Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Aldon Samosir, S.Pd, Selasa, 21 September 2010


A. PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SEBELUM MERDEKA

Pada dasarnya bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa
Melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di nusantara dan sebagai bahasa yang
digunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam nusantara dan dari luar nusantara.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan
peninggalan, misalnya :

* Tulisan yang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M.
* Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683.
* Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684.
* Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.
* Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.

Bahasa Melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama islam
di wilayah nusantara. Serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena
bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar
pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong


tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia oleh karena itu para
pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh
bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928)

B. PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SESUDAH MERDEKA

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar

1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.

Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa
Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia
di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.

Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada taggal 18 Agustus
1945, karena pada saat itu Undang Undang dasar 1945 di sahkan sebagai Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 disebutkan bahwa Bahasa Negara
Adalah Bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36)

Prolamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengkukuhkan


kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini
bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia.

C. PERANAN BAHASA INDONESIA

Peranan bahasa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa merupakan sarana utama untuk berpikir
dan bernalar, seperti yang telah dikemukakan bahwa manusia berpikir tidak hanya dengan
otak. Dengan bahasa ini pula manusia menyampaikan hasil pemikiran dan penalaran, sikap,
serta perasannya. Bahasa juga berperan sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan.
Melalui bahasa nilai nilai dalam masyarakat dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya.

Didalam suatu masyarakat, bahasa mempunyai suatu peranan yang penting dalam
mempersatukan anggotanya. Sekelompok manusia yang menggunakan bahasa yang sama
akan merasakan adanya ikatan batin di antara sesamanya.

D. FUNGSI BAHASA INDONESIA

Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia tidak hanya sekedar alat komunikasi. Tetapi bahasa
Indonesia juga merupakan kekayaan nasional yang sangat berharga dan dapat mempersatukan
suku suku bangsa, serta menunjukkan jati diri bangsa Indonesia.

Selain itu bahasa Indonesia mempunyai fungsi, yaitu :

1. Sebagai lambang kebanggaan nasional.


2. Sebagai lambang identitas nasional.
3. Sarana penyatuan bangsa dan sarana perhubungan antar budaya.
4. Sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga lembaga pendidikan.
^^ini tugas bahasa indonesia ku ya dkumpulin minggu kmaren kali aja ada yang muw baca
[heihei]

kata pak dosen ini tu penting dipelajari cuz ini dasar2 dari bahasa kita.. ahh lupa! apa lagi
yag? pkoknya lstarikan bahas persatuan kita ini yagg^^ lets see..

Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan
sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Berikut merupakan perkembangan bahasa Indonesia secara rinci:

I. Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-7 Masehi) memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa
Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini diketahui dari empat prasasti berusia
berdekatan yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu berangka
tahun 900 Masehi juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.

II. Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa
Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa
Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar
Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.

III. Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa
Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai
pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah bahasa Indonesia yang secara perlahan
terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia
kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu
belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih
menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.

IV. Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay
Archipelago bahwa penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang
bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga
bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur.
Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.

V. Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di
bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia
di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.

VI. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional
atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam
pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : Jika
mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya,
hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa
Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan
menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
VII. Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi
oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar,
Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar.
Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis,
maupun morfologi bahasa Indonesia.

Selain penjelasan di atas, perkembangan Bahasa Indonesia juga dibagi menjadi dua periode,
yaitu sebelum dan sesudah kemerdekaan.

I. Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka

Pada dasarnya bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di nusantara dan sebagai
bahasa yang digunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam nusantara dan
dari luar nusantara.Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih jelas
dari berbagai peninggalan peninggalan, misalnya :

Tulisan yang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh,Aceh pada tahun 1380 M.

Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683.

Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684.

Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.

Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.

Bahasa Melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama


islam di wilayah nusantara. Serta makin berkembang dan bertambah kokoh
keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai
bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar
kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia oleh
karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara
sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928)

II. Perkembangan Bahasa Indonesia Setelah Merdeka

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok nusantara berkumpul dalam rapat, dan para pemuda tersebut
mengucapkan ikrar yang dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.Unsur yang ketiga
dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan
kedudukannya sebagai bahasa nasional.Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya
sebagai bahasa negara pada taggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang
Undang dasar 1945 di sahkan sebagai Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Di dalam UUD 1945 disebutkan bahwa Bahasa Negara Adalah Bahasa
Indonesia (Bab XV, Pasal 36) Prolamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus
1945, telah mengkukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional
sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat
Indonesia.

Dalam perkembangannya, bahasa indonesia juga juga berperan dalam peristiwa-peristiwa


penting, diantaranya:

1. Pada tahun 1901 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. van Ophuijsen dan
ia dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

2. Pada tahun 1908 Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan
yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang
kemudian pada tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

3. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam


perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda pilihan
mamancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia.

4. Pada tahun 1933 secara resmi berdirilah sebuah angkatan sastrawan muda yang
menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana
dan kawan-kawan.

5. Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkanlah Kongres Bahasa Indonesia I di Solo.
Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan
Indonesia saat itu.

6. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI 1945, yang


salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

7. Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.

8. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1954
juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan
ditetapkan sebagai bahasa negara.

9. Pada tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia,


meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui
pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan
Presiden No. 57, tahun 1972.

10. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

11. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober s.d. 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa
Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-
50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa
Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia.

12. Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26


November 1983. Ia diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda
yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal
mungkin.

13. Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 3 November
1988. Ia dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara
(sebutan bagi negara Indonesia) dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu
ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

14. Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November
1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari
mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia,
Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Syarikat. Kongres mengusulkan
agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi
Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa
Indonesia.

15. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada
tanggal 26-30 Oktober 1998.

Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan. Sampai saat ini, bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang hidup. Yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui
penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Hampir Sebagian besar
warga Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa asing atau
daerah. Bahkan terdapat kamus bahasa gaul yang diperjual-belikan secara bebas. Sebagai
warga negara Indonesia kita harus tetap melestarikan bahasa persatuan kita di era globalisasi
ini.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia[1] dan bahasa persatuan bangsa
Indonesia.[2] Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di
Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa
Melayu.[3] Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau
sekarang)[4] dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat
penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses
pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak
dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme
bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.[5] Proses ini menyebabkan berbedanya
Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun
Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang
terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa
daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia
bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia
menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.[6] Penutur
Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau
mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian,
Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra,
perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,[7] sehingga
dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.

Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah.[8] Dasar-dasar yang
penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa
minggu.[9]

Anda mungkin juga menyukai