Anda di halaman 1dari 11

Sep Udah lama banget blog ini gue tinggalin.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 30 Oktober 2016, gue berkesempatan buat ikut
sebuah event pendidikan Jepang. Namanya Japan Fair Education(JFE) di Gedung Jakarta Convention
Center(nantinya gue singkat JCC aja), Senayan, Jakarta Pusat. Japan Fair Education, sesuai namanya
adalah event dimana kita bisa berkonsultasi langsung dengan utusan langsung beberapa universitas dari
Negeri Matahari Terbit atau Jepang. Ooya, meanwhile ada beberapa macam lainnya event sejenis ini,
Cuma kata orang sih Japan Fair Education lah yang paling besar. Gue pun setuju dengan statement
tersebut karena melihat daftar universitas yang hadir emang top-tiernya Jepang.

***

Seminggu sebelumnya, di grup facebook Monbusho, ada yang punya inisiatif buat bikin sebuah
grup buat siapapun yang berencana melanjutkan studi ke Jepang. Merasa memenuhi syarat, gue pun
langsung taroh ID LINE di comment section. Beberapa jam kemudian, akhirnya gue dimasukin. Langsung
dah tuh, kenalan, cipika-cipiki dan sebagainya. Ada yang dari paling dekat, Jakarta, sampai paling jauh
dari Medan. Satu yang gue note di grup ini, beberapa orang udah ngambil start duluan. Ada yang udah
ngambil TOEFL, EJU, SAT, bahkan ada applicant Mitsui dan GSEP tahun lalu. Sampai akhirnya, ada yang
nyeletuk, ada yang mau ikut JFE nanti, ga?, dan beberapa orang sontak menjawab aku/gue/gw/saya
termasuk gue di dalam himpunan orang yang menjawab tersebut. Dari himpunan orang yang mau ikut,
kesemuanya dari wilayah Jabodetabek. Beberapa dari mereka, ada yang berencana berangkat bareng,
dari Bogor, Bekasi, Tanggerang, dan Jakarta sendiri. Karena dua orang yang dari Bogor adalah kaum
hawa, maka gue mutusin mending berangkat sendiri.

***

Hari H pun tiba, gue berangkat dari rumah sekitar jam 9 pagi bermodal sepeda motor, tas yang
berisi buku bacaan dan notebook(literary), serta selembar Soekarno-Hatta dan selembar lagi I Gusti
Ngurah Rai(yang sebenernya duit tercuci (*literary again) selama dua hari di saku celana gue). Sampai di
Stasiun Depok Baru jam 9.20-an, tiga menit kemudian Commuter Line yang ditunggu pun tiba.

Sebelas stasiun terlewati, akhirnya Commuter Line sampai di Stasiun Sudirman. Keluar stasiun,
gue melihat sebuah keganjilan. Gak ada satupun kendaraan yang lewat. Ternyata, Jalan Sudirman
termasuk area yang dipakai untuk Car Free Day. Gue yang tadinya, mau naik kopaja 19 langganan setiap
jalan di sekitar sini, akhirnya beralih ke Busway yang untungnya tak terlalu jauh.

Busway yang dinanti pun tiba di Halte CSBD. Hal yang gak enak di busway adalah rame banget,
penuh. Hal yang PALING gak enak naik busway pada saat Car Free Day : banget, penuh, dengan orang
keringetan yang suka selfi ga pada tempatnya. Kosentrasi asam laktat dalam busway pun meningkat
dengan drastic dibanding biasanya, menggeser kesetimbangan kearah reaktan.
Karena gue yang emang kurang siap buat rute naik busway, gue pun searching ke google dan
disitu dikasih tau, kalo naik busway ke JCC turun di Halte Senayan. Gue yang biasa kesini (gak naik
busway tapi) pun dengan pede mengira ah ini mah di Halte BUNDERAN Senayan kali maksudnya.
Sampai di Bunderan Senayan dan nanya mba-mba loket, ternyata gue kelewatan dan disuruh balik ke
Halte Polda Metro Jaya. Katanya, bisa lewat situ, deket, jalan kaki aja nyebrang komplek senayan. Ya,
mba-mba loket itu bener, deket, 400 meter kira-kira. Cukup jauh buat seorang yang mager kaya gue.

***

Ah, sudahlah, yang penting gue sampai di tempat tujuan, JCC. Setelah sempat salah ruangan
(malah masuk ke Islamic Book Fair), gue nanya satpam dan disuruh nyebrang lewat tangga di dalam
gedung. Akhirnya.. benar-benar sampai. Agak gondok juga, baru sampai jam 10.50, yang berarti gue
kelewatan acara pembukaannya. Di sini, gue ketemu sama Hisbi(orang Bengkulu, merantau, baru
sebulan di Jakarta, salut semangatnya) dan Renaldi(pinter, anak SMA super favorit di Jakarta).

