Anda di halaman 1dari 29

1

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DALAM AL-QURAN DAN HADITS


MARYANI

ABSTRAK

Wewenang dan tanggung jawab sangat diperlukan dan merupakan hal yang sangat
penting dalam keberlangsungan organisasi. Jika hal ini tidak ada maka akan hancurlah
sebuah organisasi, dalam makalah ini akan dibahas mengenai mengembangkan dan
memadukan develop and integrated (mengembangkan dan terintegrasi) keilmuan
manajemen pendidikan sub topik wewenang dan tanggung jawab. Disini akan
menggunakan pendekatan Interkonektif serta akan dikonsultasikan dan di komunikasikan
berdasarkan Al-Quran dan Hadits.
Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah setidaknya
memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama, sebagai seorang hamba yang
berkewajiban untuk memperbanyak ibadah kepada Nya sebagai bentuk tanggung jawab
'ubudiyyah terhadap Tuhan yang telah menciptakannya. Kedua, sebagai khalifah yang
memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh alam.
Dengan kata lain, manusia sebagai khalifah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian,
melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun untuk
makhluk yang lain.

Kata Kunci: Wewenang, Tanggung Jawab, dalam Al-Quran Dan Hadits

A. Latar Belakang
Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia di mana saja berada sebagai
pedoman hidup baik bagi kehidupan duniawi maupun bagi kehidupan sesudah mati.
Dimensi ajaran Islam memberikan aturan bagaimana caranya berhubungan dengan khalik
Nya, serta aturan bagaimana caranya berhubungan dengan sesama makhluk, termasuk di
dalamnya persoalan hubungan dengan alam sekitar atau lingkungan hidup.
Dalam perkembangan selanjutnya, dalam mengembang tugas, manusia
memerlukan suatu tuntunan dan pegangan agar dalam mengolah alam ini mempunyai
arah yang jelas dan tidak bertentang dengan kehendak Allah SWT. Islam sebagai ajaran
2

agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat manusia melalui Rasul Nya adalah
satu pegangan dan tuntunan bagi manusia itu sendiri dalam mengarungi kehidupan ini.
Al-Quran adalah mukjizat yang terbesar umat manusia yang berfungsi sebagai
petunjuk agar manusia dapat menjalankan semua perintah dan menjauhi segala larangan.
Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah sebagai penyempurna
dari kita-kitab yang pernah diturunkan sebelumnya. Al-Quran dan Hadits merupakan
sumber pokok ajaran Islam dan merupakan rujukan umat Islam dalam memahami syariat.
Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen
adalah al-tadbir (pengaturan).1 Kata ini merupakan asal dari kata dabbara (mengatur)
yang banyak terdapat dalam Al-Quran seperti firman Allah SWT dalam surat Al Sajadah
ayat 5:

Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik
kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah SWT adalah
pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah
SWT dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT
telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi
dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-
aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan melalui orang
lain.2 Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam
sebagaimana dinyatakan Ramayulis adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang
dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun
lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara

1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal 262.
2
Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), (Jakarta: PT Indeks, 2007), hal. 8
3

efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di
dunia maupun di akhirat.3
Berbicara mengenai manajemen pendidikan Islam tentunya ada kaitannya dengan
wewenang dan tanggung jawab. Wewenang dan tanggung jawab merupakan hal yang
sangat penting di dalam organisasi. Dengan adanya wewenang dan tanggung jawab maka
sesuatu perencanaan akan berhasil dengan baik dan maksimal.
Wewenang dan tanggung jawab sangat diperlukan dan merupakan hal yang sangat
penting dalam keberlangsungan organisasi. Jika hal ini tidak ada maka akan hancurlah
sebuah organisasi, dalam makalah ini akan dibahas mengenai mengembangkan dan
memadukan develop and integrated (mengembangkan dan terintegrasi) keilmuan
manajemen pendidikan sub topik wewenang dan tanggung jawab. Disini akan
menggunakan pendekatan Interkonektif4 serta akan dikonsultasikan dan di
komunikasikan berdasarkan Al-Quran dan Hadits.

B. Wewenang Dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah

Manajemen adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh menejer dalam


memanage organisasi, lembaga, maupun perusahaan.5 Manajemen pendidikan Islam
adalah suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang
melibatkan sumber daya manusia muslim dan menggerakkannya untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Seorang manajer dalam memanage sebuah
organisasi memiliki wewenang serta memiliki tanggung jawab.

C. Wewenang dan Tanggung Jawab Berdasarkan Al-Quran dan Hadits

3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit, hal. 260
4
Amin Abdullah, Membangun Paradigma Keilmuan Interkonektif Islamic Studies di Perguruan Tinggi;
Pendekatan Integratif-Interkonektif, Cetakan: I, Februari 2006.
5
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Surabaya: CV. Haji Mas Agung, 1997), hal. 78.
4

Secara universal, manusia adalah makhluk Allah yang memiliki potensi


kemakhlukan yang paling bagus, mulia, pandai, dan cerdas. Manusia mendapatkan
kepercayaan untuk menjalankan dan mengembankan titah-titah amanatNya serta
memperoleh kasih sayangNya yang sempurna.6
Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah setidaknya
memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama, sebagai seorang hamba yang
berkewajiban untuk memperbanyak ibadah kepada Nya sebagai bentuk tanggung jawab
'ubudiyyah terhadap Tuhan yang telah menciptakannya. Kedua, sebagai khalifah yang
memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh alam.
Dengan kata lain, manusia sebagai khalifah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian,
melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun untuk
makhluk yang lain.
Dalam peraturan Menteri Agama Republik Indonesia menyatakan bahwa setiap
satuan pendidikan perlu dipimpin oleh seorang kepala madrasah.7 Guru dapat diberikan
tugas tambahan sebagai kepala sekolah/ madrasah untuk memimpin dan mengelola
sekolah/ madrasah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, bahwa dalam rangka
meningkatkan kualitas kepala sekolah/madrasah perlu dilakukan pendidikan dan
pelatihan calon kepala sekolah/ madrasah serta sertifikasi kompetensi dan penilaian
kinerja kepala sekolah/madrasah.
Dalam pasal 1 menyebutkan bahwa kepala sekolah/ madrasah adalah guru yang
diberi tugas tambahan untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhatul athfal (TK/ RA),
taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/ MI),
sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah
(SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan
(SMK/ MAK), atau sekolah menengah atas luar biasa (SMALB).8

