Anda di halaman 1dari 188

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS


LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN
SEDIAAN DAHAK YANG BERKUALITAS
DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016

ROSDIYANTI

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI
SURABAYA
2016

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS


LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN
SEDIAAN DAHAK YANG BERKUALITAS
DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016

ROSDIYANTI
NIM. 101414553022

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI
SURABAYA
2016

ii

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS


LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN
SEDIAAN DAHAK YANG BERKUALITAS
DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Epidemiologi


Minat Studi Epidemiologi
Program Studi Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga

Oleh:

ROSDIYANTI
NIM. 101414553022

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI
SURABAYA
2016

iii

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Tesis


Minat Studi Epidemiologi
Program Studi Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
Magister Epidemiologi (M.Epid.)
pada tanggal 25 Juli 2016

Mengesahkan

Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dekan,

Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S


NIP. 19560303 198701 2 001

Tim Penguji:

Ketua : Dr. RR. Soenarnatalina M, Ir., M.Kes


Anggota : 1. Prof. Dr. Chatarina U.W, dr., M.S., M.PH
2. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes
3. Prof. Dr. Rika Subarniati T, dr., S.KM
4. Priyo Santoso, S.KM., M.Kes

iv

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERSETUJUAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Magister Epidemiologi (M.Epid.)
Minat Studi Epidemiologi
Program Studi Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga

Oleh:

ROSDIYANTI
NIM. 101414553022

Menyetujui,
Surabaya, 25 Juli 2016

Pembimbing Ketua, Pembimbing,

Prof. Dr. Chatarina U.W, dr., M.S., M.PH Dr. Santi Martini, dr., M.Kes
NIP. 19540916 198303 2 001 NIP. 19660927 199702 2 001

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Epidemiologi

Prof. Dr. Chatarina U.W, dr., M.S., M.PH


NIP. 19540916 198303 2 001

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Rosdiyanti
NIM : 101414553022
Program Studi : Epidemiologi
Minat Studi : Epidemiologi
Angkatan : 2014
Jenjang : Magister

menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tesis
saya yang berjudul:

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PETUGAS


LABORATORIUM TUBERKULOSIS DALAM PEMBUATAN SEDIAAN
DAHAK YANG BERKUALITAS DI KOTA SURABAYA TAHUN 2016

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 25 Juli 2016

Rosdiyanti
NIM. 101414553022

vi

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayahNya


penyusunan tesis dengan judul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya Tahun 2016 ini dapat terselesaikan. Tesis ini
berisikan mengenai kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak
dalam upaya meningkatkan kualitas diagnosis tuberkulosis di puskesmas Kota
Surabaya tahun 2016.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Prof.
Dr.Chartarina U.W, dr., M.S., M.PH selaku pembimbing ketua dan Dr. Santi
Martini, dr., M.Kes selaku pembimbing II, yang dengan penuh perhatian dan
kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran serta motivasi demi
kesempurnaan tesis ini. Ayahanda Kamarudin HB, Ibunda Rosuli S serta Ananda
tersayang Quinsha C Arsyanda Al-Hayyu yang berkorban materil maupun
spiritual dan menanti kesuksesanku..
Dengan terselesainya tesis ini, perkenankan saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada:
1 Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., M.T., AK., CMA., CA selaku rektor Universitas
Airlangga Surabaya yang telah berkenan menerima penulis untuk belajar di
Program Studi Magister Epidemiologi
2 Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga yang telah memberikan izin untuk menempuh
pendidikan di Program Studi Magister Epidemiologi
3 Prof. Dr. Chartarina U.W., dr., M.S.,M.PH selaku Koordinator Program Studi
Magister Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
4 Prof. Dr. Rika Subarniati T, dr., S.KM, Dr. RR.Soenarnatalina M, Ir., M.Kes,
Priyo Santoso, SKM., M.Kes selaku anggota penguji proposal tesis atas
kesediannya menguji dan membimbing dalam perbaikan tesis
5 drg. Febria Rachmanita selaku Kepala Dinas kesehatan Kota Surabaya yang
telah mengizinkan melakukan penelitian di Puskesmas yang ada di wilayah
kerja Kota Surabaya
6 Sri Astuti, S.Si., MM, selaku kepala UPT Laboratorium Dinas Kesehatan
Kota Surabaya beserta Staff
7 Teman Magister Epidemiologi angkatan 2014 dan angkatan 2015 yang telah
memberikan dorongan dan bantuan nya dalam penyusunan teris ini
8 Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu hingga tesis ini
dapat terselesaikan

vii

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Demikian, semoga tesis ini bisa membari manfaat bagi diri kami sendiri dan
pihak lain yang menggunakan.

Surabaya, Juli 2016

Rosdiyanti

viii

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SUMMARY

Tuberculosis (TB) is an infectious disease directly caused by bacteria


Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis remains one of the most deadly
infectious diseases in the world. Indonesia, in 2014 was ranked second with the
highest burden of TB in the world, just after India. The most common method for
diagnosing TB is sputum microscopic examination. Error laboratory tests will
result in errors in diagnosing. Indicators and targets in tuberculosis laboratory that
needs to be fulfilled is a 90% quality of samples for the cross test.
Tuberculosis (TB) remains one of the most deadly infectious diseases in
the world. In 2013, an estimated 9.0 million people suffered TB and for about 1.5
million people died with 360,000 of whom were HIV positive. Indonesia was
ranked second with the highest burden of TB in the world after India. The number
of TB patients in Indonesia is about 5.8% of the total number of TB patients
worldwide. Each year there are 429,730 new cases and about of 62,246 people
death from the disease. Incident cases of smear positive (based on the presence of
at least one acid fast bacilli (AFB+) is around 102/ 100,000 population. East Java
ranks second after West Java with the burden of tuberculosis and the City of
Surabaya is one contributor to TB in the province.
Quality assessment of microscopic laboratory performance for TB is
carried out through the implementation of TB External Quality Consolidation
(Indonesian: PME; Pemantapan Mutu Eksternal) to carry out cross test for
sputum samples with smear positive. Up to today, cross test is done with a
conventional 100% positive preparations supplemented with 10% negative
preparations with an error rate of <5%. In 2015 there were 49.733 samples
inspected by various health institutions in the working area of Surabaya City
Health Office. As many as 4,651 samples were being examined and were known
to be positive while as many as 878 samples were scanty and the remaining
44,249 samples were negative. Several factors can affect the quality of the
samples, namely the quality, picking and coloring of the samples (sputum),
quality of the reagents, the reading of samples, as well as in recording and
reporting, maintenance and storage both of samples and microscope.
The purpose of this study was to analyze the factors that affect the
performance of staffs in laboratory with individual characteristics (age, sex,
education), employment, training, working environment, motivation, incentives,
workload, attitudes, and supervision in the preparation of sputum samples in the
City of Surabaya in 2016. This study applied observational study with cross
sectional design. The population under study consisted of as many as 63
laboratory staffs in the working area of Surabaya City Health Office in 2016, with
a sample size of 50 laboratory staffs, obtained using simple random sampling.
Data analysis was carried out using Chi-square and multiple logistic
regression. The results indicated that there was no influence of age (p value =
0.887), gender (p value = 0.331), education (p value = 0.332), tenure (p value =

ix

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

0.329), training (p value = 0.832), supervision (p value = 0.443) with the


performance of laboratory staff in the preparation of sputum. While working
environment (p value = 0.001), motivation (p value = 0.013), incentives (p value =
0.005), workload (p value = 0.004), attitude (p value = 0.155) indicated P value
<0.05 which means that the working environment, motivation, incentives,
workload and attitudes had influence on the performance of the laboratory staff in
preparing samples. The results of multiple logistic regression also indicated that
there was a significant correlation between the working environment (p value =
0.001), workload (p value = 0.024) and incentives (p value = 0.024) with the
performance of staff in the laboratory in the preparing the sputum samples in the
City of Surabaya in 2016.
From the findings above, it can be inferred that factors that influence the
performance of the laboratory staff in preparing the samples of sputum in the City
of Surabaya were the working environment, workload and incentives, and
therefore it is expected that the City of Surabaya Health Office to develop
physical environment, to raise incentives and to increase the number of laboratory
personnel to reduce the workload.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

Tuberculosis (TB) is an infectious disease directly caused by the bacteria


Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis remains one of the most deadly
infectious diseases in the world. The most common method for diagnosing TB is
sputum microscopic examination. Error laboratory tests will result in errors in
diagnosing. Indicators and targets in tuberculosis laboratory that needs to be
fulfilled is a 90% quality of samples for the cross test.
The purpose of this study was to analyze the factors that affect the
performance of staffs in laboratory in preparing sputum samples in the City of
Surabaya in 2016. This study applied observational study design with cross
sectional approach. The population under this study consisted of 63 laboratory
personnel in the working area of Surabaya City Health Office in 2016, with a
sample size of 50 laboratory staff obtaines by simple random sampling.
Data analysis was carried out using Logistic regression test revealed that
there was a significant correlation between working environment (p = 0.001),
workload (p value = 0.024) and incentives (p value = 0.024) with the performance
of the laboratory staff in preparing sputum samples in Surabaya in 2016.
From the findings above, it can be inferred that factors that influence the
performance of the laboratory staff in the preparaing sputum samples were
working environment, workload and incentives. Therefore it is expected that the
City of Surabaya Health Office to develop physical environment, to raise
incentives and to increase the number of laboratory personnel to reduce the
workload.

Keywords: Attitude, motivation, working environment, incentives

xi

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ........................................................................................... i


SAMPUL DALAM .......................................................................................... ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR .............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... v
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
SUMMARY ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxi
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ....................................... xxii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah .................................. 1
1.2 Kajian Masalah .......................................................................... 8
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................... 9
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 9
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................... 9
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................. 10
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 11
1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................ 11
1.5.2 Manfaat Praktisi ................................................................ 12
1.5.3 Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya ............... 12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13
2.1 Tuberkulosis (TB) ..................................................................... 13
2.2 Epidemiologi Tuberkulosis ....................................................... 13
2.2.1 Etiologi ............................................................................ 14
2.4.2 Patogenesis ....................................................................... 15
2.4.3 Gejala Tuberkulosis ......................................................... 16
2.3 Diagnosis Tuberkulosis ............................................................. 17
2.4 Penemuan Penderita TB Paru ................................................... 17
2.5 Klasifikasi Penyakit TB dan Tipe Pasien .................................. 17
2.6 Pengobatan ................................................................................ 20
2.7 Puskesmas ................................................................................. 20
2.7.1 Pengertian Puskesmas ..................................................... 20
2.7.2 Fungsi Penyelenggaraan Puskesmas ............................... 21
2.7.3 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas ............................... 22
2.7.4 Asas Pertanggungjawaban Wilayah ................................ 23
2.7.5 Jejaring Laboratorium Mikroskopis Tuberkulosis .......... 24

xii

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.8 Pemeriksaan Dahak Secara Mikroskopis .................................. 26


2.9 Pengumpulan Dahak ................................................................. 27
2.10 Uji Silang Metode LQS ............................................................. 31
2.10.1 Indikator Keberhasilan Uji Silang ................................. 34
2.10.2 Klasifikasi Kesalahan Uji Silang Metode LQAS .......... 34
2.11 Penyimpanan Sediaan ............................................................... 36
2.12 Kinerja ....................................................................................... 36
2.12.1 Pengertian Kerja dan Kinerja ........................................ 36
2.12.2 Penilaian Kinerja ........................................................... 38
2.12.3 Tujuan Penilaian Kinerja ............................................... 38
2.12.4 Kegunaan Penilaian Kinerja .......................................... 40
2.12.5 Manfaat Penilaian Kinerja ............................................. 41
2.12.6 Indikator Kinerja ........................................................... 41
2.12.7 Fungsi Indikator Kinerja ............................................... 41
2.13 Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja ............................... 42
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS .......................... 53
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................ 53
3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................... 56
BAB 4 METODE PENELITIAN................................................................... 58
4.1 Jenis Penelitian............................................................................ 58
4.2 Rancang Bangun Penelitian ....................................................... 58
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 58
4.4 Populasi dan Sampel ................................................................... 59
4.4.1 Populasi .............................................................................. 59
4.4.2 Sampel................................................................................ 59
4.4.3 Besar Sampel .................................................................... 59
4.4.4 Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 59
4.5 Variabel Penelitian ...................................................................... 60
4.5.1 Variabel Terikat ................................................................ 60
4.5.2 Variabel Bebas .................................................................. 60
4.6 Kerangka Operasional ................................................................. 61
4.7 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel ................ 62
4.8 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 66
4.9 Pengolahan dan Analisa Data ..................................................... 66
4.10 Uji Validasi dan Reliabilitas ...................................................... 67
4.10.1 Uji Validitas .................................................................... 67
4.10.2 Uji Reliablilitas .............................................................. 71
BAB 5 HASIL DAN ANALISIS DATA ...................................................... 73
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 73
5.1.1 Kondisi Geografis ............................................................ 73
5.1.2 Kondisi Demografis ......................................................... 74
5.2 Sumber Daya Kesehatan ............................................................ 75
5.2.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan ...................................... 75
5.2.2 Tenaga Kesehatan ............................................................ 75

xiii

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.3 Analisis Deskriptif ..................................................................... 76


5.3.1 Gambaran Umur Responden ........................................... 77
5.3.2 Gambaran Jenis Kelamin Responden .............................. 77
5.3.3 Gambaran Pendidikan Responden .................................. 77
5.3.4 Gambaran Masa Kerja Responden .................................. 78
5.3.5 Gambaran Pelatihan Responden ..................................... 78
5.3.6 Gambaran Lingkungan Kerja Responden ....................... 78
5.3.7 Gambaran Motivasi Responden ...................................... 79
5.3.8 Gambaran Insentif Responden ........................................ 79
5.3.9 Gambaran Beban Kerja Responden ................................ 79
5.3.10 Gambaran Sikap Responden ........................................... 80
5.3.11 Gambaran Supervisi Responden ..................................... 80
5.3.12 Gambaran Kualitas Spesimen (Sputum) .......................... 81
5.3.13 Gambaran Ukuran Sediaan ............................................. 81
5.3.14 Gambaran Kerataan Sediaan ........................................... 81
5.3.15 Gambaran Ketebalan Sediaan ......................................... 82
5.3.16 Gambaran Kebersihan Sediaan ....................................... 82
5.3.17 Gambaran Kinerja Petugas Laboratorium ....................... 82
5.4 Analisis Bivariabel ..................................................................... 83
5.4.1 Analisis Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas ................................................... 83
5.4.2 Analisis Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja
Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan
Sediaan Dahak yang Berkualitas ....................................... 83
5.4.3 Analisis Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas ................................................... 84
5.4.4 Analisis Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas ................................................... 85
5.4.5 Analisis Kualitas Spesimen berdasarkan Masa Kerja
Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 86
5.4.6 Analisis Ukuran Sediaan berdasarkan Masa Kerja
Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 86
5.4.7 Analisis Kerataan Sediaan berdasarkan Masa Kerja
Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 87
5.4.8 Analisis Ketebalan Sediaan berdasarkan Masa Kerja
Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 88
5.4.9 Analisis Kebersihan Sediaan berdasarkan Masa Kerja
Petugas Laboratorium Tuberkulosis ................................. 88
5.4.10 Analisis Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas ................................................... 89

xiv

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.4.11 Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja


Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan
Sediaan Dahak yang Berkualitas..................................... 94
5.4.12 Analisis Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas ................................................... 94
5.4.13 Analisis Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas ................................................... 95
5.4.14 Analisis Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas ................................................... 96
5.4.15 Analisis Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas ................................................... 97
5.4.16 Analisis Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas ................................................... 97
5.4.17 Rangkuman Hasil Analisis Bivariabel ............................. 98
5.4 Analisis Multivariabel ................................................................. 99
BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................... 100
6.1 Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium
Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 100
6.2 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas Laboratorium
Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 101
6.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium
Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 102
6.4 Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium
Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 104
6.5 Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium
Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 105
6.6 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak
yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 .......................... 107
6.7 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium
Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 109
6.8 Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Laboratorium
Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 110

xv

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6.9 Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 ................................... 113
6.10 Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium
Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 .................................. 114
6.11 Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium
Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 .................................. 114
BAB 7 PENUTUP.......................................................................................... 116
7.1 Kesimpulan .................................................................................. 116
7.2 Saran............................................................................................. 117
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 119
LAMPIRAN .................................................................................................... 124

xvi

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Hal

Tabel 2.1 Perbedaan Uji Silang Metode Konvensional dengan LQAS 32


Tabel 2.2 Cara Penilaian Hasil Cross Check 34
Tabel 4.1 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel 62
Tabel 4.2 Hasil uji validitas Instrumen Motivasi 69
Tabel 4.3 Hasil uji validitas Instrumen Imbalan 69
Tabel 4.4 Hasil uji validitas Instrumen Beban Kerja 70
Tabel 4.5 Hasil uji validitas Instrumen Sikap 70
Tabel 4.6 Hasil uji validitas Instrumen Supervisi 71
Tabel 4.7 Hasil uji reliabelitas Instrumen Penelitian 72
Tabel 5.1 Jumlah Sarana pelayanan kesehatan di Kota Surabaya 75
Tabel 5.2 Jumlah tenaga kesehatan di Wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kota Surabaya tahun 2016 76
Tabel 5.3 Frekuensi Umur Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun
2016 77
Tabel 5.4 Frekuensi Jenis Kelamin Petugas Laboratorium Kota Surabaya
tahun 2016 77
Tabel 5.5 Frekuensi Pendidikan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 77
Tabel 5.6 Frekuensi Masa Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 78
Tabel 5.7 Frekuensi Pelatihan Mikroskopis Tuberkulosis Petugas
Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016 78
Tabel 5.8 Frekuensi Lingkungan Kerja Petugas Laboratorium di Kota
Surabaya tahun 2016 78
Tabel 5.9 Frekuensi Motivasi Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 79
Tabel 5.10 Frekuensi Insentif Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 79
Tabel 5.11 Frekuensi Beban Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 80
Tabel 5.12 Frekuensi Sikap Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun
2016 80
Tabel 5.13 Frekuensi Supervisi Petugas Laboratorium di Kota Surabaya
tahun 2016 80
Tabel 5.14 Frekuensi Kualitas Spesimen Petugas Laboratorium di Kota
Surabaya tahun 2016 81

xvii

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.15 Frekuensi Ukuran Sediaan Petugas Laboratorium di Kota


