ABSTRAK
Wewenang dan tanggung jawab sangat diperlukan dan merupakan hal yang sangat
penting dalam keberlangsungan organisasi. Jika hal ini tidak ada maka akan hancurlah
sebuah organisasi, dalam makalah ini akan dibahas mengenai mengembangkan dan
memadukan develop and integrated (mengembangkan dan terintegrasi) keilmuan
manajemen pendidikan sub topik wewenang dan tanggung jawab. Disini akan
menggunakan pendekatan Interkonektif serta akan dikonsultasikan dan di komunikasikan
berdasarkan Al-Quran dan Hadits.
Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah setidaknya
memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama, sebagai seorang hamba yang
berkewajiban untuk memperbanyak ibadah kepada Nya sebagai bentuk tanggung jawab
'ubudiyyah terhadap Tuhan yang telah menciptakannya. Kedua, sebagai khalifah yang
memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh alam.
Dengan kata lain, manusia sebagai khalifah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian,
melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun untuk
makhluk yang lain.
A. Latar Belakang
Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia di mana saja berada sebagai
pedoman hidup baik bagi kehidupan duniawi maupun bagi kehidupan sesudah mati.
Dimensi ajaran Islam memberikan aturan bagaimana caranya berhubungan dengan khalik
Nya, serta aturan bagaimana caranya berhubungan dengan sesama makhluk, termasuk di
dalamnya persoalan hubungan dengan alam sekitar atau lingkungan hidup.
Dalam perkembangan selanjutnya, dalam mengembang tugas, manusia
memerlukan suatu tuntunan dan pegangan agar dalam mengolah alam ini mempunyai
arah yang jelas dan tidak bertentang dengan kehendak Allah SWT. Islam sebagai ajaran
2
agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat manusia melalui Rasul Nya adalah
satu pegangan dan tuntunan bagi manusia itu sendiri dalam mengarungi kehidupan ini.
Al-Quran adalah mukjizat yang terbesar umat manusia yang berfungsi sebagai
petunjuk agar manusia dapat menjalankan semua perintah dan menjauhi segala larangan.
Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Allah sebagai penyempurna
dari kita-kitab yang pernah diturunkan sebelumnya. Al-Quran dan Hadits merupakan
sumber pokok ajaran Islam dan merupakan rujukan umat Islam dalam memahami syariat.
Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen
adalah al-tadbir (pengaturan).1 Kata ini merupakan asal dari kata dabbara (mengatur)
yang banyak terdapat dalam Al-Quran seperti firman Allah SWT dalam surat Al Sajadah
ayat 5:
Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik
kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah SWT adalah
pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah
SWT dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT
telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi
dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-
aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan melalui orang
lain.2 Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam
sebagaimana dinyatakan Ramayulis adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang
dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun
lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal 262.
2
Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), (Jakarta: PT Indeks, 2007), hal. 8
3
efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di
dunia maupun di akhirat.3
Berbicara mengenai manajemen pendidikan Islam tentunya ada kaitannya dengan
wewenang dan tanggung jawab. Wewenang dan tanggung jawab merupakan hal yang
sangat penting di dalam organisasi. Dengan adanya wewenang dan tanggung jawab maka
sesuatu perencanaan akan berhasil dengan baik dan maksimal.
Wewenang dan tanggung jawab sangat diperlukan dan merupakan hal yang sangat
penting dalam keberlangsungan organisasi. Jika hal ini tidak ada maka akan hancurlah
sebuah organisasi, dalam makalah ini akan dibahas mengenai mengembangkan dan
memadukan develop and integrated (mengembangkan dan terintegrasi) keilmuan
manajemen pendidikan sub topik wewenang dan tanggung jawab. Disini akan
menggunakan pendekatan Interkonektif4 serta akan dikonsultasikan dan di
komunikasikan berdasarkan Al-Quran dan Hadits.
