PENDAHULUAN
di rumah sakit dan merupakan cermin utama dari keberhasilan pelayanan kesehatan
diharapkan terjadi perubahan besar yang mendasar dalam upaya berpartisipasi aktif
1
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat perawat yang mencakup
dan masyarakat, baik sakit maupun sehat, yang meliputi peningkatan derajat
keperawatan.
Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh
asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan
pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berbubungan. Proses
keperawatan sebagai alat bagi perawat dalam melaksanakan tugas, wewenang dan
Patient Safety dengan tujuan mengangkatkan patient safety goal dan menurunkan
morbiditas, cidera dan kematian pasien. Dan tahun 2005, sebagai tema hari perawat
international ditetapkan bahwa perawat dengan patien safety merupakan target dan
buruknya dukungan dari organisasi memberikan efek yang buruk pada patien safety
secara global (Alken, 2002). Serta jam kerja perawat yang panjang (lama) pada
sebuah rumah sakit akan meningkatkan kelalaian kerja petugas (Rogers, 2004)
International Council Of Nurse (ICN, 2003) mengatakan kesalahan terjadi
bukan karena petugas yang kurang pelatihan tetapi karena sistem organisasi itu
sendiri yang tidak didisain untuk mencegah kesalahan tersebut. Di Indonesia sendiri
2
pencanangan gerakan keselamatan pasien rumah sakit telah ditetapkan oleh menteri
mendorong rumah sakit membuat asuhan pasien menjadi lebih aman. Sistem ini
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (KKP-RS,
2005).
Pada World Health Assembly ke 55, Mei 2002 ditetapkan suatu resolusi yang
yang bernilai hukum karena dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan.
sering kali ditemukan diantaranya adalah adanya pencatatan askep yang berulang-
diberikan karena tingkat kerja perawat yang dirasakan terlalu tinggi karena perawat
terlalu sibuk membuat pendokumentasian. Hal ini sesuai dengan pernyataan WHO
yang mengatakan bahwa sebagian besar perawat dan bidan di rumah sakit
pengamatan Westu bahwa perawat yang jaga sore harus menghabiskan waktu di
3
nurse station hampir 3 jam lebih dari waktu 8 jam jaga untuk pencatatan
perawat sering tidak mengisi format dokumentasi evaluasi sebesar 81,7%, format
Cempaka Putih (RSIJ). Dengan adanya sistem komputerisasi ini perawat tidak lagi
askep dan perawat lebih optimal dalam tindakan keperawatan terahadap klien.
Namun komputerisasi ini masih sebatas penulisan askep secara manual ke komputer.
Sehingga dikatakan oleh Daniel Ginting (2007), Sedikitnya 42% klien pernah
terjadi antara lain dalam hal perawatan luka, pengawasan cairan infus, pengawasan
pemberian oksigen, pemberian injeksi, pemasangan sonde dan fixasi atau pengikatan
(www2.kompas.com, 2008).
Askep untuk stroke sangatlah penting mengingat klien dengan stroke adalah
klien dengan tingkat ketergantungan total care atau klien yang memerlukan bantuan
mengatakan dampak yang ditimbulkan stroke lebih kompleks dari penyakit lain
profesional.
Stroke atau serangan otak merupakan penyakit yang disebabkan oleh
tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak sehingga fungsi sebagian dari
4
tubuh terganggu. Seperti diketahui, fungsi otak sangat banyak dan dapat disimpulkan
bahwa selain merupakan generator kehidupan (Tak ada kehidupan tanpa otak), juga
penyakit ini sudah menjadi pembunuh nomor tiga di Indonesia. Angka kejadian
stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan
negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. Sekitar 28,5 persen penderita
tahun. Berdasarkan data angka kejadian kasus klien stroke dari bulan januari sampai
dengan bulan Desember 2002 berjumlah 111 kasus, pada bulan Januari sampai
dengan bulan Desember 2003 berjumlah 116 kasus sedangkan pada tahun 2004 dari
pemberian injeksi.
1.2.2. Masalah Sistem Informasi
5
Dokumentasi merupakan pernyataan tentang kejadian atau aktifitas yang
barang bukti di pengadilan jika terjadi gugatan yang dilakukan oleh klien
maupun keluarga. Oleh karena itu, catatan yang terdapat dalam dokumentasi
keperawatan harus jelas, lengkap objektif, waktu harus tertulis dengan jelas (hari,
tanggal, bulan, tahun dan jam), ditandatangani oleh petugas kesehatan yang
lainnya), serta hindari penulisan yang menimbulkan persepsi salah. Namun dari
askep.
b. Teridentifikasinya permasalahan sistem informasi askep.
c. Dihasilkannya rancangan input, proses dan output sistem informasi
manajemen askep.
