Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sosiologi Agama
Pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
Nama : Uswah
NIM : 101032221724
Program Studi : Sosiologi Agama (S1)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Agama dan Politik ( Studi Kasus pada Dewan
Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional ), telah diujikan pada sidang munaqasah
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9
Maret 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Sidang Munaqasah
Anggota
Penguji I Penguji II
Pembimbing I Pembimbing II
Dengan nama Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
waktunya. Adapun tujuan dari skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Sosiologi Agama pada Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam skripsi ini, penulis mengambil judul "Agama dan Politik" Studi
dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih, khususnya penulis sampaikan mama
dan papa, serta kakak dan adik-adikku (Khaulah, Balqis dan F. Kemal) atas
dorongan moral serta do'a kepada penulis. Selain itu pada kesempatan ini penulis
1. Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
2. Dra. Ida Rosida, MA., selaku Ketua Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat yang bukan hanya sebagai fasilitator tetapi juga
Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dan Penasihat Akademik yang selalu
membantu penulis dalam setiap kesulitan dari awal saya masuk di jurusan
hingga selesainya pendidikan. Perhatian yang ibu berikan tidak akan pernah
penulis lupakan. Ibu bukan hanya dosen buat saya, tetapi ibu adalah orang tua
bagi saya.
4. Drs. Masri Mansoer, MA., selaku penguji I yang telah membantu memberikan
Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakarta. Terima kasih atas kesempatan dan
skripsi ini.
skripsi ini.
9. Drs. Ismail, S.Ag., yang telah banyak membantu memberikan saran dalam
10. Teman-teman Jurusan Sosiologi Agama angkatan 2001, semoga Allah SWT
11. Kepada Keluarga Besar Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional yang
12. Hariansyah sekeluarga, atas dorongan yang selalu diberikan, sehingga penulis
13. Keluarga Besar tercinta dari mama dan papa yang membantu penyelesaian
Semoga segala budi baik dari semua pihak, diterima oleh Allah SWT dan
bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehubungan dengan keterbatasan
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
Penulis,
Uswah
BAB I
PENDAHULUAN
beda, karena telah dipengaruhi oleh kondisi masyarakat. Hal ini menjadi
persoalan menarik untuk dikaji sebab agama menjadi faktor yang memiliki
peran penting dalam kehidupan masyarakat, karena agama adalah salah satu
Faktor peran dan pengaruh agama memang menjadi hal yang sangat
penting bagi kehidupan manusia. Agama adalah refleksi atas wujud rohaniah
yang ada pada diri manusia, dipandang mampu menjadi pedoman yang
Sedangkan bagi Wilson, agama tidak saja memberi arti pada diri
manusia itu sendiri. Tetapi lebih jauh, berdampak dan berfungsi pada tatanan
1
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta; PT.Bulan Bintang, 1993), cet.ke-14, h. 2
1
pada kohesi kepentingan sosial atau dalam rangka melegitimasi status sosial.2
Landasan inilah yang menjadi peran dan pengaruh agama tidak bisa
diremehkan.
sosial.3
Maka, jika terjadi kesalahan yang akhirnya membawa penyesalan pada orang
kepada Tuhan.4
dunia. Sehingga, apa yang mereka alami adalah kekosongan spiritual. Hal ini,
sering kali tidak disadari bahwa pada dasarnya setiap manusia menginginkan
Atas dasar itu, maka yang menjadi perhatian penting dalam penelitian
pola perilaku, baik yang berhubungan dengan Tuhan atau pun dengan sesama
manusia.
para politisi Partai Amanat Nasional. Adapun alasan menjadikan hal tersebut
sebagai bahasan penelitian adalah: a). Partai Amanat Nasional adalah partai
baru yang lahir dari percaturan politik di Indonesia era Reformasi, terutama
selama berakhirnya Orde Baru. b). Selama era Orde Baru terutama diakhir
peningkatan yang sangat signifikan. c). Sekalipun PAN bukan partai agamais
yang dibentuk dengan tujuan yang disepakati bersama berdasarkan situasi dan
Rakyat (MARA), Salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan
oleh 50 tokoh nasional, diantaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, mantan ketua
Hasibuan, Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, Drs. Faisal Basri MA,
A.M.Fatwa, Zoemratin, Alvin Lie Ling Piao, dan lain sebagainya. Akhirnya
Posisi dan hubungan antara Muhammadiyah dan PAN tidak ada hubungan
perbaikan total yang dikenal dengan era reformasi itu, partai PAN melakukan
indonesia baru.
format Indonesia baru, yakni semangat inklutif, modern dan kesediaan para
dengan lainnya. Paradigma baru ini terbentuk atas inisiatif Prof. Dr. H. M.
Amin Rais, yang berupaya untuk ikut serta membina kehidupan bersama yang
Dengan semangat juang, Partai Amanat Nasional dengan para
menjaga intensitas beragama yang telah terbangun sejak era orde baru. Hal ini
lokal maupun nasional. Selain itu masjid yang ada di lingkungan Dewan
pun terjaga karena didorong oleh tokoh-tokoh Partai Amanat Nasional yang
karena mayoritas politisinya beragama Islam, maka secara tidak langsung pola
perilaku yang sangat jelas kelihatan adalah hiruk pikuk kegiatan agama Islam.
Adapun asas pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.
menghargai perbedaan pendapat, suku, agama, ras, dan golongan. Hal ini,
Nasional.
Oleh karena itu, perilaku keagamaan dari para politisi Partai Amanat
lingkungan DPP. Pola interaksi satu sama lain, terlihat mereka saling
Penulisan memilih judul "Agama dan Partai Politik" adalah 2 hal yang
dalam fase tertentu yang saling melengkapi. Agama sebagai ruh parpol dan
Partai Amanat Nasional memang parpol dengan ruh agama. Karena itulah
2
Platform, Panitia Musda II, (Bekasi 2005 2010), h.1
keagamaan dan perilaku politik pada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai
Amanat Nasional.
amalan dan refleksi atas agama. Hal ini ditentukan oleh tipe riset, metode
a. Untuk mendeskripsikan kehidupan perilaku keagamaan para politisi
2. Manfaat Penelitian
keagamaan).