3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit, hal. 260
4
Amin Abdullah, Membangun Paradigma Keilmuan Interkonektif Islamic Studies di Perguruan Tinggi;
Pendekatan Integratif-Interkonektif, Cetakan: I, Februari 2006.
5
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Surabaya: CV. Haji Mas Agung, 1997), hal. 78.
4
6
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, (Yogyakarta: DIVA Press, 2008), hal. 21.
7
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala Madrasah
8
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 28 tahun 2010 Tentang Penugasan guru sebagai kepala
sekolah/ madrasah, 20 Juni 2010
5
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh"(Al-Ahzab: 72).
Ibn 'Abbas sebagaimana dikutip oleh Ibn Kasir dalam tafsirnya 10 " menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan amanat pada ayat di atas adalah ketaatan dan
penghambaan atau ketekunan beribadah. Ada juga yang memaknai kata amanah
9
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala Madrasah, Loc.
Cit. Hal. 4.
10
'Imad al-Din Abu al-Fida' Isma'il ibn Kasir al-Dimasyqi, Tafsir al-Qur'an al-Azim, (Kairo: Muassasah
Qurtubah, 2000), Jil. XI, hal. 25
6
sebagai al-taklif atau pembebanan, karena orang yang tidak sanggup memenuhinya
berarti membuat utang atas dirinya. Adapun orang yang melaksanakannya akan
memperoleh kemuliaan.
Artinya: Rasulullah SAW bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja
kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; bagaimana maksud
amanat disia-siakan? Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada
ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (Bukhari6015).
: :
Artinya: "Abdullah bin Umar RA berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda,
Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin (pemelihara) dan bertanggung
jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya
tentang rakyat yang dipimpinnya. Suami adalah pemimpin bagi keluarganya
dan akan dimintai pertanggung jawabannya tentang keluarga yang
dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara rumah suami dan anak-anaknya. Budak
adalah pemelihara harta tuannya dan ia bertanggung jawab mengenai hal itu.
Maka camkanlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan dituntut
(diminta pertanggung jawaban) tentang hal yang dipimpinnya11
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari pada kalimat seperti dibawah ini: 12
Artinya: Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai
pertanggung jawabannya.
Begitu berat dan besar tanggung jawab seorang pemimpin, pada hadits rasulullah
kembali mengulangi kalimat kullukum ra'in yang diawali dengan huruf peringatan
(tanbih) yaitu sebagai bentuk isyarat yang mengingatkan setiap manusia untuk lebih
berhati-hati dalam menjalankan kepemimpinannya karena semua itu akan dipertanggung
jawabkan dihadapan Allah SWT.13
:
:
11
Abu 'Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, al Jami' al-Sahih al-Musnad min Hadis Rasulillah
Sallallahu 'alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, Jilid. III (Kairo: al-Matba'ah al-Salafiyyah, 1403
H), hal. 328.
12
Ahmad Sunarta dan Syamsuddin Noor, Himpunan Hadits Shahih Bukhari, (Jakarta: An-Nur, 2009),
hal.103
13
Al-Asqalani, Syihab al-Din Abu al-Fadl Ahmad ibn Ali ibn Hajar. Nuzhat al-Nazr Syarh} Nukhbah.
(Mesir. al-Munawwarah. t.th. Ibn Hajar al-'Asqalani), Jilid. XIII, hal. 113.
8
: : : :
.
14
.
Artinya: Dari Aisyah RA bahwa orang-orang Quraisy dibuat susah oleh urusan seorang
wanita Makhzumiyah yang mencuri. Mereka berkata:Siapa yang mau
berbicara dengan Rasulullah SAW untuk memintakan keringanan baginya?,
Mereka berkata, siapa lagi yang berani melakukannya selain dari Usamah bin
Zaid, kesayangan Rasulullah? Maka Usamah berbicara dengan beliau, lalu
beliau bersabda, Adakah engkau memintakan syafaat dalam salah satu
hukum-hukum Allah? Kemudian beliau berdiri dan menyampaikan pidato,
seraya bersabda: Sesungguhnya telah binasalah orang-orang sebelum
kalian,karena jika orang yang terpandang di antara mereka mencuri, mereka
membiarkannya, dan sekiranya yang mencuri itu orang lemah di antara
mereka, maka mereka menegakkan hukuman atas dirinya. Demi Allah,
sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya kupotong tangannya.