Masuk ke dalam, gue pun langsung mencari-cari Booth universitas incaran gue (yang ga tau diri
ini huehueheu), University of Tokyo. Sebagai universitas nomor satu di Jepang (berdasarkan ranking
dari TopUniversity), UTokyo sangat popular bagi para calon applicant ini. Sekian banyak orang yang
ngumpul di Booth UTokyo, gue kira cuma dikit dari mereka yang SMA. Tapi, setelah mengisi list of visitor
di laptop professor (yang tidak gue mengerti cara kerjanya, pake Nihongo, @ pindah tempat, tiap gue
mencet huruf keluarnya kanji) ternyata banyak juga yang dari SMA, setingkat gue.

Giliran konsultasi gue pun tiba. Karena profesornya dua-dua orang Jepang dan tidak bisa ber-
Bahasa Indonesia maka terpaksa gue ngomong pakai Bahasa Inggris yang impromptu, dan sangat
belepotan. Sir, Im a High School Student looking undergraduate programme in Computer Science in
University of Tokyo. But, I found it in two different place : One in School of Science and the other one in
The Third and Four years of College of Art and Science. What is the different between them, maybe the
curriculum, focus?. Dan jawaban dari professor tersebut sedikit membuat gue menyadari bodohnya
pertanyaan gue -_-. Sorry, I dont know for it, but in our website there are specific contact for each
School. You can ask them, directly.
Setelah, beberapa saat menanyakan beberapa hal lain (yang lebih umum, tentunya) PEAK dan
sistem Liberal Arts di UTokyo, gue pindah ke Booth lain. Sebenernya, gue pingin nanya lebih banyak lagi,
Cuma ya keterbatasan vocab, grammar, dan pemilihan kata yang gak natural(singkatnya, bahasa
inggris gue jelek -_-).

Sekarang gue menyusun prioritas Booth yang gue kunjungi :


1. Cari yang ada orang Indonesia aslinya

2. Cari yang ada orang Jepang bisa bahasa indonesia

3. Baru cari yang orang Jepang yang bisa bahasa inggris aja(dan tentunya bahasa mereka sendiri lah).

***

Tempat yang memenuhi syarat pertama, dan langsung terlihat. Waseda University. Universitas
yang gue kunjungi kedua ini juga berlokasi di Tokyo. Ya, satu harapan gue buat kuliah adalah bisa kuliah
di luar negeri dan gue lebih suka lingkungan metropolitan kayak Jakarta dibanding desa(Cuma kalo
misalnya dapet ke LN, walaupun gak di kota ya, tetap bersyukur banget lah wkwk). Beberapa pertanyaan
inti yang gue tanyakan disini : 1. Apa bedanya School of Fundamental Science dan School of Creative
Science? 2. Ada beasiswa apa aja selain dari Monbukagakusho sendiri? Karena mba-mba yang nangani
para konsulter Indonesia, gue agak lama di Booth ini dengerin penjelasannya beliau. Entah kenapa, gue
ngerasa pernah ketemu mba-mba tersebut sebelumnya Cuma lupa dimana. (De javu, gue update kalo
inget).Dua puluh menit terlewati, puas mendengar penjelasan yang dengan sabarnya dijawab oleh
beliau. Gue pun berlalu.

***

Sekitar jam 11.40, announcer menginformasikan akan ada Seminar Beasiswa Pemerintah Jepang
pada jam 12.00 tepat. Seminar yang dibawakan oleh seorang Bag. Pendidikan Dubes Jepang dan satu
penerima beasiswa Monbukagakusho tahun sebelumnya itu berlangsung sekitar tiga puluh menit.
Seminar ini berisi informasi general mengenai Monbukagakusho(cara pendaftaran, syarat, tanggal, dll)
dan fakta/serba-serbi mahasiswa Indonesia di Jepang. Satu yang sangat memotivasi adalah jumlah
mahasiswa Indonesia di Jepang adalah yang terbesar ke-7, di atas Amerika dan Malaysia huehuehue.
Ooiya, tiba-tiba di ruangan ini ketemu Sabrina (temen sekolah).
Seminar Monbu berakhir, dilanjutkan oleh seminar LPDP. Karena gue pasti gak dapat beasiswa
ini, wong gue mau S1, itu beasiswa buat S2, ya gue keluar lah. Balik ke ruangan sebelumnya,
melanjutkan perburuan informasi.

Booth ketiga, Shizuoka University. Daya tarik gue ke ShizuokaU ada dua. Pertama, ini salah satu dari
sedikit universitas Jepang yang jurusan ilmu komputernya berdiri sendiri dengan nama Faculty of
Informatics, tak tergabung ke dalam Faculty/School of Science seperti kebanyakan lainnya. Kedua, Asia
Bridge Program(ABP). In the undergraduate program, candidates are recruited from India,
Indonesia, Thailand, and Vietnam for an overseas or in-Japan admissions screening process.
The ABP undergraduate curriculum provides all first-year students with an initial six months
of intensive Japanese language training which prepares them to study in their major fields
with Japanese students. . ABP hanya ditawarkan ke sedikit Negara dan Indonesia termasuk
di dalamnya. ABP juga memberikan enam bulan intensif Bahasa Jepang. Double bonus.
Karena dua penangan konsulternya memakai Bahasa Inggris, gue hanya ikut mendengar._.