6
d. Dihasilkan prototype basis data askep yang dapat menghasilkan informasi
mengenai proses askep klien yang disajikan dalam bentuk laporan, table dan
grafik.
e. Dihasilkannya aplikasi monitoring askep.
dapat menyajikan askep secara akurat, cepat dan relevan dalam upaya meningkatkan
observasi dan wawancara. Penelitian ini dibatasi hanya pada klien stroke yang ada di
stroke center mulai dari klien masuk sampai keluar dari ruang stroke center.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang diterapkan di rumah sakit. Dalam model SIRS, output dari sistem informasi
menjadi input dari sistem keputusan, yang bertujuan meningkatkan mutu atau
dianalogikan sebagai tanda yang menunjuk pada adanya suatu masalah spesifik
askep. Diagnosa yang tepat akan membantu pada proses pemulihan klien karena
8
2.b. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat secara
berkualitas.
Berdasarkan konsep keperawatan di atas, dapat ditarik beberapa hal yang
yang paripurna dan efektif kepada klien serta memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat), baik dalam kondisi sakit maupun sehat, guna mencapai derajat
ada. Paradigma merupakan suatu diagram atau kerangka berpikir yang menjelaskan
suatu fenomena.
9
Paradigma keperawatan merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh
membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan diantara teori tersebut guna
seorang tenaga kesehatan adalah Departemen Kesehatan dalam bentuk Surat Izin
Praktek.
Kewenangan perawat adalah melakukan askep meliputi pada kondisi sehat dan sakit
mencakup:
5. Askep maternitas
(www.pelkesi.or.id, 2009)
10
2.e. Sistem Informasi Manajemen Keperawatan
Swanburg (2000) mengatakan perawat terlambat mendapatkan manfaat dari
komputer, perawat menggunakan komputer pada akhir tahun 1960 dan 1970,
perawatan klien. Penyimpanan hasil sensus dan gambaran staf keperawatan untuk
analisa kecenderungan masa depan staf. Akhir tahun 1980 muncul perangkat lunak
adalah suatu alat sistem informasi yang membantu manager perawat dalam
evaluasi program.
Analisa kelompok diagnosa yang berhubungan dan pemantauan kendali mutu
dikerjakan untuk kualitas perawat. Hal ini dapat membantu memberikan pedoman
menjadi pedoman objektif didalam menilai askep. Apabila sudah ada standar, klien
akan yakin bahwa ia mendapatkan askep yang bermutu tinggi. Standar praktik
keperawatan juga sangat penting jika terjadi kesalahan yang terkait dangan hukum
(Sitorus, 2006).
Menurut America Nursing Association (ANA) standar praktek keperawatan
11
memberikan arah dalam melakukan praktik perawatan professional dan menjadi
masyarakat tentang hasil akhir askep yang diberikannya. Penetapan standar ini juga
bertujuan untuk mempertahankan mutu pemberian askep yang tinggi. ANA (1973)
telah menetapkan standar praktik keperawatan, standar tersebut berfokus pada proses
2.g. Askep
Keputusan Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat perawatan yang mencakup bio-psiko-
masyarakat, baik sakit maupun sehat, yang meliputi peningkatan derajat kesehatan,
12
Menurut Sitorus, 2006 Askep dilihat berdasarkan sudut pandang, Kelompok
komprehensif, ditunjukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sakit
maupun yang sehat, yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Layanan
keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
spiritual) mulai dari tingkat individu sampai masyarkat. Pendekatan yang digunakan
merupakan metode yang sistematis dalam memberikan askep, yang terdiri atas lima
langkah,Langkah
yaitu pengkajian,
1. Pengkajian
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
Langkah 1. Pengkajian
Langkah 3. Perencanaan
Penentuan Prioritas DiagnosaPenentuan
Tujuan Dan Hasil Yang
DiHarapkanIdentifikasi Masalah
Langkah 4. Pelaksanaan
Langkah 5. Evaluasi
13
Evaluasi ProsesEvaluasi Hasil
Penerapan proses keperawatan dalam askep untuk klien merupakan salah satu
wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya,
penerapan proses ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan kepada klien
Proses keperawatan menurut Yura dan Wals (1983), adalah suatu metode yang
masalah tersebut. Jika berhasil, proses keperawatan tersebut dianggap selesai. Jika
14
untuk menjamin terlaksananya peraktik keperawatan yang sistematis dan
penyakit
3. Membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit
4. Membantu klien terminal untuk meninggal dengan tenang
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas keperawatan,
antara lain:
1. Mempraktikan metode pemecahan masalah dalam praktek keperawatan
2. Menggunakan standar praktik keperawatan
3. Memperoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis
4. Memperoleh hasil askep dengan efektivitas yang tinggi
2.g.3. Komponen Proses Keperawatan (Asmadi, 2008)
Sebagian ahli keperawatan menyebutkan ada empat tahap dalam proses
15
Klien Masuk
Klien Keluar
data dasar klien. Pengkajian dilakukan saat klien masuk instansi layanan
selanjutnya dalam proses keperawatan. Data yang salah atau kurang tepat
16
ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data yang penting dan
yang baik
5. Bagaimana mengorganisasi dan menggunakan informasi yang telah
dikumpulkan
Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah
keperawatan.