(HR. Bukhari).
Menurut atsar yang diriwayatkan oleh Aisyah bahwa dia menceritakan seorang
perempuan yang sering mengingkari barang yang dia pinjam dari orang lain, maka nabi
menyuruh untuk dipotong tangannya, maka Usamah Bin Zaid sebagai saudara atau
kerabatnya meminta rasulullah untuk mengampuni kesalahannya.
Menurut atsar yang diriwayatkan oleh Jabir RA bahwa diceritakan ada seorang
wanita dari Bani Makhzum yang mencuri, maka Nabi SAW mendatangkannya, akhrinya
ia meminta perlindungan kepada Ummi Salamah, namun Nabi SAW bersabda: Demi
Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya.15
Hadits ini juga memberi hikmah kepada kita bahwa keadilan dalam islam itu
memang mutlak ditegakkan demi tercapainya masyarakat Islam yang memiliki
persamaan hak dan kewajiban dihadapan hukum Allah. Tidak ada perbedaan hukum
antara si kaya dengan si miskin, antara si bangsawan dengan rakyat jelata, seluruh
manusia sama dihadapan Allah sang pemilik hukum, yang membedakan derajat hanya
ketakwaan.
14
Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam,Taisirul-Allam Syarh Umdatul-Ahkam, (Jeddah:
Maktabah As-SAWady Lit-Tauzi,1412/1992)
15
Ibid. 889.
9
Tanggung jawab manusia yang paling utama adalah bagaimana manusia mampu
memposisikan dirinya di hadapan Allah dan kehidupan sosialnya. Untuk mengetahui hal
tersebut perlu dipaparkan terlebih dahulu maksud dan tugas diciptakan manusia itu,
seperti dijelaskan dalam ayat Al-Quran surat Adz-Dzariyat ayat 56:
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka mengabdi
kepada Ku.
Istilah kata Abdi dan pengabdian merupakan kata-kata yang biasa dipergunakan
sehari-hari. Tetapi dalam konteks Al-Quran kata abd yang darinya bahasa Indonesia
abdi dan pengabdian itu mengandung pengertian yang luas secara baik secara teologis
maupun filosofis. Abdi maksudnya adalah ketundukan hati, merendahkan diri di hadapan
Allah SWT. Dalam surat At-Tahrim ayat 6:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
10
Dari ayat Al-Quran ini tergambar jelas sebuah wewenang dan tanggung jawab skala
kecil yaitu seorang kepala rumah tangga selaku manager terhadap keluarganya agar
terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Kepala rumah tangga diberikan
wewenang untuk mengatur keluarga agar tidak masuk kedalam api neraka, dari skala
kecil inilah akan muncul skala yang lebih besar dalam menjalankan manajemen.
Berkaitan dengan kepala madrasah, tentunya kepala madrasah bertanggung jawab
memelihara rumah tangga sekolah dari api neraka. Dikarenakan kepala madrasah
merupakan Bapak yang akan bertanggung jawab dalam tugas kepemimpinan yang di
embankan kepadanya.
Tanggung jawab merupakan perbuatan yang sangat penting dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, karena tanpa tanggung jawab, maka semuanya akan menjadi tidak
karuan. Dalam surat Al Mudatsir ayat 38:
Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya
Ayat ini menegaskan bahwa tanggung jawab atas diri sendiri dan berkaitan
dengan surat At-Tahrim ayat yang menjelaskan tanggung jawab itu bukan saja terhadap
apa yang diperbuatnya akan tetapi melebar sampai semua akibat dan bekas-bekas dari
perbuatan tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah
atau anak yang sholeh, kesemuanya itu akan meninggalkan bekas kebaikan selama masih
berbekas sampai kapanpun.
Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas'uliyyah. Jika
manusia dapat menentramkan hati nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang
paling dalam, maka dia pasti bisa bertanggung jawab kepada yang lain. Allah SWT
berfirman dalam surat Al-Isra ayat 36:
11
Artinya: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya."
Mata yang dimiliki sehingga Anda dapat melihat dan mengindentifikasi sesuatu,
kemudian telinga yang Anda miliki sehingga Anda dapat mendengarkan kebaikan untuk
ditransformasikan ke dalam hati dan fisik Anda, serta kalbu yang Anda miliki sehingga
Anda dapat merasakan, memutuskan, dan menjatuhkan pilihan dimana esensi manusia
terletak pada kalbunya, semua ini adalah sarana yang telah dianugerahkan Allah SWT
dan kelak akan diminta pertanggung jawabannya.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut
demikian karena manusia selain makhluk sosial juga makhluk Tuhan. Manusia
mempunyai tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan
sejumlah peranan dalam konteks sosial ataupun teologis.16
Tanggung jawab timbul karena telah diterima wewenang. Seperti wewenang,
tanggung jawab juga membentuk hubungan tertentu antara pemberi wewenang dan
penerima wewenang. Jadi tanggung jawab seimbang dengan wewenang. Dengan
demikian kalau terjadi sesuatu maka seseorang yang dibebani tanggung jawab wajib
menanggung segala sesuatunya.
Dalam organisasi formal, pemimpin dalam hal ini kepala madrasah memegang
tanggung jawab terhadap psiformance. Pemimpin harus menerima tanggung jawab atas
kelompok yang dipimpinnya. Pemimpin dapat memutuskan untuk memlih pertanggung
jawaban yang didasarkan atas keputusan-keputusan dimana para bawahan ikut
berpartisipasi, atau pertanggung jawaban yang didasarkan atas keputusan yang dibuat.17
16
Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hal. 132
17
Thomas Gordon, Kepemimpinan yang Efektif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), hal. 56
12
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran."(An-Nahl: 90).
18
Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Terjemah Shahih Muslim Riyadhus Shalihin, Jilid III, hal. 1457.
19
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership. (Yogyakarta: DIVA Press. 2008), hal. 249.
13
20
Definisi Wewenang, http://artikata.com/arti-383651-wewenang.html
21
Ibid.
14
22
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal. 4
15
pemimpin negara, ia tidak malu menyuguhkan makanan roti gandum kepada tamunya,
sebab itulah makanan kesehariannya.Tatkala mendapatkan hadiah khusus dari utusan
Azerbaijan, ia pun mempertanyakan, Apakah semua kaum muslimin mendapatkan
kiriman gula-gula ini? Ini pertanyaan penting bagi Amirul Mukminin. Jika ternyata
seluruh kaum muslimin menerima hadiah tersebut maka wajar jika ia menerima. Akan
tetapi jika tidak, maka tidak layak bagi dirinya menerima hadiah secara sendirian.
Ternyata memang tidak. Itu adalah hadiah yang khusus diberikan kepada Amirul
Mukminin, maka ia pun menolaknya.
Sepantasnya seorang kepala madrasah ketika diberikan hadiah oleh siapa saja
memiliki tanggung jawab untuk melihat bagaimana keadaan personel sekolah lainnya.
Jika ada personel yang tidak mendapatkan, maka kepala madrasah memiliki wewenang
membuat keputusan untuk tidak mengambilnya.
Namun pun demikian, tipe-tipe kepemimpinan itu bermacam-macam dalam
menjalankan wewenang, adapun bentuk-bentuk wewenang seperti dibawah ini:23
23
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pres, 1990), hal. 281-285
24
Roderik Martin, Sosiologi Kekuasaan, ter. Herjoediono, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), hal. 147.