Surabaya tahun 2016 81
Tabel 5.16 Frekuensi Kerataan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota
Surabaya tahun 2016 81
Tabel 5.17 Frekuensi Ketebalan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota
Surabaya tahun 2016 82
Tabel 5.18 Frekuensi Kebersihan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota
Surabaya tahun 2016 82
Tabel 5.19 Frekuensi Kinerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya 82
Tabel 5.20 Distribusi Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya Tahun 2016 83
Tabel 5.21 Distribusi Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak
Yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 84
Tabel 5.22 Distribusi Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak
yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 85
Tabel 5.23 Distribusi Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak
yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 85
Tabel 5.24 Distribusi Kualitas spesimen berdasarkan masa kerja petugas
Laboratorium Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Surabaya 86
Tabel 5.25 Distribusi Ukuran Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 87
Tabel 5.26 Distribusi Kerataan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 87
Tabel 5.27 Distribusi Ketebalan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 88
Tabel 5.28 Distribusi Kebersihan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 89
Tabel 5.29 Hasil Akhir Kinerja (Kualitas Spesimen, Ukuran Sediaan,
Kerataaan Sediaan, Ketebalan Sediaan dan Kebersihan)
terhadap Masa Kerja Petugas Mikroskopis Tuberkolosis di
Kota Surabaya tahun 2016 89
Tabel 5.30 Distribusi Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak
yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 90
Tabel 5.31 Distribusi Kualitas Spesimen berdasarkan Pelatihan Petugas
Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 90
Tabel 5.32 Distribusi Ukuran Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas
Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 91
Tabel 5.33 Distribusi Kerataan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas
Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 92
Tabel 5.34 Distribusi Ketebalan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas
Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 92

xviii

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.35 Distribusi Kebersihan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas


Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 93
Tabel 5.36 Hasil Akhir Kinerja (Kualitas Spesimen, Ukuran Sediaan,
Kerataaan Sediaan, Ketebalan Sediaan dan Kebersihan)
terhadap Pelatihan Petugas Mikroskopis Tuberkolosis di Kota
Surabaya tahun 2016 93
Tabel 5.37 Distribusi Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja
Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 94
Tabel 5.38 Distribusi Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak
yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 95
Tabel 5.39 Distribusi Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas
Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota
Surabaya tahun 2016 95
Tabel 5.40 Distribusi Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak
yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 96
Tabel 5.41 Distribusi Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak
yang Berkauliats di Kota Surabaya tahun 2016 97
Tabel 5.42 Distribusi Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas
Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak
yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 98
Tabel 5.43 Hasil Analisis Chi-square Variabel Penelitian terhadap Kinerja
Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016 98
Tabel 5.44 Hasil analisis multivariat Uji Regresi Logistik Ganda 99

xix

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Tabel Halaman

Gambar 1.1 Proporsi Uji Silang Sediaan Dahak Triwulan I-III


di Kota Surabaya Tahun 2014 ............................................... 4
Gambar 1.2 Proporsi Uji Silang Sediaan Dahak Triwulan I-III
Di Kota Surabaya Tahun 2015 .............................................. 5
Gambar 2.1 Morfologi M.Tuberculosis dengan Pewarnaan
Ziehl Neelsen ......................................................................... 15
Gambar 2.2 Jejaring Laboratorium TB di Indonesia ................................ 24
Gambar 2.3 Pot Dahak .............................................................................. 28
Gambar 2.4 Alur Uji Silang ..................................................................... 33
Gambar 2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja .................................... 42
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ........................................... 53
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian .......................................... 61
Gambar 5.1 Peta Pembagian Wilayah Kota Surabaya .............................. 73

xx

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Sebelum Penelitian ..................... 124


Lampiran 2 Informed Consent ...................................................... 125
Lampiran 3 Panduan Observasi ..................................................... 126
Lampiran 4 Lembar Kuesioner ..................................................... 128
Lampiran 5 Kaji Etik .................................................................... 133
Lampiran 6 Analisis Data ............................................................. 134
Lamipran 7 Dokumentasi Penelitian ............................................ 163
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian .................................................. 165

xxi

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Arti Lambang

> : Lebih besar


: Lebih besar atau sama dengan
: lebih Kecil atau sama dengan
= : Sama dengan
< : Lebih kecil
& : Dan
% : Persen
: Derajat
0
C : Derajat Celcius

Daftar Singkatan

BATRA : Pengobatan Tradisional


BTA : Basil Tahan Asam
CDR : Case Detection Rate
CNR : Case Notification Rate
DEPKES : Departemen Kesehatan
DKK : Dinas Kesehatan Kota
DOTS : Directly Observed Treatment Short-course
ER : Error Rate
HIV : Human imunodefisiensi Virus
Ha : Hektar
KEMENKES : Kementrian Kesehatan
KH : Kesalahan Hitung
Km2 : Kilometer
LQAS : Lot Quality Assurance Sampling
M.Tb : Mycobacterium Tuberkolosis
NPR : Negatif Palsu Rendah
NPT : Negatif Palsu Tinggi
OAT : Obat Anti Tuberkolosis
P2PL : Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
P2TB : Program Pengendalian Tuberkolosis
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PME : Pemanatapan Mutu Eksternal
PMI : Pemantapan Mutu Internal
PMS : Penyakit Menular Seksual
PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
PPM : Puskesmas Pelaksana Mandiri
PPR : Positif Palsu Rendah
PPT : Positif Palsu Tinggi

xxii

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PRM : Puskesmas Rujukan mikroskopis


PS : Puskesmas Satelit
RAN : Rencana Aksi Nasional
RUS : Rujukan Uji Silang
SDK : Sumber Daya Kesehatan
SK : Surat Keputusan
SPR : Slide Positive Rate
SPS : Sewaktu Pagi Sewaktu
TB : Tuberkulosis
UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat
WHO : Wold Health Organization
ZN : Ziehl Neelsen

xxiii

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman Mycobacterium

tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis dan menjadi masalah

kesehatan masyarakat yang utama (Soedarto, 2009).

Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu penyakit menular paling

mematikan di dunia. Tahun 2013, diperkirakan 9,0 juta orang menderita TB dan

1,5 juta orang meninggal dunia, 360 000 di antaranya adalah HIV positif (WHO,

2014).

Indonesia berada pada ranking ke dua dengan beban TB tertinggi di dunia

setelah India. Jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah pasien

TB di dunia. Setiap tahun ada 429.730 kasus baru dan kematian 62.246 orang.

Insiden kasus TB BTA (Basil Tahan Asam) positif sekitar 102/100.000 penduduk.

Strategi nasional pengendalian TB dengan visi Menuju Masyarakat Bebas

Masalah TB, Sehat, Mandiri dan Berkeadilan. Strategi tersebut bertujuan

mempertahankan kesinambungan pengendalian TB periode sebelumnya (Depkes

RI, 2011). Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat ke dua setelah Jawa Barat

dengan beban tuberkulosis tertinggi di Indonesia. Kota Surabaya merupakan salah

satu penyumbang TB di Provinsi Jawa Timur (Dinkes Kota Surabaya, 2014).

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

Pelaksanaan upaya penanggulangan TB di Indonesia secara administratif

berada di bawah Ditjen Bina Upaya Kesehatan dan P2PL (Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan). Pembinaan Puskesmas berada di bawah Ditjen Bina

Upaya Kesehatan dan merupakan tulang punggung layanan TB dengan arahan

dari Subdit Tuberkulosis. Indonesia telah menerapkan strategi DOTS (Directly

Observed Treatment Short-course) sejak tahun 1995 sebagai strategi nasional

penanggulangan TB di seluruh Indonesia. Menemukan dan menyembuhkan

pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB (Depkes

RI, 2011).

Strategi DOTS terdiri 5 komponen kunci yaitu komitmen politis:

pemeriksaan dahak secara mikroskopis yang terjamin mutunya: pengobatan

jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang

tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan, jaminan ketersediaan OAT

(Obat Anti Tuberkulosis) yang bermutu serta sistem pencatatan dan pelaporan

yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja

program secara keseluruhan. Fokus utama penanggulangan TB dengan strategi

DOTS adalah penemuan dan penyembuhan penderita TB. Target nasional untuk

Case detection rate (CDR) 70% dengan angka kesembuhan (cure rate) minimal

85% (Depkes RI, 2008).

Upaya mencapai target yang ditetapkan dalam strategi nasional program

penanggulangan TB, disusun 8 Rencana Aksi Nasional (RAN) yang salah

satunya adalah penguatan laboratorium yang dijabarkan menjadi penguatan

jejaring, pemantapan mutu dan pengembangan laboratorium, baik untuk

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

pemeriksaan mikroskopis, biakan maupun uji kepekaan (Kemenkes RI, 2013).

Metode yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis TB di Indonesia

bahkan seluruh dunia adalah pemeriksaan dahak secara mikroskopis, bakteri

diamati pada sampel dahak kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Sedangkan

di negara maju, TB juga diagnosis melalui metode kultur (WHO, 2014).

Kemampuan laboratorium TB di setiap jenjang berbeda karena fungsi rujukan

laboratorium TB dalam program pengendalian TB (P2TB) sangat penting agar

rujukan bisa berjalan, maka harus ada jejaring laboratorium yang berfungsi

dengan baik. Setiap laboratorium tuberkulosis memiliki fungsi, peran, tugas dan

tanggung jawab yang saling berkaitan, sesuai kemampuan dan kedudukan

dalam jejaring laboratorium TB. Kegiatan jejaring laboratorium TB mencakup

standar mutu pelayanan dan pemantapan mutu (Kemenkes RI, 2013).

Penilaian mutu kinerja laboratorium mikroskopis TB dilakukan melalui

pelaksanaan Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dengan melakukan uji silang

sediaan BTA. Selama ini uji silang BTA dilakukan secara konvensional yaitu

100% sediaan positif ditambah dengan 10% sediaan negatif dengan error rate

<5%. Tahun 2009 Ditjen P2ML Kemenkes RI telah menerapkan metode LQAS

(Lot Quality Assurance Sampling) dimana penilaian dimulai dari kualitas

spesimen, pewarnaan, kebersihan, ketebalan, ukuran dan kerataan (Kemenkes RI,

2013).

Pemeriksaan dahak secara mikroskopis untuk menetapkan klasifikasi

penderita tuberkulosis, keputusan untuk memulai pengobatan, memantau hasil

pengobatan dan menyatakan kesembuhan penderita. Mutu hasil pemeriksaan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

laboratorium merupakan inti keberhasilan pengendalian tuberkulosis. Kesalahan

hasil pemeriksaan laboratorium akan berdampak pada kesalahan dalam

mendiagnosis pasien, pasien menerima pengobatan yang salah. Hal tersebut akan

berdampak pada peningkatan biaya kesehatan, faktor psikologis, sosial serta akan

berakibat fatal. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam mendiagnosis

tuberkulosis diperlukan spesimen yang berupa dahak. Tetapi tidak semua

spesimen yang memenuhi standar, sehingga petugas laboratorium harus dapat

memilih spesimen yang bagus yaitu bagian dahak yang kental/purulen (Kemenkes

RI, 2013).

Menurut Depkes RI (2012) menyebutkan bahwa salah satu indikator dan

target laboratorium tuberkulosis yang akan dicapai adalah kualitas sediaan untuk

uji silang harus baik yaitu 90%. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari

Dinas Kesehatan Kota Surabaya, masih terdapat kinerja petugas mikroskopis yang

masih kurang baik dalam hal pembuatan sediaan dahak seperti pada gambar 1.1.

87
90
80
61 64
70
60
50 39 36
40
30
13
20
10
0
I II III

Baik Jelek

Sumber Data: Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2015


Gambar 1.1 Proporsi Uji Silang Sediaan Dahak Triwulan I-III di Kota Surabaya
Tahun 2014.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 periode triwulan I

terdapat 61% fasilitas kesehatan yang mempunyai kinerja petugas mikroskopis

dengan kategori kinerja baik dan 39% fasilitas kesehatan dengan kategori kinerja

jelek. Periode triwulan II terdapat 64% fasilitas kesehatan dengan ketegori kinerja

kinerja baik dan 36% dengan kategori kinerja jelek. Periode triwulan ke III

terdapat 87% fasilitas kesehatan dengan kategori kinerja baik dan 13% dengan

ketegori kinerja kurang baik, pada periode ini terjadi peningkatan kinerja petugas

yang baik dikarenakan pada akhir periode ke II telah diadakan on job training

(OJT) mikroskopis pada petugas laboratorium.

80 74
70
61
60 56

50 44
39
40
30 26

20
10
0
I II III

Baik Jelek

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2016


Gambar 1.2 Proporsi Uji Silang Sediaan Dahak Triwulan I-III di Kota Surabaya
Tahun 2015.

Gambar 1.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 periode triwulan I

terdapat 74% fasilitas kesehatan yang mempunyai kinerja petugas mikroskopis

dengan kategori kinerja baik dan 26% fasilitas kesehatan dengan kategori kinerja

kurang baik. Periode triwulan II terdapat 56% fasilitas kesehatan dengan ketegori

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

kinerja kinerja baik dan 44 dengan kategori kinerja jelek. Periode triwulan ke III

terdapat 61% fasilitas kesehatan dengan kategori kinerja baik dan 39% dengan

ketegori kinerja kurang baik.

Pada tahun 2015 terdapat 49.733 sediaan yang diperiksa oleh fasilitas

kesehatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Surabaya, dari sediaan yang

diperiksa tersebut diketahui sediaan yang positif berjumlah 4.651 sediaan, scanty

878 sediaan dan yang negatif sebanyak 44.249 sediaan. Beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi kualitas sediaan adalah kualitas spesimen (sputum),

pembuatan sediaan, pewarnaan sediaan, kualitas reagen, pembacaan sediaan,

pencatatan dan pelaporan, pemeliharaan mikroskop dan penyimpanan sediaan.

(Dinkes Kota Surabaya, 2014).

Banyak faktor yang mempengaruhi pemeriksaan dahak secara mikroskopis

yang terdiri dari faktor dari dalam laboratorium yang dimulai dari kualitas

spesimen, pembuatan sediaan, pembacaan sediaan, pencatatan dan pelaporan.

Faktor di luar laboratorium yang terdiri dari pasien, petugas kesehatan,

pengambilan sampel, pengadaan logistik, pengelola program (Depkes RI, 2012).

Menurut Gibson (1996) ada tiga variabel yang mempengaruhi perilaku dan

kinerja individu yaitu: 1. variabel individu yang terdiri dari: keterampilan,

kemampuan, latar belakang dan demografis, 2. variabel organisasi terdiri dari:

sumberdaya, kepemimpinan, imbalan, dan desain pekerjaan, dan 3. variabel

fsikologis yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, dan motivasi.

Data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2015 bahwa terdapat 75

orang petugas laboratorium TB yang tersebar di puskesmas dengan jenis kelamin

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

70% perempuan dan 30% laki laki, dengan umur di atas 23 tahun, dengan latar

belakang pendidikan analis kesehatan dan bukan analis kesehatan, dengan beban

kerja yang hampir sama (Dinkes Kota Surabaya, 2015).

Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Lestari (2011) tentang hubungan

kinerja petugas dengan Case detection rate (CDR) di Puskesmas Kota Makassar

diketahui bahwa ada hubungan pelatihan, motivasi dengan kinerja petugas.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati dkk (2012) di Pekalongan

menyebutkan bahwa ada hubungan antara persepsi petugas tentang supervisi

dengan kinerja petugas puskesmas dalam pengelolaan pengobatan TB mangkir di

Kota Pekalongan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Badri (2006) menyebutkan

ada hubungan yang bermakna antara pelatihan, persepsi, motivasi, sumber daya

dan insentif terhadap kinerja petugas laboratorium dalam penemuan pendetita TB

paru di Kota Jambi.

Penelitian yang dilakukan oleh Pradytia (2010) menyebutkan bahwa

terdapat persamaan karakteristik petugas pada puskesmas dengan error rate (ER)

tinggi dan puskesmas error rate rendah yaitu: jenis kelamin, masa kerja, pelatihan

pemeriksaan TB, pengetahuan mikroskopis TB, kebiasaan dan penggunaan alat

pelindung diri serta mematuhi prosedur kerja di Kabupaten Situbondo. Begitu

pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2005) tentang kualitas tenaga

mikroskopis untuk program DOTS di Nusa Tenggara Barat menyebutkan bahwa

tenaga mikroskopis tidak pernah melakukan tahap pra analitik terhadap kualitas

spesimen sehingga berpengaruh terhadap kualitas sediaan apusan dahak.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

1.2 Kajian Masalah

Laboratorium mikroskopis merupakan penunjang utama untuk tata laksana

pasien TB. Ketersediaan perangkat laboratorium mikroskopis tidak dapat

dipisahkan dalam memberikan pelayanan tata laksana pasien TB selain obat anti

tuberkulosis (OAT). Laboratorium mikroskopis sebagai manisfestasi dari

komponen kedua dari strategi DOTS akan berperan dan berfungsi maksimal

apabila dilaksanakan oleh sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan

mempunyai kompetensi yang standar. Semua institusi fasilitas pelayanan

kesehatan yang melakukan pemeriksaan mikroskopis harus dikelola dan

dilaksanakan oleh SDM yang terlatih dan terakreditasi.

Secara nasional kondisi di Kota Surabaya hampir semua tenaga

laboratorium di Fasyankes pelaksana DOTS telah terlatih pemeriksaan

mikoroskopis TB, tetapi dengan adanya mutasi dan pengembangan/pemekaran

daerah yang diikuti oleh penambahan fasyankes, dan kemajuan di bidang teknis

Pengendalian TB, maka diperlukan pelatihan secara berkesinambungan, baik

untuk pelatihan awal (initial) maupun pelatihan ulang (refreshing).

Upaya pemenuhan kebutuhan tenaga teknis laboratorium yang terampil

sesuai kebutuhan program, diperlukan pelatihan dengan kurikulum yang

terakreditasi serta dilengkapi dengan materi pembelajaran yang konsisten dan

sistematis. Pelatihan Pemeriksaan mikroskopis TB ini adalah untuk petugas teknis

laboratorium fasyankes dengan loso peningkatan keterampilan teknis.

