Anda di halaman 1dari 40

DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 2
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3. Penegasan Istilah ................................................................................................. 5
1.4. Batasan Masalah ................................................................................................. 7
1.5. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 7
1.6. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 7
1.7. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 8
BAB II................................................................................................................................. 9
LANDASAN TEORI .......................................................................................................... 9
2.1. Landasan Teori.................................................................................................... 9
2.1.1. Motor Bensin 4 Langkah........................................................................... 10
2.1.2. Sistem Pengapian ...................................................................................... 14
2.1.3. Booster Pengapian (Ignition Booster) ....................................................... 20
2.1.4. Proses Pembakaran ................................................................................... 26
2.1.5. Daya .......................................................................................................... 29
2.1.6. Konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) ........................................................ 38
2.2. Kerangka Berpikir ............................................................................................. 39
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Motor bensin merupakan salah satu jenis motor pembakaran dalam

(internal combustion engine). Motor bensin sangat banyak digunakan karena

mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya yaitu harganya yang relatif

murah, mudah dalam hal perawatan, dan mudah dalam memodifikasi mesin.

Pada motor bensin, tenaga yang dihasilkan merupakan hasil dari proses

pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Proses pembakaran adalah

proses secara fisik yang terjadi di dalam silinder selama pembakaran terjadi

(Wardan Suyanto, 1989 : 252). Proses pembakaran dimulai pada saat busi

memercikkan bunga api hingga terjadi proses pembakaran. Syarat untuk

terjadinya proses pembakaran adalah adanya api untuk membakar, adanya

udara, adanya bahan bakar, dan adanya kompresi.

Pembakaran campuran bahan bakar dan udara diperoleh dari percikan

bunga api dari busi. Bunga api dihasilkan oleh suatu rangkaian listrik yang

sering disebut sistem pengapian. Sistem pengapian ini berfungsi untuk

menaikkan tegangan primer baterai (12 volt) menjadi tegangan sekunder yang

tinggi dengan besar tegangan 10.000 - 20.000 volt atau lebih, sehingga akan

terjadi loncatan bunga api pada elektrode busi.

Awalnya sistem pengapian motor bensin bermula dari sistem pengapian

konvensional. Sistem pengapian konvensional yang dimaksud yaitu

menggunakan kontak platina dan baterai sebagai sumber tegangannya.


Tegangan baterai umumnya sebesar 12 volt. Tegangan tinggi yang terjadi

pada kumparan sekunder dihasilkan dengan cara memutuskan dan

menghubungkan arus listrik yang terjadi pada kumparan primer koil

pengapian secara mekanik. Komponen pengapian konvensional antara lain

platina (breaker point), cam (nok), dan kondensor. Salah satu kelemahan dari

sistem pengapian konvensional adalah terjadinya penurunan tegangan

sekunder. Namun seiring dengan perkembangan teknologi maka sistem

pengapian konvensional dikembangkan dan lebih disempurnakan lagi,

contohnya dengan digunakannya sistem pengapian semi transistor atau full

transistor pada kendaraan bermotor yang sekarang ada di pasaran.

Kendaraan diharapkan selalu dalam performa yang tinggi dan mesin

yang optimal. Kendaraan dengan mesin bensin mempunyai beberapa

keuntungan, salah satunya adalah mudah dalam memodifikasi mesin.

Modifikasi mesin dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan performa

kendaraan. Modifikasi dapat dilakukan pada beberapa bagian. Biasanya

dilakukan dengan cara meningkatkan perbandingan kompresi, perbaikan

sistem bahan baker, dan perbaikan sistem pengapian.

Perbaikan pada sistem pengapian ditujukan agar terjadi proses

pembakaran sempurna di dalam silinder. Proses pembakaran sempurna akan

mempengaruhi daya dan torsi mesin. Selain itu pembakaran sempurna juga

akan mempengaruhi emisi gas buang dan konsumsi bahan bakar.

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, maka banyak

macam komponen yang beredar di pasaran yang ditujukan untuk


meningkatkan performa mesin. Salah satu diantaranya adalah komponen

untuk meningkatkan kinerja sistem pengapian. Dengan menggunakan booster

pengapian ada beberapa keunggulannya yaitu: meningkatkan akselerasi

kendaraan, menghemat pemakaian bahan bakar, menekan kadar emisi gas

buang, mengurangi terbentuknya endapan karbon pada katup,

memperpanjang usia pakai busi dan koil, menurunkan suhu koil (mencegah

overheat), dan mempermudah starting mesin

(www.bataviaonline.tripod.com, Desember 2004). Banyak yang menjanjikan

peningkatan performa kendaraan jika konsumen menggunakan produk

tersebut dan kemudahan dalam pemasangan juga merupakan salah satu

keuntungannya.

Penggunaan booster pengapian merupakan salah satu jalan alternatif

untuk memodifikasi mesin yang ditujukan untuk meningkatkan performa

kendaraan. Booster pengapian bertujuan untuk mengurangi kelemahan dan

kekurangan sistem pengapian konvensional.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul STUDI

PERBANDINGAN DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

ANTARA PENGAPIAN STANDAR DENGAN PENGAPIAN

MENGGUNAKAN BOOSTER PADA MESIN TOYOTA SERI 3K.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka permasalahan yang timbul


dari penelitian tentang STUDI PERBANDINGAN DAYA MESIN

DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA PENGAPIAN STANDAR

DENGAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER PADA MESIN

TOYOTA SERI 3K adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perbedaan daya mesin antara pengapian standar dengan

pengapian menggunakan booster pada mesin Toyota seri 3K.

