Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS BEDAH ORTOPEDI

BLOUNT DISEASE

Dokter Pembimbing :
Dr. Nasir, Sp. OT

Disusun oleh:
Didit Fajar Nugroho
01.209.5871

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


RSUD Dr. R. SOEDJATI SOEMODIHARJO
PURWODADI
2013
IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. Muhammad Kaysar Alim
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Dibawah umur
Alamat : Perumnas 2/10 Grobogan Grobogan
Bangsal : Teratai

I. DATA DASAR
A. ANAMNESA
Tangal 25 Mei 2013
Keluhan utama : Kedua kaki bengkok.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Purwodadi diantar orang tua dengan keluhan bengkok
pada kedua kaki. Bengkok mulai terlihat sejak anak mulai berjalan dan
mengalami kesusahan saat berjalan. Pasien mengeluh nyeri pada lutut bagian
dalam. Riwayat jatuh disangkal, Kelainan ini belum diperiksakan ke dokter dan
belum diobati sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengalami hal seperti ini sejak umur 10 bulan
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengeluh sakit seperti ini
Riwayat Sosial Ekonomi
Seluruh biaya RS ditanggung sendiri.
Kesan: sosial ekonomi baik.

B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
BB : 35 kg
TB : 125 cm
Tanda vital : Nadi : 92 x / menit, reguler, isi dan tegangan cukup

1
RR : 20 x / menit, reguler
Suhu : 36,5C axiller
Kulit : sawo matang, turgor kulit cukup
Kepala : mesosefal
Mata : konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil
isokor, refleks cahaya +/+
Telinga : discharge -/-
Hidung : nafas cuping hidung -/-, septum deviasi (-), discharge (-)
Mulut : bibir pucat (-), bibir kering (-)
Tenggorokan : faring hiperemis (-)
Leher : simetris, deviasi trakhea (-), pembesaran nnll (-)
Thorax :
Jantung I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial LMCS, tidak
melebar, tidak kuat angkat
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : BJ I II murni, bising (-), gallop (-)
Pulmo I : simetris statis dinamis
Pa : stem fremitus kiri = kanan
Pe : sonor seluruh lapangan paru
Au : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen I : datar, gambaran gerak usus (-)
Pa : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, defans
musculer (-)
Pe : timpani, pekak hepar (+) N
Au : bising usus (+) normal, metallic sound (-)
Genitalia Eksterna : dbn
Ekstremitas : superior inferior
Edema : -/- -/-
Akral dingin : -/- -/-
Sianosis : -/- -/-
Cap. Refill : <2/<2 <2/<2

2
Jejas : -/- -/-
Reflek fisiologis : +N/+N +N/+N
Reflek patologis : -/- -/-
Kekuatan otot : 5/5 5/5
Tonus : cukup cukup
Pembesaran nnll : -/- -/-

Status lokalis
Ekstremitas Inferior :
Inspeksi : Kaki kanan dan kiri tampak melengkung kedalam seperti huruf
O, tidak ada perubahan warna kulit.
Palpasi : nyeri tekan di sisi medial lutut (+), tidak ada krepitasi.
Move : tangan kiri terasa nyeri jika digerakkan. Tidak tampak gerakan
yang tidak normal, tampak kesusahan saat berjalan.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diusulkan pemeriksaan radiologi anteroposterior dalam posisi berdiri dari kedua
ekstremitas dan posisi lateral dari ekstremitas inferior.

D. RESUME
Pasien datang ke RSUD Purwodadi diantar orang tua dengan keluhan bengkok
pada kedua kaki. Bengkok mulai terlihat sejak anak mulai berjalan dan
mengalami kesusahan saat berjalan. Pasien mengeluh nyeri pada lutut bagian
dalam. Riwayat jatuh disangkal, Kelainan ini belum diperiksakan ke dokter dan
belum pernah diobati sebelumnya.

Keadaan Umum : baik


Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital : dalam batas normal
Status Internus : dalam batas normal
Kulit : turgor cukup
Muskuloskeletal : dalam batas normal

3
Status lokalis
Ekstremitas Inferior :
Inspeksi : Kaki kanan dan kiri tampak melengkung kedalam seperti huruf
O, tidak ada perubahan warna kulit.
Palpasi : nyeri tekan di sisi medial lutut (+), tidak ada krepitasi.
Move : tangan kiri terasa nyeri jika digerakkan. Tidak tampak gerakan
yang tidak normal, tampak kesusahan saat berjalan.