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
kesimpulannya.
penelitian ini akan mengambil bentuk studi kasus. Hal itu antara lain
sangat pribadi dan subjektif. Selain itu, penggunaan studi kasus ini dipilih
teoritis.3
674.000 orang dan yang menjadi subjek penelitian sebagai kasus penulis
a. Observasi
3
Robert K. Yin, Studi Kasus, (Jakarta; Raja Grafindo, 2001), h. 4 15
fenomena tersebut guna penemuan data analitis.4 Penelitian yang
b. Interview / Wawancara
c. Studi Kepustakaan
dan skripsi, yang terdapat dalam buku pedoman Akademik tahun
2003.
penelitian ini adalah, pedoman wawancara, tape radio, dan buku catatan.
4. Analisa Data
E. Sistematika Penulisan
masalah, yang memberi titik fokus atas masalah yang ingin diutarakan.
Bab II berisi, Kajian Pustaka meliputi, perilaku keagamaan dalam
yang tentunya, ditinjau dari pandangan para ahli sosiologi, sehingga kajian ini
mempunyai patokan. Kedua adalah, perilaku politik dan partai politik, juga
perilaku politik yang dihubungkan dengan agama sebagai dasar pijakan, untuk
menjelaskan keterkaitannya.
landasan filosofi (Platform) Partai Amanat Nasional, Kemudian, visi dan misi
Nasional, dalam hal ini, meliputi gambaran perilaku keagamaan para politisi
Bab V berisi, penutup yang meliputi, kesimpulan dan saran. Bab ini,
dirangkum dalam sebuah kesimpulan atas kajian dan hasil penelitian tersebut,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Yang Maha Kuasa, serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
definisi memang tidaklah mudah. Hal ini lebih di karenakan definisi yang
diajukan oleh para ahli sosiologi tersebut sangat ditentukan oleh sudut
Kesulitan ini lebih disebabkan karena agama itu merupakan hal yang
nilai/norma dan sistem ritus, di mana setiap agama mempunyai pola dan
beberapa alasan mengapa kemudian istilah agama ini menjadi sulit untuk
2. Tidak ada orang yang berbicara begitu bersemangat dan emosional lebih
dari pada membicarakan soal agama, maka dalam membahas arti agama
6
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta ;
Balai Pustaka, 1990)
13
selalu ada emosi yang kuat sehingga sulit memberikan arti kata agama
itu.7
Di samping itu, agama juga dikenal dengan Istilah din dan religi yang
Dalam terminologi Arab, agama biasa disebut dengan kata al-Din atau al-
segala pemeluknya dan mengikat dalam satu ikatan yang erat.8 Al-Din juga
dua pihak di mana pihak yang pertama mempunyai kedudukan lebih tinggi
manusia dan tuhannya. Hubungan ini terwujud dalam sikap batin serta tampak
dalam sikap dan perbuatan keseharian individu tersebut.9 Al-Din yang berarti
agama itu bersifat umum, artinya tidak ditujukan kepada salah satu agama
tertentu.10 Selain itu kata agama juga dapat disamakan dengan kata religion
7
Mukti Ali, Agama dan pembangunan di Indonesia, (Depag-RI, 1972), h.48
8
Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam, (Jakarta; Bulan Bintang), 1952, h.50
9
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran; Fungsi dan Peran Wahyu dalam masyarakat,
(Bandung; mizan,1997), h.210
10
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2000), cet., 1, h.6
(Inggris), atau religie (Belanda) yang keduanya berasal dari bahasa latin,
dan praktik memiliki potensi untuk membentuk sebuah masyarakat yang etis,
an, yang menjadi penekanan adalah; agama yang setelah mendapatkan awalan
ke dan akhiran an mempunyai fungsi dan arti tersendiri. Agama yang proses
pada kata dasr tunggal. Konflik ke dan an juga diletakkan pada kata
tenaga/kekuatan yang ada pada kata atau kalimat bahasa itu. Sehingga
11
Kahmad, Sosiologi Agama, h. 6
12
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta : CV. Rajawali press, 1993), hlm. 430
13
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas RI, Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempuranakan dan Pedoman Umum pembentukan istilah, (Bandung;
CV. Pustaka Setia, cet., ke-V, 1996), h. 146
imbuhan ke-an mempunyai fungsi dan arti sebagai berikut: fungsinya
dapat berarti hal, atau semua yang bersangkut paut dengan apa yang disebut
mencapai suatu tujuan yang diinginkannya, dan hal itu mempunyai arti.
dalam suatu situasi positif atau sikap pasif yang sengaja tidak mau terlibat.14
bahwa, perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, respon mahluk
bahwa, perilaku manusia dengan segala tindakannya ada yang mudah untuk
dilihat, tetapi ada juga yang sulit untuk dilihat dan hanya biasa diketahui dari
hasil atau akibat dari perbuatan. Kecuali itu, perilaku ada yang tertutup atau
terselubung dan ada perilaku terbuka. Yang termasuk perilaku tertutup antara
14
K. J. Veeger, Realitas Sosial, (Jakarta; Gramedia Pustaka Utama, 1993), cet., Ke-4, h.171
15
Prof, Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, (Jakarta;
BPK Gunung Mulia, 1995), h. 5
perilaku terbuka adalah perilaku yang langsung dapat dilihat seperti; jalan,
tujuan itu sendiri maupun segala tindak yang diambil dalam rangka
emosional.
tradisional, sebagai contoh, banyak hal yang dilakukan tiap hari tanpa
16
Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, h.34
17
Veeger, Realitas Sosial, h.200
memikirkan tujuan atau latar belakang motivasinya. Hal ini menjadi rutin
(sikap) bukan saja badan atau ucapan.19 Setelah digabungkan perilaku dan
laku, aksi, reaksi yang termotivasi oleh rangsangan dan semua indikasi
terhadap ajaran agama yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja
18
Veeger, Realitas Sosial, h.200
19
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1990), Cet.,ke-3, h. 671
20
Hendropuspito, Sosiologi agama, (Yogyakarta; PT. Kanisius, 1983), h. 29
ketuhanan dan kemanusiaan, yang mengarah kepada pengalaman dan
yang diyakininya.