2. Bagaimana perbedaan konsumsi bahan bakar antara pengapian standar

dengan pengapian menggunakan booster pada mesin Toyota seri 3K.

1.3. Penegasan Istilah

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan supaya terdapat

kesatuan pengertian ataupun salah penafsiran dari beberapa istilah yang

terdapat dalam penelitian dengan judul STUDI PERBANDINGAN

DAYA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA PENGAPIAN

STANDAR DENGAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

PADA MESIN TOYOTA SERI 3K, maka diperlukan batas-batas istilah

sebagai berikut :

1. Studi Perbandingan

Studi perbandingan/komparasi adalah penelitian yang sifatnya

membandingkan (Arikunto Suharsimi, 1992 : 9). Dalam penelitian ini

membandingkan daya dan konsumsi bahan bakar antara pengapian standar

dengan pengapian menggunakan booster pada mesin Toyota seri 3K.

2. Daya
Daya mesin adalah besarnya kerja yang dilakukan persatuan waktu

yang dinyatakan dalam kiloWatt atau HP (Lembaran publikasi Lemigas

nomor 2, 1999/2000 : 45).

Daya (engine output power) adalah rata-rata kerja yang dilakukan

dalam suatu waktu. Pada penelitian ini, pengujian kemampuan mesin

dengan menggunakan hydraulic engine test bed, sehingga daya diperoleh

dari perkalian antara debit (Q) dengan tekanan (P).

3. Konsumsi Bahan Bakar

Konsumsi bahan bakar adalah jumlah bahan bakar yang dikonsumsi

atau diperlukan mesin untuk diubah menjadi panas pembakaran dalam

jangka waktu tertentu.

4. Pengapian Standar

Pengapian standar yang dimaksud yaitu sistem pengapian standar

mesin Toyota seri 3K yang menggunakan kontak platina dan baterai

sebagai sumber tegangannya (pengapian baterai konvensional).

5. Booster

Booster adalah komponen tambahan yang digunakan untuk

memperbaiki kinerja sistem pengapian. Dalam penelitian ini digunakan

booster merk POWER.

6. Mesin Toyota seri 3K

Motor bensin dengan merk Toyota dengan kapasitas silinder 1500

cc, berbahan bakar bensin (premium), jumlah silinder 4 buah segaris

(inline), dan nomor seri 3K.


1.4. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, dijelaskan bahwa antara motor bensin

yang menggunakan pengapian standar dengan pengapian yang menggunakan

booster akan terdapat berbagai perbedaan pada unjuk kerja mesin. Dengan

adanya perbedaan tersebut, agar tidak terjadi kesalahpahaman maka perlu

adanya penbatasan masalah. Penelitian ini memfokuskan perbedaan daya dan

konsumsi bahan bakar antara pengapian standar dengan pengapian yang

menggunakan booster pada mesin Toyota seri 3K.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan daya antara pengapian standar dengan

pengapian menggunakan booster pada mesin Toyota seri 3K.

2. Untuk mengetahui perbedaan konsumsi bahan bakar antara pengapian

standar dengan pengapian menggunakan booster pada mesin Toyota seri

3K.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian adalah :

1. Sebagai masukan bagi pemilik dan pengguna kendaraan tentang pengaruh

penggunaan booster pada pengapian standar terhadap daya dan konsumsi


bahan bakar pada mesin Toyota seri 3K.

2. Sebagai masukan bagi masyarakat luas terutama dunia otomotif tentang

pengaruh penggunaan booster pengapian sebagai salah satu langkah

alternatif dalam memodifikasi kendaraan.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk menunjang pemecahan masalah dalam penelitian ini, maka

diperlukan adanya sistematika penelitian sebagai berikut :

1. Bagian Depan, berisi :

Halaman Judul, Sari Karangan (Abstraksi), Halaman Pengesahan, Kata

Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar Lampiran.

2. Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang Perumusan masalah,

Penegasan Istilah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Sebagai telaah kepustakaan dan karangan acuan penelitian,

dalam landasan teori ini akan diuraikan teori dari Motor Bensin

4 tak, Sistem Pengapian, Proses Pembakaran, Daya Mesin,

Booster Pengapian, dan Kerangka Berpikir.

Bab III : Metodologi Penelitian


Metodologi Penelitian membahas mengenai: Obyek dan subyek

penelitian, waktu dan tempat penelitian, desain penelitian,

variabel penelitian, metode pengumpulan data, dan metode

analisis data.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang depenelitian

hasil penelitian yang diperoleh di lapangan dan pembahasan dari

hasil penelitian tersebut.

Bab V : Penutup

Dalam bagian penutup ini berisi tentang simpulan dari hasil

penelitian serta saran sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian

yang telah dilaksanakan.

3. Bagian Akhir Penelitian

Bagian akhir penelitian terdiri dari daftar pustaka dan daftar

lampiran : Daftar Pustaka, berisi daftar buku, majalah, dan sumber lainnya

yang berkaitan dengan pembahasan dari penelitian.