E. DIAGNOSIS SEMENTARA
Blount Disease

F. INITIAL PLANS
Blount Disease
DD : - Genu Varum Fisiologis
- Genu Varum Kongenital
- Osteomielitis
- Deformitas traumatik
Dx : S : deformitas varus.
O : pemeriksaan radiologi
Dari hasil radiologi didapatkan :
Hasil :

4
Hasil : ditemukan angulasi varus di kedua kaki.

Tx : Operatif : Osteotomi
Non operatif : hip-knee-ankle-foot-orthosis (HKAFO), knee-ankle-foot-
orthosis (KAFO) 23 jam sehari.
Mx : Pengawasan keadaan umum.
Ex : Diet tinggi protein (telur dan daging), rendah lemak dan karbohidrat,
menurunkan berat badan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Blount adalah penyakit pada pertumbuhan tulang dimana


berlakunya kelainan pada proses osifikasi di medial dari proximal tibia fisis, epifisis
dan metafisis . Deformitas ini bersifat progresif, dimanifestasi dengan terjadinya
angulasi varus dan rotasi interna pada tibia di regio proximal metafisis di bawah
lutut. Penyakit ini menyebabkan perubahan patologik yang irreversible,selalunya
terjadi gangguan pertumbuhan fisis pada epifisis medial proximal tibia.
Blount disease diduga terjadi akibat kombinasi antara kompresi yang
berlebihan dan pembentukan tulang endokondral yang terganggu.2 Displasia lokal
dari bagian medial epifisis tibia proksimal mendasari kelainan ini. Kombinasi
antara berhentinya pertumbuhan bagian medial epifisis dan pertumbuhan normal
pada bagian lateral mengakibatkan kelainan yang berkelanjutan.

ANATOMI FISIOLOGI

Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi
menyangga berat badan. Tibia bersendi dengan condylus femoris dan caput fibula
di atas, serta dengan talus dan ujung distal fibula di bawah. Tibia mempunyai ujung
atas yang melebar dan ujung bawah yang lebih kecil, serta sebuah corpus. Pada
ujung atas terdapat condylus lateralis dan medialis (kadang-kaadang disebut plateau
tibia lateral dan medial), yang bersendi dengan condylus lateralis dan medialis
femoris dan dipisahkan oleh meniscus lateralis dan medialis. Permukaan atas facies
articulares condylorum tibia terbagi atas area intercondylus anterior dan posterior,
di antara kedua area ini terdapat eminentia intercondylus.
Pada aspek lateral condyles lateralis terdapat facies articularis fibularis
circularis yang kecil, dan bersendi dengan caput fibula. Pada aspek posterior
condylus medialis terdapat insertion m.semimembranosus.
Corpus tibia berbentuk segitiga pada potongan melintangnya dan
mempunyai tiga margin dan tiga facies. Margin anterior dan medial, serta facies
medialis diantaranya terletak subkutan. Margo anterior menonjol dan membentuk
tulang kering. Pada pertemuan antara margo anterior dan ujung atas tibia terdapat

6
tuberositas, yang merupakan tempat lekat ligamentum patella. Margo anterior di
bawah membulat dan melanjutkan diri sebagai malleolus medialis. Margo lateral
atau marggo interosseus memberikan tempat perlekatan untuk membrane
interossea. Fascies posterior dan corpus tibia menunjukkan linea oblique yang
disebut linea musculi solei, untuk tempat m.soleus.
Proses Pertumbuhan Tulang
Tulang memanjang oleh suatu proses (meliputi osifikasi endokondral) dan
melebar oleh proses lainnya (meliputi osifikasi intramembranosa).
Proses pertambahan panjang tulang terjadi oleh karena pertumbuhan
interstisial pada kartilago diikuti dengan osifikasi endokondral. Oleh karena itu, ada
2 tempat yang memungkinkan untuk pertumbuhan kartilaginosa ini, yaitu kartilago
artikular dan kartilago lempeng epifisis.