Penelitian mengenai kinerja khususnya petugas laboratorium masih sedikit

terutama di Kota Surabaya dan diketahui bahwa petugas laboratorium TB

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam program pemberantasan TB.

Mutu hasil pemeriksaan yang baik dihasilkan oleh laboratorium yang memiliki

kinerja yang baik. Adanya kinerja petugas laboratorium yang masih rendah di

Kota Surabaya memberi gambaran masih tingginya potensi kesalahan yang

ditimbulkan dari hasil pemeriksaan dahak. Memperhatikan data tersebut diatas

disimpulkan permasalahan penelitian bahwa masih rendahnya kinerja petugas

mikroskopis tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak, hal inilah yang

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis faktor

yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan

sediaan yang berkualitas dahak di Kota Surabaya tahun 2016.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat

diajukan peneliti adalah: Faktor apakah yang mempengaruhi kinerja petugas

laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di

Kota Surabaya tahun 2016?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor yang mempengaruhi kinerja petugas (kuaitas spesimen,

ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran sediaan)

laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di

Kota Surabaya tahun 2016.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja,

pelatihan, lingkungan kerja, motivasi, insentif, beban kerja, sikap, supervisi,

kualitas spesimen, ukuran sediaan, kerataan sediaan dan ketebalan sediaan.

2. Menganalisis pengaruh karakteristik responden (umur, jenis kelamin,

pendidikan) terhadap kinerja petugas (kualitas spesimen, ketebalan sediaan,

kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran sediaan) laboratorium

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota

Surabaya tahun 2016.

3. Menganalisis pengaruh masa kerja terhadap kinerja petugas (kualitas

spesimen, ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran

sediaan) laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang

berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.

4. Menganalisis pengaruh pelatihan mikroskopis TB terhadap kinerja petugas

(kualitas spesimen, ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan

dan ukuran sediaan) laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan

dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.

5. Menganalisis pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja petugas (kualitas

spesimen, ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran

sediaan) laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang

berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.

6. Menganalisis pengaruh motivasi terhadap kinerja petugas (kualitas spesimen,

ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran sediaan)

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas

di Kota Surabaya tahun 2016.

7. Menganalisis pengaruh insentif terhadap kinerja petugas (kualitas spesimen,

ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran sediaan)

laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas

di Kota Surabaya tahun 2016.

8. Menganalisis pengaruh beban kerja terhadap kinerja petugas (kualitas

spesimen, ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran

sediaan) laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang

berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.

9. Menganalisis pengaruh sikap terhadap kinerja petugas (kualitas spesimen,

ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran sediaan)

laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas

di Kota Surabaya tahun 2016.

10. Menganalisis pengaruh supervisi terhadap kinerja petugas (kualitas spesimen,

ketebalan sediaan, kerataan sediaan, kebersihan sediaan dan ukuran sediaan)

laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas

di Kota Surabaya tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dalam kelaboratoriuman. Selain itu juga dapat digunakan sebagai

bahan perbandingan dan rujukan bagi penelitian di masa yang akan datang

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

mengenai upaya peningkatan mutu pemeriksaan laboratorium tuberkulosis

berdasarkan penerapan ilmu dalam bidang kesehatan masyarakat.

1.5.2 Manfaat Praktisi

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi kerja untuk

meningkatkan kualitas pelayanan laboratorium dalam hal pembuatan sediaan

dahak untuk pemeriksaan tuberkulosis di Kota Surabaya.

1.5.3 Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam membuat

dan penetapkan kebijakan bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya dalam

meningkatkan kualitas dan pengembangan Sumber Daya Kesehatan khususnya

petugas laboratorium Tuberkulosis dalam permasalahan pemeriksaan.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada dasarnya kuman penyebab TB

paru dapat menyerang organ tubuh lain misalnya kulit akan tetapi sebagian besar

menyerang paru-paru. Bakteri tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia

melalui udara pernapasan ke dalam paru-paru kemudian kuman tersebut menyebar

dari paru-paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem

saluran limfe, melalui saluran pernapasan (bronchus) atau langsung menyebar ke

bagian tubuh lainnya (Erlien, 2008).

2.2 Epidemiologi Tuberkulosis (TB)

Indonesia berada pada ranking kedua setelah India dengan beban TB

tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000

dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus per tahun. Jumlah kematian akibat

TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya (WHO, 2015). Meskipun

memiliki beban penyakit TB tertinggi, Indonesia merupakan negara di wilayah

Asia Tenggara yang mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan

keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah

294.732 kasus TB telah ditemukan dan diobati, lebih dari 169.213 diantaranya

terdeteksi BTA positif. Rerata pencapaian angka keberhasilan pengobatan selama

4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008 mencapai 91%.

13

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

Pencapaian target global tersebut merupakan tonggak pencapaian program

pengendalian TB nasional yang utama (Depkes RI, 2011).

2.2.1 Etiologi

Tuberkulosis termasuk penyakit zoonosis, karena penyakit ini dapat

ditularkan dari hewan ke manusia misalnya sapi. Mycobacterium tuberculosis

termasuk dalam ordo Actinomycetales, famili Mycobacteriaceae, dan genus

Mycobacterium. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing atau

bengkok yang mempunyai panjang 1-4m dan lebar 0,20,5 m. Pada perbenihan

berbentuk kokoid dan berfilamen, koloni cembung, kering dan warna kuning

gading, bersifat aerob obligat dengan suhu optimum 37C, tidak berspora, dan

pada pewarnaan Ziehl Neelsen kuman berwarna merah dengan latar belakang biru

(Widoyono, 2011).

Kuman tuberkulosis umumnya ditularkan dari penderita manusia ke orang

lain melalui udara pernafasan. Selain itu tuberkulosis usus dapat terjadi jika

tertular kuman TB melalui air susu sapi penderita tuberkulosis. Kuman ini dapat

menular melalui inokulasi kulit. Setelah masuk kedalam tubuh, kuman akan

menyebar ke paru-paru, lalu bersama darah dan limfe menyebar ke berbagai organ

viseral lainnya (Soedarto, 2009).

Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap

pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan

asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga

tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob. Bakteri

tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100 derajat celcius selama 5-10 menit atau

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

pada pemanasan 60 derajat celcius selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-90%

selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat

yang lembab dan gelap (bisa berbulan bulan), namun tidak tahan terhadap sinar

dan aliran udara (Widoyono, 2011).

Gambar 2.1 Morfologi M. Tuberculosis dengan pewarnaan Ziehl Neelsen


Sumber : Depkes RI, 2006.

Gambar 2.1 menunjukkan hasil dari pewarnaan BTA dengan

menggunakan pewarnaan Ziehl Neelsen. Pada pewarnaan tahan asam ini akan

terlihat kuman M.tuberculosis berwarna merah dan latar belakang berwarna biru

(Depkes RI, 2006).

2.2.2 Patogenesis

Infeksi terjadi biasanya melalui debu atau titik cairan (droplet) yang

mengandung kuman tuberkulosis bicara saat berhadapan dengan orang lain, basil

tuberkulosis tersembut dan terhisap kedalam paru-paru orang sehat. Masa

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

inkubasinya selama 3-6 bulan. Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan

kualitas paparan dengan sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor

genetik dan faktor penjamu lainnya. Penyakit timbul setelah kuman menetap dan

berkembang biak dalam paruparu atau kelenjar getah bening.

Perkembangan penyakit tergantung pada jumlah kuman yang masuk dan

daya tahan. Perjalanan kuman tuberkulosis dapat langsung melalui aliran limfe,

aliran darah, melalui bronkus dan traktus digestivus. Pada mulanya kuman

menjalar melalui saluran limfe ke kelenjar getah bening. Selanjutnya melalui

ductus thoracicus masuk ke dalam aliran darah dan terus ke organ tubuh. Dapat

pula langsung dari proses perkejuan pecah ke bronkus, disebar ke seluruh paru

paru atau tertelan digestivus (Widoyono, 2011).

2.2.3 Gejala Tuberkulosis

Mengetahui penderita tuberkulosis dengan baik harus dikenali tanda dan

gejalanya. Gajala klinis yang terjadi tergantung pada jenis organ yang terinfeksi

kuman ini. Gejala utama TB paru adalah batuk berdahak selama 23 minggu atau

lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,

batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang

lebih dari satu bulan. Gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit

paru selain TB, seperti bronkiekstasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru

(Depkes RI, 2008).

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

Tuberkulosis milier adalah tuberkulosis yang menyerang berbagai organ

tubuh, yang dijumpai pada bayi atau penderita berusia lanjut yang daya tahan

tubuhnya rendah (Soedarto, 2009).

2.3 Diagnosis Tuberkulosis

Diagnosis TB paru dalam program penanggulangan tuberkulosis,

ditegakkan melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis untuk menemukan

BTA positif, yaitu dengan pengambilan 3 spesimen dahak sewaktu-pagi-sewaktu

(SPS). Penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis

merupakan cara diagnosis utama di Indonesia. Pemeriksaan lain seperti foto

toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis

sesuai dengan indikasinya (Depkes RI, 2011).

2.4 Penemuan Penderita TB Paru

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan cara promosi secara

aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan,

didukung penyuluhan secara aktif oleh petugas kesehatan maupun masyarakat

untuk meningkatkan penemuan pasien TB. Pemeriksaan dahak juga dilakukan

terhadap orang yang kontak dengan pasien TB, terutama keluarga penderita TB

yang menunjukan gejala yang sama (Irianto, 2002).

2.5 Klasifikasi Penyakit TB dan Tipe Pasien

Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah untuk

menentukan paduan pengobatan yang sesuai, registrasi kasus secara benar,

menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif, analisis kohort hasil

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

pengobatan. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis

memerlukan suatu definisis kasus yang meliputi empat hal yaitu:

1. Klasifikasikan berdasarkan Organ Tubuh yang Terkena

Berdasarkan organ tubuh yang terkena tuberkulosis terbagi atas dua macam

yaitu tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis paru

menyerang jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan

kelenjar pada hilus. Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang

organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung,

kelenjar limpe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat

kelamin dan lain lain.

2. Klasifikasi berdasarkan Hasil Pemeriksaan Mikroskopis

Tuberkulosis paru BTA positif jika pada pemeriksaan dahak mikroskopis TB

paru BTA positif apabila ditemukan sekurangnya 2 atau 3 spesimen (sputum)

yang diperiksa hasilnya positif atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

dan foto toraks menunjukkan gambaran tuberkulosis serta biakan kuman TB

hasilnya juga positif. Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3

spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasil hasilnya BTA negatif

dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

Tuberkulosis paru BTA negatif, jika kasus tidak memenuhi definisi BTA paru

positif dengan kriteria: paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasil BTA negatif, foto

toraks abnormal menunjukan gambaran tuberkulosis, tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT, ditentukan dengan petimbangan dokter yang

memberi pengobatan (Depkes RI, 2011).

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

3. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keparahan Penyakit

TB paru BTA negatif fhoto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat

keparahan penyakitnya yaitu berat dan ringan. Berat bila gambaran fhoto toraks

memperlihatkan gembaran kerusakan paru yang luas atau keadaan umum pasien

buruk.TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya

yaitu TB ekstra paru ringan misalnya TB kelenjar limpe, pleuritis eksudantiva

unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal. TB ekstra

paru berat misalnya maninggitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis

eksudatival bilateral, TB tulang belakang, Tb usus, TB saluran kemih dan alat

kelamin.

4. Klasifikasi berdasarkan Riwayat Pengobatan

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi 5 tipe

pasien yaitu:

a. Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau

sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan

b. Kasus kambuh adalah perderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah

mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian

kembali lagi berobat dengan hasil pengobatan dahak BTA positif

c. Kasus setelah putus berobat adalah kasus setelah gagal

d. Kasus pindahan adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan disuatu

kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita

pindahan tersebut membawa surat rujukan/pindahan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

e. Kasus gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau

kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir

pengobatan) (Irianto, 2002).

2.6 Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah

kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Prinsif

pengobatan adalah membunuh kuman. Pengobatan tuberkulosis mengunakan

kombinasi lebih dari satu obat menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

dengan metode Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS), dan diberikan

dalam jangka panjang secara terus menerus, tidak terputus ditengah pengobatan

(Somantri, 2008).

2.7 Puskesmas

2.7.1 Pengertian Puskesmas

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Repoblik Indonesia nomor 75

tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat, puskesmas adalah fasilitas

layanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk

mencapai derajat kesehatan yang tinggi diwilayah kerjanya.

Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai

pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam

bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu, berkesinambungan pada

suatu masyarakat yang tinggal pada wilayah tersebut (Azwar, 1996).

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

2.7.2 Fungsi Penyelenggaraan Puskesmas

Puskesmas menyelenggarakan fungsi dalam Upaya Kesehatan Masyarakat

(UKM) tingkat pertama, yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah

kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat diwilayahnya yang

meliputi 10 fungsi (Kemenkes RI, 2014) yaitu:

1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan

2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan

4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat: menyelenggarakan pelayanan kesehatan

yang mengutamakan keamanan dan keselamatan penderita, petugas dan

pengunjung

5. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prisif koordinatif dan kerja

sama inter dan antar profesi

6. Melaksanakan rekam medis

7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses

pelayanan kesehatan

8. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan

9. Mengkoordinasi dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama diwilayah kerjanya.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem

rujukan.

2.7.3 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 meliputi:

1. Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas mendorong seluruh

pemangku kepentingan berkomitmen dalam mencegah dan mengurangi risiko

kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah, Puskesmas menggerakkan

dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya.

3. Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat, Puskesmas mendorong

kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

4. Berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan

Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di

wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi,

agama, budaya dan kepercayaan.

5. Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, Puskesmas menyelenggarakan

Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai

dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak

buruk bagi lingkungan.

6. Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan, Puskesmas

mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang

didukung dengan manajemen Puskesmas (Kemenkes RI, 2014).

2.7.4 Azas Pertanggungjawaban Wilayah

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan

pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara

terpadu. Azas penyelenggaraan Puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga

fungsi Puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip

dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya

Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.

Azas penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud diantaranya adalah azas

pertanggungjawaban wilayah. Hal ini dimaksudkan Puskesmas bertanggungjawab

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah

kerjanya (Kemenkes RI, 2014).

Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain

sebagai berikut (Kemenkes RI, 2014).

1. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan, sehingga

berwawasan kesehatan

2. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya

3. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh

masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya

4. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata

dan terjangkau di wilayah kerjanya

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

2.7.5 Jejaring Laboratorium Mikroskopis Tuberkulosis

Jejaring laboratorium mikroskopis Tuberkulosis di Indonesia terlihat pada

gambar 2.2.

LAB. RUJUKAN NASIONAL

LAB. RUJUKAN PROVINSI/


LAB. RUJUKAN UJI SILANG II

LAB. RUJUKAN UJI SILANG I

FASYANKES
MIKROSKOPIS TB
1. Puskesmas
2. Rumah Sakit
3. Laboratorium Swasta

FASYANKES SATELIT (LS)


1. Puskesmas (PS)
2. Rumah Sakit
3. Laboratorium Swasta
Keterangan :

:Pembinaan dan Pengawasan Mutu


: Mekanisme Rujukan
Gambar 2.2 Jejaring Laboratorium TB di Indonesia

Laboratorium mikroskopis TB minimal terdiri dari :

1. Ruang pendaftaran/ruang tunggu

Ruang ini harus memiliki fentilasi yang cukup melalui pengaturan sirkulasi

udara yang baik

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

2. Lokasi pengumpulan dahak

Lokasi harus memiliki ventilasi yang baik dan terkena paparan sinar matahari

langsung untuk menghindari infeksi. Sebaiknya tidak berada di dekat

kumpulan orang banyak, agar memberikan rasa nyaman kepada pasien untuk

berdahak dengan bebas. Prosedur tetap pengumpulan dahak harus dipasang di

lokasi pengumpulan dahak agar pasien dapat membacanya terlebih dahulu.

Harus tersedia sarana cuci tangan: air mengalir dan sabun cair agar pasien

mencuci tangannya setelah pengumpulan dahak.

3. Ruang kerja laboratorium

Akses ke ruang ini hanya terbatas untuk petugas laboratorium, pintu harus

selalu tertutup untuk mencegah turbulensi udara yang dapat mencemari

lingkungan. Pencahayaan harus cukup terang baik bersumber dari sinar

matahari maupun aliran listrik. Letak meja kerja harus dipertimbangkan agar

aliran udara tidak mengarah kepada petugas. Sebaiknya udara mengalir dari

arah belakang petugas laboratorium.

4. Ruang administrasi

Dalam keadaan keterbatasan ruang, ruangan administrasi dapat bersatu

dengan ruang kerja laboratoium tetapi harus memiliki meja terpisah (Depkes

RI, 2007).

Peralatan dan Fasilitas di Laboratorium Mikroskopik TB

1. Baju laboratorium. Terbuat dari bahan yang mudah dicuci dan kuat, tertutup

di bagian depan dengan panjang melewati lutut, lengan sepanjang

pergelangan tangan dengan ujung berkaret. Baju ini wajib dipakai pada saat

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

bekerja dan ditanggalkan apabila petugas meninggalkan ruang kerja

laboratorium. Pencucian baju laboratorium dilakukan di tempat kerja dengan

terlebih dahulu didekontaminasi. Baju kerja yang kotor tidak boleh dibawa

pulang.

2. Wadah penampung alat bekas pakai (lidi, pot dahak dan alat tercemar lain)

harus cukup kuat, tidak mudah bocor dan tertutup. Sebaiknya wadah diberi

alas plastik sehingga mudah dipindahkan. Larutan desinfektan dalam wadah

harus cukup untuk merendam limbah.

3. Otoklaf (kalau tersedia) harus diletakkan di dalam ruang kerja laboratorium

sehingga memastikan seluruh bahan yang terkontaminasi tidak lagi infeksius

ketika keluar dari ruang kerja laboratoium.

4. Bahan habis pakai : Sabun cair yang mengandung desinfektan untuk cuci

tangan, Towell Tissue/ Lap untuk mengeringkan tangan setelah cuci tangan.

Larutan desinfektan : Lysol, larutan hypoclorite 1-5 % (Misnadiarly, 2006).