Lampiran, berisi tentang kelengkapan-kelengkapan penelitian

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori


Landasan teori merupakan suatu telaah kepustakaan yang menjadi

kerangka acuan penelitian, sehingga memberi arah untuk

menjawab permasalahan dalam hasil penelitian. Hal-hal yang akan dibahas

dalam landasan teori ini antara lain : Motor Bensin 4 Langkah, Sistem

Pengapian, Booster Pengapian (Ignition Booster), Proses pembakaran, Daya,

dan Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC).

2.1.1. Motor Bensin 4 Langkah

Secara garis besar prinsip kerja motor bensin 4 langkah adalah

sebagai berikut: Campuran bahan bakar dan udara yang dihasilkan oleh

karburator dihisap masuk ke dalam silinder, kemudian dimampatkan

dan dibakar. Karena panas yang timbul, gas tersebut mengembang dan

karena ruangan tersebut terbatas, maka tekanan di dalam silinder

tersebut meningkat yang pada akhirnya mendorong piston ke bawah

sehingga menghasilkan usaha. Oleh batang piston diteruskan ke poros

engkol dan poros engkol akan berputar.

Secara lebih terperinci, siklus kerja dari motor bensin 4 langkah

dapat dijelaskan seperti berikut :

a. Langkah Hisap

Langkah hisap dimulai pada saat piston bergerak dari Titik

Mati Atas (TMA) menuju Titik Mati Bawah (TMB). Pada saat ini

terjadi penurunan tekanan di dalam silinder. Apabila katup hisap

membuka, maka memungkinkan mengalirnya campuran bahan

bakar dan udara karena terjadinya perbedaan tekanan udara di dalam


silinder dan di luar silinder. Langkah hisap berlangsung sampai

piston mencapai Titik Mati Bawah (TMB) yang bersamaan dengan

itu katup hisap mulai menutup. Dengan menutupnya katup hisap

maka campuran bahan bakar dan udara tertahan di dalam silinder.

Setelah itu dilanjutkan dengan proses selanjutnya yaitu langkah

kompresi.

Katup Katup

Busi

Piston

Poros

Gambar 1. Langkah Hisap

b. Langkah Kompresi

Setelah katup hisap menutup, campuran bahan bakar dan udara

tidak dapat keluar lagi dari dalam silinder. Selanjutnya piston

bergerak dari Titik Mati Bawah (TMB) menuju Titik Mati Atas

(TMA). Bergeraknya piston tersebut menyebabkan terjadinya

penyempitan ruang silinder. Dengan menyempitnya ruang silinder


tersebut, campuran bakar dan udara menjadi tertekan. Campuran

bahan bakar dan udara yang dimampatkan tersebut mengakibatkan

tekanan di dalam silinder menjadi naik. Pada saat ini motor sudah

berputar 3600 sehingga piston sudah kembali pada posisi semula.

Karena tekanan silinder yang cukup tinggi, maka kerapatan harus

diutamakan, karena bila terjadi kebocoran maka tenaga yang

dihasilkan akan turun.

Katup Katup

Busi

Piston

Poros

Gambar 2. Langkah Kompresi

c. Langkah Usaha

Sebelum langkah kompresi selesai, beberapa derajat sebelum

piston mencapai TMA busi memercikkan bunga api untuk

membakar campuran bahan bakar dan udara yang telah

dikompresikan. Penyalaan bunga api beberapa derajat sebelum

piston mencapai TMA bertujuan agar dapat menghasilkan tenaga


yang optimal. Dengan kata lain efisiensi dari pembakaran dapat

maksimal. Dengan terbakarnya campuran bahan bakar dan udara

tersebut maka tekanan di dalam ruang silinder akan naik. Tekanan

ini kemudian mendorong piston bergerak ke bawah sehingga terjadi

langkah usaha.

Katup Katup

Busi

Piston

Poros

Gambar 3. Langkah Ekspansi / Usaha

d. Langkah Buang

Setelah piston mencapai TMB, langkah usaha selesai

kemudian langkah buang dimulai. Langkah buang dimulai pada saat

piston bergerak dari TMB menuju TMA. Bergeraknya piston

tersebut akan mendorong sisa gas pembakaran keluar dari dalam

silinder. Langkah buang berakhir setelah piston mencapai TMA,

pada saat ini poros engkol sudah berputar 7200. Dengan demikian

satu rangkaian siklus motor 4 langkah telah selesai. Proses tersebut


berlangsung secara terus menerus selama motor tersebut masih

dihidupkan.

Katup Katup

Busi

Piston

Poros

Gambar 4. Langkah Buang

2.1.2. Sistem Pengapian

Sistem penyalaan adalah salah satu sistem yang ada dalam motor

bakar yang menjamin motor dapat bekerja (Wardan Suyanto, 1989 :

266). Sistem pengapian berfungsi untuk membangkitkan bunga api

yang dapat membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam

silinder. Sistem pengapian yang dibutuhkan motor bensin adalah sistem

yang menghasilkan loncatan bunga api yang besar sehingga tekanan

pembakaran yang dihasilkan akan lebih besar. Sistem pengapian baterai

pada motor bensin ada beberapa macam diantaranya sistem pengapian

konvensional dan sistem pengapian transistor. Secara umum sistem

pengapian konvensional dapat dituliskan sebagai berikut: Pada saat


kunci kontak on, arus listrik akan mengalir dari baterai ke kumparan

primer, ke platina dan masa. Pada saat ini platina dalam keadaan

tertutup, akibatnya arus akan mengalir melalui kumparan primer, maka

pada inti besi terjadi kemagnetan. Apabila platina dibuka, arus yang

mengalir pada kumparan primer akan terputus dan kemagnetan pada

inti besi akan menghilang.