Keagamaan.22
21
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi ; Edisi Kedua, (Jakarta ; FEUI), h. 69
22
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, hlm. 70.
1. Tingkat Rahasia, yakni tingkat seseorang memegang ajaran agama
yang dianut dan diyakininya itu, untuk dirinya sendiri dan tidak untuk
masyarakat tersebut.23
hal ini tentu sangat bervariasi dan banyak diasumsikan bahwa dengan
masing.
23
Parsudi Suparlan, Kata Pengantar, dalam Roland Robertson, ed., Agama dalam
Analisa dan Interpretasi Sosiologis, (Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. XII-XIII.
yang diyakini. Yang selanjutnya dapat mempersatukan mereka, dengan
politik sebagai suatu cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan, tetapi
sebenarnya para ahli ilmu politik sendiri mengakui bahwa sangat sulit
hidup masyarakat. Selain itu, ilmu politik juga menyelidiki ide-ide, issue,
group, elit politik, pendapat umum (public opinion), peranan partai politik dan
pemilihan umum. 25
24
Drs. Inu Kencana Syafiie, Ilmu Politik , (Jakarta;PT. Rieneka Cipta, Cet.,1,1997), h.18
25
Inu Kencana Syafiie, Ilmu Politik, h. 18
26
Isjwara, F. S. H. LLM, Pengantar Ilmu Politik, (Bandung; Dhiwantara, 1987), h.34
manusia menuju pada hukum kransendental dari Allah Swt, yang didalamnya
berbagai Sanad, dari Shahih Imam Muslim dan Perawi lain tentang
Nabawiyah ) :
kalian berpegang teguh dengan tali (agama) Allah dan jangan berpecah belah,
dan hendaklah kalian saling menasehati dengan orang yang diangkat Allah
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata Polis yang berarti
Negara Kota dengan politik berarti ada hubungan itu khusus antara manusia
yang hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, dan
27
Ibnu Taimiyah, Siyasah Syariyah, (Surabaya ; Risalah Gusti, 1995), h.X
akhirnya kekuasaan. Politik bisa juga dikatakan sebagai kebijaksanaan,
atau memasukkan politik didalam Islam dan fakta Islam politik ini harus
rakyat diatas penguasa sebab pemimpin sebuah kaum adalah pelayan bagi
rakyatnya.
Quran :
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung. ( QS. Ali Imron : 104 ). 29
Bagi DR. Fahmi Asy Syannawi, kaum muslim akan berdosa jika
diantara mereka tidak terdapat golongan atau partai. Sebab, tuntutan untuk
menyuruh yang maruf dan mencegah yang munkar tidak ditujukan kepada
setiap individu, melainkan dibebankan kepada umat diantara kalian atau
kepada sebagian golongan atau partai, Dengan demikian pembentukan partai
28
Inu Kencana Syafiie, Ilmu Politik,h.19
29
DR. Fahmi Asy Syannawi, Fiqih Politik , (Bandung ; Pustakasetia, 2006), h.302-330
untuk menyuruh yang maruf dan mencegah yang mungkar bukan merupakan
hak semata, melainkan sebagai perintah langsung dari Tuhan . 30
telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat
disatu pihak dan pemerintahan di pihak lain. Partai politik umumnya dianggap
sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang
sedang dalam proses memodernisasikan diri. Maka dari itu, dewasa ini di
negara-negara baru pun partai sudah menjadi lembaga politik yang biasa
dijumpai.
Partai politik, adalah alat yang sangat ampuh untuk mencapai stabilitas
politik karena didasari oleh pandangan bahwa rakyat perlu dibimbing dan
30
DR. Fahmi Asy Syannawi, Fiqih Politik. h. 17
31
Haryanto, Sistem Politik: Suatu Pengantar, h.88
kegiatan-kegiatan partai politik mengalami pergeseran dengan meluasnya hak
politik dan turut serta secara langsung atau tak langsung dalam pembentukan
kebijakan-kebijakan umum.
tujuan-tujuan yang akan dicapainya. Oleh karena itu, partai politik dalam
berbeda dengan cara-cara yang ditempuh oleh partai politik lainnya. Tentu
sesuai dengan target dan sasaran, situasi dan kondisi, untuk mewujudkan
konflik.32
32
Haryanto, sistem Politik: Suatu Pengantar; h. 89
Dari fungsi-fungsi yang disebutkan di atas setidaknya pendekatan ini
secara umum banyak di lakukan oleh partai politik. Oleh karena itu untuk
dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya, secara umum dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu, partai massa dan partai kader. Apabila
dapat dibagi menjadi dua jenis pila; yaitu, partai lindungan dan partai
ideologi/partai asas.33
yang banyak.
