Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASKEP PADA KLIEN HIV / AIDS


https://www.scribd.com/document/57159293/Askep
-Hiv-Aids

Diajukan Untuk Bahan Seminar


Mata Kuliah KMB III

Dosen : Herlina Avianty, SKM., MARS

Disusun oleh :
Kelompok 9
1. Nanda R.A 4. Nita
2. Nayogi 5. Novi
3. Neng Tia 6. Hendrayana

Tingkat 2B
AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN SUBANG
Jln Brigjen Katamso No. 37 Telp (0260) 412 520 Subang
2011

https://www.scribd.com/doc/249617585/Askep-PALIATIF PP

14 DESEMBER 2016
https://www.scribd.com/document/335933040/Makalah-Askep-Palliatif-
Pasien-Hiv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Askep Pada Klien HIV / AIDS yang
merupakan salah satu tugas mata kuliah KMB III.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami, hingga tersusunnya makalah ini diantaranya kepada :
1. Ibu Kholis Nur Handayani, S.Kp., M.Kep, selaku Direktur AKPER
Kabupaten Subang.
2. Ibu Herlina aviyanti, SKM., MARS., selaku Dosen Mata Kuliah KMB III
3. Kepada orang tua kami yang selalu memberikan dorongan serta doa untuk
kami.
4. Rekan rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki, hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan
pengetahuan, pengalaman serta sumber yang penyusun miliki. Oleh karena itu,
penyusun harapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak.
Akhirnya penyusun berharap mudah mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Subang, Mei 2011

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum ....................................................................... 1
2. Tujuan Khusus ...................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ................................................................................... 2
B. Etiologi ......................................................................................... 3
C. Patofisiologi ................................................................................ 3
D. Klasifikasi ................................................................................... 4
E. Tanda Dan Gejala ....................................................................... 5
F. Komplikasi .................................................................................. 6
G. Penatalaksanaan .......................................................................... 7
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ........................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................. 16
B. Saran ............................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) menyebabkan penyakit
AIDS (Acquired immunodeficiency Syndrom), yaitu penyakit yang tidak dapat
disembuhkan dan akan berakhir dengan kematian. Banyak orang dengan HIV
positif tidak menyadari bahwa mereka membawa virus tersebut dan akan
menyebarkannya tanpa disadari lewat kontak dengan darah serta cairan tubuh.
Para pekerja kesehatan yang bekerja dirumah sakit menghadapi resiko untuk
terinfeksi, Perawat yang merasa stres dan menanggung beban mental yang
terlalu berat dapat mengalami distres fisik serta mental dalam bentuk keluhan
mudah lelah, sakit kepala, perubahan pola makan serta tidur, perasaan tidak
berdaya mudah tersinggung , apatis, negativitas dan amarah.
Perawatan Penderita HIV / AIDS yang tersusun didalam makalah ini
diharapkan menjadi pengetahuan bagi Mahasiswa/ Mahasiswi AKPER
PEMDA Kab. Subang sebagai gambaran tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh Mahasiswa ketika praktek di lapangan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan mahasiswa/i Akper
Kabupaten Subang mengetahui dan memahami tentang Tindakan
Keperawatan pada Penderita HIV / AIDS.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i dapat mengetahui Tindakan Keperawatan pada Penderita
HIV / AIDS.
b. Mahasiswa/i dapat mengetahui standar Asuhan Keperawatan pada
penderita HIV / AIDS

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh vurus
yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai
Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
2. Kerusakan progrwsif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA
(orang dengan HIV /AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-
macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun
lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
3. AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau
kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar (bukan
dibawa sejak lahir)
4. AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus
(HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
5. AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata
hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang
dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )

2
B. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu
HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang
ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.

C. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup
120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon
imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang
terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV )
dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-
tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel
perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun
setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes
zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

3
D. Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan
indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3
atau B3 dianggap menderita AIDS.
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa
keadaan dalam kategori klinis B dan C
a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
b. Limpanodenopati generalisata yang persisten (PGI : Persistent
Generalized Limpanodenophaty)
c. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut dengan
sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang akut.
2. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
a. Angiomatosis Baksilaris
b. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya
jelek terhadap terapi
c. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
d. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5 oC ) atau diare lebih dari 1
bulan.
e. Leukoplakial yang berambut
f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada
lebih dari satu dermaton saraf.
g. Idiopatik Trombositopenik Purpura
h. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
3. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
2. Kanker serviks inpasif
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata

4
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis
6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
11. Isoproasis intestinal yang kronis
12. Sarkoma Kaposi
13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata /
ekstrapulmoner
15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
17. Pneumonia Pneumocystic Cranii
18. Pneumonia Rekuren
19. Leukoenselophaty multifokal progresiva
20. Septikemia salmonella yang rekuren
21. Toksoplamosis otak
22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

E. Tanda Dan Gejala


Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit.
Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang
lamanya 1 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase
supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat
dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS)
akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah

5
Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu
protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti
demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit
leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dalam darah akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3
bulan.

F. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)

6
3. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.

G. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan
pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah
terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan
pasangan yang tidak terinfeksi.
Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks
terakhir yang tidak terlindungi.

7
Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas
status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka


terpinya yaitu :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab
sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <
>3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
Didanosine
Ribavirin
Diedoxycytidine
Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan
keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang
pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

8
e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan
yang mengganggu fungsi imun.
f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat
kelainan imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi
imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang
sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia,
atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi
imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa
penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap
sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien.
Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang
berhubungan dengan kelainan hospes :
Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik, limpoma,
kortikosteroid, globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.
Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia
congenital, protein liosing enteropati (peradangan usus)
b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan
pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi
aktifitas (Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan).