Gambar : Pertumbuhan tulang pada masa kanak-kanak

Kartilago artikular

7
Kartilago artikular pada tulang panjang merupakan satu-satunya lempeng
pertumbuhan untuk epifisis, sedangkan pada tulang pendek, kartilago artikular
merupakan satu-satunya lempeng pertumbuhan untuk seluruh tulang.
Kartilago lempeng epifisis
Lempeng epifisis merupakan lempeng pertumbuhan untuk metafisis dan
diafisis pada tulang panjang. Pada tempat pertumbuhan ini, keseimbangan konstan
dijaga antara 2 proses berikut (1) pertumbuhan interstisial dari sel-sel kartilago
pada lempeng pertumbuhan (2) kalsifikasi, kematian dan penggantian pada
permukaan metafisis oleh tulang melalui proses osifikasi endokondral. Empat zona
pada lempeng epifisis dapat dibedakan, sebagai berikut:
The zone of resting cartilage pada zona ini terdapat lapisan germinal
yang merupakan daerah intertisial, yang melekat pada epifisis dengan sel-sel
kondrosit muda serta pembuluh darah halus.
The zone of young proliferating cartilage merupakan daerah intertisial
yang paling aktif dalam zona ini dan lapisan palisade di sebelah dalam dari lapisan
proliferasi.

The zone of maturing cartilage pada zona ini terdapat lapisan hipertrofi,
kalsifikasi dan degenerasi yang merupakan daerah tulang rawan yang mengalami
maturasi.
The zone of calcifying cartilage merupakan daerah yang tipis dengan sel-
sel kondrosit yang telah mati sebagai akibat kalsifikasi matriks.

8
Gambar : Histologi dari lempemg epifisis

Proses pertambahan lebar tulang terjadi akibat pertumbuhan aposisional dari


osteoblas pada bagian dalam periosteum dan merupakan proses osifikasi
intramembranosa. Secara bersamaan, rongga medulla dari tulang juga semakin
membesar melalui resorpsi osteoklas.
Proses Remodelling Tulang
Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis
mengalami remodellling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis
menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil
proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan.
Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-
anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan yang positif sedangkan
pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negatif. Selain itu, proses
remodelling tulang dapat terjadi akibat stress fisik. Tulang terdisposisi pada
bagian yang mendapat stress fisik, dan teresoprsi pada bagian yang kurang
mendapat stress fisik. Fenomena ini dikenal dengan nama Hukum Wolf.

DEFINISI

Blount disease (tibia vara atau osteokondrosis deformans tibia) adalah suatu
kondisi perkembangan, yang ditandai dengan gangguan osifikasi endokondral pada
bagian medial fisis (lempeng epifisis) tibia proksimal sehingga mengakibatkan
deformitas multiplanar dari ekstremitas bawah. Deformitas yang terjadi secara
berkelanjutan ini memiliki manifestasi berupa angulasi varus, prokurvatum (konveksitas
anterior), dan torsi interna dari tibia, juga dapat disertai dengan pemendekan ekstremitas
pada kasus unilateral.
Istilah tibia vara dirasakan kurang tepat karena memiliki implikasi hanya terjadi
kelainan pada plana frontal. Istilah osteokondrosis deformans juga kurang tepat karena

9
menggambarkan kelainan dimana pusat osifikasi primer maupun sekunder terjadi
avaskular nekrosis (sebagai penyebab terhentinya osifikasi), yang mana tidak ditemukan
pada Blount disease.

EPIDEMIOLOGI
Frekuensi bisa terjadinya penyakit ini untuk semua etnis masih belum diketahui,
tetapi dapat meningkat sekiranya ada ahli keluarga yang didiagnosa dengan penyakit
ini. Penyakit ini dapat terjadi pada setiap kelompok umur pada anak, diklasifikasikan
sebagai infantil (1-3 tahun), juvenil (4-10 tahun), dan adolesece (11 tahun atau lebih
tua).

ETIOLOGI
Penyebab bagi penyakit Blount masih kontroversi sehingga saat ini, tetapi ada
yang menyatakan ia adalah sekunder dari gabungan genetik dan pertumbuhan yang
tidak seimbang. Tahanan biomekanik yang berlebihan di proximal tibial fisis yang
disebabkan statik varus dan berat badan yang berlebihan menjadi etiologi kepada
penyakit tibia vara yang infantil. Tahanan yang kompresif di aspek medial lutut
menyebabkan pertumbuhannya di supresi.