3. Partai Lindungan, ciri utamanya partai ini biasanya aktif pada saat-saat
33
Prof. Meriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta; PT.Gramedia Pustaka Utama,
1995), h. 96
34
Haryanto, Sistem Politik: Suatu Pengantar, h. 97
mengemukan pendapatnya bahwa partai politik dapat diklasifikasikan atau
dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu; Pertama, sistem partai tunggal (one
party system) yakni sistem di mana suatu negara hanya terdapat satu partai
politik saja yang sangat berperan atau dominant. Kedua, sistem dwi partai
yakni sistem yang dianut oleh suatu negara di mana dua partai politik yang
sistem multi partai sering pula disebut dengan sistem banyak partai, pada
umumnya ini dianut suatu negara di mana negara tersebut terdapat beberapa
partai politik dan diantara partai-partai politik yang ada itu memiliki kekuatan
yang seimbang.35
tersendiri.
kesatuan hidup yang diikat oleh keyakinan akan kebenaran hakiki yang sama,
Untuk itu dapat dikatakan bahwa pada umumnya orang percaya pada agama
yang bersifat holistic sebagai sebuah alat untuk mencerna kehidupan. Bahwa,
agama memberi panduan, nilai, moral, dan etika perilaku dalam bentuknya
yang universal.
perilaku tidaklah akan tetap, dan pada suatu saat dapat mengalami pergerakan
tersebut.
kekuasaan. Yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antar manusia ataupun
antara kelompok: Pertama, adanya unsur rasa takut. Kedua, adanya unsur rasa
kekuasaan.
Jadi perilaku politik adalah tingkah laku yang terorganisir dalam upaya
36
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung;
PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 16
37
Inu Kencana Syafiie, Ilmu Politik, h. 35
kemudian pengalikasiannya tersebut bersifat mengikat/paksaan terhadap
1. Pengambilan Keputusan
maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin dalam proses itu akan
belaka.40
menghadapi masalh, maka agama bias menjadi Rem wujud dari menjaga
38
Drs. Haryanto, Sistem Politik; Suatu Pengantar, h. 2
39
Prof. Meriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, h. 8
40
Prof. Meriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, h. 8
atau mengingatkan umatnya agar tidak jatuh ke dalam perbuatan yang
menyimpang.
masyarakat.
Dalam hal ini perlu dilihat peranan para elit politik yang mempunyai
Loyalitas mereka kepada bangsa dan negara itu, harus diatasi dari loyalitas
mereka kepada partai. Sejauh mana mereka mampu berprilaku politik merebut
yang mengatsnamakan dirinya adalah, Partai Kader, atau Partai Ideologi yang
BAB IV
Nasional.
meningkatkan iman dan takwa. Melalui basis dakwah dan pengajian hal ini
sangatlah bervariasi dan berbeda antara satu dengan yang lainnya, hal ini
dan menyadarkan bahwa kader Partai Amanat Nasional dalam berpolitik harus
52
Partai Amanat Nasional untuk menciptakan kerukunan beragama adalah,
secara luas kepada para anggota untuk mengaktualkan diri dalam bentuk
jangkau hati nurani para politisi Partai Amanat Nasional masih dihantui oleh
dosa politik orde baru, yang secara umum orientasinya kini, artinya jabatan
dan harta menjadi lebih menarik untuk mencapai kekuasaan. Namun, dengan
politik orde baru. Agama-agama yang ada, mengajarkan nilai-nilai positif dan
bahwa yang diajarkan dalam agama-agama, sesuatu hal yang pada prinsipnya
seseorang di sini, seolah-olah tidak bisa diukur secara eksak tetapi dapat
41
Ali Taher Parasong, WK. Sekjen Badan Hubungan antar lembaga DPP Partai Amanat
Nasional, Wawancara Pribadi, Jakarta, 29 Juni 2006.
dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi keagamaan, hal ini
M.Sc.:
Bahwa agama itu hal yang sangat pribadi dalam kehidupan seseorang,
agama memberikan spirit dan motivator kepada manusia untuk
memudahkan manusia mencintai Tuhannya hingga mencapai tujuan.42
Agama yang dipahami oleh mereka mengajarkan untuk berbuat baik, kasih
mengasihi antar sesama manusia sebagai bentuk ibadah kepanutannya. Hal ini
Agama yang ada pada ajaran Kristen Protestan adalah cinta kasih,
yang dimaksud cinta kasih di sini adalah mengasihi sesama manusia
dalam arti kehidupan vertikal, dan ke atas mengasihi Tuhan dengan
segenap hati. Memang dalam agama yang saya anut diajarkan untuk
mengasihi sesama manusia bukan hanya mengasihi saudara, keluarga
dan mengasihi orang seiman saya. Tetapi mengasihi sesama manusia
seperti mengasihi diri kita sendiri.43
42
Ir. Muhammad Najib, Ketua MPP DPP Partai Amanat Nasional, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 29 Juni 2006.
43
Lilly Walandha, Ketua Bidang Buruh Tani dan Nelayan, Wawancara Pribadi, Jakarta 29
Juni 2006.
berpolitik juga sebagai gerakan moral yang dituntut oleh agama, dan partai
bahwa apa yang dipahami oleh para politisi tentang keagamaan tersebut, tidak
politisi Partai Amanat Nasional dalam hal ini, penulis menekankan kepada
aspek ritual, seperti pelaksanaan ibadah wajib dan sunnah dan praktik yang
konsensus formalistik yang dipraktikan para politisi setiap harinya. Salah satu
contoh ketika seseorang itu beragama Islam maka, yang menjadi penekanan
adalah hal-hal yang berkaitan dengan rukun Islam yang telah diwajibkan
ketepatannya.
tersedia di gedung DPP sendiri dan bukannya di mesjid kecuali sholat Jumat.
Sedangkan mengenai ketepatan waktu sangat banyak yang mematuhinya dan
wajib para politisi yang menunaikan ibadah tersebut sangat banyak. Keempat,
ibadah haji yang diwajibkan bagi yang mampu, politisi Partai Amanat
mempunyai politisi mayoritas beragama Islam. Hal ini tercermin dalam hasil
keagamaan yang secara rukun Islam seperti; shalat, puasa, zakat dan pergi haji
sudah saya lakukan dan Insya Allah hal-hal lain saya pun lakukan.44
menambah nilai ibadahnya dan biasa melakukannya, hal itu akan menjadi
maka ditemukan hasil hanya beberapa orang saja yang beragama non-Islam.