Hilangnya kemagnetan pada inti besi menyebabkan kumparan

sekunder muncul tegangan induksi. Tegangan sekunder inilah yang

akan digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara

yang dikompresikan dalam ruang silinder.

Gambar 5. Sistem Pengapian Konvensional

a. Baterai

Berfungsi untuk menyuplai arus tegangan rendah koil

pengapian (ignition coil), umumnya 12 volt.

b. Koil Pengapian (Ignition Coil)


Berfungsi untuk mengubah arus listrik tegangan rendah baterai

menjadi tegangan tinggi untuk menghasilkan loncatan bunga api

yang kuat pada elektrode busi.

Koil pengapian terdiri dari 2 buah lilitan yaitu lilitan primer

dan lilitan sekunder. Kumparan primer mempunyai diameter kawat

0,5 1,0 mm. Diameter kawat kumparan sekunder yaitu 0,05 0,1

mm.

Untuk mencegah terjadinya hubungan singkat, antar kumparan

terdapat sekat yang mempunyai tahanan tinggi.

c. Distributor

Komponen distributor yaitu :

1) Nok (cam)

Berfungsi untuk membuka dan menutup kontak platina pada

sudut poros engkol yang tepat untuk masing-masing silinder.

2) Platina (breaker point)

Berfungsi untuk memutus dan menghubungkan arus listrik yang

mengalir melalui kumparan primer pada koil pengapian untuk

menghasilkan tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan

cara induksi magnet listrik.

3) Kondensor (capacitor)

Berfungsi untuk menyerap bunga api yang terjadi antara kontak

platina pada saat mulai membuka agar kontak tidak cepat terbakar

dan mempercepat pemutusan arus primer.


4) Centrifugal Governor Advancer

Berfungsi untuk mengubah saat pengapian sesuai dengan putaran

mesin.

5) Vacuum Advancer

Berfungsi untuk mengubah saat pengapian sesuai dengan beban

mesin.

6) Rotor untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi yang

dihasilkan oleh koil pengapian ke masing-masing busi.

7) Tutup distributor Berfungsi untuk membagikan arus listrik

tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan tinggi untuk masing-

masing busi.

d. Kabel tegangan tinggi (high tension cord)

e. Berfungsi untuk mengalirkan tegangan tinggi dari koil pengapian ke

busi.

f. Busi Berfungsi untuk mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi

menjadi loncatan bunga api pada elektrodenya.

Teori terjadinya tegangan tinggi pada Ignition Coil

a. Induksi diri (self induction effect)

Pada saat medan magnet terjadi akibat arus mengalir pada

kumparan akibatnya EMF (electro motive force) dibangkitkan dan

menghasilkan garis gaya magnet dengan arah yang berlawanan

dengan pembentukan garis gaya magnet dalam kumparan. Oleh


karena itu arus tidak akan seketika pada saat dialirkan ke kumparan

tetapi membutuhkan waktu untuk menaikkan arus tersebut.

Gambar 6. Terjadinya induksi diri (self induction)

Bila arus mengalir dalam sebuah kumparan dan kemudian arus

diputuskan secara tiba-tiba maka EMF akan dibangkitkan dalam

dengan arah dimana arus cenderung mengalir (arah yang merintangi

hilangnya garis gaya magnet). Dengan cara ini bila arus yang

mengalir ke kumparan, atau bila arus diputuskan maka kumparan

membangkitkan EMF yang bekerja melawan perubahan garis gaya

magnet pada kumparan.

b. Induksi bersama (mutual induction effect)

Apabila dua kumparan disusun dalam satu garis dan besarnya

arus yang mengalir pada kumparan primer diubah, maka EMF akan

bangkit pada kumparan sekunder dengan arah melawan perubahan

garis gaya magnet pada kumparan primer.


Pada gambar 7 bila arus tetap mengalir pada kumparan primer

maka tidak akan terjadi perubahan garis gaya magnet, dengan

demikian tidak ada EMF yang bangkit pada kumparan sekunder

Gambar 7. Induksi bersama (Mutual induction)

Pada saat titik kontak diputuskan, aliran arus pada kumparan

primer juga diputuskan, garis gaya magnet yang telah terbentuk

sampai saat itu tiba-tiba menghilang, sehingga pada kumparan

sekunder terjadi EMF dengan arah melawan kehilangan fluksi

magnet.

Sebaliknya apabila titik kontak dihubungkan kembali, maka

pada kumparan sekunder akan dibangkitkan EMF dengan arah yang

berlawanan dengan pembentukan garis gaya magnet pada kumparan

primer (ini berlawanan dengan yang terjadi bila arus diputuskan).

Ignition coil membangkitkan aliran yang bertegangan tinggi secara

induksi bersama yang terjadi pada saat arus primer yang tiba-tiba

diputuskan dengan terbukanya breaker point (kontak platina).

Besarnya EMF dipengaruhi oleh :


1) Banyaknya garis gaya magnet

Semakin banyak garis gaya magnet yang terbentuk dalam

kumparan semakin besar tegangan yang diinduksi.

2) Banyaknya gulungan kumparan

Semakin banyak lilitan kumparan semakin tinggi tegangan

yang diinduksikan.