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis Blount disease berbeda tergantung kepada onset. Pada onset
awal (infantile type), anak mulai berjalan, biasanya pada usia 9-10 bulan. Pada onset
tersebut, membedakan Blount disease dengan genu varum fisiologis tidaklah mudah.
Genu varum fisiologis adalah deformitas torsional yang muncul akibat posisi in
utero. Kapsul panggul posterior yang sempit menyebabkan rotasi eksterna paha pada
sendi panggul. Ketika dikombinasikan dengan torsi interna tibia, menghasilkan
gambaran deformitas varus. Deformitas fisiologis ini biasanya menghilang pada usia 2
tahun. Berbeda dengan genu varum fisiologis, Blount disease infantile type dapat
berkembang menjadi deformitas yang lebih buruk.
Bentuk infantil ini lebih sering terjadi pada perempuan, berkulit hitam, dan
obesitas. Bentuk ini lebih sering terjadi secara bilateral pada 60% kasus. Bentuk ini
berkaitan dengan paruh metafisis yang lebih menonjol, torsi interna tibia, dan

10
diskrepansi panjang kaki.
Tonjolan metafisis, atau paruh dapat diraba pada aspek medial dari kondilus tibia
proksimal. Pasien biasanya tidak mengeluhkan adanya nyeri. Namun begitu, kelainan
dari ekstremitas bawahnya tampak jelas terlihat.
Berbeda dengan Blount disease onset awal, pasien dengan Blount disease onset
lanjut biasanya mengeluhkan nyeri pada sisi medial lutut. Pasien ini biasanya memiliki
berat badan berlebih atau obesitas. Biasanya terjadi unilateral pada 80% kasus, kaki
yang bersangkutan seringkali lebih pendek dibandingkan kaki yang normal sebesar 2-4
cm. Derajat deformitas varus biasanya tidak separah pasien dengan bentuk infantil dan
biasanya tidak lebih dari 20.

PATOGENESIS

Patogenesis dari kelainan tibia proksimal berkaitan dengan kompresi yang


berlebihan sehingga menyebabkan inihibisi pertumbuhan, seperti yang dijelaskan oleh
Prinsip Heuter- Volkmann. Tekanan yang berlebih pada bagian medial dari epifisis
kartilago tibia proksimal menyebabkan gangguan struktur dan fungsi kondrosit, serta
menghambat osifikasi dari epifisis. Obesitas menyebabkan peningkatan kompresi
terutama di bagian medial sendi lutut pada anak dengan genu varum. Dengan
menggunakan elemen analisis, Cook, dkk menghitung beban pada lempeng
pertumbuhan tibia proksimal selama posisi berdiri pada satu kaki, dan mencatat bahwa,
pada anak berusia 5 tahun dengan obesitas, kekuatan kompresi pada angulasi varus 10
melebihi kekuatan yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan. Diez, dkk
meneliti hubungan antara berat tubuh dengan deformitas angular pada anak berusia 15
tahun dengan Blount disease. Mereka menemukan korelasi yang signifikan antara berat
badan dengan sudut tibiofemoral (r=0.75) dan mencatat hubungan yang kuat antara
berat badan dengan deformitas varus pada sembilan anak dengan obesitas yang
diperiksa secara terpisah.
Menggunakan analisis gaya berjalan (gait), Gushue, dkk mempelajari efek obesitas pada
masa kanak-kanak dengan biomekanika sendi lutut tiga dimensi. Dibandingkan dengan
anak dengan berat badan normal, anak-anak dengan berat badan berlebih menunjukkan
puncak abduksi lutut interna, selama awal posisi berdiri, yang lebih tinggi. Sabharwal,