6
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, (Yogyakarta: DIVA Press, 2008), hal. 21.
7
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala Madrasah
8
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 28 tahun 2010 Tentang Penugasan guru sebagai kepala
sekolah/ madrasah, 20 Juni 2010
5

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Dalam bab II mengenai tugas dan fungsi disebutkan dalam pasal 3 ayat 1 dan 2
kepala madrasah mempunyai tugas merencanakan, mengelola memimpin dan
mengendalikan program dan komponen penyelenggaraan pendidikan pada madrasah
berdasarkan standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan meliputi: standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidikan dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyaan, dan
standar penilaian.9
Tugas dan tanggung jawab itu merupakan amanat ketuhanan yang sungguh besar
dan berat. Oleh karena itu, semua yang ada di langit dan di bumi menolak amanat yang
sebelumnya telah Allah SWT tawarkan kepada mereka. Akan tetapi, manusia berani
menerima amanat tersebut, padahal ia memiliki potensi untuk mengingkarinya seperti
firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 72.


Artinya: "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh"(Al-Ahzab: 72).

Ibn 'Abbas sebagaimana dikutip oleh Ibn Kasir dalam tafsirnya 10 " menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan amanat pada ayat di atas adalah ketaatan dan
penghambaan atau ketekunan beribadah. Ada juga yang memaknai kata amanah

9
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala Madrasah, Loc.
Cit. Hal. 4.
10
'Imad al-Din Abu al-Fida' Isma'il ibn Kasir al-Dimasyqi, Tafsir al-Qur'an al-Azim, (Kairo: Muassasah
Qurtubah, 2000), Jil. XI, hal. 25
6

sebagai al-taklif atau pembebanan, karena orang yang tidak sanggup memenuhinya
berarti membuat utang atas dirinya. Adapun orang yang melaksanakannya akan
memperoleh kemuliaan.




Artinya: Rasulullah SAW bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja
kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; bagaimana maksud
amanat disia-siakan? Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada
ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (Bukhari6015).

Sungguh benarlah ucapan Rasulullah SAW. "Jika amanat telah disia-siakan,


tunggu saja kehancuran terjadi." Amanah yang paling pertama dan utama bagi manusia
ialah amanah ketaatan kepada Allah, pencipta, pemilik, pemelihara dan penguasa alam
semesta dengan segenap isinya.
Kepala madrasah dalam menjalankan tugas kepemimpinan yang dibarengi dengan
wewenang dan tanggung jawab memikul amanat bersesuain dengan surat Al-Ahzab ayat
72 yang lebih dititik beratkan kepada semua isi komponen madrasah terdiri dari semua
hal yang menunjang segala sesuatu baik mengenai sarana dan prasarananya.
Dari sekian banyak penafsiran ulama tentang amanah, dapat ditarik sebuah
"benang merah" yang dapat menghubungkan antara satu dengan yang lain, yaitu pada
kata al-mas'uliyyah (tanggung jawab) atas anugerah Tuhan yang diberikan kepada
manusia, baik berupa jabatan (hamba sekaligus khalifah) maupun nikmat yang
sedemikian banyak. Dengan kata lain, manusia berkewajiban untuk menyampaikan
"laporan pertanggung jawaban" di hadapan Allah atas limpahan karunia Ilahi yang
diberikan kepadanya. Kepala madrasah sebagai khalifah mempertanggung jawabkan
segalanya kepada allah SWT dan juga pertangung jawaban kepada semua komponen
madrasah.
Rasulullah SAW dalam hadits yang driwayatkan oleh al-Bukhari dari Abdullah
ibn Umar, yaitu:
7

: :

Artinya: "Abdullah bin Umar RA berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda,
Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin (pemelihara) dan bertanggung
jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya
tentang rakyat yang dipimpinnya. Suami adalah pemimpin bagi keluarganya
dan akan dimintai pertanggung jawabannya tentang keluarga yang
dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara rumah suami dan anak-anaknya. Budak
adalah pemelihara harta tuannya dan ia bertanggung jawab mengenai hal itu.
Maka camkanlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan dituntut
(diminta pertanggung jawaban) tentang hal yang dipimpinnya11

Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari pada kalimat seperti dibawah ini: 12

Artinya: Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai
pertanggung jawabannya.

Begitu berat dan besar tanggung jawab seorang pemimpin, pada hadits rasulullah
kembali mengulangi kalimat kullukum ra'in yang diawali dengan huruf peringatan
(tanbih) yaitu sebagai bentuk isyarat yang mengingatkan setiap manusia untuk lebih
berhati-hati dalam menjalankan kepemimpinannya karena semua itu akan dipertanggung
jawabkan dihadapan Allah SWT.13

:
:
11
Abu 'Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, al Jami' al-Sahih al-Musnad min Hadis Rasulillah
Sallallahu 'alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, Jilid. III (Kairo: al-Matba'ah al-Salafiyyah, 1403
H), hal. 328.
12
Ahmad Sunarta dan Syamsuddin Noor, Himpunan Hadits Shahih Bukhari, (Jakarta: An-Nur, 2009),
hal.103
13
Al-Asqalani, Syihab al-Din Abu al-Fadl Ahmad ibn Ali ibn Hajar. Nuzhat al-Nazr Syarh} Nukhbah.
(Mesir. al-Munawwarah. t.th. Ibn Hajar al-'Asqalani), Jilid. XIII, hal. 113.
8

: : : :
.
14
.
Artinya: Dari Aisyah RA bahwa orang-orang Quraisy dibuat susah oleh urusan seorang
wanita Makhzumiyah yang mencuri. Mereka berkata:Siapa yang mau
berbicara dengan Rasulullah SAW untuk memintakan keringanan baginya?,
Mereka berkata, siapa lagi yang berani melakukannya selain dari Usamah bin
Zaid, kesayangan Rasulullah? Maka Usamah berbicara dengan beliau, lalu
beliau bersabda, Adakah engkau memintakan syafaat dalam salah satu
hukum-hukum Allah? Kemudian beliau berdiri dan menyampaikan pidato,
seraya bersabda: Sesungguhnya telah binasalah orang-orang sebelum
kalian,karena jika orang yang terpandang di antara mereka mencuri, mereka
membiarkannya, dan sekiranya yang mencuri itu orang lemah di antara
mereka, maka mereka menegakkan hukuman atas dirinya. Demi Allah,
sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya kupotong tangannya.
(HR. Bukhari).