3) Kecepatan perubahan garis gaya magnet

Semakin cepat perubahan banyaknya garis gaya magnet

yang dibentuk pada kumparan semakin tinggi tegangan yang

terinduksi.

Tegangan tinggi yang dihasilkan kumparan sekunder koil

dikeluarkan diantara elektrode busi. Kemampuan dalam

menghasilkan bunga api tergantung beberapa faktor, yaitu:

1. Bentuk elektrode dan kemampuan discharge

2. Celah busi dan tegangan yang dibutuhkan

3. Tekanan kompresi dan tegangan yang dibutuhkan

4. Suhu elektrode dan tegangan yang dibutuhkan

2.1.3. Booster Pengapian (Ignition Booster)

Booster berfungsi untuk menyempurnakan proses pembakaran

dalam mesin dengan cara memperbesar tegangan pengapian, tanpa

mengganti koil dan kabel busi. Booster ini dapat digunakan pada

kendaraan dengan sistem pengapian CDI maupun platina (http:

www.ototrend.com).
Dalam perkembangannya booster pengapian ini disempurnakan

lagi menjadi suatu rangkaian komponen. Di dalam booster terdapat

rangkaian elektronik berupa amplifier tegangan dan penyearah yang

berfungsi untuk memaksimalkan energi pembakaran (http :

www.bataviaonline.tripod.com).

Gambar 8. Pemasangan Booster

Menurut situs http : www.autofieldguide.com penggunaan

booster pengapian bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi

pembakaran, daya output, dan hemat bahan bakar seperti yang

dilakukan oleh peneliti Ulf Arens. Dinyatakan juga bahwa sistem

pengapian high-performance berpengaruh pada tenaga (power) dan

emisi gas buang. Booster pengapian dapat meningkatkan torsi sebesar

2,8 % dan daya sebesar 3,2 %.


Gambar 9. Grafik hasil penelitian booster pengapian

Amplifier tegangan berfungsi untuk memperbesar tegangan

output koil, sehingga voltase yang mencapai busi dapat ditingkatkan

dan menghasilkan percikan api lebih kuat dan stabil. Amplifier ini juga

meminimalkan efek penurunan tegangan yang sering terjadi pada rpm

tinggi.

Penyearah berfungsi sebagai penangkal arus balik (back motion

electron force) yang dapat melemahkan tegangan pengapian dan dapat

menjadi penyebab meningkatnya suhu koil. Booster pengapian

POWER didalamnya terdapat sebuah rangkaian penyearah yaitu

dioda. Dioda ini berfungsi sebagai penyearah sesuai dengan

karakteristiknya. Karakteristik dioda mempunyai sifat hanya dapat

mengalirkan elektron atau arus pada satu arah.


Gambar 10. Skema Booster pengapian POWER

Dioda ada beberapa macam sesuai dengan pemakaian bahan

dasarnya (bahan semi konduktor) maka dapat dibagi menjadi dua

macam yaitu silikon dan germanium.

Sesuai dengan sifat yang dimiliki maka dioda dapat digunakan

untuk penyearah arus listrik (rectification current).

Gambar 11. Rangkaian dioda dengan sumber DC

Pada rangkaian tersebut menjelaskan bahwa arus akan mengalir

melalui rangkaian dioda dan lampu akan menyala karena tegangan

baterai dipergunakan pada arah ke depan (forward bias). Tetapi bila

polaritas baterai dibalik maka tidak terjadi pengaliran arus pada

rangkaian dan lampu akan mati karena tegangan baterai dipergunakan

pada arah yang berlawanan. Bila sumber berupa tenaga arus bolak-balik
(AC) seperti pada gambar 12 maka arus keluaran berupa setengah

gelombang (half wave rectification).

Gambar 12. Rangkain dioda dengan sumber AC dan grafik output.

Output koil yang berupa arus bolak-balik (AC) akan menghambat

terbentuknya tegangan induksi karena terjadinya arus balik (back

electromotive force). Arus balik tersebut akan menghambat arus primer

pada primer koil. Arus primer yang terhambat akan menyebabkan

menurunnya tegangan pengapian. Dengan tegangan pengapian yang

kuat dan stabil maka akan menyebabkan tekanan pembakaran yang

besar.

Apabila tekanan kompresi meningkat maka discharge akan

menjadi semakin sulit dan tegangan yang dibutuhkan semakin besar.

Apalagi pada saat kendaraan berjalan lambat dengan kecepatan rendah

dan beban berat serta throttle valve terbuka penuh. Tegangan yang

dibutuhkan juga akan naik bila suhu campuran udara-bahan bakar

turun.
Gambar 13. Tekanan kompresi dan tegangan yang dibutuhkan

Dengan tekanan pembakaran yang kuat maka gaya hasil

pembakaran semakin besar yang akan meningkatkan daya mesin dan

pembakaran akan berlangsung sempurna.

Dengan terjadinya pembakaran yang berlangsung sempurna

dapat menekan kadar emisi gas buang dan menghemat konsumsi bahan

bakar.

Beberapa manfaat penggunaan booster, antara lain:

1. Meningkatkan daya mesin

2. Meningkatkan akselerasi

3. Menyempurnakan pembakaran

4. Mengurangi pemebentukan karbon pada ruang bakar

5. Menghemat bahan bakar


2.1.4. Proses Pembakaran

Proses pembakaran didalam silinder merupakan reaksi kimia

antara unsur yang terkandung dalam bahan bakar (HC) dengan udara

yang diikuti dengan timbulnya panas. Panas pembakaran inilah yang

dilepas selama proses menghasilkan tenaga.