Praktik keagamaan yang dilakukan oleh mereka, yang berkenaan dengan ritual
seperti sembahyang. Untuk agama non Islam pun tercermin dalam hasil
44
M. Junaedi, SE, Anggota MPP DPP Partai Amanat Nasional, Wawancara Pribadi, Jakarta,
29 Juni 2006.
praktek keagamaan saya sembahyang ke gereja karena sibuk dan jarang ke
tuntutan untuk berbuat baik seperti apa yang diajarkan agama.45 Dari hasil
dengan garis program umum yang dicanangkan oleh Partai Amanat Nasional,
kualitas sarana peribadatan dan kualitas pendidikan guru agama dengan cara
perdagangan wanita.46
agar dapat melibatkan masyarakat lebih jauh. Praktik keagamaan seperti ini,
masuk dalam kategori ketaatan sebagai bentuk kebaktian. Hal ini sangat
45
Lilly Walandha, Ketua Badan Buruh, Petani dan Nelayan DPP Partai Amanat Nasional,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 29 Juni 2006.
46
Platform Partai Amanat Nasional 2005-2010, h.25
Mengenai praktik yang sifatnya ketaatan dan mempunyai kekhasan
perbedaan dan tanpa mambeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan. Partai
dilingkungan DPP Partai Amanat Nasional tidak pernah merasa tertindas atau
yang sama dan di Partai Amanat Nasional sangat peduli dengan hal tersebut,
yang dikedepankan oleh mereka adalah persatuan dan kesatuan secara utuh.47
umat seagama dan antara umat beragama, walaupun dilingkungan DPP Partai
tersendiri. Baik itu melalui ritualitas maupun ketaatan yang relatif spontan,
47
Lihat lampiran hasil wawancara dengan Lily Walandha, Wawancara Pribadii, 29 Juni
2006
analitis dapat disimpulkan bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi manusia
Sebelum lebih jauh menjelaskan fungsi agama bagi para politisi Partai
keselamatan baik dalam hidup sekarang ini maupun sesudah mati, jaminan
untuk itu mereka temukan dalam agama. Terutama karena agama mengerjakan
dan memberikan jaminan dengan cara-cara yang khas untuk mencapai titik
48
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 38
49
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 40
berkala agama dapat menegakkan dan memperkuat perasaan dan ide sesuai
sorotan dan tekanan khusus atas apa yang ia lihat dari agama, jelasnya ia
melihat agama dari fungsinya. Agama dipandang sebagai suatu institusi yang
lain mengemban tugas agar masyarakat berfungsi dengan baik, baik dalam
lingkup lokal, regional maun nasional. Maka dalam tinjaun teroi fungsional,
yang dipentingkan ialah daya guna dan pengaruh agama terhadap individu,
atau masyarakat sehingga berkat eksistensi dan fungsi agama, apa yang dicita-
50
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 45
51
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 53
52
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 56
53
Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 30
artinya bahwa dalam mengatur kehidupan sosial, agama memiliki kekuatan
sistem-sistem nilai sosial yang tepadu dan utuh dengan cara memberikan nilai-
Dalam hal ini, fungsi agama bagi politisi sangat penting dalam
Dalam setiap agama apa pun akan berisi ajaran-ajaran doktrin dan
peraturan mengenai bagaimana tata cara hidup yang baik. Artinya secara
berkurangnya atau hilangnya para politisi yang senang korupsi, kolusi dan
dan saling tolong menolong satu sama lain, semata-mata bergantung pada
politisi menjadi sorotan penting bagi masyarakat. Sehingga bagi politisi Partai
Amanat Nasional fungsi agama yang sangat dominan dalam dunia politik
kontrol maka, menumbuhkan rasa sungkan untuk melakukan penyelewengan-
Nasional adalah untuk memberi rahmat, menebar kasih sayang antar sesama
bukan saling menyalahkan, menafikkan dan mematikan satu sama lain. Hal ini
diungkapkan Ali Taher Parasong, SH. MH., dalam wawancara penulis bahwa
belakang moralitas agama yang dituntun oleh agama tertentu, karena agama
Nasional seperti apa yang telah diungkapkan oleh M. Junaedi, SE., dalam
kepada Tuhan yang saya anut, dan Alhamdulillah semuanya hilang, hingga
54
Ali Taher Parasong, Wakil Sekretaris Jendral DPP PAN Badan Hubungan Antar Lembaga,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 29 Juni 2006
55
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama,( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 121
56
M. Junaedi, SE., Anggota MPP DPP PAN, Wawancara Pribadi, Jakarta, 29 Juni 2006
permisalan yang menggolongan semua pengalaman manusia ke dalam dua
kategori yang mutlak bertentangan, yakni pengalaman yang suci dan profan.
mengandung sifat serius yang lebih tinggi. Jadi lewat pengalaman yang suci
ini lahir suatu sifat dan seperangkat praktik keagamaan yang lebih mempunyai
Untuk mengalami hal tersebut yang dapat menyatukan dia dan aku,
sehingga apa yang dimaknai dalam hidup ini, seperti mencari ketenangan
adalah, pengalaman yang pernah dialami oleh para politisi Partai Amanat
terlebih jika kita punya niat baik pasti tuhan akan memberi jalan hingga
sesuai dengan ajaran agama, maka kamu akan menempatkan jalan yang sangat
luas.
57
Thomas F. Odea, Sosiologi Agaam; Suatu Pengenalan Awal,(Jakarta: Rajawali Press, Cet.
1, 1987), h. 35
58
Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Najib, Jakarta, tanggal 29 Juni 2006
E. Konsekuensi Keagamaan bagai Para Politisi Partai Amanat Nasional
Kalau semua dimensi di atas dapat terpenuhi sadar tidak sadar individu
dewasa.
dan aman yang disertai dengan kesediaan membangun dialog antara umat
beragama.
mengibarkan kembali makna yang tekandung dalam Pancasila dan UUD 1945
yang diakui oleh mereka sebagai asas dan perjuangan Partai Amanat Nasional
kerukunan beragama sebagai jalan hidup yang modern, oleh karena pilihan
jalan hidup ini mengandung konsekuensi yang tidak ringan, seperti kesedihan
lain, seperti kesediaan belajar dari pengalaman umat beragama sendiri dalam
kehidupan keseharian.