2.8 Pemeriksaan Dahak Secara Mikroskopis

Tujuan pemeriksaan dahak adalah menegakkan diagnosis, menilai kemajuan

pengobatan, menentukan tingkat penularan.Daftar tersangka penderita TB yang

akan diambil dahaknya harus dicatat dalam formulir TB 06. Harus mencantumkan

nomor urut, nomer identitas sediaan dahak, nama tersangka, umur dan jenis

kelamin, alamat lengkap, tanggal dan hasil pemeriksaan dahak, serta nomor

registrasi laboratorium. Pencatatan tersebut mempunyai tujuan yaitu:

a. Mengetahui jumlah suspek yang diperiksa

b. Mengetahui proposri BTA positif diantara suspek yang diperiksa

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

c. Memudahkan pelacakan bila hasil pemeriksaan dahak positif dan penderita

tersebut tidak kembali (Depkes RI, 2007).

2.9 Pengumpulan Dahak

1. Persiapan pasien

Pasien diberitahu bahwa uji dahak sangat bernilai untuk menentukan status

penyakitnya, karena itu anjuran pemeriksaan SPS untuk pasien baru dan SP untuk

pasien dalam pemantauan pengobatan harus dipenuhi. Dahak yang baik adalah

yang berasal dari saluran nafas bagian bawah, berupa lendir yang berwarna

kuning kehijauan (mukopurulen).

Pasien berdahak dalam keadaan perut kosong, sebelum makan/minum dan

membersihkan rongga mulut terlebih dahulu dengan berkumur air bersih. Bila ada

kesulitan berdahak pasien harus diberi obat ekspektoran yang dapat merangsang

pengeluaran dahak dan diminum pada malam sebelum mengeluarkan dahak.

Olahraga ringan sebelum berdahak juga dapat merangsang dahak keluar. Dahak

adalah bahan infeksius sehingga pasien harus berhati-hati saat berdahak dan

mencuci tangan. Pasien dianjurkan membaca prosedur tetap pengumpulan dahak

yang tersedia di tempat/ lokasi berdahak.

2. Persiapan Alat

Pot dahak bersih dan kering, diameter mulut pot 3,5 cm, transparan,

berwarna bening, dapat menutup dengan erat, bertutup ulir minimal 3 ulir, pot

kuat, tidak mudah bocor. Sebelum diserahkan kepada pasien, pot dahak harus

sudah diberi identitas sesuai identitas/nomor register pada form TB05. Pot dahak

yang ideal terlihat pada Gambar 2.2.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

Sumber: Depkes RI, 2011.


Gambar 2.3. Pot dahak

3. Cara Pengeluaran Dahak yang Baik

a. Waktu Pengambilan Dahak: S (Sewaktu, pertama): Dahak dikumpulkan

saat datang pada kunjungan pertama ke laboratorium fasyankes. P

(Pagi): Dahak dikumpulkan pagi segera setelah bangun tidur pada hari

ke-2, dibawa langsung oleh pasien ke laboratorium fasyankes. S

(Sewaktu, kedua): Dahak dikumpulkan di laboratorium fasyankes pada

hari ke-2 saat menyerahkan dahak pagi.

b. Tempat Pengumpulan Dahak: pengumpulan dahak harus dilakukan di

ruang terbuka dan mendapat sinar matahari langsung atau di ruangan

dengan ventilasi yang baik, untuk mengurangi kemungkinan penularan

akibat percikan dahak yang infeksius. Dahak adalah bahan yang

infeksius, pada saat berdahak aerosol/percikan dapat menulari orang

yang ada di sekitarnya, karena itu tempat berdahak harus berada di

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

tempat yang jauh dari kerumunan orang, misalnya di depan ruang

pendaftaran, ruang pemeriksaan, ruang obat dll. Harus diperhatikan

pula arah angin pada saat berdahak. Maka jangan mengambil dahak di

ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk, misal : kamar kecil,ruang

kerja (ruang pendaftaran, ruang pengumpulan sampel, laboratorium),

ruang tunggu dan ruang umum lainnya.

c. Cara Berdahak: beri petunjuk pada pasien untuk kumur dengan air

bersih sebelum mengeluarkan dahak, Bila memakai gigi palsu, lepaskan

sebelum berkumur, tarik nafas dalam (2-3 kali) dan setiap kali

hembuskan nafas dengan kuat letakkan pot yang sudah dibuka dekat

dengan mulut dan keluarkan dahak ke dalam pot, batukkan dengan

keras dari dalam dada, tutup pot dengan rapat dengan cara memutar

tutupnya, setelah mengeluarkan dahak bersihkan mulut dengan tisue,

buang tisue di tempat sampah yang tertutup kemudian cuci tangan

(Widoyono, 2011).

d. Bila dahak sulit dikeluarkan, lakukan olah raga ringan kemudian

menarik nafas dalam beberapa kali. Bila terasa akan batuk, nafas

ditahan selama mungkin lalu disuruh batuk. Malam hari sebelum tidur,

perbanyak minum air ( Depkes RI, 2011).

e. Pengumpulan Dahak: Pot berisi dahak diserahkan kepada petugas

laboratorium, denganmenempatkan pot dahak di tempat yang telah

disediakan.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

f. Penilaian Kualitas Dahak Secara Makroskopis

Petugas laboratorium harus melakukan penilaian terhadap dahak pasien.

Tanpa membuka tutup pot, petugas laboratorium melihat dahak melalui

dinding pot yang transparan. Hal-hal yang perlu diamati adalah: Vol 3,5

- 5 ml, Kekentalan : mukoid, Warna : Hijau kekuningan (purulen) Bila

ternyata air liur, petugas harus meminta pasien berdahak kembali,

sebaiknya dengan pendampingan. Perhatian : pada saat mendampingi

pasien berdahak, petugas harus berada dibelakang pasien dan hindari

arah angin menuju petugas.

4. Pemberian Identitas Sediaan Dahak: Aturan pemberian identitas uji dan

sediaan dahak.

5. Pembuatan dan penyimpanan sediaan apus dahak

Cara pembuatan sediaan dahak: Ambil dahak pada bagian yang purulen

dengan lidi, sebarkan diatas kaca sediaan dengan bentuk oval ukuran 2x3

kemudian ratakan dengan gerakan spiral kecil. Jangan membuat gerakan spiral

bila sediaan dahak sudah kering karena akan menyebabkan aerosol. Keringkan

pada suhu kamar, masukkan lidi bekas ke dalamwadah berisi desinfektan.

6. Fiksasi

Fiksasi dilakukan dengan memegangkaca sediaan dengan pinset,

pastikankaca sediaan menghadap ke atas.Lewatkan sediaan di atas api bunsenyang

berwarna biru 2- 3 kali selama1-2 detik.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

7. Penilaian Ketebalan Sediaan Apus

Untuk menilai ketebalan sediaan sebelum dilakukan pewarnaan dapat

dilakukan dengan meletakkan sediaan yg kering 4-5 cm di atas kertas koran.

Sediaan yang baik apabila kita masih dapat melihat tulisan secara samar. sediaan

yang benar, tulisan di koran masih terbaca secara samar. Sediaan yang terlalu

tebal, tulisan di koran tidak terbaca. Sediaan yang terlalu tipis, tulisan di koran

terbaca dengan mudah (Kemenkes RI, 2012).

2.10 Uji Silang Metode Lot Quality Assurance System (LQAS)

Uji silang merupakan pemeriksaan ulang sediaan mikroskopis oleh

laboratorium rujukan tanpa mengetahui hasil pemeriksaan oleh laboratorium

sebelumnya (blinded rechecking) yang dilakukan secara berkala dan

berkesinambungan dengan tujuan untuk peningkatan mutu. Pemeriksaan ulang

sediaan BTA sputum dari laboratorium mikroskopis TB di fasilitas pelayanan

kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, BP4 dan Laboratorium Swasta).

Tujuan dariuji silang adalah untuk mengevaluasi laboratorium dalam

jejaring TB serta mengetahui kinerja dari laboratorium mikroskopis TB. Manfaat

dari kegiatan uji silang untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan laboratorium

mikroskopis. Metode pengambilan sediaan selama ini mengunakan konvensional

yaitu 10% sediaan BTA negatif dan seluruh sediaan BTA positif. Namun pada

tahun 2007 telah diterapkan uji silang dengan metode LQAS (Lot Quality

Assurance sampling) (Depkes RI, 2011).

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

Tabel 2.1 Perbedaan uji silang metode Konvensional dengan LQAS

Konvensional LQAS
Sampling : 100% slide positif Sampling : semua slide mendapat
ditambah 10% slide negatif kesempatan yang sama
Pemilihan slide tergantung dari minat Pemilihan secara acak dengan
petugas menggunakan statistika sederhana
Formulir TB05, TB04 dan TB12 Formulir TB05, TB04 dan TB12 yang
disempurnakan
Penyimpanan dipisahkan antara slide Penyimpanan slide digabung sesuai
positif dan slide negatif dengan TB04
Analisis uji silang adalah Error Rate Berdasarkan derajat kesalahan
Errir Rate >5%= jelek Satu kesalahan besar atau tiga
kesalahan kecil = jelek
Kualitas : sediaan dan pewarnaan Kualitas : spesimen, kebersihan,
ukuran, ketebalan dan rata rata.

Dengan adanya LQAS ini tidak mengubah sistem uji silang tetapi hanya

memutakhirkan metode uji silang, menilai kinerja laboratorium secara

menyeluruh, tidak untuk konfirmasi diagnosis, sediaan disimpan berdasarkan

TB04, setiap sediaan memiliki kesempatan yang sama untuk di uji silang,

penilaian kinerja petugas berdasarkan jumlah dan tipe kesalahan bukan

prosentase dan kemungkinan penyebab kesalahan lebih mudah diketahui.

Langkah dalam melakukan uji silang LQAS adalah (Depkes RI, 2011):

1. Tentukan jumlah seluruh sediaan: jumlah seluruh sediaan yang positif dan

yang negatif yang diperiksa pada tahun lalu.

2. Hitung Slide Positif Rate (SPR) = proporsi sediaan positif diantara seluruh

sediaan

3. Tentukan sensitifitas, spesifisitas dan jumlah kesalahan yang masih dapat

diterima

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

Alur Uji Silang Sediaan BTA ( Untuk UPK )

LAB UJI SILANG (II) DINKES PROV

(6) (4)
(5)

(4)
(2) DINKES
LAB UJI SILANG (I) KAB/KOTA
(3)
(WASOR)
1) Pengambilan sampel oleh wasor
2) Pengiriman sampel oleh wasor(blinded) (4) (1)
3) Hasil pembacaan lab uji silang
4) Umpan balik hasil uji silang
5) Sediaan yang di screpancy ke pembaca II UPK
6) Hasil pembacaan ulang oleh lab II

Alur Uji Silang Sediaan BTA ( Untuk Lab Intermediate )

LAB UJI SILANG (II)


DINKES PROV
(d)

(b) (c)
(d)

(d)
DINKES
LAB UJI SILANG (I) KAB/KOTA
(a) (WASOR)
a) Pengambilan sampel oleh wasor
b) Pengiriman sampel oleh wasor(blinded)
c) Hasil pembacaan sediaan oleh kontroler
d) Umpan balik hasil uji silang
Gambar 2.4 Alur Uji Silang

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

2.10.1 Indikator Keberhasilan Uji Silang

1. Cakupan 90% : Jumlah laboratorium yang mengikuti uji silang dibanding

seluruh laboratorium pemeriksa mikroskopis TB.

2. Rut i ni ta s 90% : Jumlah laboratorium peserta uji silang dengan frekuensi

partisipasi 4 (empat) kali per tahun dibanding seluruh laboratorium pemeriksa

mikroskopis TB.

3. Kinerja Baik 80% : Jumlah peserta uji silang dengan hasil pembacaan

baik.Pembacaan baik ialah pembacaan tanpa kesalahan besar dan atau

kesalahan kecil kurang dari 3.

4. Kualitas Sediaan Baik 80% : Jumlah laboratorium peserta uji silang

dengan 6 unsur kualitas sediaan dahak yang baik yaitu : Ukuran, kerataan,

ketebalan, pewarnaan, kebersihan dan kualitas dahak (Depkes RI, 2011).

2.10.2 Klasifikasi Kesalahan pada uji silang dengan metode LQAS

Perhitungan angka kesalahan laboratorium metode yang digunakan

sebagai berikut :

Tabel 2.2 Cara Penilaian Hasil Cross Check

Hasil dari Lab Hasil Lab Uji Silang


Peserta Negatif Scanty 1+ 2+ 3+
Negatif Betul NPR NPT NPT NPT
Scanty PPR Betul Betul KH KH
1+ PPT Betul Betul Betul KH
2+ PPT KH Betul Betul Betul
3+ PPT KH KH Betul Betul

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

Keterangan:
Betul : Tidak ada kesalahan
KH ( Kesalahan Hitung) : Kesalahan kecil
NPR (Negatif Palsu Rendah) : Kesalahan kecil
PPR (Positif Palsu Rendah) : Kesalahan kecil
NPT ( Negatif Palsu Tinggi) : Kesalahan besar
PPT ( Positif Palsu Tinggi) : Kesalahan besar

Kinerja petugas laboratorium bukan hanya dilihat dari pembacaan sediaan,

kualitas laboratorium juga dilihat dengan menilai 6 unsur kualitas sediaan

mikroskopis, yaitu: kualitas dahak, ukuran, ketebalan, kerataan, pewarnaan dan

kebersihan. Interpretasi dari suatu laboratorium berdasarkan hasil uji silang

dinyatakan terdapat kesalahan apabila: (Kemenkes RI, 2014).

1. Terdapat PPT atau NPT

2. Laboratorium tersebut menunjukkan tren peningkatan kesalahan kecil

dibanding periode sebelumnya atau kesalahannya lebih tinggi dari rata rata

semua fasyankes di kabupaten/kota tersebut, atau bila kesalahan kecil terjadi

beberapa kali dalam jumlah yang signifikan.

3. Bila terdapat 3 NPR

Penampilan setiap laboratorium harus terus dimonitor sampai ditemukan

penyebab kesalahan. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, Rumah

Sakit, BP4 dan Laboratorium Swasta) agar dapat menilai dirinya sendiri dengan

memantau tren hasil interpretasi setiap triwulan dan meningkatkan kualitas

pemeriksaan laboratorium (Kemenkes RI, 2014).

BTA yang ditemukan menegakkan diagnosis TB dan jumlah yang ditemukan

menunjukkan beratnya penyakit. Oleh karena itu sangat penting untuk mencatat

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

dengan benar apa yang dilihat. Kemudian dalam pencatatan harus diperiksa

nomor register laboratorium dan dicocokkan dengan formulir permohonan

(TB05).Hasil dicatat pada formulir permohonan Laboratorium (TB05) dan diberi

tanggal dan tandatangan. Kemudian hasil pemeriksaan dicatatpada register

laboratorium (TB04). Dan formulir Permohonan Laboratorium (TB05)

dikembalikan kepada dokter atau UPK yang mengirim (Depkes RI, 2006).

2.11 Penyimpanan Sediaan

Sediaan yang telah diperiksa dibersihkan minyak imersi dengan hati-hati

menggunakan ujung kertas tissue yang bersih. Untuk setiap sediaan digunakan

satu kertas tissue. Kemudiaan sediaan disimpan dalam kotak sediaan secara

berurutan menurut nomor register laboratorium untuk keperluan pemantapan

mutu/uji silang (Depkes RI, 2006).

2.12 Kinerja

2.12.1 Pengertian Kerja dan Kinerja

Menurut Gomez (1997) kinerja (Job performance) sering diartikan sebagai

penampilan kerja atau prestasi kerja. Kinerja merupakan kombinasi antara

kemampuan dan usaha untuk apa yang dikerjakan menghasilkan kerja yang baik.

Seseorang harus mempunyai kemampuan, kemauan, usaha serta kegiatan yang

dilaksanakan tidak mengalami hambatan yang berat dalam lingkungannya.

Kemauan dan usaha dapat menghasilkan motivasi, kemudian setelah ada motivasi

dapat menimbulkan kegiatan.

Menurut Moeheriyono (2012) kinerja atau performance merupakan

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang

dituangkan melalui perencanan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui

dan di ukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria

atau standart keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, jika tanpa tujuan

dan target yang telah ditetapkan maka kinerja pada seseorang tidak dapat

diketahui keberhasilannya.

Menurut Gomes (1997) kenerja adalah hasil yang dicapai atau prestasi

yang dicapai karyawan dalam melaksanakan suatu kerja dalam suatu organisasi.

untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan

melalui usaha-usaha yang sistematis dan meningkatkan kemampuan organisasi

secara terus menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif.

Menurut Notoatmodjo (1992) kinerja adalah status kemampuan seseorang

yang diukur berdasarkan kesesuaian tugas dengan uraian tugas yang diberikan.

Guilbert (1977) berpendapat bahwa kinerja adalah sesuatu yang dapat diselesaikan

oleh seseorang seuai dengan bidang dan fungsinya yang dipengaruhi oleh sikap,

pengetahuan dan keterampilan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja

adalah sebagian hasil kerja yang telah dicapai seseorang dari tingkah laku

kerjanya dalam melaksanakan aktifitas kerja. Informasi tantang prestasi kerja

diperoleh berdasarkan penilaian prestasi kerja (performence appraisal). Kinerja

dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan

dengan kepuasan kerja dan tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta

dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat sifat individu. Kinerja

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

individu pada dasarnya di pengaruhi oleh : harapan mengenai imbalan, dorongan

(motivasi), kemampuan, kebutuhan, persepsi terhadap tugas (Moeheriyono, 2012).

2.12.2 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan tekhnik paling tua yang digunakan

menajement untuk meningkatkan kinerja. Kinerja masalalu dapat dipakai sebagai

unpan balik untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan, pengembangan

kemampuan diri dan meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang. Penilaian

kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi dalam mengevaluasi kerja para

karyawan dalam waktu tertentu. Pemberian gaji, promosi, pemberhentian dan

pelatihan merupakan pengaruh dari penilaian kinerja (Simamora, 2004).