Pada saat terjadi proses pembakaran, campuran bahan bakar dan

udara tidak langsung terbakar karena terjadi reaksi antara bahan bakar

dan udara. Pada saat gas dikompresikan, tekanan dan suhu akan naik,

sehingga akan terjadi reaksi kimia dimana molekul-molekul

hidrokarbon terurai dan bergabung dengan oksigen.

Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi dalam pembakaran gas

motor bensin, yaitu :

a. Pembakaran Sempurna

Pembakaran sempurna merupakan pembakaran dimana bahan

bakar dapat terbakar secara keseluruhan atau tuntas pada saat yang

dikehendaki. Mekanisme pembakaran normal dalam motor bensin

dimulai pada saat terjadinya loncatan bunga api pada busi.

Selanjutnya api membakar gas yang ada di sekelilingnya, dan terus

menjalar ke seluruh bagian sampai semua partikel gas terbakar habis.

Dalam pembakaran normal pembagian nyala pada waktu pengapian

terjadi merata di seluruh bagian.


Pada keadaan yang sebenarnya mekanisme pembakaran di

dalam motor bensin bersifat kompleks karena berlangsungnya

melalui beberapa fase seperti yang digambarkan pada diagram/kurva

proses pembakaran berikut.

Gambar 14. Kurva Pembakaran Normal

Pada saat busi memercikkan bunga api titik A sampai titik B

terjadi keterlambatan pembakaran bahan bakar dan udara. Sampai

pada titik B pembakaran dimulai dan penyebaran apinya dilanjutkan

keseluruh bagian ruang bakar. Bila proses pembakaran ini

berlangsung normal, maka kecepatan rambat apinya agak konstan

dan merata ke seluruh ruang silinder.

Saat setelah bahan bakar mulai terbakar titik B, maka tekanan

di dalam silinder akan naik dengan drastis. Hal ini disebabkan karena

sempitnya ruang bakar akibat dari langkah kompresi dan panas


pembakaran ini akan mengakibatkan naiknya tekanan di dalam

silinder.

Tekanan pembakaran ini akan mencapai titik tertinggi pada

beberapa saat setelah piston melewati TMA. Hal ini mempunyai

maksud agar tenaga yang dihasilkan benar-benar maksimum, karena

tekanan pembakaran akan digunakan untuk mendorong piston.

Daerah tekanan maksimum ini harus dipertahankan, untuk itu waktu

penyalaan (saat busi memercikkan api) harus dimajukan, tepatnya

pada saat motor berjalan cepat walaupun tekanan tertinggi dicapai

pada titik C, tetapi proses pembakaran tetap berlangsung sampai

pada titik D.

Pada kenyataannya pembakaran sempurna tidak pernah terjadi

di dalam silinder, oleh sebab itu gas buang yang keluar dari ruang

bakar mengandung gas-gas sisa pembakaran yang merupakan gas

berbahaya.

b. Pembakaran tidak sempurna

Pembakaran tidak sempurna merupakan proses pembakaran

dimana sebagian bahan bakar tidak ikut terbakar, atau tidak terbakar

bersama pada saat yang dikehendaki. Pembakaran tidak sempurna

dibedakan menjadi dua, yaitu knocking dan pre-ignition.

Pada peristiwa pembakaran normal api menyebar ke seluruh

bagian ruang bakar dengan kecepatan konstan dan busi berfungsi

sebagai pusat penyebaran. Gas baru yang belum terbakar terdesak


oleh gas yang telah terbakar, sehingga tekanan dan suhunya naik

sampai mencapai keadaan sampai hampir terbakar. Jika pada saat ini

gas tadi terbakar dengan sendirinya maka akan timbul ledakan

(detonasi) yang menghasilkan gelombang kejutan berupa suara

ketukan (knocking noise). Fluktuasi tekanan yang besar dan cepat

terjadi pada saat akhir pembakaran sehingga akan menyebabkan

tenaga mesin menurun.

Sedangkan pre-ignition terjadi saat busi belum memercikkan

api. Bahan bakar terbakar dengan sendirinya sebagai akibat dari

kenaikan tekanan dan suhu yang tinggi sebelum busi menyala.

Tekanan dan suhu membakar gas bakar tanpa adanya api dari busi.

Gambar 15. Kurva Pembakaran Tidak Sempurna

2.1.5. Daya

Daya motor adalah besarnya kerja motor selama waktu tertentu.

bahan bakar dan udara yang terbakar dalam ruang bakar akan
menghasilkan gas pembakaran yang bersuhu dan bertekanan tinggi.

Gas ini akan mendorong piston ke bawah dan menghasilkan daya yang

disalurkan ke poros engkol melalui batang piston.

Tenaga gerak yang dihasilkan mesin berasal dari energi panas

hasil reaksi kimia campuran bahan bakar dan udara. Energi panas yang

dihasilkanpada langkah ekspansi tidak semuanya diubah menjadi

tenaga gerak. Untuk motor bensin, energi yang digunakan secara efektif

besarnya sekitar 25 %.