11
dkk melaporkan hubungan linear antara besarnya obesitas dengan deformitas radiografis
biplanar pada anak dengan Blount disease onset awal dan pada pasien dengan body
mass index (BMI) > 40 kg/m tanpa memandang usia terjadinya Blount disease.
Meskipun memiliki BMI lebih rendah, anak dengan Blount disease onset awal memiliki
kelainan varus dan prokurvatum dari tibia proksimal yang lebih berat daripada remaja
dengan Blount disease. Wenger, dkk mengemukakan bahwa lempeng pertumbuhan tibia
proksimal merespon secara berbeda pada berbagai stadium maturitas tulang, dengan
peningkatan kelenturan pada epifisis yang belum terosifikasi pada pasien yang lebih
muda menyebabkan inhibisi pertumbuhan lebih daripada remaja.
Davids dkk, meneliti deviasi gaya berjalan dan hubungannya dengan
meningkatnya lingkar panggul/ paha pada obesitas remaja. Anak obesitas dengan paha
yang besar memiliki kesulitan dalam melakukan adduksi pinggul secara adekuat, dan
hal ini berakibat pada fat- thigh gait dengan posisi varus pada lutut, sehingga
meningkatkan tekanan pada bagian medial fisis tibia proksimal. Konsep ini mendukung
penelitian bahwa kelainan varus yang telah ada sebelumnya tidak diperlukan untuk
menginisiasi perubahan patologis pada pasien dengan Blount disease onset lanjut.
Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa obesitas remaja menurunkan isi
mineral tulang hingga pada tingkat yang dapat diprediksi dengan dasar berat badan.
Penelitian biokimia yang dilakukan Giwa, dkk pada anak dengan Blount disease
mengungkapkan adanya hipokalsemia dan hipofosfatemia ringan, serta peningkatan
aktivitas alkaline fosfatase (seperti yang terjadi pada ricketsia). Selain itu, serum cooper
dan zinc juga menurun 32% dan 48% dibawah rata-rata subjek kontrol. Faktor-faktor
tersebut selanjutnya memberikan predisposisi anak-anak obesitas dengan Blount disease
untuk menderita kelainan progresif dengan bertambahnya berat badan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak membantu dalam menegakkan


diagnosis.
Radiografi
Radiografi sendi lutut penting dalam mengevaluasi dan menentukan derajat

12
keparahan deformitas. Radiografi anteroposterior dalam posisi berdiri dari kedua
ekstremitas dan radiografi lateral dari ekstremitas yang terlibat, umumnya digunakan.
Pada anak dengan tibia vara biasanya dilakukan foto rontgen AP pada kedua
ekstremitas bawah dan posisi lateral pada ekstremitas yang terkena. Posisi anak berdiri
dengan pembebanan memungkinkan terlihatnya deformitas klinis yang maksimal.
Fragmentasi dengan deformitas tahap penonjolan dan penonjolan metafisis tibia medial
proksimal merupakan tanda-tanda utama kelompok infantil. Perubahan dalam metafisis
tibiale medialis kurang mencolok pada bentuk-bentuk mulai awal, yang ditandai oleh
adanya baji bagian medial epifisis, depresi artikuler posteromedial ringan, fisis
lengkung ke arah kepala serpiginosa, dan tidak ada fragmentasi atau ringan atau
tonjolan metafisis medial proksimal.
Radiografi anteroposterior dari kedua ekstremitas bawah dan lateral radiografi
ekstremitas yang terlibat (lihat gambar di bawah).

Anteroposterior (AP) radiograf dari lutut menunjukkan depresi dataran medial dan
beaking metaphyseal menonjol (Langenskild tahap II-III) khas genu varum infantil
tanpa memandang usia presentasi.

13
Anteroposterior radiograf mewakili sudut penting untuk pementasan bentuk khas untuk
remaja.Deformitas Varus jelas dalam tibia proksimal tanpa pembentukan miring atau
bar hadir (bar tidak terjadi dalam bentuk remaja). A: sudut tibiofemoral.B: metaphyseal-
diaphyseal sudut.C: metaphyseal-epifisis sudut.
Perubahan awal penyakit Blount infantil dapat dinilai dengan mengukur sudut
metaphyseal-diaphyseal dari proksimal tibia, yaitu sudut yang dibentuk oleh
perpotongan garis melalui bidang transversal dari metaphysis tibia proksimal dengan
tegak lurus dengan sumbu panjang dari diaphysis tibialis (lihat gambar yang lebih
rendah di atas).
Tingkat keparahan deformitas Varus didasarkan pada sudut tibiofemoral yang
diukur pada radiografi berdiri anteroposterior yang meliputi pergelangan kaki, lutut, dan
sebagian besar femur, sudut-diaphyseal metaphyseal, dan sudut metaphyseal-epifisis,
yaitu sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis melalui bidang transversal tibia
proksimal epiphysis dengan garis melalui bidang transversal metaphysis (lihat gambar
yang lebih rendah di atas).
Kadang-kadang, atrografi, foto resonansi magnetik, atau tomografi mungkin
perlu untuk menilai meniskus, permukaan artikuler tibia proksimal, atau integritas fisis
tibia proksimal. Ini biasanya dipakai untuk deformitas yang lebih berat.