Penetapan diagnosis keperawatan berlangsung dalam 3 fase,
yaitu:
1. Memproses data (mengorganisasi data, membandingkan data dengan
17
Komponen-komponen dalam pernyataan diagnosis keperawatan
data.
Diagnosis keperawatan terdiri atas tiga tipe, yaitu diagnosis
keperawatan potensial.
Tahap III (Perencanaan)
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, klien,
18
rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai
memberi arah bagi tujuan yang ingin tercapai, hal yang akan dilakukan,
maksimal.
Unsur terpenting pada tahap perencanaan ini adalah membuat
19
kebersihan jalan napas) sampai diagnosis yang tidak terlalu
(dapat tercapai dan nyata), dan timing (harus ada target waktu).
Merumuskan Kriteria Evaluasi
Setelah merumuskan tujuan, langkah selanjutnya adalah
dan konkret. Selain itu, hasilnya harus dapat dilihat, didengar, dan
20
Dalam merencanakan intervensi keperawatan, perawat
kesehatan lain.
Tahap IV (Implementasi)
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
21
Fase kedua merupakan puncak implementasi keperawatan yang
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari
yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan
22
klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data
Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan
telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul
masalah baru.
2.g.4. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi merupakan pernyataan tentang kejadian atau aktifitas yang
merupakan catatan permanen tentang apa yang terjadi dengan setiap pasien.
23
dan sorotan malpraktik agresif, semua aspek rekam medik menjadi penting
pengadilan jika terjadi gugatan yang dilakukan oleh klien maupun keluarga.
harus jelas, lengkap objektif, waktu harus tertuls dengan jelas (hari, tanggal,
(Asmadi, 2008)
2.g.5. Klasifikasi Klien
Klasifikasi klien dibagi dalam tiga atau empat kategori berdasarkan
intensif, dalam sistem tiga kategori total dan intensif digabung sehingga
pembedahan.
3. Kategori perawatan total
24
Klien dalam kategori perawatan total termasuk klien lumpuh yang
berpindah posisi.
4. Kategori perawatan intensif
Kategori perawatan intensif merupakan klien akut atau kritis yang
sepenuhnya.
2.h. Stroke
Stroke adalah kehilangan fungsi otak diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih,
Menurut Satyanegara (1998), gangguan peredaran darah otak atau stroke dapat
a. Non Haemorrhagi/Iskemik/Infark
25
TIA merupakan tampilan peristiwa berupa episode-episode serangan
dengan lama serangan sekitar 2 -15 menit sampai paling lama 24 jam.
Defisit (RIND)
Gejala dan tanda gangguan neurologis yang berlangsung lebih lama dari
24 jam dan kemudian pulih kembali (dalam jangka waktu kurang dari tiga
minggu).
neurologis dengan lesi-lesi yang stabil selama periode waktu 18-24 jam,
b. Stroke Hemorrhagic
juga perdarahan yang terjadi bersamaan pada kedua tempat di atas seperti:
26
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat
kejadian yaitu:
a. Trombosis serebral
kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat
b. Embolisme serebral
tiba dengan afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada klien
serebral.
c. Iskemia serebral
27
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena
d. Haemorrhagi serebral
lain, dan klien harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk
mempertahankan hidup.
pada area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada
otak.
28
yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada
tanda vital.
darah
2. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
3. Perubahan komunikasi verbal dan atau non verbal berhubungan dengan
kerusakan neuromuskuler
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan pernurunan kekuatan dan
ketahanan
5. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan defisit neurologis
6. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, perceptual
kognitif
7. Resiko tinggi kerusakan menelan berhubungan dengan kekrusakan
neuromuskuler
8. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan
menyajikan informasi
mengendalikan organisaai.