Menurut atsar yang diriwayatkan oleh Aisyah bahwa dia menceritakan seorang
perempuan yang sering mengingkari barang yang dia pinjam dari orang lain, maka nabi
menyuruh untuk dipotong tangannya, maka Usamah Bin Zaid sebagai saudara atau
kerabatnya meminta rasulullah untuk mengampuni kesalahannya.
Menurut atsar yang diriwayatkan oleh Jabir RA bahwa diceritakan ada seorang
wanita dari Bani Makhzum yang mencuri, maka Nabi SAW mendatangkannya, akhrinya
ia meminta perlindungan kepada Ummi Salamah, namun Nabi SAW bersabda: Demi
Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya.15
Hadits ini juga memberi hikmah kepada kita bahwa keadilan dalam islam itu
memang mutlak ditegakkan demi tercapainya masyarakat Islam yang memiliki
persamaan hak dan kewajiban dihadapan hukum Allah. Tidak ada perbedaan hukum
antara si kaya dengan si miskin, antara si bangsawan dengan rakyat jelata, seluruh
manusia sama dihadapan Allah sang pemilik hukum, yang membedakan derajat hanya
ketakwaan.

14
Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam,Taisirul-Allam Syarh Umdatul-Ahkam, (Jeddah:
Maktabah As-SAWady Lit-Tauzi,1412/1992)
15
Ibid. 889.
9

Selanjutnya dalam salah satu ayat Al-Quran, kemampuan dalam melaksanakan


wewenang Allah SWT kepada Nabi Adam disimbolkan dengan kemampuan dalam
mengeja nama-nama benda seluruhnya, Nabi Adam bertanggung jawab untuk mengeja
nama benda tersebut, hal ini diisyaratkan dalam Al-Quran surah Al Baqarah ayat 31:

Artinya: Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
Sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-
orang yang benar.

Tanggung jawab manusia yang paling utama adalah bagaimana manusia mampu
memposisikan dirinya di hadapan Allah dan kehidupan sosialnya. Untuk mengetahui hal
tersebut perlu dipaparkan terlebih dahulu maksud dan tugas diciptakan manusia itu,
seperti dijelaskan dalam ayat Al-Quran surat Adz-Dzariyat ayat 56:

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka mengabdi
kepada Ku.
Istilah kata Abdi dan pengabdian merupakan kata-kata yang biasa dipergunakan
sehari-hari. Tetapi dalam konteks Al-Quran kata abd yang darinya bahasa Indonesia
abdi dan pengabdian itu mengandung pengertian yang luas secara baik secara teologis
maupun filosofis. Abdi maksudnya adalah ketundukan hati, merendahkan diri di hadapan
Allah SWT. Dalam surat At-Tahrim ayat 6:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
10

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang


diperintahkan.

Dari ayat Al-Quran ini tergambar jelas sebuah wewenang dan tanggung jawab skala
kecil yaitu seorang kepala rumah tangga selaku manager terhadap keluarganya agar
terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Kepala rumah tangga diberikan
wewenang untuk mengatur keluarga agar tidak masuk kedalam api neraka, dari skala
kecil inilah akan muncul skala yang lebih besar dalam menjalankan manajemen.
Berkaitan dengan kepala madrasah, tentunya kepala madrasah bertanggung jawab
memelihara rumah tangga sekolah dari api neraka. Dikarenakan kepala madrasah
merupakan Bapak yang akan bertanggung jawab dalam tugas kepemimpinan yang di
embankan kepadanya.
Tanggung jawab merupakan perbuatan yang sangat penting dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, karena tanpa tanggung jawab, maka semuanya akan menjadi tidak
karuan. Dalam surat Al Mudatsir ayat 38:

Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya
Ayat ini menegaskan bahwa tanggung jawab atas diri sendiri dan berkaitan
dengan surat At-Tahrim ayat yang menjelaskan tanggung jawab itu bukan saja terhadap
apa yang diperbuatnya akan tetapi melebar sampai semua akibat dan bekas-bekas dari
perbuatan tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah
atau anak yang sholeh, kesemuanya itu akan meninggalkan bekas kebaikan selama masih
berbekas sampai kapanpun.
Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas'uliyyah. Jika
manusia dapat menentramkan hati nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang
paling dalam, maka dia pasti bisa bertanggung jawab kepada yang lain. Allah SWT
berfirman dalam surat Al-Isra ayat 36:


11

Artinya: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya."
Mata yang dimiliki sehingga Anda dapat melihat dan mengindentifikasi sesuatu,
kemudian telinga yang Anda miliki sehingga Anda dapat mendengarkan kebaikan untuk
ditransformasikan ke dalam hati dan fisik Anda, serta kalbu yang Anda miliki sehingga
Anda dapat merasakan, memutuskan, dan menjatuhkan pilihan dimana esensi manusia
terletak pada kalbunya, semua ini adalah sarana yang telah dianugerahkan Allah SWT
dan kelak akan diminta pertanggung jawabannya.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut
demikian karena manusia selain makhluk sosial juga makhluk Tuhan. Manusia
mempunyai tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan
sejumlah peranan dalam konteks sosial ataupun teologis.16
Tanggung jawab timbul karena telah diterima wewenang. Seperti wewenang,
tanggung jawab juga membentuk hubungan tertentu antara pemberi wewenang dan
penerima wewenang. Jadi tanggung jawab seimbang dengan wewenang. Dengan
demikian kalau terjadi sesuatu maka seseorang yang dibebani tanggung jawab wajib
menanggung segala sesuatunya.
Dalam organisasi formal, pemimpin dalam hal ini kepala madrasah memegang
tanggung jawab terhadap psiformance. Pemimpin harus menerima tanggung jawab atas
kelompok yang dipimpinnya. Pemimpin dapat memutuskan untuk memlih pertanggung
jawaban yang didasarkan atas keputusan-keputusan dimana para bawahan ikut
berpartisipasi, atau pertanggung jawaban yang didasarkan atas keputusan yang dibuat.17

16
Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hal. 132
17
Thomas Gordon, Kepemimpinan yang Efektif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), hal. 56
12

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran."(An-Nahl: 90).