Plain radiograph
Perubahan klasik di tibia proksimal pada Blount disease onset awal meliputi
angulasi varus dari metafisis, pelebaran dan iregularitas dari aspek medial lempeng
pertumbuhan, ceruk medial dan osifikasi irregular pada epifisis, dan bentuk paruh
(beak) pada bagian medial epifisis.
Langenskiold mendeskripsikan 6 stadium radiografis perubahan epifisis dan
metafisis tibia proksimal pada anak dengan Blount disease onset awal:

Stadium I : terjadi osifikasi metafisis ireguler disertai dengan protrusi dari metafisis
medial.
Stadium II, III, IV : terjadi progresi dari depresi ringan dari metafisis medial menjadi
depresi berat (step-off).
Stadium V : depresi pada sisi medial dari tibia proksimal menjadi lebih tajam dan

14
terbentuk cleft yang memisahkan kondilus medialis dan lateralis dari tibia.
Stadium VI : terbentuk bony bridge yang melewati lempeng pertumbuhan.

Gambar : Diagram 6 stadium perubahan radiografis pada Blount disease onset awal
menurut Langenskiold

Selain klasifikasi Langenskiold, ada parameter radiografi lain yaitu sudut


metafisial-diafisial, yang dapat membantu membedakan genu varum fisiologis dengan
Blount disease onset awal pada anak berusia kurang dari 2 tahun.3 Perubahan awal
penyakit Blount infantil dapat dinilai dengan mengukur sudut metafisial-diafisial dari
proksimal tibia, yaitu sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis tegak lurus antara
aksis batang tibia dengan garis tepi lateral dan medial metafisis tibia proksimal yang
normalnya antara 11-14o.

15
Gambar : Indeks radiografis dalam mengevaluasi genu varum pada bayi dan anak
(sudut tibiofemoral)

DIAGNOSIS
Diagnosis Blount disease ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit (anamnesis),

16
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, terutama radiografi.
Diagnosis diferensial untuk Blount disease adalah:
Genu varum fisiologis. Biasanya kondisi ini hilang dengan sendirinya (self-limited).
Ditandai dengan kelengkungan ringan dari femur dan tibia yang pada
umumnya membaik pada usia 18-24 bulan.
Genu varum kongenital. Angulasi dapat terjadi pada bagian tengah tibia dengan
femur distal dan tibia proksimal tampak normal.
Osteomielitis. Gangguan lempeng pertumbuhan sekunder dari infeksi.
Deformitas traumatik. Adanya riwayat trauma yang mencederai lempeng
pertumbuhan dari tibia proksimal.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan tergantung pada usia anak dan tingkat keparahan varus.Pengamatan
atau percobaan menggunkan brace paling sering digunakan untuk anak usia 2-5
tahun. Namun, deformitas yang progresif biasanya membutuhkan osteotomi.
Pengobatan Non operatif
Pada anak yang lebih tua dari 2 tahun, pengobatan orthotic dapat digunakan
ketika deformitas meningkat atau jika anak tersebut memiliki sudut tibiofemoral lebih
besar dari 15 , sudut metaphyseal-diaphyseal lebih besar dari 11 , dan metaphyseal-
epifisis sudut 25-30 . Bracing Ambulatory harian yaitu menggunakan brace atas lutut
dengan pergelangan kaki bebas dapat mengubah riwayat alami pasien dengan tibia vara
yang lebih muda dari 3 tahun dan memiliki Langenskild stadium I atau II deformitas,
karena kelainan ini sering reversibel pada tahap ini.
Jika kelainan tersebut menetap atau meningkat menjadi stadium III atau IV
dengan pengobatan brace siang hari, osteotomi diperlukan. Jika memungkinkan, adalah
lebih baik untuk melakukan osteotomi sebelum anak berusia 4 tahun untuk mencegah
kekambuhan . Jika deformitas parah (yaitu, Langenskild tahap V atau VI), koreksi
operasi sangat penting.Perangkat orthotic tidak efektif dalam mengendalikan cacat
Varus pada remaja, dan pengobatan bedah.