Menurut Stoner (1982) penilaian kinerja adalah serangkaian proses untuk

mengidentifikasi, mendorong, mengukur, mengevaluasi, meningkatkan dan

memberi penghargaan terhadap kinerja karyawan yang dipekerjakan.Dalam

melakukan identifikasi dan mengukur kinerja pada dasarnya adalah apa yang

dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh karyawan yang dilihat dari kualitas

output, kuantitas output, waktu, kehadiran ditempat kerja dan sikap, untuk itu

diperlukan indikator dan deskripsi terhadap pekerjaan.

2.12.3 Tujuan Penilaian Kinerja

Evaluasi dan pengembangan adalah tujuan utama dari sistem penilaian

kinerja. Bila ditinjau dari segi waktu, metoda, peran atasan dan bawahan maka

kedua tujuan ini tidaklah sama (Simamora, 2004).

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

1. Evaluasi

Evaluasi berdasarkan tujuan mengukur kinerja seseorang berdasarkan standar

atau target yang dirunding secara perorangan agar memiliki fleksibilitas yang

mencerminkan tingkat perkembangan serta kemampuan setiap karyawan. Sasaran

serta standar yang ditetapkan saat perencanaan kinerja ditulis atau di ukur secara

objektif.Kelebihan teknik ini adalah mempermudah hubungan antara tujuan

perorangan dan tujuan unit kerja, mengurangi kemungkinan terjadinya

ketidaksepakatan selama pertemuan evaluasi (kalau standart dan sasaran ditulis

dengan baik selama proses perencanaan kinerja).

Kekurangan tekhnik ini adalah memakan waktu yang lama. Tujuan berbasis

evaluasi reguler terhadap kinerja anggota organisasi penting dilakukan untuk

menilai apakah seseorang kompeten atau tidak, efektif atau tidak, dipromosi atau

tidak dan seterusnya berpijak pada informasi yang diperoleh dari penilaian

kinerja. Eveluasi juga dapat mempengaruhi motivasi kerja, imbalan dan kinerja

dimasa akan datang dari anggota organisasi (Simamora, 2004).

2. Pengembangan

Informasi hasil penilaian dimanfaatkan untuk mempermudah pengembangan

pribadi anggota organisasi. Kelebihan dan kekurangan karyawan dapat dilihat dari

sistem penilaian yang sehat. Informasi ini juga dipergunakan untuk umpan balik

sebagai koreksi diri untuk semua unsur, sehingga diharapkan kedepan terjadi

perubahan kearah yang lebih baik. Informasi tantang kelemahan dapat digunakan

untuk perencanaan sarana dan prasarana, program pelatihan dan pengembangan

karier (Simamora, 2004).

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

Tujuan penilaian kinerja menurut pendapat Ilyas (2001) adalah penilaian

kemampuan personel yaitu untuk menilai efektifitas menagemen dari sumber

daya manusia dan pengembangan personal maksudnya adalah informasi yang

didapat dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mengambil keputusan dalam

pengembangan personel seperti promosi, mutasi, rotasi, terminasi, dan

penyesuaian konpensasi.

2.12.4 Kegunaan Penilaian Kinerja

1. Sebagai dasar mengambil keputusan untuk:

a. Mempromosikan pekerjaan yang berprestasi

b. Menindak pekerja yang kurang atau tidak berprestasi

c. Melatih, memutasi atau mendisiplinkan pekerja

d. Memberi, menunda kenaikan imbalan atau balas jasa

e. Penerapan sistem penghargaan dan pemberian hukuman.

2. Sebagai kriteria untuk validasi suatu alat test. Caranya, hasil test

dikorelasikan dengan hasil penilaian kinerja untuk menguji hipotesis yang

menyatakan bahwa skor test dapat meramal kinerja. Meskipun demikian, jika

penilaian kinerja tidak dilakukan dengan benar, atau ada pertimbangan lain

yang digunakan secara sah untuk tujuan apapun.

3. Memberikan umpan balik pada karyawan, sehingga penilaian kinerja

berfungsi sebagai wahana pengembangan diri dan pengembangan karier.

4. Bila kebutuhan pengembangan pekerjaan dapat diidentifikasikan, maka

penilaian kinerja dapat membantu dalam menentukan tujuan program

pelatihan.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

5. Mendiagnosis masalah dalam organisasi (Suardiana, 2006).

2.12.5 Manfaat Penilaian Kinerja

Manfaat penilaian kinerja adalah meningkatkan prestasi kerja, memberi

kesempatan kerja yang adil, kebutuhan pelatihan, penyesuaian kompensasi,

keputusan promosi, mendiagnosis kesalahan desain pekerjaan, menilai proses

rekrutmen dan seleksi, terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan

dan bawahan, bermanfaat untuk penelitian dan pengembangan sumber daya

manusia (Suardiana, 2006).

2.12.6 Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran kualitatif dan atau kuantitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa

indikator sulit umtuk menilai kinerja (keberhasilan atau ketidakberhasilan)

kebijakan program atau kegiatan dari suatu organisasi. Kinerja dapat di ukur

berdasarkan ciri dari individual karyawan seperti kepribadian yang

menyenangkan, inisiatif, kreatifitas, dan pengaruh terhadap pekerjaan tertentu

termasuk daya adaptasi. Tingkah laku yang dinilai adalah perilaku spesifik ke arah

pekerjaan termasuk kemampuan dan keterampilan. Hasil pencapaian bagaimana

hasil akhir yang diperoleh apakah sudah mencapai target atau belum

(Sukamawati, 2008).

2.12.7 Fungsi Indikator Kinerja

Indikator kinerja berfungsi untuk memperjelas tentang apa,

bagaimana,berapa, dan kapan kegiatan dilakukan, menciptakan konsensus yang di

bangun oleh berbagai pihak untuk menghindari kesalahan interpretasi selama

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

pelaksanaan dan dalam menilai kinerja, membangun dasar bagi pengukuran,

analisis dan evaluasi kinerja (Sukmawati, 2008). Indikator kinerja harus spesifik

dan jelas , dapat diukur baik kualitatif dan atau kuantitaif, relevan dan dapat

dicapai (Sukmawati, 2008).

2.13 Faktor Yang Berhubungan dengan Kinerja

Menurut Gibson (2000) faktor yang mempengaruhi perilaku kerja yang

pada akhirnya berpengaruh pada kinerja pegawai/karyawan terdiri dari tiga

variabel yaitu: variabel individu, variabel psikologi, dan variabel organisasi

seperti yang terlihat dalam bagan 2.5.

Variabel psikologi
1. Persepsi
2. Sikap
3. Keperibadian
Variabel individu 4. Motivasi
Kemampuan:
1. Pengetahuan
2. Keterampilan

Latar belakang:
1. Keluarga Kinerja
2. Pengalaman Individu
Demografis:
1. Umur
2. Jenis kelamin
Variabel organisasi:
3. Pendidikan
1. Sumber daya (sarana)
2. Kepemimpinan (supervisi)
3. Imbalan
4. Struktur (Lingkungan
Kerja)
5. Desain Pekerjaan

Gambar 2.5 Faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Gibson (2000).

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

Menurut Stoner (1982) rendahnya penampilan kerja seseorang dalam suatu

organisasi disebabkan oleh rendahnya kemampuan dan keterampilan kerja, kurang

motivasi, dan kurangnya dukungan pelayanan dalam melaksanakan kegiatan suatu

organisasi. Selanjutnya mengemukakan bahwa selain dipengaruhi oleh motivasi,

persepsi, kemampuan kerja individu juga mempengaruhi penampilan dan kinerja

seseorang.

Kemampuan kerja adalah kapasitas individu dalam menyelesaikan

berbagai tugas dalam sebuah pekerjaan. Kemampuan menyeluruh seseorang

pegawai meliputi kemampuan intektual dan kemampuan fisik.Kemampuan

intektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan-

kegiatan mental, misalnya pemahaman verbal, deduksi, persepsual, visualisasi

ruang lingkup dan ingatan. Sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang

diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kekuatan dan

keterampilan. Kemampuan dan keterampilan dapat diperoleh dari pendidikan,

pelatihan, maupun pengalaman, tampa mengabaikan kepatuhan terhadap prosedur

dan pedoman yang ada, menjalankan dan menyelesaikan tugas suatu pekerjaan.

Menurut Moeheriono (2012) faktor yang mempengaruhi kinerja yang

berasal dari dalam individu adalah :

1. Umur

Produktifitas kinerja sangat dipengaruhi oleh umur, karena menyangkut

perubahan yang dirasakan oleh individu, sehubungan dengan pengalaman maupun

perubahan kondisi fisik dan metal seseorang sehingga nampak dalam aktifitas

sehari hari. Menurut Sastrohardiwiryo (2003) untuk menghindari rendahnya

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

produktifitas umur dari pekerja tersebut haruslah dipertimbangkan. Dikarenakan

perkerjaan seseorang dipengaruhi oleh umur, yang berpengaruh terhadap kondisi

fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang. Klasifikasi umur

dibagi dua yaitu umur dibawah 40 tahun dan diatas atau sama dengan 40 tahun,

karena pada kedua umur tersebut orang dengan produktivitas tinggi atau

sebaliknya.

2. Jenis kelamin

Dalam hal kemampuan fisik dan kekuatan kerja otot berbeda antara pria dan

wanita. Menurut Depnaker (1993) bahwa jenis kelamin wanita tidak

mempengaruhi kemampuan fisik dan kultural. Jenis kelamin harus diperhatikan

berdasarkan sifat pekerjaan, waktu mengerjakan dan peraturan peraturan dalam

lingkungan kerja. Muchlas (1997) mengatakan dalam berbagai penelitian dapat

dikatakan bahwa secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan dalam

produktivitas maupun kepuasan kerja

3. Masa kerja/pengalaman

Pengalaman atau masa kerja dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dimana

pengalaman, masa ketertarikan diri dengan pekerjaan juga ikut menentukan

kinerja seseorang karena semakin lama masa kerja seseorang, makin cakap

mereka akan lebih baik karena sudah menyusaikan diri dengan pekerjaan (Ahmad,

2006). Banyak pengalaman yang dimiliki, maka semakin banyak pula

keterampilan yang pernah diketahuinya dan hal ini akan memberikan rasa percaya

diri dan akan mempunyai sikap ketika menghadapi suatu pekerjaan atau

persoalan, sehingga kualitas kinerja akan lebih baik. Robbins (2003) menyatakan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

bahwa ada hubungan positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan,

senioritas berhubungan negatif terhadap kemangkiran.

4. Pendidikan

Definisi Pendidikan secara umum ialah semua usaha yang direncanakan

untuk merubah orang lain baik individu, grup, atau penduduk hingga mereka

lakukan apa yang diinginkan oleh pelaku pendidikan. Definisi Pendidikan yaitu

sistem pengubahan sikap serta tatalaku seseorang atau grup orang didalam usaha

mendewasakan manusia melewati usaha pengajaran serta kursus, sistem, langkah,

perbuatan mendidik (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat,

kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang

lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap

perilakunya. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat

membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2014).

Berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR 370/MENKES/SK/III/200, petugas

laboratorium adalah seorang yang berpendidikan analis kesehatan. Analis

Kesehatan atau disebut juga Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah

tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan

mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber

daya.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

Analis Kesehatan adalah profesi yang bekerja pada sarana kesehatan yang

melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan pengujian

terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia

untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-

faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat

(Pakpahan, 2013). Analis Kesehatan bertugas melaksanakan pelayanan

laboratorium kesehatan meliputi bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi,

imunoserologi, patologi anatomi (histology, histopatologi, imunopatologi,

histokimia), toksikologi, kimia lingkungan, biologi dan fisika. Di dalam

pelayanan laboratorium, Analis Kesehatan melakukan pengujian/analisis terhadap

bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia yang

tujuannya adalah menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi

kesehatan kesehatan perorangan atau masyarakat. Peran Analis Kesehatan

a. Pelaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan

b. Penyelia teknis operasional laboratorium kesehatan

c. Peneliti dalam bidang laboratorium kesehatan (Pakpahan, 2013).

5. Motivasi

Motivasi menurut Notoatmodjo (2014) adalah keinginan yang terdapat dalam

diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan

perbuatan, tindakan, tingkah laku atau perilaku. Menurut Stoner (1982) motivasi

adalah suatu hal yang menyebabkan dan yang mendukung tidakan atau perilaku

seseorangyang merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal, atau

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme

dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.

Kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan

organisasi yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian untuk memenuhi

kebutuhan individual tertentu. Seseorang yang sangat termotivasi yaitu orang akan

melaksanakan upaya substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan

kerjanya dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi

hanya akan memberikan upaya minimum dalam hal ia bekerja, konsep motivasi

merupakan sebuah konsep yang cukup penting dalam studi tentang kinerja

individu (Payaman, 2011).

Sutrisno (2010) faktor yang mendorong seseorang untuk beraktifitas.

Kekuatan dari motivasi seseorang untuk berprestasi tergantung pada seberapa

kuatnya kepercayaan bahwa ia akan dapat mencapai target (prestasi kerja), apakah

ia akan memperoleh penghargaan yang memadai dan jika penghargaan itu

diberikan oleh organisasi, penghargaan ini dapat memuaskan tujuan individu.

Lubis (2008), menyebutkan bahwa ada pengaruh motivasi kerja dengan

kinerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Medan. Hal

senada disampaikan oleh Ariyani (2006) yang menyatakan bahwa motivasi,

pendidikan pelatihan sangat berpengaruh terhadap kinerja petugas di puskesmas.

6. Sikap

Notoatmodjo (2014) sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang

atau responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehat sakit dan faktor

yang terkait dengan faktor risiko kesehatan. Sikap merupakan suatu yang

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

komplek, dapat didefinisikan sebagai pernyataan evaluatif, baik yang

menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, atau penilaian mengenai

objek, manusia atau peristiwa. Sikap yang kompleks ini dapat lebih mudah

dimengerti dengan mengenal adanya tiga komponen yang berbeda dalam setiap

sikap tertentu, yaitu komponen kognitif, afektif dan kecenderungan perilaku.

Ketiga komponen ini menggambarkan kepercayaan, perasaan, dan rencana

tindakan dalam berhubungan dengan orang lain.

Faktor yang mempengaruhi kinerja yang berasal dari luar individu adalah

(Suparyanto, 2005):

a. Pelatihan

Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,

meningkatkan dan mengembangkan keterampilan atau keahlian kerja guna

meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja.

Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang

mengacu pada standart kualifikasi keterampilan atau keahlian yang

pelaksanaannya dilakukan secara berjenjang dan berlanjut. Pelatihan kerja

yang merupakan hak setiap pekerja dalam rangka meningkatkan dan

mengembangkan keterampilan serta keahlian sesuai bakat, minat dan

kemampuanya diselenggarakan oleh lembaga pelatihan pemerintah. Hal

tersebut sesuai dengan Simanjutak (2011) bahwa untuk meningkatkan

kemampuan, keterampilan dan kinerja karyawan perlu dilakukan sebuah

pelatihan melalui program pengalaman pengalaman kerja, supervisi,

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

penyediaan pedoman kerja, pelatihan pemagangan, dan berbagai latihan kerja

lainnya.

b. Sumber daya/alat

Kinerja juga dipengaruhi oleh sumber daya, kemampuan, dan kondisi dimana

seseorang bekerja.

c. Insentif

Insentif adalah pemberian kepada pegawai dengan pembayaran finansial

sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivator

untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang. Bagi

organisasi/perusahaan, kompensasi memiliki arti penting karena kompensasi

mencerminkan upaya organisasi dalam mempertahankan dan meningkatkan

kesejahteraan pegawainya. Secara umum pemberian manajemen kompensasi

adalah untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan keberhasilan

strategi dan menjamin terciptanya keadilan baik keadilan internal maupun

keadilan eksternal.

Menurut Simamora (2006) sistem imbalan baik berupa finansial maupun

nonfinansial yang di kendalikan oleh organisasi dapat digunakan sebagai alat

untuk memotivasi karyawan nya. Sistem imbalan akan mempengaruhi

produktivitas dan tendensi mencari pekerjaan lainnya. Imbalan yang diterima

karyawan baik dalam bentuk fasilitas ataupun honorarium akan berhubungan

langsung dengan kebutuhan pokok karyawan, seperti kebutuhan ekonomi

sekarang maupun yang akan datang. Jika kebutuhan pokok terpenuhi maka

seseorang akan terfokus pada pekerjaannya.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

d. Lingkungan kerja

Menurut Sutrisno (2010) Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan

prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melalukan

pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Definisi lain

lingkungan kerja menurut Sukmawati (2008) lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang ada di lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi dirinya

dalam menjalankan tugas. Lingkungan kerja ini meliputi tempat bekerja,

fasilitas dan alat bantu dalam pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, dan dapat

menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan (Sutrisno, 2010)

e. Beban kerja

Secara konseptual beban kerja dapat ditinjau dari selisih antara energi yang

tersedia pada setiap pekerjaan dengan energi yang diperlukan untuk

mengkerjakan suatu tugas dengan sukses. Konsep yang mendasari

pengukuran kinerja adalah pertama menyelesaikan suatu tugas memerlukan

waktu tertentu. Tingkat beban kerja diperhitungkan dari jumlah waktu yang

telah dipakai untuk mengerjakan suatu tugas sampai selesai. Kedua, manusia

hanya memiliki kapasitas energi yang terbatas, sebagai akibatnya jika

seseorang harus mengerjakan beberapa tugas dalam waktu yang sama maka

akan terjadi kompensasi prioritas antar tugas-tugas itu guna memperebutkan

energi yang terbatas. Beban kerja adalah volume yang dibebankan kepada

seseorang pekerja dan hal ini merupakan tanggungjawab dari pekerjaan yang

bersangkutan. Beban kerja setiap puskesmas yang tinggi akan menimbulkan

keluhan, tingginya beban kerja karyawan kesehatan atau rumah sakit dapat

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51

berefek penurunan terhadap prestasi kerja. Tingkat beban kerja

diperhitungkan dari jumlah tugas yang dikerjakan pada waktu yang sama.

Semakin banyak tugas yang harus dikerjakan seorang petugas berarti semakin

berat beban kerja yang disandangnya (Moeheriono, 2012).

Gibson (1996) variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada

perilaku dan kinerja individu. Variabel psikologis terdiri dari sub variabel

persepsi, sikap, kepribadian, dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi

oleh keluarga, dan pengalaman kerja. Standar beban kerja untuk suatu

kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan pekerjaan (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per tahun.