Hal ini tercermin pula dalam hasil wawancara pribadi dengan Ali
Adapun konsekuensi ada dalam agama non Islam tercermin pula dalam
harus mempelajari tata cara/kebiasaan dari agama lain missal orang muslim
nah kita kadang-kadang berbuat salah tanpa kita tahu menurut muslim misal :
saat puasa tanpa kita tahu kita menawari makan, jadi saya berusaha untuk
mencari tahu dengan begitu mendekatkan saya agar lebih bertoleransi dalam
59
Wawancara Pribadi dengan Ali Taher Paransong, SH., MH, Jakarta, 29 Juni 2006
60
Wawancara Pribadi dengan Lilly Walandha, Jakarta, 29 Juni 2006
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Keagamaan Para Politisi DPP Partai Amanat Nasional tampak dalam beberapa
faktor:
diskriminatif dan partai diikat oleh cita-cita politik dan landasan etika
hanya sebagian orang saja terbukti dalam setiap kegiatan bertatap muka
dijalan.
66
3. Perilaku keagamaan para politisi DPP Partai Amanat Nasional adalah
yang diakui mempunyai kebenaran universal, dan hal itu mereka jadikan
B. Saran
pendukung partai.
menyimpang.
Amanat Nasional yang bersifat terbuka dan mandiri. Para politisipun harus
sesuai dengan tuntunan agama. Dan para politisi harus mampu menjaga
cara ini komitmen terhadap kehidupan beragama dengan mengaktualkan
secara total wawasan kebangsaan dan keagamaan. Dan hal ini harus
berperilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti, Agama dan Pembangunan di Indonesia, Jakarta: Depag RI, 1972
Fatwa, AM., Partai Amanat Nasional Mengangkat Harkat dan Martabat Bangsa,
Jakarta: Intrans, 2003
Gunarsa, D. Singgih, Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, Jakarta BPK
Gunung Mulia, 1995
________, Melawan Arus Pemikiran dan Langkah Politik Amien Rais, Jakarta:
Serambi, 2001
________, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Banding: CV. Pustaka Setia, 1996
Suparlan, Parsudi, Kata Pengantar, dalam Roland Robertson, ed., Agama dalam
Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1993
Syafiie, Inu Kencana, Ilmu Poilitik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet. I, 1997
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, UIN Jakarta Press, 2002.
Yin, K., Robert, Studi Kasus, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2001
www.PartaiAmanatNasional-Wikipedia.com
www.kpu.go.id
www.dpppan@cbn.net.id
HASIL WAWANCARA
tidak merasa tertindas atau terdiskriminatifkan, karena di DPP ini
mayoritas 67% dari Muhammadiyah dan kemudian yang lain-lain
muslimnya 90% lebih maka memang sangat kental nuansa islamiyahnya,
hanya saja memang ada beberapa sebagian orang yang kalau menyapa
itu selalu menggunakan dan menghormati. Misalnya mengucapkan
salam sejahtera atau apalah yang bukan muslim, ada beberapa orang
termasuk Pa Amien Rais, Pa Sayuti dan Pa. M. Najib.
4. Pen: Apakah pengetahuan itu dapat menambah keyakinan agama yang ibu
anut?
Res: Iya, kalo dibilang agama yah kalau kita ngga percaya maksudnya itu
ngga masuk logika jadi itu abstrak yang penting kita percaya aja,
sehingga kalau kita percaya kita ingin berbuat apa yang sudah diajarkan
dan itu semua baik. Bagaimana di dalam 10 hukum itu kan ada
menghormati orang tua, jangan mencuri, jangan berbuat cabul, jangan
ingin memiliki hak orang lain secara tidak adil, nah itu yang membuat
hidup kita lebih baik, saya berusaha untuk menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
bagus apabila kita setiap minggu ke Gereja kemudian mengamalkannya.
Nah tapi juga kadang-kadang orang-orang ke Greja hanya topeng
kemudiannya kelakuannya tidak sama dan saya memilih iya sudah lah
alfa-alfa ke Gereja tapi yang penting saya mengamalkannya padahal itu
di tengah-tengahnya bukan yang terbaik. Tapi itu cukuplah untuk
sekarang ini, kalau sekarang ini memang jarang kalau tidak ada acara-
acara yang penting-penting banget seperti natal, kenaikan dan kematian.
6. Pen: Bagaimana ibu melaksanakan ibadah wajib dan sunah dalam agama
yang ibu anut?
Res: Ibadah wajib dan sunnah dalam agama saya tidak ada kalau pun pergi ke
Gereja itu tidak wajib-wajib banget atau sunah dan juga tidak dosa tapi
kalau kita dapat mendapat pahala sesibuk apa pun kita sempat-
sempatkan pergi ke Gereja semakin banyak pengetahuan kita semakin
penuh pengetahuan yang kita peroleh untuk menimba ilmu di Gereja
dalam agama di setiap khutbah-khutbah pastur.
7. Pen: Apa peran atau fungsi agama bagi ibu dalam kehidupan?
Res: Membatasi kita untuk berbuat jahat terhadap orang lain, jadi kita dituntut
dalam agama bagaimana yang mendasar sekali dalam Katholik itu cinta
kasih jadi bagaimana ktia mencintai orang lain seperti ktia mencintai diri
kita sendiri. Jadi membuat kita jadi orang yang toleransi, pemurah dan
sabar.
menjadi tuntunan ibu untuk berbuat baik disamping itu juga ada yang
tidak eksplesit yang diajarkan agama tetapi digaydents di KUHP/UUD
aturan kenegaraan yang lain yang juga harus kita patuhi.