PEMBAKARAN CAMPURAN BAHAN BAKAR DAN UDARA

GAS BERSUHU

GAYA BERTEKANAN

GERAK LURUS

MEKANIK

DAYA

Gambar 16. Skema urutan daya putar yang dihasilkan mesin

Sebagian dari daya indikator dibutuhkan untuk mengatasi

gesekan mekanis, misalnya gesekan antara piston dengan silinder.


Disamping itu daya indikator harus menggerakkan beberapa komponen

seperti pompa air pendingin, pompa bahan baker, dan lain-lain.

Secara teoritis daya efektif (Ne) mesin dirumuskan :

Keterangan :

Ne = daya efektif (kW) D = diameter silinder (cm)

s = langkah piston (cm) n = putaran mesin (rpm)

Pe = tekanan efektif rata-rata (kg/cm2) z = jumlah silinder

a = faktor putaran (4T = 2, 2T = 1) 1 dk = 0,735 Kw

Daya pada sebuah motor dapat dipengaruhi oleh ukuran diameter

silinder, langkah torak, perbandingan kompresi, dan

rendemen/efisiensi.

a. Volume Silinder (Displacement)

Diameter silinder dan langkah piston merupakan dua faktor

penting dalam mentukan kemampuan motor. Karena banyaknya

bahan bakar yang dibakar tergantung dari volume silinder, dimana

volume silinder dipengaruhi diameter silinder dan langkah piston.

Langkah piston dihitung dari jarak titik mati atas (TMA) dengan titik

mati bawah (TMB). Sehingga semakin besar diameter silinder dan

langkah piston berarti semakin banyak pula bahan bakar yang dapat

dibakar sehingga tenaga yang dihasilkan akan semakin besar.


Gambar 17. Diameter dan Langkah Piston

b. Perbandingan Kompresi (Compression ratio)

Perbandingan kompresi diukur dengan banyaknya campuran

bahan bakar dan udara yang dapat masuk ke dalam silinder selama

langkah hisap (volume silinder), yang dimampatkan pada saat

langkah kompresi. Volume sisa pada bagian atas silinder bila torak

sudah mencapai titik mati atas (volume ruang bakar). Perbandingan

kompresi adalah perbandingan antara volume silinder ditambah

dengan volume ruang bakar dan dibagi dengan volume ruang bakar.
Keterangan :

Vs = volume silinder (cm3)

Vrb = volume ruang bakar (cm3)

Jika perbandingan kompresi diperbesar maka tekanan

pembakaran bertambah besar akan tetapi tidak boleh melewati

batasan tertentu karena akan menyebabkan terjadinya

knocking/detonasi yang akan menyebabkan turunnya daya mesin.

Pada umumnya perbandingan kompresi untuk motor bensin yaitu 8

11.

c. Efisiensi Volumetric dan Efisiensi Pengisian

Berdasarkan teori besarnya tenaga hasil pembakaran

dipengaruhi jumlah campuran udara dan bahan bakar yang masuk ke

dalam silinder selama langkah hisap. Pada kenyataannya jumlah

campuran yang dihisap oleh motor berbeda dan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain : tekanan, suhu, gas-gas sisa, dan waktu

kerja katup-katup. Hal ini yang menyebabkan perencanaan

kemampuan pemasukan yang sesungguhnya (actual intake

performance), efisiensi volumetric, dan efisiensi pengisian

digunakan sebagai ukuran rata-rata.

Bila suhu absolut dan tekanan masing-masing adalah T dan P

dan keadaan standar T0 = 150 dan P0 = 760 mmHg, efisiensi

volumetric dan efisiensi pengisiannya yaitu :


Hasil perhitungan efisiensi volumetric tidak akan diperoleh

tanpa terlebih dahulu mengetahui tekanan dan suhu dari keadaan

pemasukan, tetapi pada efisiensi pengisian volume absolut campuran

udara dan bensin dapat diselesaikan sebab kondisi standarnya telah

diketahui Harga efisiensi pengisian berbanding langsung denagn

output mesin sehingga akan lebih baik jika dibuat sebesar mungkin.

Harga efisiensi mencapai 100% tidak memungkinkan karena adanya

tahanan sistem hisap dan efek-efek gas buang, umumnya berkisar

antara 65% - 85%. Efisiensi pengisian dapat dimaksimalkan dengan

menggunakan super charger.

d. Efisiensi thermis

Merupakan perbandingan antara panas yang berguna dengan

panas masuk. Misalnya panas yang dihasilkan dari pembakaran

campuran bahan bakar yang dimasukkan kedalam silinder adalah Q1

dan panas yang hilang (panas keluar) pada dinding silinder serta

bagian-bagian lainnya adalah Q2.


Efisiensi thermis = Q1-Q2 / Q1 ............................................. (3)

Gambar 18. Diagram kesetimbangan panas motor

e. Efisiensi Mekanis

Sebagian gaya indikator tiap langkah kerja digunakan uintuk

proses motor tersebut. Pemakaian tenaga lain untuk melawan tahanan

gesek dari bantalan, piston, dan komponen mesin yang lain. Semua

tenaga yang hilang akibat gaya-gaya diatas disebut kerugian gesek (Nf)

dimana:

Ne = Ni - Nf ......................................................... (4)

Kerugian gesek sulit untuk diukur secara tepat, pendekatan yang

umum dilakukan pada mesin putaran tinggi adalah dengan

menggunakan dynamometer. Kecepatan mesin, setting throttle,

temperatur pelumas, dan tekanan atmosfir dijaga dalam kondisi yang

stabil selama pengujian. Kesalahan umum yang terjadi dalam metode

ini adalah gaya tekanan gas pada piston dan ring piston selama

pengujian lebih rendah dari kondisi mesin di lapangan.