Beban kerja analis kesehatan meliputi kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

oleh Analis Kesehatan, misalnya: sampling, preparasi sampel, memeriksa

sampel, mencatat hasil pemeriksaan, kalibrasi alat, memeriksa sampel

kontrol, membuat reagen, dll (Kurniati, 2003).

f. Supervisi

Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar

memperoleh kondisi yang lebih baik dengan tujuan belajar. Supervisi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja, dikarenakan

supervisi adalah kegiatan bimbingan dan evaluasi kerja yang rutin dilakukan

yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja petugas dan mempertahankan

kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan secara langsung. Kegiatan

yang dilakukan selama supervisi adalah observasi, bantuan tekhnis, diskusi

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

bersama tentang permasalahan yang ditemukan, mencari solusi pemecahan

masalah bersama, memberikan laporan dan membarikan saran perbaikan.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor Individu
Karakteristik responden
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
Kinerja Petugas Laboratorium
dalam Pembuatan Sediaan Dahak
Masa kerja Yang meliputi:
1. Kualitas spesimen
Pelatihan 2. Ukuran sediaan
mikroskopis TB 3. Kerataan sediaan
4. Ketebalan sediaan
Lingkungan kerja 5. Kebersihan sediaan
6. Pewarnaan sediaan
Motivasi 7. Pembacaan sediaan
` 8. Pencatatan sediaan
9. Penyimpanan sediaan
Insentif

Beban kerja

Sikap

Supervisi

Logistik
Laboratorium

Kepemimpinan

Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian (Analisis faktor yang mempengaruhi


kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan
dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016) berdasarkan
teori Gibson yang telah dimodifikasi.

53
TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 54

Berdasarkan Gambar 3.1, dapat dijelaskan bahwa kinerja dapat diketahui

dan di ukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria

atau standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, jika tanpa tujuan

dan target yang telah ditetapkan maka kinerja pada seseorang tidak dapat

diketahui keberhasilannya. Variabel yang akan diteliti yaitu: karakteristik

responden (umur, jenis kelamin, pendidikan), masa kerja, pelatihan, lingkungan

kerja, motivasi, insentif, beban kerja, sikap dan supervisi.

Penampilan kerja seseorang dalam suatu organisasi disebabkan oleh

rendahnya kemampuan dan keterampilan kerja, kurang motivasi, dan kurangnya

dukungan pelayanan dalam melaksanakan kegiatan suatu organisasi. Selanjutnya

mengemukakan bahwa selain dipengaruhi oleh motivasi, persepsi, kemampuan

kerja individu juga mempengaruhi penampilan dan kinerja seseorang.

Kemampuan dan keterampilan dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan,

maupun pengalaman, tampa mengabaikan kepatuhan terhadap prosedur dan

pedoman yang ada, menjalankan dan menyelesaikan tugas suatu pekerjaan.

Produktifitas kinerja sangat dipengaruhi oleh umur, karena menyangkut

perubahan yang dirasakan oleh individu, sehubungan dengan pengalaman maupun

perubahan kondisi fisik dan metal seseorang sehingga nampak dalam aktifitas

sehari hari. Dalam hal kemampuan fisik dan kekuatan kerja otot berbeda antara

pria dan wanita. Jenis kelamin wanita tidak mempengaruhi kemampuan fisik dan

kultural. Jenis kelamin harus diperhatikan berdasarkan sifat pekerjaan, waktu

mengerjakan dan peraturan peraturan dalam lingkungan kerja.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 55

Pengalaman atau masa kerja dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dimana

pengalaman, masa ketertarikan diri dengan pekerjaan juga ikut menentukan

kinerja seseorang karena semakin lama masa kerja seseorang, makin cakap

mereka akan lebih baik karena sudah menyusaikan diri dengan pekerjaan.

Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,

meningkatkan dan mengembangkan keterampilan atau keahlian kerja guna

meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja. Imbalan

akan mempengaruhi produktivitas dan tendensi mencari pekerjaan lainnya.

Imbalan yang diterima karyawan baik dalam bentuk fasilitas ataupun honorarium

akan berhubungan langsung dengan kebutuhan pokok karyawan.

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kerja yang

dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas. Beban kerja setiap

puskesmas yang tinggi akan menimbulkan keluhan, tingginya beban kerja

karyawan kesehatan atau rumah sakit dapat berefek penurunan terhadap prestasi

kerja. Tingkat beban kerja diperhitungkan dari jumlah tugas yang dikerjakan pada

waktu yang sama. Semakin banyak tugas yang harus dikerjakan seorang petugas

berarti semakin berat beban kerja yang disandangnya.

Supervisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja,

dikarenakan supervisi adalah kegiatan bimbingan dan evaluasi kerja yang rutin

dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja petugas dan

mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan secara

langsung.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 56

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan gambaran kerangka konseptual dapat disusun hipotesis dalam

penelitian ini yaitu:

1. Ada pengaruh karakteristik responden (umur, jenis kelamin dan pendidikan)

terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan

dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.

2. Ada pengaruh faktor masa kerja terhadap kinerja petugas laboratorium

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota

Surabaya tahun 2016.

3. Ada pengaruh pelatihan mikroskopis TB terhadap kinerja petugas

laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas

di Kota Surabaya tahun 2016.

4. Ada pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja petugas laboratorium

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota

Surabaya tahun 2016.

5. Ada pengaruh motivasi terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis

dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun

2016.

6. Ada pengaruh insentif terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis

dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun

2016.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 57

7. Ada pengaruh beban kerja terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis

dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun

2016.

8. Ada pengaruh sikap terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.

9. Ada pengaruh supervisi terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis

dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun

2016.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik yang bertujuan

menjelaskan hubungan kausal beberapa variabel dengan cara menguji hipotesis.

Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis terhadap faktor risiko

yang mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan

sediaan dahak di Kota Surabaya.

4.2 Rancang Bangun Penelitian

Rancang bangun dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu untuk

memperoleh gambaran kinerja petugas laboratorium tuberkulosis pada populasi

sasaran untuk mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara

mengamati status paparan penyakit secara serentak pada individu dari populasi

tunggal pada suatu saat atau waktu tertentu (Murti, 1997).

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan

kota Surabaya Provinsi Jawa Timur. Waktu penelitian bulan Februari sampai

bulan Juli 2016.

58

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 59

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi

Populasi seluruh petugas laboratorium tuberkulosis disetiap puskesmas

adalah 63 petugas laboratorium diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Surabaya

2016.

4.4.2 Sampel

Besar total sampel pada penelitian ini adalah 50 petugas laboratorium yang

besar sampelnya dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

( )
( ) ( )

( ) ( )( )( )
( ) ( ) ( )( )

Keterangan:

n : Besar sampel

N : Besar populasi (63 petugas laboratorium)

: 1,96 dengan = 0,05 dan 1- = CI 95%

P : Proporsi populasi 0,85

d : Absolut presisi (0,05)

4.4.3 Tehnik Pengambilan Sampel

Adapun tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Simple random sampling dengan cara undian/lotre untuk memperoleh

sampel dari subpopulasi petugas laboratorium yang berada di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Surabaya.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 60

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Variabel Terikat

Variabel terikat yaitu kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan

sediaan dahak di Kota Surabaya.

4.5.2 Variabel Bebas

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Pendidikan

4. Masa kerja

5. Pelatihan

6. Lingkungan kerja

7. Motivasi

8. Insentif

9. Beban kerja

10. Sikap

11. Supervisi

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 61

4.6 Kerangka Operasional

Menentukan populasi yaitu 63 petugas


laboratorium di puskesmas Kota Surabaya

Menentukan sampel yaitu 50 petugas


laboratorium tuberkulosis di puskesmas
Kota Surabaya

Wawancara dengan Analisis faktor yang mempengaruhi kinerja


Kuesioner
petugas laboratorium

Observasi dengan
lembar ceklis Observasi Kinerja petugas dalam
pembuatan sediaan

Analisis data

Menarik kesimpulan dan saran

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Analisis Faktor yang mempengaruh


Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan
Sediaan Dahak di Kota Surabaya tahun 2016

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 62

4.7 Definisi Operasional dan Cara pengukuran Variabel

Tabel 4.1 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel

Skala
Variabel Definisi operasional Cara pengukuan variabel
Data
Kinerja Hasil kerja dalam pembuatan Observasi dengan lembar Ordinal
sediaan dahak yang dibuat ceklis
oleh responden. Kategori :
Penilaian meliputi: 0. Baik: Jika skor 75%
1. Kualitas specimen 1. Kurang baik : Jika skor
2. Ketebalan sediaan <75%
3. Kerataan sediaan
4. Kebersihan sediaan
5. Ukuran sediaan

1. Kualitas 1. Kualita sspesimen adalah Observasi dengan lembar Nominal


spesimen sampel yang ceklis
dikeluarkanolehpenderita Kategori :
adalah dahakdanbukan air 0. Baik : Jika mukoid, hijau
liur yang purulen dan responden
memenuhisyaratuntukdipe mendapat nilai 1 pada
riksa, yaitu : lembar observasi
Mukoid, warna : 1. Kurang baik : Jika
Hijaukekuningan(purulen) spesimen adalah air liur
dan bukan air liur dan responden mendapat
nilai <1 pada lembar
observasi

2. Ketebalan 2. Ketebalan yang di Observasi dengan lembar Nominal


sediaan maksud dalam penelitian ceklis
ini adalah apabilasediaan Kategori :
apusan dahak yang belum 0. Baik : Jika huruf tulisan
di warnai di letakan masih dapat terbaca jika
diatas tulisan cetakan sediaan diletakkan diatas
dikatakan baik bila huruf tulisan cetakan, responden
tulisan masih bisa terbaca mendapat nilai 1 pada
lembar observasi
1. Kurang baik : Jika huruf
tulisan tidak dapat terbaca
jika sediaan diletakkan
diatas tulisan cetakan,
responden mendapat
nilai<1 pada lembar
observasi

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 63

Skala
Variabel Definisi operasional Cara pengukuan variabel
Data
3. Kerataan 3. Kerataan sediaan yang di Observasi dengan lembar Nominal
sediaan maksud dalam penelitian ceklis
ini adalah apusan sediaan Kategori :
terlihat merata, tidak 0. Baik : jika tidak terdapat
terdapat daerah yang daerah yang kosong pada
kosong pada kaca sediaan kaca sediaan, dan
responden mendapat nilai
1 pada lembar observasi
1. Kurang baik: jika terdapat
daerah yang kosong pada
kaca sediaan, responden
mendapat nilai <1 pada
lembar observasi
Nominal
4. Kebersihan 4. Kebersihan sediaan yang Observasi dengan lembar
sediaan di maksud dalam ceklis
penelitian ini adalah tidak Kategori :
terdapat kotoran, debu 0. Bersih : Jika tidak terdapat
atau sisa tisue pada kotoran, debu atau sisa
sediaan tisue pada sediaan dan
responden mendapat nilai
1 pada lembar observasi
1. Kotor : Jika terdapat
kotoran, debu atau sisa
tisue pada sediaan dan
responden mendapat nilai
<1 pada lembar observasi
Nominal
5. Ukuran 5. Ukuran sediaan yang Observasi dengan lembar
sediaan dimaksud dalam ceklis
penelitian ini adalah Kategori :
ukuran apusan dahak 0. Baik : jika ukuran apusan
pada kaca sediaan tidak dahak pada kaca sediaan
lebih atau kurang dari yaitu 2x3cm dan
2x3cm mendapat nilai 1 pada
lembar observasi
1. Kurang baik : jika ukuran
apusan dahak pada kaca
sediaan lebih besar atau
lebih kecil dari 2x3cm
dan mendapat nilai<1
pada lembar observasi

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 64

Skala
Variabel Definisi operasional Cara pengukuan variabel
Data
Umur Usia responden yang dihitung Wawancara menggunakan Ordinal
dari tanggal kelahiran sampai Kuesioner
saat dilakukannya penelitian. Dalam Tahun/Bulan
Kategori :
0. Umur 40 tahun
1. Umur > 40 tahun

Jenis kelamin Pembeda karakter dari Observasi Nominal


individu berdasarkan KTP Kategori :
saat dilakukannya penelitian 0. Perempuan
(laki-laki, perempuan). 1. Laki-laki
Pendidikan Pendidikan terakhir analis Wawancara menggunakan Nominal
laboratorium yang telah di Kuesioner
tempuh responden. Katagori :
0. Analis Kesehatan
1. Non Analis Kesehatan
Pelatihan Pelatihan mikroskopis TB Wawancara menggunakan Ordinal
yang diikuti oleh responden Kuesioner
dalam 3 tahun terakhir. Katagori :
0. Baik : Jika skor 75%
1. Kurang baik : Jika skor
<75%
Masa kerja Lama waktu responden Wawancara menggunakan Ordinal
bekerja sebagai petugas Kuesioner.
laboratorium sampai Dinyatakan dalam tahun
dilaksanakan penelitian ini 0. Lama : 6 tahun
1. Baru : 6 tahun
Lingkungan Penilaian kenyamanan Observasi menggunakan Ordinal
kerja lingkungan kerja dalam lembar chek list
pemeriksaan tuberkulosis Katagori :
yang meliputi : 0. Nyaman : Jika skor 75%
a. Memiliki ventilasi 1. Tidak nyaman : Jika skor
b. Terdapat kran air yang <75%
mengalir
c. Ruangan laboratorium
yang luas
d. Pencahayaan di ruangan
laboratorium cukup
e. Tersedia ruangan khusus
untuk pembuatan sediaan
dahak
f. Tersedia ruangan khusus
tempat pasian
mengeluarkan dahak
g. Ruangan laboratorium
bersih

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 65

Skala
Variabel Definisi operasional Cara pengukuan variabel
Data
Motivasi Pernyataan responden Wawancara dengan Kuisioner Ordinal
mengenai hal yang 10 pertanyaan
mendorong responden dalam Kategori :
melakukan pembuatan 0. Motivasi tinggi : Jika skor
sediaan dahak 62,5%
1. Motivasi rendah : Jika
skor <62,5%
Insentif Pemberian upah atas kerja Wawancara dengan Kuisioner Ordinal
responden dalam pembuatan 10 pertanyaan
sediaan dahak berupa honor Kategori :
atau gaji 0. Ya : jika skor 62,5%
1. Tidak: jika skor <62,5%

Beban Kerja Pendapat responden tentang Wawancara dengan Kuisioner Ordinal


kesesuaian waktu dan tugas 5 pertanyaan
sebagai petugas laboratorium Kategori :
0. Sesuai : jika skor
62,5%
1. Tidak sesuai : jika skor
<62,5%
Sikap Pendapat subjektif responden Wawancara dengan Kuisioner Ordinal
dalam pembuatan sediaan 10 pertanyaan
dahak Kategori :
0. Mendukung : jika skor
62,5%
1. Tidak mendukung : jika
skor <62,5%
Supervisi Kunjungan dan pembinaan Wawancara dengan Kuisioner Ordinal
oleh wasor TB atau 10 pertanyaan
pemegang program ke Kategori :
laboratorium 0. Perlu : jika skor 62,5%
1. Tidak perlu : jika skor
<62,5%

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 66

4.8 Teknik Pengambilan Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer

dan sekunder.

1. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden dengan paduan

kuesioner dan lembaran cheklist. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu kepada

calon responden mengenai tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Calon

responden memahami dan menyetujui sebagai responden dengan

menandatangani lembar persetujuan, selanjutnya akan dilakukan observasi

dan wawancara. Kuesioner tersebut bertujuan untuk mengukur variabel yang

akan diteliti yaitu karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan),

masa kerja, pelatihan, lingkungan kerja, motivasi, insentif, beban kerja sikap

dan supervisi berdasarkan item pertanyaan yang telah disediakan.

2. Data Sekunder di peroleh dari profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota

Surabaya dan profil kesehatan Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kota Surabaya.

4.9 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan komputer menggunakan statistik. Tahap

pengolahan data berupa penyuntingan data (editing), pengkodean data (coding)

dan memasukkan data (entri data). Data dianalisis diinterpretasikan untuk

menguji hipotesis yang diajukan dengan menggunakan program komputer dengan

tahapan sebagai berikut:

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 67

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi setiap

variabel, baik variabel dependen maupun variabel independen.

2. Analisis bivariabel

Analisis bivariabel menggunakan Chi-Square. Tujuan menngunakan Chi-

Square untuk menyeleksi variabel kandidat yang akan dilanjutkan ke analisis

uji regresi ganda. Dalam menyeleksi variabel kandidat, yaitu bila hasil Chi-

Square menunjukkan p value < 0,25, maka variabel tersebut dapat dilanjutkan

untuk dianalisis secara simultan.

3. Analisis multivariabel

Menggunakan regresi logistik ganda yang bertujuan untuk mengetahui

variabel mana yang paling berpengaruh terhadap kinerja petugas laboratorium

dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya.

4.10 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen atau alat pengumpulan data menggunakan kuesioner yang

digunakan harus memenuhi dua syarat utama yaitu validitas dan reliabilitas.

Instrumen ini harus diuji coba dulu sebelum diberikan kepada seluruh sampel.

Ada dua uji coba yang dilakukan terhadap instrumen, yaitu:

4.10.1 Uji Validitas

Menurut (Arikunto, 2003), validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen

yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid

memiliki validitas rendah. Untuk mengukur apakah kuesioner yang kita susun

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 68

tersebut mampu mengukur yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan

korelasi antara skor (nilai) setiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner

tersebut. Apabila kuesioner telah memiliki validitas konstruk, berarti semua item

(pertanyaan) dalam kuesioner itu dapat mengukur konsep yang kita ukur.

Validitas menunjukkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.

Validitas dapat diukur dengan menggunakan teknik korelasi total item.