16
25
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 100
26
http://kbbi.web.id/tanggung+jawab
18
menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk
memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha
melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Allah SWT.
Tanggung jawab merupakan syarat utama dalam kepemimpinan seperti kepala
madrasah. Tanpa memiliki rasa tanggung jawab, maka kepala madrasah tidak dapat
menjadi pemimpin. Dalam memaknai tanggung jawab maka berisi di dalamnya
keberanian mengambil resiko terhadap tantangan, hambatan atau rintangan yang akan
menghalang tercapainya pekerjaan-pekerjaan yang dipikul dengan sebaik-baiknya.
Kepala madrasah harus mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kepemimpinannya.27
Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan
yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu:
Pertama tanggung jawab terhadap Allah SWT. Manusia diciptakan oleh Allah SWT di
bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, manusia mempunyai tanggung jawab langsung
terhadap perintah Allah SWT. Sehingga tindakan atau perbuatan manusia tidak bisa lepas
dari pengawasan Allah SWT yang dituangkan dalam kitab suci Al-Qur'an. Kedua,
tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi
kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi untuk
bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian mengenai dirinya sendiri. Ketiga,
keluarga merupakan masyarakat kecil, keluarga terdiri dari suami-istri, ayah-ibu dan
anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga
wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama
baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan,
pendidikan, dan kehidupan.
Keempat tanggung jawab terhadap masyarakat, pada hakekatnya manusia tidak
bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk
sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia
lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat
27
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),
hal.73
19
yang tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku
dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Kelima, tanggung
jawab terhadap bangsa dan negara. Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia, tiap
individu adalah warga negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertinggah laku
manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.
Dalam diri manusia melekat tiga peran pokok yang harus dimainkan dalam
kehidupannya yaitu peran manusia sebagai hamba Allah SWT, peran manusia sebagai
makhluk sosial dan peran manusia sebagai khalifah fil ardl. Peran pertama merupakan
landasan utama dalam menjalankan peran yang kedua dan ketiga. Membincangkan
masalah tanggung jawab manusia, erat hubungannya dengan istilah khalifah seperti
disebutkan dibeberapa ayat Al-Quran.
Menurut Dawam Raharjo dalam bukunya Ensiklopedi Al-Quran, kata khalifah
yang cukup dikenal di Indonesia mengandung makna ganda. Di satu pihak,
khalifah dimengerti sebagai kepala negara dalam pemerintahan seperti kerajaan Islam di
masa lalu, dan di lain pihak pula pengertian khalifah sebagai wakil tuhan di muka
bumi28. Yang dimaksud dengan wakil tuhan menurut M. Dawam Raharjo bisa
mempunyai dua pengertian; Pertama yang diwujudkan dalam jabatan pemerintahan
seperti kepala negara, kedua, dalam pengertian fungsi manusia itu sendiri di muka
bumi.29
Menurut Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar mengutip pendapat al-Qurtubi, amanat
yang ditugaskan Allah kepada manusia sungguh berat, hal ini terbukti pada penolakan
langit dan bumi serta gunung-gunung ketika ditawarkan untuk memikulnya dan
mengemban amanat tersebut.30 Penawaran dan penolakan amanat tersebut dipahami oleh
banyak ulama dalam arti kiasan atau majaz. Namun ada juga yang memahami dalam arti
28
M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Islam, Tafsir Sosial berdasarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta:
Paramadina, 2002), cet. II, hal. 346.
29
M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati,
2002), cet. I, Vol. 11, hal. 336.
30
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), cet. I, juz XXII, hal. 112.
20
31
Ibid, hal. 346
32
Ibid, hal. 332.
33
Wohjosumidjo, Kepimpinan Kepala Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), cetakan ke3, hal. 83.
21
34
Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, (Bandung: Cipta Cekas Grafika,
2004), hal. 112.
35
Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 57
22
dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup
dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang
pengelolaan kekayaan negara.