Lepas dari Shizuoka, saatnya beralih ke Booth utama : Kedu taan Besar Jepang di
Indonesia. Nah, kembali ke orang berbahasa Indonesia, yeah. Pertama para pengunjung
diberi intro utama dulu, sedikit mengulang apa yang dijelaskan seminar tadi. Terus baru
konsul satu-satu. Di sini, gue nanya beberapa hal penting seperti lama proses pendaftaran,
apa aja yang disertakan saat seleksi berkas, seberapa berharganya sertifikat lomba/olimpiade
sampai pertanyaan sederhana seperti jumlah mahasiswa Indonesia yang lolos relatif
terhadap Negara lain, asal sekolah mereka kebanyakan darimana dll.
Booth kelima, Osaka University. OsakaU adalah universitas kedua yang gue ketahui
ternyata memiliki sistem Liberal Arts untuk First and Second Years mahasiswanya setelah
UTokyo. OsakaU memiliki nilai unggulnya adalah : 1. Kota Osaka sendiri, gue seneng kota
metropolitan. 2. Jurusan Ilmu Komputer disini ada di dua departemen, yaitu di Department
of Engineering Science dan di Department of Information Science and Technology . Gue pun
menanyakan professor disitu mengenai poin kedua ini. Jadi, katanya beliau, intinya yang di
Department of Engineering Science itu lebih ke hardware dibanding yang di Department of
Information Science and Technology. Professornya nanya, Computer Sciencenya kira -kira
mau kayak gimana arahnya: Software Engineering atau Artificial Intelligent. Gue sendiri sih
malah bimbang, dua-duanya menarik sih. Pingin sekaligus kalo bisa.

Pukul 15.00, Seminar Alumni dilangsungkan di ruangan yang sama dengan seminar
sebelumnya. Isinya, sharing pengalaman yang dirasa cukup fenomenal, oleh Pak Budi kalo ga
salah namanya. Jadi, ceritanya Pak Budi ini siswa biasa aja di sebuah SMA biasa di Kalimantan
(rata-rata, ga jago bahasa inggis dsbg). Dia mau buat sesuatu yang gak biasa lah, ak hirnya
secara nekat(dan ga tau diri menurut temen-temennya saat itu) beliau daftar Monbu untuk
program D3 tahun 2001. Eh..keterima. Udah tuh kuliah D3, karena bagus nilainya, bisa lanjut
ekstensi ke S1. Masalah baru muncul waktu mau lanjut S2, beliau gak d apat beasiswa dan
mutusin buat kuliah dengan biaya sendiri sembari kerja paroh waktu. Satu kata yang paling
gue inget dari beliau: Gak peduli lu professor atau pejabat tinggi, di Jepang lu harus mau
suatu saat kerja jadi buruh kasar pabrik.. Dengan gaji ya..pas-pasan beliau sekitar 2 tahun
kemudian lulus S2. Sekarang beliau, seorang Project Analys di Mitsubishi Jakarta dan bisa
bercerita disini.
Selesai Seminar Alumni, langsung di sambung Seminar JASSO dan EJU. Gak ada yang
menarik diceritakan disini, karena gue udah tau sebelumnya sih. Jadi, gue malah sibuk
ngerjain soal mtk yang lagi hot di salah satu grup LINE.

Jam 16.00, gue udah pingin pulang. Tapi, sebelumnya mampir balik ke ruangan Booth
buat ngambil brosure beberapa universitas lainnya : Keio University, Hokkaido University,
Tsukuba University dan Kyushuu University.
Jam 16.20, akhirnya gue beneran pulang. Ternyata, gue baru sadar, di pintu belakang ada Halte
Busway yang dekeeeet banget (sial), Halte Senayan JCC namanya.

Pelajaran : Bedakan Halte BUNDERAN Senayan dengan Halte Senayan JCC.

Perjalanan ke Stasiun Sudirman memakan waktu 15 menit. Cepat sekali. Sampai di Stasiun,
karena Commuter Line masih di Kampung Bandan, dan enzim Pepsin, Renin, Lipase semakin bergejolak
ingin beraktifitas gue mutusin buat beli makan di Stasiun. Jam 17.05 tepat, kereta tiba. Jackpot, sepi, gak
biasanya Commuter dari Tanah Abang kosong Minggu sore. Mana ibu-ibu yang biasa belanja ke sono?
Ah..sudahlah, yang penting gue harus nikmatin momen langka ini dengan duduk tenang, dan tidur
sampai tujuan di Stasiun Depok Baru. Akhirnya, gue sampai di St. Debar jam 17.40, dan melanjutkan ke
rumah naik motor.

Akhir kata, makasih banget buat yang udah sempatin baca cerita aneh gue ini. Gue harap,
kedepannya bisa nulis lagi secepatnya ditengah terjangan tugas sekolah dan BT Kimia-Mtk.

Anda mungkin juga menyukai