17
Penyakit Blount sebelum usia tiga digunakan orthosis pinggul-lutut-kaki-kaki
(HKAFO) atau lutut-kaki-kaki orthosis (KAFO), digunakan 23 jam sehari. Tulang akan
diluruskan dengan brace, orthotic diganti setiap dua bulan atau lebih untuk memperbaiki
posisi bowlegged.

Seorang ahli terapi fisik akan bekerja dengan keluarga untuk mengajarkan
mereka bagaimana untuk mengenakan dan melepas orthosis. Inspeksi dan perawatan
kulit sangat penting dan akan dimasukkan dalam instruksi. Anak mungkin butuh
bantuan dengan gaya pelatihan (belajar bagaimana untuk berjalan dengan
benar). Terapis akan membantu anak belajar bagaimana menggunakan alat bantu
(misalnya, alat bantu jalan, tongkat) yang mungkin diperlukan.

Kegagalan untuk memperbaiki deformitas tibia vara awal sering mengakibatkan


kerusakan permanen pada pertumbuhan piring dan tulang tumbuh. Kemudian,
degenerasi sendi dapat terjadi.

Pengobatan Operatif
Jika deformitas tidak membaik dengan pengobatan orthotic dan penyakit
berlangsung ke tahap II atau tahap III, koreksi bedah harus dilakukan. Operasi
dianjurkan untuk cacat yang semakin parah dan bisa melumpuhkan anak, atau jika anak

18
tersebut memiliki sudut tibiofemoral lebih besar dari 15 , sudut metaphyseal-
diaphyseal lebih besar dari 14 , dan sudut metaphyseal-epifisis lebih besar dari 30
. Indikasi mutlak untuk operasi adalah depresi tibialis dataran tinggi, penutupan yang
akan datang dari physis medial tibia atas (stadium IV), dan kelemahan ligamen lutut.

Osteotomi telah menjadi bentuk yang paling sering digunakan manajemen


bedah. Osteotomi adalah operasi bedah dimana tulang dipotong untuk memperpendek,
memperpanjang, atau mengubah keselarasan nya.

Dalam osteotomi, sepotong tulang berbentuk baji akan dihapus dari sisi medial
femur (tulang paha). Ianya kemudian dimasukkan ke tibia untuk menggantikan tepi
yang pecah dalam tulang. Pin dan screw dapat digunakan sebagai alat yang digunakan
untuk memegang fiksasi. Jika fiksasi digunakan di dalam kaki, ini disebut Osteotomi
fiksasi internal. Osteotomi fiksasi eksternal menggambarkan frame kawat khusus
melingkar di bagian luar kaki dengan pin untuk memegang perangkat di tempat.

19
Pada beberapa pasien dengan penyakit Blount adolesence, kaki membungkuk
lebih pendek dari sisi normal. Operasi sederhana untuk memperbaiki sudut yang cacat
selalu tidak memungkinkan. Dalam kasus seperti ini perangkat fiksasi eksternal
digunakan untuk menyediakan traksi bagi memperpanjang kaki dan mengoreksi
deformitas secara bertahap. Operasi ini disebut osteogenesis distraksi. Frame ini
memberikan stabilitas pada pasien dan membenarkan weight bearing.

Untuk osteotomi pada aspek medial lutut atau fiksasi pin, ahli bedah harus
menyadari lokasi cabang infrapatellar saraf safena. Di sisi lateral, jalannya saraf
peroneal disekitar fibula patut mendapat perhatian. Harus disadari bahwa
memperpanjang atau memperpendek prosedur dapat menyebabkan cedera pada arteri
tibialis anterior. Menghindari cedera pada struktur neurovaskular sangat penting untuk
memperoleh hasil yang baik.

20
Osteotomi di daerah epifisis atau metaphyseal dari lutut proksimal harus
menghindari lempeng epifisis pada anak yang sedang tumbuh untuk mencegah
penutupan dini. Penting diingat bahwa lempeng epifisis sering berbentuk V, dengan
apeks kearah inferior di tibia proksimal dan superior di tibia.