Jika pearson correlation > nilai r tabel maka instrument tes yang diujicobakan

tersebut dapat dinyatakan valid. Digunakan Software SPSS dalam menguji

validitas pada penelitian ini. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan

nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n

adalah jumlah sampel. Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai

Correlated ItemTotal Correlation dengan hasil perhitungan r-tabel. Jika r hitung

lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator

tersebut dinyatakan valid. Pengujian taraf signifikan korelasi dilakukan sebagai

berikut:

r hitung r tabel, maka pertanyaan valid

r hitung r tabel, maka pertanyaan tidak valid

Pada penelitian ini, sampel yang digunakan untuk uji coba validitas

instrument adalah 10 responden, sehingga nilai r tabel yang akan digunakan

sebagai standar minimal adalah sebesar 0,497.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 69

Tabel 4.2 Hasil uji validitas Instrumen Motivasi

No. Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan


1. Motivasi 1 0,790 Pertanyaan Valid
2. Motivasi 2 0,908 Pertanyaan Valid
3. Motivasi 3 0,866 Pertanyaan Valid
4. Motivasi 4 0,617 Pertanyaan Valid
5. Motivasi 5 0,779 Pertanyaan Valid
>0,497
6. Motivasi 6 0,908 Pertanyaan Valid
7. Motivasi 7 0,908 Pertanyaan Valid
8. Motivasi 8 0,690 Pertanyaan Valid
9. Motivasi 9 0,806 Pertanyaan Valid
10. Motivasi 10 0,699 Pertanyaan Valid

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa instrumen untuk mengukur

motivasi yang terdiri dari 10 pertanyaan secara keseluruhan r hitung lebih besar

dari r tabel yang ditentukan, ini berarti instrumen yang di gunakan untuk

mengukur motivasi memenuhi syarat validitas.

Tabel 4.3 Hasil uji validitas Instrumen Imbalan

No. Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan


1. Imbalan 1 0,518 Pertanyaan Valid
2. Imbalan 2 0,607 Pertanyaan Valid
3. Imbalan 3 0,651 Pertanyaan Valid
4. Imbalan 4 0,570 >0,4973 Pertanyaan Valid
5. Imbalan 5 0,584 Pertanyaan Valid
6. Imbalan 6 0,651 Pertanyaan Valid
7. Imbalan 7 0,500 Pertanyaan Valid

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa instrumen untuk mengukur

imbalan yang terdiri dari 7 pertanyaan secara keseluruhan r hitung lebih besar dari

r tabel yang ditentukan, ini berarti instrumen yang di gunakan untuk mengukur

motivasi memenuhi syarat validitas.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 70

Tabel 4.4 Hasil uji validitas Instrumen Beban Kerja

No. Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan


1. Beban kerja 1 0,894 Pertanyaan Valid
2. Beban kerja 2 0,620 Pertanyaan Valid
3. Beban kerja 3 0,566 >0,4973 Pertanyaan Valid
4. Beban kerja 4 0,516 Pertanyaan Valid
5. Beban kerja 5 0,516 Pertanyaan Valid

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa instrumen untuk mengukur

beban kerja yang terdiri dari 5 pertanyaan secara keseluruhan r hitung lebih besar

dari r tabel yang ditentukan, ini berarti instrumen yang digunakan untuk

mengukur motivasi memenuhi syarat validitas.

Tabel 4.5 Hasil uji validitas Instrumen Sikap

No. Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan


1. sikap 1 0,976 Pertanyaan Valid
2. sikap 2 0,752 Pertanyaan Valid
3. sikap 3 0,631 Pertanyaan Valid
4. sikap 4 0,694 Pertanyaan Valid
5. sikap 5 0,976 Pertanyaan Valid
>0,4973
6. sikap 6 0,976 Pertanyaan Valid
7. sikap 7 0,752 Pertanyaan Valid
8. Sikap 8 0,547 Pertanyaan Valid
9. Sikap 9 0,813 Pertanyaan Valid
10. Sikap 10 0,976 Pertanyaan Valid

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa instrumen untuk mengukur sikap

yang terdiri dari 10 pertanyaan secara keseluruhan r hitung lebih besar dari r tabel

yang ditentukan, ini berarti instrumen yang di gunakan untuk mengukur motivasi

memenuhi syarat validitas.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 71

Tabel 4.6 Hasil uji validitas Instrumen Supervisi

No. Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan


1. Supervisi 1 0,890 Pertanyaan Valid
2. Supervisi 2 0,914 Pertanyaan Valid
3. Supervisi 3 0,914 Pertanyaan Valid
4. Supervisi 4 0,582 Pertanyaan Valid
5. Supervisi 5 0,890 Pertanyaan Valid
>0,4973
6. Supervisi 6 0,738 Pertanyaan Valid
7. Supervisi 7 0,738 Pertanyaan Valid
8. Supervisi 8 0,600 Pertanyaan Valid
9. Supervisi 9 0.738 Pertanyaan Valid
10. Supervisi 10 0.561 Pertanyaan Valid

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa instrumen untuk mengukur

supervisi yang terdiri dari 10 pertanyaan secara keseluruhan r hitung lebih besar

dari r tabel yang ditentukan, ini berarti instrumen yang di gunakan untuk

mengukur motivasi memenuhi syarat validitas.

4.10.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan dengan

membandingkan nilai r hasil dengan r tabel (cronbachs alpha) (Riyanto, 2009).

Hasil reliabilitas didapatkan dari sebagian kecil dari responden valid, seluruhnya

telah reliabel bahwa r hitung r tabel sebesar (0,4973) sehingga dapat digunakan

untuk mengumpulkan data penelitian.

Berikut merupakan hasil pengujian reliabilitas instrument yang digunakan

dalam penelitian ini sebagai kelengkapan dalam pemenuhan syarat sebuah

instrument penelitian disamping uji validitas.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 72

Tabel 4.7 Hasil uji reliabel instrumen penelitian

No. Jenis instrumen Cronbachsalpha R Tabel Keterangan


1. Motivasi 0,941 Instrumen reliabel
2. Imbalan 0,810 Instrumen reliabel
3. Beban kerja 0,804 >0,4973 Instrumen reliabel
4. Sikap 0,957 Instrumen reliabel
5. Supervisi 0,907 Instrumen reliabel

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa instrumen untuk mengukur

motivasi, imbalan, beban kerja, sikap dan supervisi menunjukan nilai cronbach

alpha lebih besar dari nilai yang di tentukan, ini berarti instrumen yang di

gunakan untuk mengukur motivasi memenuhi syarat reliabilitas

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5

HASIL DAN ANALISIS DATA

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Kondisi Geografis

Secara geografis kota Surabaya berada di 7 9 - 7 21 Lintang Selatan dan

112 36112 57 Bujur Timur. Luas wilayah Kota Surabaya adalah 52.087 Ha,

dengan luas daratan 33.048 Ha yang terdiri dari 31 kecamatan dan 160 kelurahan

atau 63,45% dan selebihnya sekitar 19.039 Ha atau 36,55% merupakan wilayah

laut.

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur 2015


Gambar 5.1 Peta Pembagian Wilayah Kota Surabaya

73

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 74

Berikut adalah daftar kecamatan di Kota Surabaya yang saat ini terbagi

dalam 5 wilayah :

Surabaya Pusat : Tegalsari, Simokerto, Genteng, dan Bubutan

Surabaya Timur : Gubeng, Gununganyar, Sukolilo, Tambaksari,

Mulyorejo, Rungkut dan Tenggilis Mejoyo

Surabaya Barat : Benowo, Pakal, Asemrowo, Sukomanunggal, Tandes,

Sambikerep dan Lakarsantri

Surabaya Utara : Bulak, Kenjeran, Semampir, Pabean Cantikan, dan

Krembangan

Surabaya Selatan : Wonokromo, Wonocolo, Wiyung, Karang Pilang,

Jambangan, Gayungan, Dukuh Pakis dan Sawahan.

Kota Surabaya terletak di daerah yang strategis sehingga Kota Surabaya dapat

dengan mudah dijangkau melalui jalur darat, udara dan laut. Batas Kota Surabaya

adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo

Sebelah Barat : Kabupaten Gresik

Sebelah Timur : Selat Madura

5.1.2 Kondisi Demografis

Data kependudukan mempunyai arti yang penting dalam

pembangunan, khususnya pada bidang kesehatan. Sebab masyarakat atau

penduduk merupakan salah satu sasaran dalam kegiatan pembangunan

kesehatan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 75

Pencatatan Sipil Kota Surabaya diketahui bahwa Kota Surabaya pada tahun

2015 memiliki penduduk sebanyak 2.891.774 jiwa. Kepadatan penduduk pada

luas wilayah 333,063 km2 adalah 8.683 jiwa per km2

Berdasarkan perbandingan antar jenis kelamin distribusi penduduk sebagai

berikut : pada kelompok umur 1-4 tahun jumlah laki-laki 93.111 jiwa dan

perempuan 88.152 jiwa; pada kelompok umur 15-19 tahun jumlah laki-laki

112.733 jiwa dan perempuan 118.686 jiwa; pada kelompok usia produktif (15-44

tahun) penduduk laki-laki berjumlah 724.549 jiwa dan perempuan berjumlah

751.075 jiwa. Kelompok umur usia lanjut (>65 tahun) dari jenis kelamin

perempuan menempati jumlah terbesar dibanding dengan usia laki-laki yaitu

74.239 jiwa sedangkan usia laki-laki sejumlah 59.373 jiwa.

5.2 Sumber Daya Kesehatan

5.2.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan di Kota Surabaya pada

tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Surabaya tahun 2016
No. Sarana kesehatan Jumlah
1. Rumah Sakit Umum 37
2. Rumah Sakit khusus 21
3. Balai pengobatan/klinik 187
4. Apotik 869
5. Laboratorium 199
6. Spesialis dasar 37
7. Puskesmas 63

5.2.2 Tenaga Kesehatan

Pembangunan kesehatan yang berkelanjutan membutuhkan tenaga

kesehatan yang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas. Tenaga

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 76

kesehatan yang ada di sarana pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Surabaya

meliputi tenaga medis (dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi), tenaga

perawat, bidan, tenaga farmasi, tenaga gizi, sanitasi, teknisi medis serta tenaga

kesehatan masyarakat. Persebaran tenaga kesehatan di 63 Puskesmas, Rumah

Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya serta sarana kesehatan lainnya.

Frekuensi tenaga kesehatan di wilayah kerja Dinas kesehatan Kota Surabaya

terlihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Jumlah Tenaga Kesehatan di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota
Surabaya tahun 2016
No. Jenis Tenaga Jumlah
1. Medis 3.845
2. Keperawatan 5.192
3. Bidan 1.397
4. Kefarmasian 2.601
5. Gizi 187
6. Kesehatan masyarakat 269
7. Teknisi Medis 693
8. Analis medis 75
9. Fisioterapis 185

5.3 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing

varibel independen dan dependen. Untuk variabel dependen adalah kinerja

petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak (kualitas spesimen, ukuran

sediaan, kerataan sediaan, ketebalan sediaan dan kebersihan sediaan) sedangkan

variabel independen adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja,

pelatihan, lingkungan kerja, motivasi, insentif, beban kerja, sikap dan supervisi.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 77

5.3.1 Gambaran Umur Responden

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang berumur 40 tahun

lebih banyak dari pada responden yang berumur >40 tahun. Frekuensi umur

responden pada penelitian ini terlihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Frekuensi Umur Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Umur Frekuensi Persentase (%)
40 tahun 40 80
>40 tahun 10 20
Total 50 100

5.3.2 Gambaran Jenis Kelamin Responden

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden jenis kelamin perempuan

lebih banyak dari pada jenis kelamin laki-laki. Frekuensi jenis kelamin responden

pada penelitian ini terlihat pada Tabel. 5.4.

Tabel 5.4 Frekuensi Jenis Kelamin Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun
2016
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Perempuan 41 82
Laki-Laki 9 18
Total 50 100

5.3.3 Gambaran Pendidikan Responden

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan analis

kesehatan lebih banyak dari pada yang bukan berpendidikan analis kesehatan.

Frekuensi pendidikan responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Frekuensi Pendidikan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun


2016
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Analis Kesehatan 49 98
Bukan Analis Kesehatan 1 2
Total 50 100

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 78

5.3.4 Gambaran Masa Kerja Responden

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki masa kerja

6 tahun lebih banyak dari pada yang memiliki masa kerja >6 tahun. Frekuensi

masa kerja pada penelitian ini terlihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Frekuensi Masa Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun
2016
Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)
6 tahun 44 88
> 6 tahun 6 12
Total 50 100

5.3.5 Gambaran Pelatihan Responden

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden kurang baik mengikuti

pelatihan lebih banyak dari pada responden yang baik dalam mengikuti pelatihan.

Frekuensi pelatihan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Frekuensi Pelatihan Mikroskopis Tuberkulosis Petugas Laboratorium di


Kota Surabaya tahun 2016
Pelatihan Frekuensi Persentase (%)
Baik 18 36
Kurang Baik 32 64
Total 50 100

5.3.6 Gambaran Lingkungan Kerja Responden

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang merasa lingkungan

kerjanya nyaman lebih banyak dari pada yang tidak nyaman. Frekuensi

lingkungan kerja pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8 Frekuensi Lingkungan Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya


tahun 2016
Lingkungan Kerja Frekuensi Persentase (%)
Nyaman 32 64
Tidak Nyaman 18 36
Total 50 100

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 79

5.3.7 Gambaran Motivasi Responden

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki motivasi

tinggi sebagai petugas mikroskopis lebih banyak dari pada responden yang

memiliki motivasi rendah. Frekuensi motivasi responden dalam pembuatan

sediaan dahak pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9 Frekuensi Motivasi Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Motivasi Frekuensi Persentase (%)
Motivasi Tinggi 33 66
Motivasi Rendah 17 34
Total 50 100

5.3.8 Gambaran Insentif Responden

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapatkan

insentif lebih banyak dari pada yang mendapatkan insentif. Frekuensi insentif

yang diterima oleh petugas laboratorium pada penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 5.10.

Tabel 5.10 Frekuensi Insentif Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Insentif Frekuensi Persentase (%)
Ya 12 24
Tidak 38 76
Total 50 100

5.3.9 Gambaran Beban Kerja Responden

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki beban kerja

yang tidak sesuai lebih banyak dari pada yang sesuai. Frekuensi beban kerja

petugas laboratorium pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.11.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 80

Tabel 5.11 Frekuensi Beban Kerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun
2016
Beban Kerja Frekuensi Persentase (%)
Sesuai 17 34
Tidak Sesuai 33 66
Total 50 100

5.3.10 Gambaran Sikap Responden

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap

mendukung lebih banyak dari pada yang tidak mendukung. Frekuensi sikap

petugas laboratorium pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12 Frekuensi Sikap Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Mendukung 42 84
Tidak Mendukung 8 16
Total 50 100

5.3.11 Gambaran Supervisi Responden

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang menilai supervisi perlu

dilaksanakan dalam pembuatan sediaan dahak lebih banyak dari pada yang tidak

perlu. Frekuensi supervisi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13 Frekuensi Supervisi Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun


2016
Supervisi Frekuensi Persentase (%)
Perlu 44 88
Tidak Perlu 6 12
Total 50 100

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 81

5.3.12 Gambaran Kualitas Spesimen (Sputum)

Penelitian ini menunjukan bahwa kualitas spesimen kurang baik lebih

banyak dari pada kualitas spesimen yang baik. Frekuensi kinerja berdasarkan

kualitas spesimen dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14 Frekuensi Kualitas Spesimen Petugas Laboratorium di Kota Surabaya


tahun 2016
Kualitas Spesimen Frekuensi Persentase (%)
Baik 22 44
Kurang Baik 28 66
Total 50 100

5.3.13 Gambaran Ukuran Sediaan

Penelitian ini menunjukan bahwa ukuran sediaan yang baik lebih banyak

dari pada ukuran sediaan yang kurang baik. Frekuensi kinerja berdasarkan ukuran

sediaan dahak dapat dilihat pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15 Frekuensi Ukuran Sediaan Petugas Laboratorium di Kota


Surabaya tahun 2016
Ukuran Sediaan Frekuensi Persentase (%)
Baik 27 54
Kurang Baik 23 36
Total 50 100

5.3.14 Gambaran Kerataan Sediaan

Penelitian ini menunjukan bahwa kerataan sediaan kurang baik lebih

banyak dari pada kerataan sediaan yang baik. Frekuensi kerataan sediaan dahak

terlihat pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16 Frekuensi Kerataan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya


tahun 2016
Kerataan Sediaan Frekuensi Persentase (%)
Baik 12 24
Kurang Baik 38 76
Total 50 100

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 82

5.3.15 Gambaran Ketebalan Sediaan

Penelitian ini menunjukan bahwa ketebalan sediaan yang kurang baik

lebih banyak dari pada ketebalan sediaan dahak yang baik. Frekuensi ketebalan

sediaan dahak terlihat pada Tabel 5.17.

Tabel 5.17 Frekuensi Ketebalan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya


tahun 2016
Ketebalan Sediaan Frekuensi Persentase (%)
Baik 23 46
Kurang Baik 27 54
Total 50 100

5.3.16 Gambaran Kebersihan Sediaan

Penelitian ini menunjukan bahwa kebersihaan sediaan dahak yang bersih

lebih banyak dari pada yang kotor. Frekuensi kebersihaan sediaan dahak dapat

dilihat pada Tabel 5.18.

Tabel 5.18 Frekuensi Kebersihan Sediaan Petugas Laboratorium di Kota Surabaya


tahun 2016
Kebersihan sediaan Frekuensi Persentase (%)
Bersih 41 82
Kotor 9 18
Total 50 100

5.3.17 Gambaran Kinerja Petugas Laboratorium

Penelitian ini menunjukan bahwa kinerja petugas laboratorium kurang

baik lebih banyak dari pada yang baik. Frekuensi kinerja petugas laboratorium

dapat dilihat pada Tabel 5.19.

Tabel 5.19 Frekuensi Kinerja Petugas Laboratorium di Kota Surabaya tahun 2016
Kinerja Petugas Frekuensi Persentase (%)
Kurang Baik 26 52
Baik 24 48
Total 50 100

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 83

5.4 Analisis Bivariabel

Analisis bivariabel menggunakan uji statistik chi-square.

5.4.1 Analisis Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas

Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang

kurang baik lebih banyak pada umur 40 tahun yaitu 52,5% dibandingkan pada

umur >40 tahun yaitu 50,0%. Distribusi pengaruh umur terhadap kinerja petugas

laboratorium tuberkulosis dapat dilihat pada Tabel 5.20.