29
kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar
yang saling terkait atau terpadu untuk mencapai suatu tujuan. Beberapa
tersusun atas sejumlah sistem-sistem yang lebih kecil yang disebut sub
1. Komponen sistem(compenents)
Dikatakan sebagai sub sistem bila sistem memiliki sistem yang lebih
kecil dan supra sistem jika memiliki sistem yang lebih besar.
30
Lingkungan luar sistem adalah semua yang diluar batas dari sistem
energi dari sistem yang harus dijaga dan dipelihara sedang yang
Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah, dapat berupa
31
7. Pengolah sistem (process)
Sasaran dan tujuan adalah suatu hal yang harus dimiliki oleh suatu
sistem tertutup dan terbuka, sistem alamiah dan sistem buatan manusia,
bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
32
menghasilkan suatu tindakan lain yang akan membuat sejumlah data
siklus. Siklus ini disebut sebagai siklus informasi. (John Burch & Gary
dan relevan. Akurat berarti informasi tersebut bebas dari kesalahan dan
tidak dapat ditaksir dengan persis dengan suatu nilai uang tetapi dapat
dalam suatu sistem digunakan tidak hanya oleh satu pihak sehingga
2005).
33
menjadi informasi) dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran
atau tujuan.
34
masukan, blok model, blok keluaran, blok teknologi, blok basis data
dan blok kendali dimana blok ini saling berinteraksi membentuk satu
Perangkat Keras
Orang Perangkat
Lunak
Komponen
Sistem
Informasi
Jaringan
Komputer dan
Komunikasi
Data
35
BAB III
KERANGKA PIKIR
oleh pengguna dan penyusun kebijakan. Hal tersebut dilakukan melalui pendekatan
sistem yang terdiri dari input, proses dan output maka dibentuk kerangka pikir
sebagai berikut:
No Istilah Definisi/Formula
1 Data Klien Terdiri dari Identitas, Riwatya kesehatan (Data Objektif
36
dan data subjektif). Data Objektif adalah data yang
tindakan keperawatan
3 Struktur Basis Data Susunan kumpulan file-file yang mempunyai kaitan satu
oleh pengguna
4 Analisa Data Proses analisa data menjadi informasi
5 Diagnosis Cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi
klien
7 Implementasi Mengaplikasikan rencana askep guna membentuk klien
37
keperawatan dilakukan terhadap klien.
1. Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
38
BAB IV
beberapa tahapan yaitu: Entitas, langkah pengembangan sistem dan perancangan sistem.
Jakarta Pusat.
4.2. Entitas
dengan sistem yang akan dikembangkan, yang menjadi entitas dalam sistem ini
adalah Bidang Keperawatan RSIJ. Ruang Stroke Center merupakan entitas sumber
Askep dan entitas tujuan adalah perawat pelaksana, kepala ruangan dan seksi khusus
stroke.
Kerangka dasar entitas sistem informasi monitoring askep dapat dilihat pada
39
PELAYANAN MEDIS KHUSUS
PERAWAT PELAKSANA
Keterangan :
Alur Perlaporan
Gambar 4.1
Entitas Sistem Informasi Asuhan Keperawatan Stroke Rumah Sakit Islam Jakarta
Dari kerangka dasar entitas seperti pada gambar di atas, terdapat proses kegiatan dalam
sistem tersebut, kegiatan tersebut lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini.
40
PELAYANAN
Pengumpulan MEDIS KHUSUS
Data
Perawat Pelaksana
SEKSI KHUSUS
STROKE
Pengelompokan Sistem
Sistem
Data Monitoring
KEPALA
RUANGAN
Diagnosa
Tujuan
Rencana Tindakan
PERAWAT
PELAKSANA
Tindakan
Keperawatan
Evaluasi Askep
Gambar 4.2
41
Mendefinisikan Increment Desain arsitektur
Kebutuhan
Kebutuhan Kebutuhan
Kebutuhan sistem
sistem
Menurut Jugyanto (2003) Suatu prototype adalah bentuk dasar atau model awal
dari suatu sistem atau bagian dari suatu sistem. Setelah dioperasikan, prototype
ditingkatkan terus sesuai dengan kebutuhan pemakai sistem yang juga meningkat.
cepat untuk digunakan terlebih dahulu dan ditingkatkan terus menerus sampai
didapatkan sistem yang utuh. Proses pengembangan sistem ini yaitu dengan
42
Model yang akan dirancang harus mempunyai daya dukung terhadap
meliputi:
1. Pembuatan bagan alir data, digunakan untuk mengetahui aliran data
yang masuk, baik berupa data laporan maupun data analisis, sehingga
secara garis besar dapat diketahui siapa saja yang menjadi pemberi
atau menjadi sumber data, siapa yang mengolah dan siapa yang
menjadi pengguna.