Perbandingan tenaga pengereman yang dihasilkan mesin dan

daya indikator disebut efisiensi mekanik (hm).

Tenaga untuk siklus kerja mesin termasuk dalam kerugian gesek,

efisiensi mekanik tergantung pada desain posisi throttle sesuai putaran

mesin. Pada mesin modern efisiensi dapat mencapai 90% dan pada

putaran tinggi turun menjadi 75%.

Kerja efektif mesin yang terukur mempunyai nilai lebih kecil dari

pembakaran yang sesungguhnya (kerja indikator), karena adanya

kerugian yang ditimbulkan karena gesekan, pendinginan, dan gas

buang. Dalam pengukuran prestasi mesin menggunakan metode yang

berbeda-beda tergantung dari berbagai standar dan kondisi pengujian

yang dilakukan.

Gambar 19 menunjukkan peralatan yang digunakan untuk

mengukur nilai yang berhubungan dengan keluaran motor pembakaran

(hydraulic engine test bed).

Prinsip kerjanya adalah dengan memanfaatkan pompa hidrolik

jenis roda gigi (hydraulic gear pump) untuk menangkap daya mesin

yang diuji.
Gambar 19. Hydraulic engine test bed

Keterangan :

1. Motor bensin 7. Vacuum gauge

2. Poros propeller 8. Pressure gauge

3. Pompa roda gigi 9. Tabung pemecah buih

4. Saluran masuk fluida 10. Tabung pengukur debit fluida

5. Saluran keluar fluida 11. Kran pengatur beban

6. Reservoir fluida

Karena konstruksi poros mesin yang diuji dengan poros pompa

berada pada satu garis lurus (satu poros) maka besarnya putaran mesin
sana dengan putaran pompa sehingga daya yang dihasilkan oleh pompa

merupakan daya yang diuji.

Hasil pengujian prestasi akan ditunjukkan dengan perubahan

yang terjadi pada panel-panel. Besarnya daya yang dihasilkan mesin

dapat dihitung dari besarnya debit fluida yang keluar dari pompa (Q)

dalam m3/detik dikalikan dengan range tekanan fluida masuk dan

tekanan fluida keluar (DP) dalam kg/m2 yang dihasilkan oleh mesin

dengan rumus:

P = Q x DP ............................................................. (5)

Dimana :

P = daya output mesin

Q = debit fluida

DP = tekanan fluida masuk + tekanan fluida keluar pompa

Dari hasil perhitungan maka akan diperoleh nilai daya P

(kgm/detik), kemudian satuan daya tersebut dirubah dalam kiloWatt.

2.1.6. Konsumsi bahan bakar spesifik (sfc)

Besarnya daya dan torsi suatu motor merupakan hasil dari

pembakaran campuran bahan bakar dan udara dalam ruang silinder.

Banyaknya bahan bakar yang diubah menjadi daya ditunjukkan dalam

satuan kilogram. Maka berarti banyaknya bahan bakar yang dikonsumsi

oleh motor dibandingkan daya yang dihasilkan dalam tiap satuan waktu

akan diperoleh besaran yang disebut konsumsi bahan bakar spesifik

/spesific fuel consumption (sfc).


keterangan :

sfc = spesific fuel consumption (kg/kW-h)

Vbb = volume bahan bakar yang dikonsumsi (cc)

Rapat relatif = rapat relatif bahan bakar (kg/dm3)

t = waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan bahan bakar (detik)

P = daya output (kW)

Tingkat pemakaian bahan bakar dalam suatu motor ditentukan

dengan banyaknya bahan bakar yang diberikan dan daya yang

dihasilkan saat itu, sehingga akan berbeda dengan pemakaian pada saat

motor berjalan. Tidak selamanya mesin dengan volume silinder yang

besar akan berarti konsumsi bahan bakarnya boros / tinggi.

2.2. Kerangka Berpikir

Upaya untuk menaikkan kemampuan mesin dapat dilakukan dengan

berbagai cara agar diperoleh tenaga yang maksimal disamping penggunaan

bahan bakar yang lebih ekonomis. Salah satunya pada komponen sistem

pengapian karena salah satu syarat motor bensin hidup adalah adanya

pembakaran. Perbaikan pada sistem pengapian akan memperbaiki kinerja

sistem pengapian.

Penggunaan booster diharapkan mampu memperbaiki kinerja sistem

pengapian. Karena booster berfungsi untuk memperkuat dan menstabilkan

tegangan pengapian. Booster mencegah melemahnya tegangan pengapian


karena adanya back electro motion pada koil pengapian. Tegangan pengapian

yang kuat akan memperbesar tekanan pembakaran. Tekanan pembakaran

yang lebih besar akan meningkatkan daya mesin dan performa kendaraan dan

menyempurnakan proses pembakaran. Pembakaran yang sempurna dapat

menekan kadar emisi gas buang dan menghemat konsumsi bahan bakar.

Maka diperkirakan penggunaan booster akan menimbulkan perbedaan daya

dan konsumsi bahan bakar pada sistem pengapian standar mesin Toyota seri

3K.

Anda mungkin juga menyukai