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: "Sesungguhnya kepemimpinan itu adalah amanah, dan sesungguhnya


pada hari kiamat akan mendapatkan malu dan penyesalan, kecuali orang yang
mengambilnya dengan hak dan melaksanakan tugas kewajibannya dengan baik".18
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kepemimpinannya, seorang
kepala sekolah harus dapat memahami, menghayati, dan menyelami kondisi jiwa yang
berbeda-beda. Rakyat memiliki kapasitas dan kapabilitas tersendiri, sehingga pemimpin
harus terus menggali dan mengembangkan kualitas pemahaman terhadap rakyatnya yang
beragam tersebut dengan perspektif psikologi Islam atau psikologi kenabian.19
Suatu pelajaran yang berharga dari Rasulullah SAW. agar pemimpin
memperhatikan orang-orang yang dipimpinnya yang memiliki kondisi berbeda-beda
diisyaratkan pada sabda beliau:

Artinya: "Apabila salah seorang di antara kalian menjadi imam, hendaklah ia
meringankan shalatnya. Karena di antara manusia itu ada yang lemah, ada yang sakit,
dan adapula yang tua. Apabila kalian shalat sendiri, hendaklah ia shalat menurut yang
ia kehendaki".

D. Wewenang Kepala Madrasah

18
Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Terjemah Shahih Muslim Riyadhus Shalihin, Jilid III, hal. 1457.
19
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership. (Yogyakarta: DIVA Press. 2008), hal. 249.
13

Wewenang menurut para ahli seperti: George R. Terry, menjelaskan bahwa


wewenang merupakan hak jabatan yang sah untuk memerintahkan orang lain bertindak
dan untuk memaksa pelaksanaannya, dengan wewenang seseorang dapat mempengaruhi
aktifitas atau tingkah laku perorangan dan grup. Mac Iver R.M, menyebutkan wewenang
merupakan suatu hak yang didasarkan pada suatu pengaturan sosial, yang berfungsi untuk
menetapkan kebijakan, keputusan, dan permasalahan penting dalam masyarakat.
Soerjono Soekanto mengatakan bila orang-orang membicarakan tentang wewenang,
maka yang dimaksud adalah hak yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Max
Weber menyebutkan bahwa wewenang adalah sebagai kekuasaan yang sah.20
Bagir Manan menyebutkan istilah wewenang dengan kekuasaan itu berbeda.
Kekuasaan menurutnya hanya digambarkan dalam bentuk hak untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu. Sedangkan wewenang memiliki pengertian yang lebih luas meliputi hak
dan kewajiban. Secara teoritik pendapat H.D. Stout: wewenang adalah merupakan
pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan
sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan
wewenang. Wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk bertindak, kekuasaan membuat
keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.21
Wewenang adalah kekuasaan resmi yang dimiliki seseorang untuk bertindak dan
memerintah orang lain. Tanpa ada wewenang terhadap suatu pekerjaan janganlah
mengerjakan pekerjaan tersebut, karena tidak mempunyai dasar hukum untuk
melakukannya. Wewenang terbagi dua yaitu pertama sentralisasi wewenang yaitu bila
sebahagian besar kekuasaan masih tetap dipegang oleh pimpinan. Sertralisasi wewenang
mengakibatkan pimpinan sibuk bekerja, sedangkan bawahan bekerja santai saja. Kedua
yaitu disentralisasi wewenang adalah apabila sebahagian kecil kekuasaan dipegang
pimpinan, sedangkan sebahagian besar kekuasaannya didelegasikan kepada bawahan.

20
Definisi Wewenang, http://artikata.com/arti-383651-wewenang.html
21
Ibid.
14

Dengan desentralisasi wewenang, pimpinan mempunyai banyak waktu untuk


merencanakan, mengarahkan dan mengawasi bawahannya.22
Umar bin Khatab dalam hal wewenang, sangat tegas, hal ini seperti cerita
pertemuan umar dengan utusan dari Azerbaijan datang ke kota Madinah. Seusai shalat
fajar, Umar RA mengajak tamunya singgah di rumahnya. Ia berkata kepada
istrinya,Wahai Ummu Kultsum, sugguhkan makanan yang ada. Kita kedatangan tamu
jauh dari Azerbaijan. Kita tidak mempunyai makanan, kecuali roti dan garam. jawab
istri Umar.Tidak mengapa, kata Umar. Akhirnya mereka berdua makan roti dengan
garam. Walikota Azerbaijan menyuruhku menyampaikan hadiah ini untuk Amirul
Mukminin,kata utusan Azerbaijan seusai makan, sembari menunjukan sebuah
bungkusan. Bukalah bungkusan ini dan lihat apa isinya! perintah Umar RA setelah
dibuka, ternyata berisi gula-gula. ini adalah gula-gula khusus buatan
Azerbaijan, utusan itu menjelaskan. Apakah semua kaum muslimin mendapatkan
kiriman gula-gula ini? tanya Umar. Utusan itu tertegun atas pertanyaan Umar, kemudian
menjawab, Oh tidak, Baginda, gula-gula ini khusus untuk Amirul
Mukminin. Mendengar jawaban itu, Umar tampak amat marah. Segera ia
memerintahkan kepada utusan Azerbaijan untuk membawa gula-gula tersebut ke masjid
dan membagi-bagikannya kepada fakir miskin. Barang ini haram masuk kedalam
perutku, kecuali jika kaum muslimin memakannya juga, kata Umar dengan nada agak
marah. Dan engkau cepatlah kembali ke Azerbaijan, beritahukan kepada yang
mengutusmu, bahwa jika ia mengulangi ini kembali, aku akan memecat dari jabatannya.
Kisah diatas menggambarkan betapa kesederhanaan dan kehatia-hatian Amirul
Mukminin Umar bin Khattab RA tatkala menjadi khalifah. Ia amat takut kepada Allah,
sehingga matanya tidak bisa terpejam sepanjang malam, khawatir tidak mendapatkan
ampunan Allah. Di keheningan malam saat rakyatnya tidur nyenyak, ia bangun dan
mendekatkan diri di masjid. Tidak ada pengawal yang menyertainya. Di rumah, tak ada
makanan istimewa layaknya para penguasa dan pejabat sekarang. Istri Umar hanya
memiliki roti dan garam, makanan sehari-hari rakyat biasa. Sebagai Khalifah dan