9
Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama
pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer,
pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan
penampilan, mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau
tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare
pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal, perubahan jumlah, warna, dan karakteristik urine.
Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan
gusi yang buruk, edema
Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
Neurosensoro
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan
status indera, kelemahan otot, tremor, perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks
tidak normal, tremor, kejang, hemiparesis, kejang.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala, nyeri dada
pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan
rentan gerak, pincang.

10
Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk,
sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas,
adanya sputum.
Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse
darah,penyakit defisiensi imun, demam berulang,berkeringat
malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya
nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum,
tekanan umum.
Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya
libido, penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan, herpes genetalia
Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi,
kesepian, adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan, prilaku seks beresiko tinggi,
penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok, alkoholik.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih
bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan
untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi
Human Immunodeficiency Virus (HIV)

11
a) Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor
pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
- P24 (Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus
(HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi
progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau
mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi
sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV
mungkin positif
b) Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan
spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi
adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.

12
c) Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
d) Tes Lainnya
1) Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP
tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
2) Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
3) Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk
pneumonia lainnya.
4) Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
5) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan
kerusakan paru-paru
2) Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV),
maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody
terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 12 minggu
setelah infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan. Hal ini menjelaskan
mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil
tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan
mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan
memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi
lisensi tentang uji kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV)
bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :

13
a) Tes Enzym Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan
kepada virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA
tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan
bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya
terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
disebut seropositif.
b) Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dan memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency
Virus (HIV)
c) Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan
seropositifitas.
d) Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
3) Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit
dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24,
pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV
1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter
p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi
AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi
efek anti virus. Pemeriksaan kultur Human Immunodeficiency
Virus (HIV) atau kultur plasma kuantitatif dan viremia plasma
merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus (viral
burden)

14
AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan
alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/
hancurnya sel-sel limfosit T karena kekurangan sel T, maka penderita mudah
sekali terserang infeksi dan kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk
orang normal tidak berarti. Jadi bukan AIDS nya sendiri yang menyebabkan
kematian penderita, melainkan infeksi dan kanker yang dideritanya.
HIV biasanya ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang
mengidap virus tersebut dan terdapat kontak langsung dengan darah atau
produk darah dan cairan tubuh lainnya. Pada wanita virus mungkin masuk
melalui luka atau lecet pada mulut rahim/vagina. Begitu pula virus memasuki
aliran darah pria jika pada genitalnya ada luka/lecet. Hubungan seks melalui
anus berisiko tinggi untuk terinfeksi, namun juga vaginal dan oral. HIV juga
dapat ditularkan melalui kontak langsung darah dengan darah, seperti jarum
suntik (pecandu obat narkotik suntikan), transfusi darah/produk darah dan ibu
hamil ke bayinya saat melahirkan. Tidak ada bukti penularan melalui kontak
sehari-hari seperti berjabat tangan, mencium, gels bekas dipakai penderita,
handuk atau melalui closet umum, karena virus ini sangat rapuh.
Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh
masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak
memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan
sel T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel T4, semakin rusak
sistem kekebalan tubuh.
Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah,
seseorang yang mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan gejala-gejala
AIDS.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Para anggota tim perawatan kesehatan memerlukan informasi pasien
yang akurat sebelum mereka dapat melaksanakan penilaian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Ketidak berhasilan dalam
mengungkapkan status HIV / AIDS dapat menggganggu kualitas perawatan
pasien.
Anda dapat merawat penderita AIDS di rumah tanpa tertular penyakit
ini, baik diri anda maupun anggota keluarga yang lain, dan tanpa
menyebabkan infeksi lain pada penderita. Bagaimana? Dengan memastikan
bahwa tidak seorangpun melakukan kontak dengan darah penderita, semen,
atau sekresi vaginal. Meskipun virus yang menyebabkan AIDS dapat dideteksi
melalui liur, urin, feses, mukosa, pernafasan, atau sekresi tubuh lainnya, tidak
seorangpun tertular AIDS dengan menyentuh cairan tubuh.

B. Saran
Tindakan pencegahan di bawah ini memerlukan waktu dan
perencanaan, namun akan menjadi kebiasaan pada akhirnya. Ingatlah bahwa
tindakan pencegahan tidak perlu terlalu berlebihan sehingga penderita merasa
terisolasi.
Perawat harus bertanggung jawab untuk melindungi hak-hak pasien
atas privasinya dengan menjaga kerahasiaan informasi yang konfidensial.
Perawat dianjurkan untuk membicarakan persoalan konfidensialitas dengan
administrator perawat dan dokter untuk mengidentifikasi rangkaian tindakan
yang lebih tepat.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV, Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

2. Depkes RI. 2005. Pedoman Monitoring dan Perawatan Pasien HIV/AIDS


dengan Antiretro viral (ARV).

3. Departemen Kesehatan RI. 2004. Direktorat Jenderal Pemberantasan


Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Terapi
Antiretroviral. Jakarta.

4. Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta.
Umar Zein: Pencegahan Transmisi HIV Pada Petugas Kesehatan, Majalah
Kedokteran Nusantara, Suplemen, Maret 2005.

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby
Year Book, Toronto.
Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St.
Louis.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan
kedua, EGC, Jakarta.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

Anda mungkin juga menyukai