9. Pen: Apakah agama itu bisa menjadi penenang ketika ibu dilanda
kegelisahan?
Res: Memang semua menganggap agama menjadi penenang ketika dilanda
kegelisahan dan saya rasa itu mujarab dalam arti misalnya ada yang
menpu kita lalu kita kan gondoknya setengah mati pengen membalas
tapi dalam al-kitab dibilang kalau ada yang lempar batu ke kita balasnya
harus dengan kapas memang sih tidak masuk di akal cuma memang
begitu lah kadang-kadang kita kemudian ya udah lah katanya nanti kita
kan mendapat pahala kemudian orang yang membuat dosa kekita
mendapatkan kutukan (ulah). Jadi kadang-kadang kita menyerahkan
seluruh beban itu sehingga kita akhirnya tidak memikirkan kan lagi ya
udah biar Tuhan yang membalas.
10. Pen: Apakah agama itu berguna dalam mengambil keputusan-keputusan yang
ibu jalani baik dalam politik maupun kehidupan sehari-hari?
Res: Sangat iyah, kalau saya tidak beragama mungkin saya dalam mencapai
tujuan saya dan cita-cita saya dalam politik yang carut marut ini tetapi di
sini saya selalu berusaha menerapkan aturan-aturan misalnya aturan
pakai itu juga bagian dari agama. Bahwa kita juga ingin memiliki hak
orang lain secara tidak adil.
11. Pen: Bisakah ibu menceritakan pengalaman religius yang ibu alami dalam
kehidupan ini?
Res: Ada, dan ada hubungannya juga dengan umat muslim. Dulu kan rumah
saya itu di depannya toko-toko banyak muslim yah udah lah saya janji
mau kurban kepada salah seorang tante dari teman saya dia seorang
dokter yang muslim, saya mau kurban kemudian malah lupa terus saya
sakit masuk rumah sakit dan bayar rumah sakit lebih mahal dari harga
hewan kurban itu mungkin teguran/peringatan Tuhan kepada saya karena
saya lupa untuk berkurban dan itulah pengalaman religius yang saya
alami.
12. Pen: Bagaimana konsekuensi ibu sebagai seorang politisi yang beragama?
Res: Konsekuensinya kalau saya kita harus mempelajari tata cara / kebiasaan
dari agama lain misal orang muslim nah kita kadang-kadang berbuat
salah tanp kita tahu menurut kita tidak salah tapi ternyata kita sudah
menyakiti orang muslim misalnya saat puasa tanpa kita tahu kita
menawari makan jadi saya berusaha untuk mencari tahu dengan begitu
mendekatkan saya agar lebih bertoleransi dalam agama sehingga tidak
terjadi konflik seperti di Ambon .
HASIL WAWANCARA
tentang keagamaan, adapun secara formal saya peroleh sejak duduk di
bangku Madrasah Ibtidaiyah hingga universitas.
4. Pen: Apakah pengetahuan itu dapat menambah keyakinan agama yang bapak
anut?
Res: Tentu, karena agama itu sebagai spirit dan motivator saya dalam
menjalani kehidupan.
6. Pen: Bagaimana bapak melaksanakan ibadah wajib dan sunah dalam agama
yang bapak anut?
Res: Saya rasa ibadah wajib merupakan kebutuhan, jadi mau tidak mau kita
wajib melaksanakan kalaupun memungkinkan ibadah sunnah pun saya
akan berusaha melaksanakan.
7. Pen: Apa peran atau fungsi agama bagi bapak dalam kehidupan?
Res: Fungsi agama sangat berpengaruh dalam setiap kehidupan, karena di
setiap ajaran agama ada norma-norma, hingga dapat mengontrol diri
untuk tidak berbuat jahat.
dan saya merasa Tuhan tidak adil pada saya tetapi belakangan ketika
saya dewasa baru saya mengerti bahwa kesulitan yang saya alami
merupakan motivasi saya untuk hidup tegar.
9. Pen: Apakah agama itu bisa menjadi penenang ketika bapak dilanda
kegelisahan?
Res: Dunia politik itu medan berdakwah dan medan berjuang dan saya
berusaha untuk mengumpulkan amal di panggung politik ini dan saya
berusaha untuk memanfaatkan ini sebagai lading untuk beramal.
10. Pen: Apakah agama itu berguna dalam mengambil keputusan-keputusan yang
bapak jalani baik dalam politik maupun kehidupan sehari-hari?
Res: Pasti, karena di setiap keputusan-keputusan sehari-hari maupun politik
saya selalu berdasarkan agama yang saya percayai.
11. Pen: Bisakah bapak menceritakan pengalaman religius yang bapak alami
dalam kehidupan ini?
Res: Dalam setiap kejadian yang saya alami merupakan pengalaman religius
terlebih jika kita punya niat baik pasti Tuhan akan memberi jalan hingga
menggapai cita-cita.
12. Pen: Bagaimana konsekuensi bapak sebagai seorang politisi yang beragama?
Res: Sebagai seorang politisi yang beragama konsekuensinya saya harus
memberi contoh yang baik pada masyarakat terlebih pada keluarga,
karena setiap umur kita bertambah semakin bertambah juga tantangan
hidup kita untuk itu saya akan mendekatkan diri saya agar mendekatkan
diri dalam agama.
HASIL WAWANCARA
Terlebih ditunjang oleh pendidikan mulai SD, SMP, SMA dan
Universitas saya yang bernuansa agamis.
4. Pen: Apakah pengetahuan itu dapat menambah keyakinan agama yang bapak
anut?
Res: Tentu, di setiap pengetahuan agama yang saya anut selalu dapat
menambah keyakinan agama, terlebih agama Islam itu sudah diakui oleh
pemerintah sebagai agama pertama yang mengajarkan hal-hal baik yah
walaupun semau agam itu juga mengajarkan hal-hal baik tetapi secara
keseluruhan Islam-lah yang terbaik. Pemerintah saja mengakui bahwa
agama Islam yang terbaik begitu pun saya sangat percaya akan agama
yang saya anut.