Kepala madrasah seyogyanya mencontoh bagaimana tanggung jawab
kepemimpinan Umar, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dalam menjalankan aktifitas
hubungan sebagai kepala madrasah dengan guru, siswa dan elemen yang mendukung
madrasah.
36
http://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.differencebetween.info/difference-
between-authority-and-responsibility&prev=search diakses tanggal 20 Oktober 2015
37
H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 163
24
1. Agar organisasi dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien, tanggung jawab
atas tugas yang detail yang dilimpahkan kepada hierarki organisasi yang paling
bawah yang mempunyai kemampuan dan informasi yang cukup untuk pelaksanaan
tugas tersebut yang secara kompeten. Dampak yang diharapkan atas konsep ini adalah
agar setiap individu dalam organisasi dapat melaksanakan tugas secara efektif.
2. Agar delegasi wewenang dan tanggung jawab berlangsung secara efektif, para
anggota organisasi harus eksistensi mereka dalam suatu rantai komando. Prinsip ini
mempertegas bahwa dalam suatu organisasi harus terdapat suatu garis wewenang dan
tanggung jawab yang jelas.
3. Agar delegasi wewenang dan tanggung jawab itu berlangsung efektif, setiap anggota
organisasi melaporkan hanya kepada satu atasan.
Dalam organisasi lini (garis) pendelegasian wewenang dilakukan secara vertikal
melalui garis terpendek dari seorang atasan kepada bawahannya. Pelaporan tanggung
jawab dari bawahan kepada atasannya juga dilakukan melalui garis vertikal terpendek.
Perintahan-perintah hanya diberikan seorang atasan saja dan pelaporan tanggung jawab
hanya kepada atasan bersangkutan.
Pendelegegasi wewenang merupakan suatu faktor yang penting di dalam
manajemen dikarenakan: (a) menetapkan hubungan organisatoris formal diantara
anggota-anggota badan usaha, (b) memberikan kekuasaan manajerial agar mereka
mampu bertindak apabila keadaan memaksa dan (c) mengembangkan bawahan dengan
cara memberi izin kepada mereka untuk mengambil keputusan dan menerapkan
pengetahuan yang mereka peroleh.40
38
The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hal. 12.
39
Ibid. hal. 164
40
George R. Terry, Prinsip-prinsip .., hal. 101
25
Jika otoritas tidak pernah menjadi masalah, orang akan ingin mendelegasikan
tanggung jawab secara maksimum. Dalam rangka paling lengkap untuk mewujudkan
potensi dari setiap anggota, dan jaminan terbaik keberhasilan organisasi, pimpinan akan
ingin memiliki semua orang merasa bertanggung jawab. Otoritas adalah cukup sederhana
kemampuan untuk membuat keputusan tertentu tanpa harus meminta izin orang lain.
Modulasi otoritas adalah masalah yang lebih halus dari pada penyebaran tanggung
jawab. Tidak seperti tanggung jawab, yang harus sepenuhnya didistribusikan mungkin,
otoritas harus lebih hemat dibagikan.41 Wewenang dan tanggung jawab adalah fungsi
dasar dipertimbangkan pada tahap utama dalam sistem manajemen. Dalam perusahaan
sukses, ini adalah fungsi dasar yang dikelola oleh otoritas masing-masing organisasi.
Otoritas adalah suatu entitas atau kekuasaan untuk menegakkan hukum-hukum
tertentu, aturan dan harapan.Kekuatan otoritatif selalu diberikan dengan kebebasan
mengambil keputusan dan mengelola kendali yang diperlukan, untuk kepentingan
organisasi.
Otoritas sebagai hak untuk memberi perintah. Tanpa otoritas, kepala madrasah
tidak lagi menjadi manajer, karena ia tidak bisa mendapatkan kebijakannya dilakukan
melalui orang lain. Dalam pendelegasian wewenang berjalan mengalir ke bawah, yaitu
bekerja dari atasan atas ke pengikut lebih rendah.