3. Pembuatan diagram detail, untuk menggambarkan proses perhitungan
agar mudah untuk dibuka dan mengakses serta dapat disimpan secara
tertatur.
2. Normalisasi Data
Normalisasi ini dmaksudkan untuk membentuk analisis untuk
yang diperlukan.
4. Pembuatan Hubungan Entitas Antar Tabel
43
Pada tahap ini bertujuan agar pemakai dapat mengetahui hubungan
prototyping :
1. Pembuatan rancangan masukan dan keluaran (interface) yaitu bentuk
sistem yang digunakan, yaitu pada tiap tahap model incremental meliputi
dengan askep
2. Observasi terhadap lingkungan pekerjaan
3. Observasi terhadap dukungan sistem dan pelaksanaan kegiatan
44
4. Telaah dokumen yang berhubungan dengan kebijakan organisasi,
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Abid. (2009), Dr, MARS, Patient Safety In Hospital, Seminar HIPKABI
DKI
Al-Bahra Bin Ladjamudin 2005, Analisa dan Desain Sistem Informasi. Disi pertama,
Graha IlmuYokyakarka.
Alimul, Aziz. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2, Salemba Mendika,
Jakarta.
Brunner & Sudarth. (2002 ).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
Vol.1.Jakarta : EGC.
Jugianto HM, MBA, Akt, Ph.D 2003. Sistem Tekhnologi Informasi, Andi, Jogjakarta
Manjoer Arif, dkk ( 2001 ). Kapita selekta kedokteran. Jakarta, Media aesculapius
FKUI
46
Sekarsari Rita, SKp, CVRN, MHSM. (2009), Patient Safety In Perioperative
Nursing, Seminar HIPKABI DKI
Sitorus Ratna, DR, S.Kp, M.App.Sc, 2006, Model Praktik Keperawatan Profesional Di
Rumah Sakit, EGC, Jakarta
WHO, Family and Community Health Nursing and Midwifery, Available [online]:
http://www.searo.who.int/en/Section1243/Section2167/Section2169.htm#Develo
pment, 22 Maret 2009
47
Lembar untuk perawat ruangan stroke center
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan wawancara ini adalah untuk memperoleh masukan terkait dengan kegiatan
asuhan keperawatan di ruang stroke center rumah sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Petunjuk wawancara:
1. Bagaimana alur pelaporan askep yang ada di ruangan stroke center selama ini?
2. Bagaimana peluang pengembangan sistem informasi askep diruangan stroke
center?
3. Harapan ibu/bapak terhadap sistem informasi askep?
4. Bagaimana dukungan yang diberikan pihak rumah sakit terhadap peningkatan
48
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan wawancara ini adalah untuk memperoleh masukan terkait dengan kegiatan
asuhan keperawatan di ruang stroke center rumah sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Petunjuk wawancara:
diatasnya?
2. Laporan askep apa saja yang diberikan ruangan kepada kasi (Kepala Seksi)
khusus stroke?
3. Bagaimana peluang pengembangan sistem informasi askep diruangan stroke
center?
4. Harapan ibu/bapak terhadap sistem informasi askep?
INSTRUMEN PENELITIAN
49
1. Siapa yang bertugas dalam pengkajian klien?
2. Apakah dalam format pengkajian terdapat pengawasan dalam pengisiannya? Dan
1. Siapa yang melakukan analisis data? (Diagnosa, Tujuan Umum, Tujan Khusus
dan Iterpensi)
2. Apakah perawat memprioritaskan diagnosa keperawatan?
3. Tujuan keperawatan harus SMART (specific, measurable, achievable, realistic
dan timing). Dalam hal timing apakah perawat menentukan timing tersebut?
4. Apakah setiap implementasi keperawatan sudah sesuai dengan jam intervensi
pelaksana?
2. Apakah dokumentasi keperawatan dimonitoring oleh kepala ruangan dan seksi
khusus stroke?
3. Bagaimana cara kolaborasi perawat dengan tenaga kesehatan lain dalam
dokumentasi keperawatan?
50