6. Pen: Bagaimana bapak melaksanakan ibadah wajib dan sunah dalam agama
yang bapak anut?
Res: Dalam setiap kegiatan saya selalu mengutamakan sholat wajib, tetapi
jika ada waktu saya akan melaksanakan sholat sunnah.
7. Pen: Apa peran atau fungsi agama bagi bapak dalam kehidupan?
Res: Fungsi agama bagi saya sebagai pengontrol hidup kita dalam segala hal
agar selalu berbuat baik pada orang lain terlebih pada diri sendiri.
8. Pen: Apakah agama itu menjadi pedoman bagi bapak?
Res: Tentu, agama yang saya anut selalu saya jadikan pedoman tuntunan
hidup saya dalam melakukan hal-hal baik.
9. Pen: Apakah agama itu bisa menjadi penenang ketika bapak dilanda
kegelisahan?
Res: Di setiap saya kegelisahan saya selalu berdoa dan sholat kepada Tuhan
yang saya anut dan alhamdulillah semuanya hilang, hingga memang
benar di setiap agama selalu menjadi obat penenang kita.
10. Pen: Apakah agama itu berguna dalam mengambil keputusan-keputusan yang
bapak jalani baik dalam politik maupun kehidupan sehari-hari?
Res: Sebelum saya mengambil keputusan dalam politik dan sehari-hari insya
Allah saya selalu berusaha menjalaninya sesuai ajaran-ajaran agama
yang saya anut.
11. Pen: Bisakah bapak menceritakan pengalaman religius yang bapak alami
dalam kehidupan ini?
Res: Saya tidak punya pengalaman yang begitu menarik, tetapi saya sangat
bersyukur atas apa saya minta alhamdulillah Tuhan pasti memberi jalan
hingga saya menjadi seorang anggota DPR RI.
12. Pen: Bagaimana konsekuensi bapak sebagai seorang politisi yang beragama?
Res: Sebagai konsekuensinya atas apa yang Tuhan beri saya akan melakukan
hal yang terbaik dalam sehari-hari terlebih dalam politik, sehingga saya
lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan masyarakat.
HASIL WAWANCARA
3. Nilai Filosofis : Bahwa PAN ini menjadi partai yang plure tetapi
menempatkan moral agama sebagai alat
perjuangan, maka persoalan yang menjadi
pokok adalah bahwa memang PAN harus
menjadikan nilai agama menjadi tujuan pokok di
dalam menggerakkan organisasi dan
programnya.
4. Pen: Apakah pengetahuan itu dapat menambah keyakinan agama yang bapak
anut?
Res: Sangat menambaha keyakinan, karena dalam perjalanan hidup ternyata
interaksi saya sejak kecil hingga kini bahwa agama yang saya anut itu
adalah agama semakin menyakinkan pada saya yang benar. Agama yang
mengatur dalam hubungan antara Tuhan dengan manusia, manusia
dengan manusia dan manusia dengan alam semesta, dan juga manusia
dengan dirinya sendiri.
Dalam praktek agama di luar rukun Islam itu juga ada, yaitu:
1. Baik pada semua orang
2. Baik pada tetangga
3. Baik pada lingkungan dimana kita bekerja
4. Dan saya selalu berbaik sangka pada setiap orang
6. Pen: Bagaimana bapak melaksanakan ibadah wajib dan sunah dalam agama
yang ibu anut?
Res: Alhamdulillah saya dalam melaksanakan ibadah wajib saya selalu
melaksanakan dan tidak boleh ketinggalan juga sholat-sholat sunnah
diusahakan tepat pada waktunya karena menghantarkan kita pada
ketenangan. Insya Allah sekali-kali sholat tahajud dan dhuha insya Allah
setiap hari membuka pintu rezeki dan kebahagiaan.
7. Pen: Apa peran atau fungsi agama bagi bapak dalam kehidupan?
Res: Fungsi agama itu mengantarkan kita pada jalan kebenaran, keteraturan
hidup dan kebahagiaan.
9. Pen: Apakah agama itu bisa menjadi penenang ketika bapak dilanda
kegelisahan?
Res: Saya merasa sangat tengan dengan dengan agama yang saya anut, karena
saya merasakan betul duku sekolah saya Kristen dan lingkungan pun
beragama Kristen tapi Allah telah memberikan saya pada hidayah dalam
keadaan Islam.
10. Pen: Apakah agama itu berguna dalam mengambil keputusan-keputusan yang
ibu jalani baik dalam politik maupun kehidupan sehari-hari?
Res: Setiap dalam mengambil keputusan baik input dan output itu selalu saya
landasi dengan agama.
11. Pen: Bisakah bapak menceritakan pengalaman religius yang ibu alami dalam
kehidupan ini?
Res: Dulu saya pernah minta mati lebih awal, karena kehidupan saya sangat
susah karena saya tukang sapu di Jakarta keluarga jauh ibu meninggal
dan bapak petani saya benar-benar tidak kuat menanggung cobaan ini
tapi kemudian pada waktu malam hari ada seorang laki-laki
membangunkan saya untuk sholat tahajud dan mengaji padahal saya
belum bias mengajai tapi tiba-tiba malam itu saya langsug bisa mengaji.
12. Pen: Bagaimana konsekuensi ibu sebagai seorang politisi yang beragama?
Res: Alhamdulillah jadilah tauladan dalam kehidupan berpolitik. Perkataan
kita, hati kita, perbuatan kita menunujukkan bahwa agamalah yang bisa
mengantarkan kita untuk berperilaku politik yang baik. Dan politik itu
indah bagi orang yang memahami betapa indahnya politik itu, juga
politik bukanlah ingin meraih kekuasaan tetapi di situ adalah ibadah dan
silaturahim.