22
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal. 4
15

pemimpin negara, ia tidak malu menyuguhkan makanan roti gandum kepada tamunya,
sebab itulah makanan kesehariannya.Tatkala mendapatkan hadiah khusus dari utusan
Azerbaijan, ia pun mempertanyakan, Apakah semua kaum muslimin mendapatkan
kiriman gula-gula ini? Ini pertanyaan penting bagi Amirul Mukminin. Jika ternyata
seluruh kaum muslimin menerima hadiah tersebut maka wajar jika ia menerima. Akan
tetapi jika tidak, maka tidak layak bagi dirinya menerima hadiah secara sendirian.
Ternyata memang tidak. Itu adalah hadiah yang khusus diberikan kepada Amirul
Mukminin, maka ia pun menolaknya.
Sepantasnya seorang kepala madrasah ketika diberikan hadiah oleh siapa saja
memiliki tanggung jawab untuk melihat bagaimana keadaan personel sekolah lainnya.
Jika ada personel yang tidak mendapatkan, maka kepala madrasah memiliki wewenang
membuat keputusan untuk tidak mengambilnya.
Namun pun demikian, tipe-tipe kepemimpinan itu bermacam-macam dalam
menjalankan wewenang, adapun bentuk-bentuk wewenang seperti dibawah ini:23

a. Wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional (legal)


Wewenang karismatik merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma,
yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang. Dasar wewenang
kharismatis bukanlah terletak pada suatu peraturan (hukum), akan tetapi bersumber pada
diri pribadi individu bersangkutan. Wewenang kharismatis tidak diatur oleh kaidah-
kaidah, baik yang rasional maupun tradisional. Sifatnya cendrung irasional, adakalanya
kharisma dapat hilang, karena masyarakat sendiri yang berubah dan mempunyai paham
yang berbeda.
Berdasarkan konsep Max Weber mengenai wewenang karismatik, bahwa
peletakan kesetian pada hal-hal yang suci, kepahlawanan atau sifat-sifat ndividu yang
patut dicontoh memiliki sifat jujur cerdas dan sifat-sifat terpuji lainnya dan pola-pola
normatif yang diperlukan.24

23
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pres, 1990), hal. 281-285
24
Roderik Martin, Sosiologi Kekuasaan, ter. Herjoediono, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), hal. 147.
16

Wewenang tradisional dapat dimiliki oleh seseorang maupun sekelompok orang.


Wewenang ini dimiliki oleh orang-orang yang menjadi anggota kelompok. Ciri-ciri
utama wewenang tradisional yaitu Pertama, Adanya ketentuan-ketentuan tradisional yang
mengikat penguasa yang mempunyai wewenang, serta orang lain yang ada dalam
masyarakat. Kedua, Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan
seseorang yang hadir secara pribadi. Ketiga, dapat bertindak secara bebas selama tidak
ada pertentangan dengan ketentuan tradisional.
Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang disandarkan pada sistem
hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sistem hukum ini dipahamkan sebagai kaidah
yang telah diakui, ditaati masyarakat, dan telah diperkuat oleh negara yang berbentuk di
dalam lembaran-lembaran.
b. Wewenang resmi dan tidak resmi
Wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil disebut wewenang
tidak resmi karena bersifat spontan, situasional, dan faktor saling kenal. Contohnya pada
ciri seorang ayah dalam fungsinya sebagai kepala rumah tangga. Wewenang resmi
sifatnya sistematis, diperhitungkan dan rasional. Biasanya wewenang ini dapat dijumpai
pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan aturan-aturan tata tertib yang tegas
dan bersifat tetap.

c. Wewenang pribadi dan teritorial


Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara anggota-anggota
kelompok, dan unsur kebersamaannya sangat berperan penting. Para individu dianggap
lebih banyak memiliki kewajiban ketimbang hak. Struktur wewenang bersifat konsentris,
yaitu dari satu titik pusat lalu meluas melalui lingkaran-lingkaran wewenang. Wewenang
teritorial, yang berperan penting yaitu tempat tinggal. Pada kelompok teritorial unsur
kebersamaan cenderung berkurang, karena desakan faktor-faktor individualisme.
Wewenang pribadi dan teritorial sangat berbeda namun dalam kenyataan keduanya
berdampingan.
17

d. Wewenang terbatas dan menyeluruh


Wewenang terbatas merupakan wewenang yang tidak mencangkup semua sektor
dalam bidang kehidupan, namun terbatas pada salah satu sektor bidang. Contohnya,
seorang menteri dalam negeri tidak mempunyai wewenang untuk mencampuri urusan
yang yang menjadi urusan wewenang mentri luar negeri.
Wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-
bidang kehidupan tertentu. Contohnya, bahwa setiap negara mempunyai wewenang yang
menyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Fungsi ganda
dari wewenang adalah tanggung jawab yang menjadi kewajiban setiap individu untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan terbaik dari kemampuan yang dimilikinya. Setiap
manajer harus memiliki keseimbangan antara tanggung jawab dan wewenang, wewenang
tanpa tanggung jawab tidak layak untuk dijadikan pegangan, begitu pun tanggung jawab
tanpa wewenang adalah omong kosong.25

E. Tangung Jawab Kepala Madrasah


Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya, sehingga bertanggung jawab, berkewajiban menanggung
segala sesuatu, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab
adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang
tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian
kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab.
Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan
tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.26
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa
bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan

25
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 100
26
http://kbbi.web.id/tanggung+jawab
18

menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk
memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha
melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Allah SWT.
Tanggung jawab merupakan syarat utama dalam kepemimpinan seperti kepala
madrasah. Tanpa memiliki rasa tanggung jawab, maka kepala madrasah tidak dapat
menjadi pemimpin. Dalam memaknai tanggung jawab maka berisi di dalamnya
keberanian mengambil resiko terhadap tantangan, hambatan atau rintangan yang akan
menghalang tercapainya pekerjaan-pekerjaan yang dipikul dengan sebaik-baiknya.
Kepala madrasah harus mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kepemimpinannya.27
Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan
yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu:
Pertama tanggung jawab terhadap Allah SWT. Manusia diciptakan oleh Allah SWT di
bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, manusia mempunyai tanggung jawab langsung
terhadap perintah Allah SWT. Sehingga tindakan atau perbuatan manusia tidak bisa lepas
dari pengawasan Allah SWT yang dituangkan dalam kitab suci Al-Qur'an. Kedua,
tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi
kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi untuk
bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian mengenai dirinya sendiri. Ketiga,
keluarga merupakan masyarakat kecil, keluarga terdiri dari suami-istri, ayah-ibu dan
anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga
wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama
baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan,
pendidikan, dan kehidupan.
Keempat tanggung jawab terhadap masyarakat, pada hakekatnya manusia tidak
bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk
sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia
lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat

27
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),
hal.73
19

yang tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku
dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Kelima, tanggung
jawab terhadap bangsa dan negara. Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia, tiap
individu adalah warga negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertinggah laku
manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.
Dalam diri manusia melekat tiga peran pokok yang harus dimainkan dalam
kehidupannya yaitu peran manusia sebagai hamba Allah SWT, peran manusia sebagai
makhluk sosial dan peran manusia sebagai khalifah fil ardl. Peran pertama merupakan
landasan utama dalam menjalankan peran yang kedua dan ketiga. Membincangkan
masalah tanggung jawab manusia, erat hubungannya dengan istilah khalifah seperti
disebutkan dibeberapa ayat Al-Quran.
Menurut Dawam Raharjo dalam bukunya Ensiklopedi Al-Quran, kata khalifah
yang cukup dikenal di Indonesia mengandung makna ganda. Di satu pihak,
khalifah dimengerti sebagai kepala negara dalam pemerintahan seperti kerajaan Islam di
masa lalu, dan di lain pihak pula pengertian khalifah sebagai wakil tuhan di muka
bumi28. Yang dimaksud dengan wakil tuhan menurut M. Dawam Raharjo bisa
mempunyai dua pengertian; Pertama yang diwujudkan dalam jabatan pemerintahan
seperti kepala negara, kedua, dalam pengertian fungsi manusia itu sendiri di muka
bumi.29
Menurut Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar mengutip pendapat al-Qurtubi, amanat
yang ditugaskan Allah kepada manusia sungguh berat, hal ini terbukti pada penolakan
langit dan bumi serta gunung-gunung ketika ditawarkan untuk memikulnya dan
mengemban amanat tersebut.30 Penawaran dan penolakan amanat tersebut dipahami oleh
banyak ulama dalam arti kiasan atau majaz. Namun ada juga yang memahami dalam arti

28
M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Islam, Tafsir Sosial berdasarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta:
Paramadina, 2002), cet. II, hal. 346.
29
M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati,
2002), cet. I, Vol. 11, hal. 336.
30
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), cet. I, juz XXII, hal. 112.
20

yang sesungguhnya. Quraish Shihab menyimpulkan pendapat pertamalah yang lebih


kuat.31
Dasar yang dipakai manusia ketika bersedia menerima wewenang (amanat) adalah
karena ia diberi kemampuan atau potensi oleh Allah yang memungkinkan mampu
mengemban wewenang (amanat) itu. Potensi yang dimaksud bukan saja potensi untuk
dapat menunaikan wewenang tersebut, tetapi potensi yang dapat menunaikan wewenang
dengan baik dan bertanggung jawab.32

Wewenang dari pimpinan (kepala madrasah) merupakan bagian terpenting dari


organisasi lembaga pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada kenyataannya ketika seorang
kepala madrasah telah menjalankan tugasnya memanej madrasah dengan baik maka
organisasi tersebut akan menjadi baik pula. Kepala madrasah merupakan faktor
penggerak, penentu arah kebijakan madrasah yang akan menentukan bagaimana tujuan
madrasah dan pendidikan pada umumnya yang direalisasikan. Kepala madrasah dituntut
senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja.
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan
kepala madrasah. Karena dia sebagai pemimpin dilembaganya, maka dia harus mampu
membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, dia harus mampu
melihat adanya berubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi
yang lebih baik. Kepala madrasah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan
keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan madrasah secara formal kepada
atasannya atau secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.
Kepala madrasah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat
dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima
pelajaran.33

31
Ibid, hal. 346
32
Ibid, hal. 332.
33
Wohjosumidjo, Kepimpinan Kepala Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), cetakan ke3, hal. 83.
21

Wewenang dan fungsi tanggung jawab kepala madrasah sebagai pemimpin


pendidikan adalah:
1. Perencanaan madrasah dalam arti menetapkan arah madrasah sebagai lembaga
pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi pencapaian.
2. Mengorganisasikan madrasah dalam arti mebuat membuat struktur organiasasi
(stucturing), menetapkan staff (staffing) dan menetapkan tugas dan fungsi masing-
masing staff (functionalizing)
3. Mengawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan, dan membimbing semua
staf dan warga madrasah.
4. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar peningkatan dan
pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem solving baik secara analitis sistematis
maupun pemecahan masalah secara kreatif, dan menghindarkan serta menanggulangi
konflik34.

Sebagai admisnistrator mengandung makna bahwa sebagai kepala madrasah


dengan tugas pokok dan fungsi di bidang administrasi, pimpinan madrasah yang
menjalankan tugas pokok dan fungsi menggerakkan dan mempengaruhi guru-guru dan
staf madrasah untuk bekerja. Manajer madrasah mengandung makna sebagai kepala
madrasah dengan tugas pokok dan fungsi proses dan operatif dari keseluruhan aktivitas
instituisinya, sedangkan school principal bermakna menjalankan tugas pokok dan fungsi
sebagai principalship.35
Pada dasarnya tugas kepala madrasah itu sangat luas dan kompleks. Rutinitas
kepala madrasah menyangkut serangkaian pertemuan interpersonal secara berkelanjutan
dengan murid, guru dan orang tua, atasan dan pihak-pihak terkait lainnya.
Tugas kepala sekolah (madrasah) sebagai berikut: (1) Menjaga agar segala
program madrasah berjalan sedamai mungkin (as peaceful as possible); (2) Menangani
konflik atau menghindarinya; (3) Memulihkan kerjasama; (4) Membina para staf dan

34
Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, (Bandung: Cipta Cekas Grafika,
2004), hal. 112.
35
Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 57
22

murid; (5) Mengembangkan organisasi; (6) Mengimplementasi ide-ide pendidikan. Untuk