Kontraindikasi
Intervensi bedah merupakan kontraindikasi pada anak yang lebih muda dari 2
tahun karena pada usia ini sulit untuk membedakan antara penyakit Blount, dan
fisiologis bowleg yang dapat sembuh secara spontan. Pada pasien dengan penyakit
Blount adolesence, intervensi bedah dianjurkan hanya bila pasien mengeluh nyeri
berhubungan dengan deformitas.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang berhubungan dengan pengobatan penyakit Blount termasuk
kehilangan allignment, gangguan pembuluh darah,fraktur patologis, infeksi luka, dan
malalignment.

21
HASIL DAN PROGNOSIS
Dalam follow up jangka panjang dari Blount disease, Doyle et al menemukan
bahawa keberhasilan pengobatan tergantung pada usia pasien dan tingkat keparahan
deformitas pada waktu diintervensi. Pemahaman tentang riwayat alami penyakit Blount
adalah penting untuk pengobatan . Prognosis dalam penyakit Blount infantil harus
dipertimbangkan secara terpisah dari adolesence. Penyakit Blount Infantil yang tidak
diobati akan bertambah buruk pronosisnya.

22
BAB III
KESIMPULAN

Penyakit Blount adalah gangguan pertumbuhan tulang kering (tibia) di mana


bagian kaki bawah berubah ke dalam, menyerupai sebuah bowleg. Berbeda dengan
bowleg fisiologis, Penyakit Blount bisa menetap dan progresif sekiranya tidak diberi
pengobatan yang seharusnya.
Etiologi dari penyakit masih belum diketahui. Tetapi ada yang mengatakan
respon terhadap tekanan yang abnormal. Sulit untuk dibuktikan, tapi memang secara
tipikal Penyakit Blount terjadi pada anak obese yang kakinya telah mengalami
pembengkokan sebelumnya dan berjalan lebih dahulu dibandingkan dengan anak-anak
yang lain.
Penyakit ini dinilai berdasarkan tingkat usia dan keparahan penyakit. Dibagi
menjadi tipe infantile (1-3 tahun), juvenil (4-10 tahun), dan adolesence (11 tahun atau
lebih tua).
Pengamatan visual dengan melihat cara pasien berjalan adalah penting untuk
diagnosis. Dilakukan pemeriksaan radiologi anteriorposterior (AP) dari lutut untuk
melihat lebih jelas perubahan pada tulang. Ada enam tahap tibia varum dilihat pada
rontgen dan diberi nama setelah Dr Langenskiold yang pertama kali
menggambarkannya.
Tatalaksana pada umumnya, dengan tahap awal dengan usia infantil dapat
dilakukan observasi dan evaluasi periodik, sekiranya tidak membaik dapat diberi
bracing Orthotics, dan sekiranya semakin parah intervensi bedah Osteotomi adalah
dianjurkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

DeOrio M.J, DeOrio J.K. Blount Disease. Updated; 25th Sept 2010. Accessed at
Medscape on 12 Oct 2011.

A Patients Guide to Blounts Disease in Children and Adolescents. Anatomy.


Accessed at : http://www.concordortho.com on 12th Oct 2011

Kliegman R.M. et al. Nelson Text Book of Pediatrics. 18th ed. Blount disease.
Saunders, Elseviers. USA. 2007 ; 2788-2790

De Pablos J, Alfaro J, Barrios C. Treatment of adolescent Blount disease by


asymmetric physeal distraction. J Pediatr Orthop. Jan-Feb 1997;17(1):54-8.

Bradway JK, Klassen RA, Peterson HA. Blount disease: a review of the English
literature. J Pediatr Orthop. Jul-Aug 1987;7(4):472-80.

Behrman, Richard E, et al. Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15. Jakarta : EGC. 2000

Doyle BS, Volk AG, Smith CF. Infantile Blount disease: long-term follow-up of
surgically treated patients at skeletal maturity. J Pediatr Orthop. Jul-Aug
1996;16(4):469-76.

Canale ST. Osteochondrosis or epiphysitis and other miscellaneous affections. In:


Canale ST, Beatty JH, eds. Campbell's Operative Orthopaedics. 11th ed.
Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2007:chap 29. Accessed at :
http://www.umm.edu/ency/article/001584.htm Reviewed last on 11th Dec 2010

Tachdjian MO, ed. The foot and leg: tibia vara. In: Pediatric Orthopedics. Vol 4.
Philadelphia:. WB Saunders Co;1990:2835-50.

24

Anda mungkin juga menyukai