiri fungsi
mana yang benar-benar penting dan fungsi mana yang penting
namun tidak begitu dibutuhkan.
e. Develop user interface dialogs
Ketika suatu sistem menggantikan sistem lama yang melakukan
pekerjaan yang sama, user atau pengguna biasanya sangat yakin
dengan persyaratan sistem dan tampilan user interface yang
diinginkan oleh sistem. Tahapan ini merupakan tahap di mana
system analyst melakukan identifikasi dan merancang dialog untuk
user interface yang dibutuhkan di dalam sistem.
f. Evaluate requirements with users
Tahapan ini merupakan tahap di mana system analyst melakukan
evaluasi persyaratan sistem yang telah dibuat bersama user atau
pengguna. Biasanya, aktivitas di dalam mengevaluasi persyaratan
sistem dengan user atau pengguna dan mendokumentasikan
persyaratan sistem tersebut terintegrasi secara total. Namun, pada
kenyataannya, user atau pengguna biasanya memiliki tanggung
jawab lain selain mengembangkan suatu sistem yang baru. Jadi,
system analyst biasanya menggunakan iterative process atau proses
iterasi untuk mendapatkan masukan pengguna. Mengevaluasi
persyaratan sistem yang telah dibuat tidak selalu merupakan
aktivitas yang didefinisikan dengan baik. Banyak alternatif muncul
untuk desain akhir dan implementasi dari suatu sistem. Jadi, sangat
penting untuk mendefinisikannya dengan perlahan-lahan lalu
mengevaluasi segala kemungkinan yang ada.
Diagram yang digunakan di dalam object-oriented analysis
adalah sebagai berikut:
97
a. Activity diagram
Activity diagram merupakan jenis workflow diagram yang
menggambarkan aktivitas pengguna di dalam sistem secara
berurutan.
c. Statechart Diagram
Statechart diagram digunakan untuk menjelaskan behavior umum
dari semua objek yang ada di dalam class, menggambarkan daur
hidup objek dan macam-macam state serta kejadian dari objek
tersebut.
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:237) menyatakan bahwa notasi-
notasi yang ada di dalam statechart diagram adalah sebagai
berikut:
1. Beginning pseudostate
Merupakan notasi yang menandakan awal dari suatu statechart
diagram.
2. State
Merupakan notasi yang menunjukkan keadaan dari suatu objek.
3. Transition
Merupakan notasi yang memindahkan objek dari state asal
menuju state tujuan.
4. Transition name
Merupakan notasi yang menjelaskan nama dari suatu transition.
5. Ending pseudostate
Merupakan notasi yang menandakan akhir dari suatu statechart
diagram.
Gambar 2.46 Contoh Updated Design Class Diagram (Satzinger, Jackson, dan
Burd)
b. Sequence Diagram
Sequence diagram digunakan untuk menjelaskan
interaksi beberapa objek pada waktu tertentu secara
berurutan.
Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:229) menyatakan
bahwa notasi di dalam sequence diagram adalah sebagai
berikut:
105
1. Actor
Merupakan pengguna yang berinteraksi secara
langsung dengan sistem.
2. Input messages
Merupakan pesan input dari pengguna ke dalam
suatu sistem.
3. Output messages
Merupakan pesan output dari suatu sistem ke
pengguna, hasil dari pemrosesan input.
4. Objects
Merupakan objek-objek yang berinteraksi di dalam
sequence diagram.
5. Object lifeline
Menggambarkan urutan pesan dari atas ke bawah.
Perancangan sequence diagram dimulai dari system
sequence diagram. System sequence diagram
menggambarkan hubungan input dan output antara
actor dan sistem untuk suatu use case atau skenario.
Gambar 2.49 Contoh Multi Layer Sequence Diagram (Satzinger, Jackson, dan Burd)
c. Communication Diagram
Communication diagram dan sequence diagram sama-
sama adalah interaction diagram, dan mereka berisi
informasi yang sama. Proses perancangan sistem
menggunakan communication diagram atau sequence
diagram akan menghasilkan informasi yang sama.
108