memenuhi tugas-tugas di atas, dalam segala hal hendaknya kepala madrasah berpegangan
kepada teori sebagai pembimbing tindakannya. Teori ini didasarkan pada
pengalamannya, karakteristik normatif masyarakat dan madrasah, serta iklim
instruksional dan organisasi madrasah.
Seorang kepala madrasah harus memiliki kualitas dan kompetensi. Secara umum
kepala madrasah setidaknya mengacu kepada empat hal pokok yang dimiliki, yaitu; (a)
sifat dan keterampilan kepemimpinan, (b) kemampuan pemecahan masalah, (c)
keterampilan sosial, dan (d) pengetahuan dan kompetensi profesional.
Kepala madrasah merupakan faktor penggerak, penentu arah kebijakan madrasah
yang akan menentukan bagaimana tujuan madrasah dan pendidikan pada umumnya.
Kepala madrasah dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Melihat penting
dan strategisnya posisi kepala madrasah dalam mewujudkan tujuan madrasah, maka
seharusnya kepala madrasah harus mempunyai nilai kemampuan relasi yang baik dengan
segenap warga di madrasah, sehingga tujuan madrasah dan tujuan pendidikan berhasil
dengan optimal. Ibarat nahkoda yang menjalankan sebuah kapal mengarungi samudra,
kepala madrasah mengatur segala sesuatu yang ada di madrasah.
Pada awal khalifah di dalam Islam, tanggung jawab kepemimpinan ditunjukan
kepada Umar bin Khatab setelah Abu Bakar. Banyak hal mengenai tanggung jawab
kepemimpinan yang sudah dicontohkan oleh beliau. Pernah Umar memakai baju bulu
domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau
adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar
untuk menjamu orang-orang. Abdullah, puteranya berkata, Umar bin Khattab berkata,
Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka Umar merasa
takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
Umar dalam tanggung jawab sebagai khalifah pemimpin umat beliaulah yang
lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan
minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya. Tidak
diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana
23

dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup
dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang
pengelolaan kekayaan negara.
Kepala madrasah seyogyanya mencontoh bagaimana tanggung jawab
kepemimpinan Umar, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dalam menjalankan aktifitas
hubungan sebagai kepala madrasah dengan guru, siswa dan elemen yang mendukung
madrasah.

F. Pendelegasian Wewenang (Otoritas) Kepala Madrasah


Kunci perbedaan otoritas dan tanggung jawab adalah dua sisi dari mata uang yang
sama. Istilah otoritas singkatan dari kekuasaan atau hak yang diberikan kepada seseorang untuk
membuat keputusan yyang disebut wewenang, sedangkan tanggung jawab adalah kewajiban untuk
memelihara dan mengatur kewenangan ditugaskan. 36
Delegasi wewenang adalah pelimpahan atau pemberian otoritas dan tanggung
jawab dari pimpinan atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau kesatuan organisasi
lain untuk melakukan aktivitas tertentu. Hal ini didasarkan bahwa pada esensinya hampir
tidak ada seorang kepala madrasah yang dapat secara pribadi menyelesaikan secara
penuh seluruh tugas organisasi seorang diri. Kepemimpinan kepala madrasah yang sukses
tampak pada kepemimpinan menejer yang mempengaruhi bawahan untuk mengerjakan
suatu tugas. Apabila bawahan mengerjakan tugas tersebut, berarti kepala sekolah sukses
dalam kepemimpinannya, tetapi hal tersebut tidaklah efektif. Namun apabila bawahan
mengerjakan tugas tersebut dengan rasa ketidaksenangan dan melakukan tugas tersebut
hanya karena otoritas seorang manajer maka manajer tersebut sukses dalam
kepemimpinannya.37
Seorang ahli dari Inggris J.C Denyer dalam The Liang Gie menyatakan bahwa
seseorang manajer perkantoran harus memiliki pendidikan dan latihan yang tepat maupun

36
http://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.differencebetween.info/difference-
between-authority-and-responsibility&prev=search diakses tanggal 20 Oktober 2015
37
H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 163
24

ciri-ciri perwatakan yang cocok dengan tugasnya. Selanjutnya harus memiliki


kemampuan melimpahkan pekerjaan maupun kecakapan dalam organisasi.38
Pada dasarnya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab didasarkan atas
prinsip-prinsip sebagai berikut:39

1. Agar organisasi dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien, tanggung jawab
atas tugas yang detail yang dilimpahkan kepada hierarki organisasi yang paling
bawah yang mempunyai kemampuan dan informasi yang cukup untuk pelaksanaan
tugas tersebut yang secara kompeten. Dampak yang diharapkan atas konsep ini adalah
agar setiap individu dalam organisasi dapat melaksanakan tugas secara efektif.
2. Agar delegasi wewenang dan tanggung jawab berlangsung secara efektif, para
anggota organisasi harus eksistensi mereka dalam suatu rantai komando. Prinsip ini
mempertegas bahwa dalam suatu organisasi harus terdapat suatu garis wewenang dan
tanggung jawab yang jelas.
3. Agar delegasi wewenang dan tanggung jawab itu berlangsung efektif, setiap anggota
organisasi melaporkan hanya kepada satu atasan.
Dalam organisasi lini (garis) pendelegasian wewenang dilakukan secara vertikal
melalui garis terpendek dari seorang atasan kepada bawahannya. Pelaporan tanggung
jawab dari bawahan kepada atasannya juga dilakukan melalui garis vertikal terpendek.
Perintahan-perintah hanya diberikan seorang atasan saja dan pelaporan tanggung jawab
hanya kepada atasan bersangkutan.
Pendelegegasi wewenang merupakan suatu faktor yang penting di dalam
manajemen dikarenakan: (a) menetapkan hubungan organisatoris formal diantara
anggota-anggota badan usaha, (b) memberikan kekuasaan manajerial agar mereka
mampu bertindak apabila keadaan memaksa dan (c) mengembangkan bawahan dengan
cara memberi izin kepada mereka untuk mengambil keputusan dan menerapkan
pengetahuan yang mereka peroleh.40

38
The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hal. 12.
39
Ibid. hal. 164
40
George R. Terry, Prinsip-prinsip .., hal. 101
25

Jika otoritas tidak pernah menjadi masalah, orang akan ingin mendelegasikan
tanggung jawab secara maksimum. Dalam rangka paling lengkap untuk mewujudkan
potensi dari setiap anggota, dan jaminan terbaik keberhasilan organisasi, pimpinan akan
ingin memiliki semua orang merasa bertanggung jawab. Otoritas adalah cukup sederhana
kemampuan untuk membuat keputusan tertentu tanpa harus meminta izin orang lain.
Modulasi otoritas adalah masalah yang lebih halus dari pada penyebaran tanggung
jawab. Tidak seperti tanggung jawab, yang harus sepenuhnya didistribusikan mungkin,
otoritas harus lebih hemat dibagikan.41 Wewenang dan tanggung jawab adalah fungsi
dasar dipertimbangkan pada tahap utama dalam sistem manajemen. Dalam perusahaan
sukses, ini adalah fungsi dasar yang dikelola oleh otoritas masing-masing organisasi.
Otoritas adalah suatu entitas atau kekuasaan untuk menegakkan hukum-hukum
tertentu, aturan dan harapan.Kekuatan otoritatif selalu diberikan dengan kebebasan
mengambil keputusan dan mengelola kendali yang diperlukan, untuk kepentingan
organisasi.
Otoritas sebagai hak untuk memberi perintah. Tanpa otoritas, kepala madrasah
tidak lagi menjadi manajer, karena ia tidak bisa mendapatkan kebijakannya dilakukan
melalui orang lain. Dalam pendelegasian wewenang berjalan mengalir ke bawah, yaitu
bekerja dari atasan atas ke pengikut lebih rendah.
Otoritas adalah kekuatan untuk memberi perintah dan mendapatkannya dipatuhi
atau dengan kata lain itu adalah kekuatan untuk mengambil keputusan. Tanggung
jawab berarti keadaan yang akuntabel atau jawab untuk setiap kewajiban, kepercayaan,
utang atau sesuatu atau dengan kata lain berarti kewajiban untuk menyelesaikan
pekerjaan yang ditugaskan pada waktu dan dengan cara terbaik. Wewenang dan tanggung
jawab yang terkait erat dan ini menyatakan prinsip bahwa kedua harus berjalan
seiring. Ini berarti bahwa otoritas yang tepat harus didelegasikan untuk memenuhi
tanggung jawab.