Otoritas adalah kekuatan untuk memberi perintah dan mendapatkannya dipatuhi
atau dengan kata lain itu adalah kekuatan untuk mengambil keputusan. Tanggung
jawab berarti keadaan yang akuntabel atau jawab untuk setiap kewajiban, kepercayaan,
utang atau sesuatu atau dengan kata lain berarti kewajiban untuk menyelesaikan
pekerjaan yang ditugaskan pada waktu dan dengan cara terbaik. Wewenang dan tanggung
jawab yang terkait erat dan ini menyatakan prinsip bahwa kedua harus berjalan
seiring. Ini berarti bahwa otoritas yang tepat harus didelegasikan untuk memenuhi
tanggung jawab.
41
JonathanWallacedalamhttp://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.
spectacle.org/1098/leader.html&prev=search
26
Durasi Jangka waktu lebih lama Itu akan selesai dengan selesainya
Waktu dibandingkan dengan tanggung tugas sehingga memiliki waktu yang
jawab. lebih singkat.
Arus arah Mengalir ke bawah. Mengalir ke atas.
Delegasi Hal ini dapat didelegasikan Hal ini tidak dapat didelegasikan.
kepada orang lain.
Contoh Hak manajer untuk perintah Kewajiban bawahan untuk
bawahannya. menyelesaikan pekerjaan yang
ditugaskan.
G. Kesimpulan
Manajemen dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu
proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui wewenang dan
tanggung jawab dalam penggunaan sumber daya organisasi. Wewenang adalah hak dan
kekuasaan untuk bertindak, membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan
tanggung jawab kepada orang lain. Adapun bentuk-bentuk wewenang adalah: wewenang
kharismatis, tradisional, dan rasional (legal), wewenang resmi dan tidak resmi, wewenang
pribadi dan territorial, wewenang terbatas dan menyeluruh. Pendelegasian wewenang
(otoritas) adalah pelimpahan atau pemberian otoritas dan tanggung jawab dari pimpinan
atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau kesatuan organisasi lain untuk melakukan
aktivitas tertentu.
Tanggung jawab adalah keharusan untuk melakukan semua tugas-tugas
(kewajiban) yang dibebankan kepada seseorang, sebagai akibat dari wewenang yang
diterimanya atau dimilikinya. Tanggung jawab adalah kewajiban untuk melakukan
sesuatu yang timbul karena seseorang telah menerima wewenang, maka dari itu, antara
wewenang dan tanggung jawab harus seimbang.
28
DAFTAR PUSTAKA
Abu 'Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, al Jami' al-Sahih al-Musnad min Hadis
Rasulillah Sallallahu 'alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, Jilid.
III Kairo: al-Matba'ah al-Salafiyyah, 1403 H.
Ahmad Sunarta dan Syamsuddin Noor, Himpunan Hadits Shahih Bukhari, Jakarta: An
Nur, 2009
Al-Asqalani, Syihab al-Din Abu al-Fadl Ahmad ibn Ali ibn Hajar. Nuzhat al-Nazr
Syarh Nukhbah. Mesir. al-Munawwarah. t.th. Ibn Hajar al-'Asqalani
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Surabaya, CV. Haji Mas Agung, 1997
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988, cet. I, juz XXII
'Imad al-Din Abu al-Fida' Isma'il ibn Kasir al-Dimasyqi, Tafsir al-Qur'an al-Azim, jil. XI
Kairo: Muassasah Qurtubah, 2000
M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, Jakarta:
Lentera Hati, 2002
Malyu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012
Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Terjemah Shahih Muslim Riyadhus Shalihin Jilid III
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala
Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 28 tahun 2010 Tentang Penugasan guru
sebagai kepala sekolah/ madrasah, 20 Juni 2010
Roderik Martin, Sosiologi Kekuasaan, ter. Herjoediono, Jakarta: Rajawali Press, 1990