41
JonathanWallacedalamhttp://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.
spectacle.org/1098/leader.html&prev=search
26

Berikut ini adalah perbandingan antara wewenang dan tanggung jawab:

Kewenangan Tanggung jawab


Definisi Otoritas adalah kekuatan untuk Tanggung jawab adalah fakta
memberi perintah, membuat memiliki tugas untuk berurusan
keputusan, dan menegakkan dengan sesuatu, atau memiliki kendali
kepatuhan. atas seseorang.
Pada Kekuatan. Tugas.
dasarnya
Fungsi 1. Perintah 1. tugas
utama 2. Perintah memainkan peran 2. Ketaatan memainkan peran
penting. penting.

Durasi Jangka waktu lebih lama Itu akan selesai dengan selesainya
Waktu dibandingkan dengan tanggung tugas sehingga memiliki waktu yang
jawab. lebih singkat.
Arus arah Mengalir ke bawah. Mengalir ke atas.
Delegasi Hal ini dapat didelegasikan Hal ini tidak dapat didelegasikan.
kepada orang lain.
Contoh Hak manajer untuk perintah Kewajiban bawahan untuk
bawahannya. menyelesaikan pekerjaan yang
ditugaskan.

Tanggung jawab adalah kewajiban, wewenang adalah hak, ketika hak


dilaksanakan, kewajiban terlaksana, ketika hak dilaksanakan, kewajiban dilaksanakan
maka tidak akan terganggu, kalau kewajiban terlaksana maka hak orang lain terpenuhi.
Kewajiban dilanggar, maka hak tidak terpenuhi. Maka sepantasnya seorang kepala
madrasah melaksanakan hak dan kewajiban dengan menjalankan weweenang dan
tanggung jawab.
27

G. Kesimpulan
Manajemen dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu
proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui wewenang dan
tanggung jawab dalam penggunaan sumber daya organisasi. Wewenang adalah hak dan
kekuasaan untuk bertindak, membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan
tanggung jawab kepada orang lain. Adapun bentuk-bentuk wewenang adalah: wewenang
kharismatis, tradisional, dan rasional (legal), wewenang resmi dan tidak resmi, wewenang
pribadi dan territorial, wewenang terbatas dan menyeluruh. Pendelegasian wewenang
(otoritas) adalah pelimpahan atau pemberian otoritas dan tanggung jawab dari pimpinan
atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau kesatuan organisasi lain untuk melakukan
aktivitas tertentu.
Tanggung jawab adalah keharusan untuk melakukan semua tugas-tugas
(kewajiban) yang dibebankan kepada seseorang, sebagai akibat dari wewenang yang
diterimanya atau dimilikinya. Tanggung jawab adalah kewajiban untuk melakukan
sesuatu yang timbul karena seseorang telah menerima wewenang, maka dari itu, antara
wewenang dan tanggung jawab harus seimbang.
28

DAFTAR PUSTAKA

Abu 'Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, al Jami' al-Sahih al-Musnad min Hadis
Rasulillah Sallallahu 'alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, Jilid.
III Kairo: al-Matba'ah al-Salafiyyah, 1403 H.

Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam,Taisirul-Allam Syarh Umdatul-


Ahkam, Jeddah: Maktabah As-SAWady Lit-Tauzi,1412/1992

Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, CV Pustaka Setia, Bandung 1999

Ahmad Sunarta dan Syamsuddin Noor, Himpunan Hadits Shahih Bukhari, Jakarta: An
Nur, 2009

Al-Asqalani, Syihab al-Din Abu al-Fadl Ahmad ibn Ali ibn Hajar. Nuzhat al-Nazr
Syarh Nukhbah. Mesir. al-Munawwarah. t.th. Ibn Hajar al-'Asqalani

Amin Abdullah, Membangun Paradigma Keilmuan Interkonektif Islamic Studies di


Perguruan Tinggi; Pendekatan Integratif-Interkonektif, Cetakan: I, Februari 2006

Definisi Wewenang, http://artikata.com/arti-383651-wewenang.html

George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009

H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Surabaya, CV. Haji Mas Agung, 1997

Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988, cet. I, juz XXII

Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, Bandung: Cipta


Cekas Grafika, 2004.

'Imad al-Din Abu al-Fida' Isma'il ibn Kasir al-Dimasyqi, Tafsir al-Qur'an al-Azim, jil. XI
Kairo: Muassasah Qurtubah, 2000

M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Islam, Tafsir Sosial berdasarkan Konsep-konsep


Kunci, Jakarta: Paramadina, 2002

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2008
29

M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, Jakarta:
Lentera Hati, 2002

Malyu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012

Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Terjemah Shahih Muslim Riyadhus Shalihin Jilid III

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala
Madrasah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 28 tahun 2010 Tentang Penugasan guru
sebagai kepala sekolah/ madrasah, 20 Juni 2010

Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, Yogyakarta: DIVA Press, 2008

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2008

Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), Jakarta: PT Indeks, 2007

Roderik Martin, Sosiologi Kekuasaan, ter. Herjoediono, Jakarta: Rajawali Press, 1990

Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pres, 1990

Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, Yogyakarta: Liberty, 2000

Thomas Gordon, Kepemimpinan yang Efektif, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994

Wohjosumidjo, Kepimpinan Kepala Madrasah, Jakarta: Raja Grafindo Persada), cetakan


ke 3.

Anda mungkin juga menyukai