Tabel 5.20
Distribusi Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium
Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di
Kota Surabaya tahun 2016
Kinerja Petugas
Umur Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Umur 40 tahun 21 52,5 19 47,5 40 100,0
Umur >40 Tahun 5 50,0 5 50,0 10 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.20 diperoleh nilai p value =

0,887 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat

pengaruh umur terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan

dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel umur tidak menjadi variabel kandidat

yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).

5.4.2 Analisis Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang

kurang baik lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki yaitu 66,7% dibandingkan

pada jenis kelamin perempuan yaitu 48,8 %. Distribusi pengaruh jenis kelamin

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 84

terhadap kinerja responden di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel

5.21.

Tabel 5.21 Distribusi Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Kinerja Petugas
Jenis Kelamin Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Laki-Laki 6 66,7 3 33,3 9 100,0
Perempuan 20 48,8 21 51,2 41 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.21 diperoleh nilai p value =

0,331 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat

pengaruh jenis kelamin terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan

sediaan dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin tidak menjadi

variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).

5.4.3 Analisis Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang

kurang baik lebih banyak pada pendidikan yang bukan analis kesehatan yaitu

100,0% dibandingkan pada responden yang berpendidikan analis kesehatan yaitu

51,0%. Distribusi pengaruh pendidikan responden terhadap kinerja petugas

laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya

tahun 2016 dilihat pada Tabel 5.22

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 85

Tabel 5.22Distribusi Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Kinerja Petugas
Pendidikan Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Bukan Analis 1 100,0 0 0 1 100,0
Analis 25 51,0 24 49,0 49 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.22 diperoleh nilai p value =

0,332 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat

pengaruh pendidikan terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan

sediaan dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan tidak menjadi

variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).

5.4.4 Analisis Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang

kurang baik lebih banyak pada responden yang memiliki masa kerja 6 tahun

yaitu 54,0% dibandingkan masa kerja >6 tahun yaitu 33,0%. Distribusi pengaruh

masa kerja terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan

sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.23.

Tabel 5.23 Distribusi Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Kinerja Petugas
Masa Kerja Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
6 Tahun 24 54,0 20 46,0 44 100,0
>6 Tahun 2 33,0 4 67,0 6 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.23 diperoleh nilai p value =

0,329 sehingga secara statistik tidak signifikan ( p> 0,05) artinya tidak terdapat

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 86

pengaruh masa kerja terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan

sediaan dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel masa kerja tidak menjadi

variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).

5.4.5 Analisis Kualitas Spesimen berdasarkan Masa Kerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas spesimen yang kurang

baik lebih banyak pada responden yang memiliki masa kerja >6 tahun yaitu

56,8% dibandingkan masa kerja 6 tahun yaitu 50,0%. Distribusi kualitas

spesimen berdasarkan masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis di Kota

Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.24.

Tabel 5.24 Distribusi Kualitas Spesimen berdasarkan Masa Kerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Kualitas Spesimen
Masa Kerja Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
6 Tahun 3 50,0 3 50,0 6 100,0
>6 Tahun 25 56,8 19 43,2 44 100,0
Total 28 56,0 22 44,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.24 diperoleh nilai p value =

0,752. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kualitas spesimen.

5.4.6 Analisis Ukuran Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran sediaan kurang baik lebih

banyak pada responden yang memiliki masa kerja 6 tahun yaitu 83,3%

dibandingkan pada responden yang memiliki masa kerja >6 tahun yaitu 40,9%.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 87

Distribusi ukuran sediaan berdasarkan masa kerja petugas laboratorium

tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.25.

Tabel 5.25 Distribusi Ukuran Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Ukuran Sediaan
Masa Kerja Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
6 Tahun 5 83,3 1 16,7 6 100,0
>6 Tahun 18 40,9 26 59,1 44 100,0
Total 23 46,0 27 54,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.25 diperoleh nilai p value =

0,050. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak mempengaruhi ukuran sediaan.

5.4.7 Analisis Kerataan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kerataan sediaan kurang baik

lebih banyak pada responden yang memiliki masa kerja >6 yaitu 77,3%

dibandingkan pada responden yang memiliki masa kerja 6 tahun yaitu 66,7%.

Distribusi kerataan sediaan berdasarkan masa kerja petugas laboratorium

tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.26.

Tabel 5.26 Distribusi Kerataan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Kerataan Sediaan
Masa Kerja Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
6 Tahun 4 66,7 2 33,3 6 100,0
>6 Tahun 34 77,3 10 22,7 44 100,0
Total 38 76,0 12 24,0 50 100,0

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 88

Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.26 diperoleh nilai p value =

0,568. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kerataan sediaan.

5.4.8 Analisis Ketebalan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ketebalan sediaan kurang baik

lebih banyak pada responden dengan masa kerja >6 tahun yaitu 59,1%

dibandingkan pada masa kerja 6 tahun yaitu 16,7%. Distribusi ketebalan sediaan

berdasarkan masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun

2016 dilihat pada Tabel 5.27.

Tabel 5.27 Distribusi Ketebalan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Ketebalan Sediaan
Masa Kerja Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
6 Tahun 1 16,7 5 83,3 6 100,0
>6 Tahun 26 59,1 18 40,9 44 100,0
Total 27 54,0 23 46,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.27 diperoleh nilai p value =

0,050. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak mempengaruhi ketebalan sediaan

5.4.9 Analisis Kebersihan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kebersihan sediaan yang bersih

lebih banyak pada masa kerja 6 tahun yaitu 83,3% dibandingkan masa kerja >6

tahun yaitu 81,8%. Distribusi kebersihan sediaan berdasarkan masa kerja petugas

laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel

5.28.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 89

Tabel 5.28 Distribusi Kebersihan Sediaan berdasarkan Masa Kerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Kebersihan Sediaan
Masa Kerja Kotor Bersih Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
6 Tahun 1 16,7 5 83,3 6 100,0
>6 Tahun 8 18,2 36 81,8 44 100,0
Total 9 18,0 41 82,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.28 diperoleh nilai p value =

0,928. Artinya bahwa masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kebersihan sediaan.

Hasil akhir kinerja (kualitas spesimen, ukuran sediaan, kerataan sediaan,

ketebalan sediaan dan kebersihan sediaan) berdasarkan masa kerja petugas

laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016 pada tabel 5.29.

Tabel 5.29 Hasil Akhir Kinerja (Kualitas Spesimen, Ukuran Sediaan,


Kerataaan Sediaan, Ketebalan Sediaan dan Kebersihan)
berdasarkan Masa Kerja Petugas Tuberkolosis di Kota Surabaya
tahun 2016
No. Variabel p value
1. Kualitas spesimen 0,752
2. Ukuran sediaan 0,050
3. Kerataan sediaan 0,568
4. Ketebalan sediaan 0,050
5. Kebersihan sediaan 0,928

5.4.10 Analisis Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis Dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium baik

lebih banyak pada responden yang mengikuti kegiatan pelatihan baik yaitu 50,0%

dibandingkan pada resonden yang mengikuti kegiatan pelatihan kurang baik yaitu

40,0%. Distribusi pengaruh pelatihan terhadap kinerja petugas laboratorium

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 90

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada

Tabel 5.30.

Tabel 5.30 Distribusi Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di
Kota Surabaya tahun 2016
Kinerja Petugas
Pelatihan Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 15 35,7 17 40,0 32 100,0
Baik 9 50,0 9 50,0 18 100,0
Total 24 48,0 26 52,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.30 diperoleh nilai p value =

0,832 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat

pengaruh pelatihan terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan

sediaan dahak Hal ini menunjukkan bahwa variabel pelatihan tidak menjadi

variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).

5.4.10.1 Analisis Kualitas Spesimen berdasarkan Pelatihan Petugas


Laboratorium Tuberkulosis

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas spesimen yang kurang

baik lebih banyak pada responden yang mengikuti pelatihan kurang baik yaitu

68,8% dibandingkan yang mengikuti pelatihan baik yaitu 33,3%. Distribusi

kualitas spesimen berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di

Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.31.

Tabel 5.31 Distribusi Kualitas Spesimen berdasarkan Pelatihan Petugas


Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Kualitas Spesimen
Pelatihan Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 22 68,8 10 31,3 32 100,0
Baik 6 33,3 12 66,7 18 100,0
Total 28 56,0 22 44,0 50 100,0

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 91

Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.31 diperoleh nilai p value =

0,015. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kualitas spesimen.

5.4.10.2 Analisis Ukuran Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas


Laboratorium Tuberkulosis

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran sediaan kurang baik

lebih banyak pada responden yang mengikuti pelatihan baik yaitu 56,6%

dibandingkan yang kurang baik baik yaitu 40,6%. Distribusi ukuran sediaan

berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun

2016 dapat dilihat pada Tabel 5.32.

Tabel 5.32
Distribusi Ukuran Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas
Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Ukuran Sediaan
Pelatihan Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 13 40,6 19 59,4 32 100,0
Baik 10 56,6 8 44,4 18 100,0
Total 23 46,0 27 54,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.32 diperoleh nilai p value =

0,309. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi ukuran sediaan.

5.4.10.3 Analisis Kerataan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas


Laboratorium Tuberkulosis

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kertaan sediaan kurang baik

lebih banyak pada responden yang mengikuti pelatihan baik yaitu 88,9%

dibandingkan yang mengikuti pelatihan kurang baik yaitu 68,8%. Distribusi

kerataan sediaan berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di Kota

Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.33.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 92

Tabel 5.33 Distribusi Kerataan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas


Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Kerataan Sediaan
Pelatihan Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 22 68,8 10 31,3 32 100,0
Baik 16 88,9 2 11,1 18 100,0
Total 38 76,0 12 24,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.33 diperoleh nilai p value =

0,109. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kerataan sediaan.

5.4.10.4 Analisis Ketebalan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas


Laboratorium Tuberkulosis

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ketebalan sediaan kurang baik

lebih banyak pada responden yang mengikuti pelatihan baik yaitu 66,7%

dibandingkan yang mengikuti pelatihan kurang baik yaitu 46,9%. Distribusi

ketebalan sediaan berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di

Kota Surabaya tahun 2016 dilihat pada tabel 5.34.

Tabel 5.34 Distribusi Ketebalan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas


Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Ketebalan Sediaan
Pelatihan Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 15 46,9 17 53,1 32 100,0
Baik 12 66,7 6 33,3 18 100,0
Total 27 54,0 23 46,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.34 diperoleh nilai p value =

0,179. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi ketebalan sediaan.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 93

5.4.10.5 Analisis Kebersihan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas


Laboratorium Tuberkulosis

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kebersihan sediaan bersih lebih

banyak pada responden yang mengikuti pelatihan baik yaitu 88,9% dibandingkan

yang mengikuti pelatihan kurang baik yaitu 78,1%. Distribusi kebersihan sediaan

berdasarkan pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis di Kota Surabaya tahun

2016 dapat dilihat pada Tabel 5.35.

Tabel 5.35 Distribusi Kebersihan Sediaan berdasarkan Pelatihan Petugas


Laboratorium Tuberkulosis di Kota Surabaya tahun 2016
Kebersihan Sediaan
Pelatihan Kotor Bersih Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Baik 7 21,9 25 78,1 32 100,0
Baik 2 11,1 16 88,9 18 100,0
Total 9 18,0 41 82,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.35 diperoleh nilai p value =

0,342. Artinya bahwa pelatihan petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak tidak mempengaruhi kebersihan sediaan.

Hasil akhir kualitas spesimen, ukuran sediaan, kerataan sediaan, ketebalan

sediaan dan kebersihan sediaan berdasarkan pelatihan terdapat pada Tabel 5.36

Tabel 5.36 Hasil Akhir Kinerja (Kualitas Spesimen, Ukuran Sediaan, Kerataaan
Sediaan, Ketebalan Sediaan dan Kebersihan) berdasarkan Pelatihan
Petugas Mikroskopis Tuberkolosis di Kota Surabaya tahun 2016
No. Variabel p value
1. Kualitas spesimen 0,015
2. Ukuran sediaan 0,309
3. Kerataan sediaan 0,109
4. Ketebalan sediaan 0,179
5. Kebersihan sediaan 0,432

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 94

5.4.11 Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium

kurang baik lebih banyak pada responden yang merasa lingkungan kerja kurang

nyaman yaitu 83,3% dibandingkan yang nyaman yaitu 33,3%. Distribusi pengaruh

lingkungan kerja terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.37.

Tabel 5.37 Distribusi Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Kinerja Petugas
Lingkungan Kerja Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kurang Nyaman 15 83,3 3 16,7 18 100,0
Nyaman 11 33,3 21 63,7 33 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.37 diperoleh nilai p value =

0,001 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh

lingkungan kerja terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan

dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja menjadi variabel

kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).

5.4.12 Analisis Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang

baik lebih banyak pada responden yang memiliki motivasi tinggi yaitu 60,6%

dibandingkan pada motivasi rendah yaitu 23,5%. merasa lingkungan kerja kurang

nyaman yaitu 83,3% dibandingkan yang nyaman yaitu 33,3%. Distribusi pengaruh

motivasi terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 95

sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.38.

Tabel 5.38 Distribusi Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di
Kota Surabaya tahun 2016
Kinerja Petugas
Motivasi Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Motivasi Rendah 13 76,5 4 23,5 17 100,0
Motivasi Tinggi 13 39,4 20 60,6 33 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.38 diperoleh nilai p value =

0,013 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh

motivasi terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak.

Hal ini menunjukkan bahwa variabel motivasi menjadi variabel kandidat yang

akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).

5.4.13 Analisis Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang

baik lebih banyak pada responden yang diberikan insentif yaitu 83,3%

dibandingkan yang tidak diberikan insentif yaitu 36,9%. Distribusi pengaruh

insintif terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan

sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.39.

Tabel 5.39 Distribusi Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di
Kota Surabaya tahun 2016
Kinerja Petugas
Insentif Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak 24 63,1 14 36,9 38 100,0
Ya 2 16,7 10 83,3 12 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 96

Berdasarkan hasil uji Chi-square pada tabel 5.39 diperoleh nilai p value =

0,005 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh

insentif terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak.

Hal ini menunjukkan bahwa variabel insentif menjadi variabel kandidat yang akan

dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).

5.4.14 Analisis Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium

yang baik lebih banyak pada responden yang beban kerja yang sesuai yaitu 76,5%

dibandingkan yang kurang kerja tidak sesuai yaitu 66,7%. Distribusi pengaruh

beban kerja terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan

sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 pada Tabel 5.40.

Tabel 5.40 Distribusi Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas


Laboratorium Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang
Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
Kinerja Petugas
Beban Kerja Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Sesuai 11 33,3 22 66,7 33 100,0
Sesuai 4 24,5 13 76,5 17 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.40 diperoleh nilai p value =

0,004 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh

beban kerja terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan

dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel beban kerja menjadi variabel

kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 97

5.4.15 Analisis Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium yang

baik lebih banyak pada responden yang memiliki sikap mendukung yaitu 52,4%

dibandingkan yang memiliki sifat yang tidak mendukung yaitu 25,0%. Distribusi

pengaruh sikap terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel

5.41.

Tabel 5.41 Distribusi Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di
Kota Surabaya tahun 2016
Kinerja Petugas
Sikap Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Mendukung 6 75,0 2 25,0 8 100,0
Mendukung 20 47,6 22 52,4 42 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.41 diperoleh nilai p value =

0,155 sehingga secara statistik signifikan (p < 0,05) artinya terdapat pengaruh

sikap terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak. Hal

ini menunjukkan bahwa variabel sikap menjadi variabel kandidat yang akan

dimasukkan dalam analisis multivariabel (p < 0,25).

5.4.16 Analisis Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium

kurang baik pada responden yang menyatakan perlu dan tidak perlu supervisi

sama yaitu 50,0%. Distribusi pengaruh supervisi terhadap kinerja petugas

laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 98

tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.42

Tabel 5.42 Distribusi Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di
Kota Surabaya tahun 2016
Kinerja Petugas
Supervisi Kurang Baik Baik Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Perlu 4 50,0 4 50,0 6 100,0
Perlu 22 50,0 22 50,0 44 100,0
Total 26 52,0 24 48,0 50 100,0
Berdasarkan hasil uji Chi-square pada Tabel 5.42 diperoleh nilai p value =

0,443 sehingga secara statistik tidak signifikan (p > 0,05) artinya tidak terdapat

pengaruh supervisi terhadap kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan

sediaan dahak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel supervisi tidak menjadi

variabel kandidat yang akan dimasukkan dalam analisis multivariabel (p > 0,25).

5.4.17 Rangkuman Hasil Analisis Bivariabel

Adapun rangkuman hasil uji Chi-square pada penelitian ini dapat terlihat

pada tabel 5.43.

Tabel 5.43 Hasil Analisis Chi-square (Analisis Bivariabel) variabel penelitian


terhadap Kinerja Petugas Laboratorium dalam Pembuatan Sediaan
Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016
No. Variabel p value Kesimpulan
1. Umur 0,443 Bukan kandidat
2. Jenis kelamin 0,887 Bukan kandidat
3. Pendidikan 0,332 Bukan kandidat
4. Masa kerja 0,329 Bukan kandidat
5. Pelatihan 0,832 Bukan kandidat
6. Lingkungan kerja 0,001 Kandidat
7. Motivasi 0,013 Kandidat
8. Insentif 0,005 Kandidat
9. Beban kerja 0,004 Kandidat
10. Sikap 0,155 Kandidat
11. Supervisi 0,443 Bukan kandidat

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 99

Tabel 5.43 menunjukkan bahwa variabel yang akan dimasukkan dalam uji

regresi logistik ganda adalah lingkungan kerja, motivasi, insentif, beban kerja dan

sikap.

5.4 Analisis Multivariabel

Berdasarkan hasil regresi logistik sederhana diperoleh variabel yang

memenihi syarat untuk masuk analisis multivariabel adalah lingkungan kerja,

motivasi, insentif, beban kerja dan sikap. Sedangkan variabel yang tidak masuk

dalam analisis multivariabel adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja,

pelatihan dan supervisi.

Tabel 5.44 Hasil Analisis Multivariabel Uji Regresi Logistik Ganda


95% CI
No. Variabel Kategori p OR
Lower Upper
Nyaman Pembanding
1. Lingkungan Kerja
Tidak Nyaman 2,274 0,001 9,720 1,703 55,492
Ya Pembanding
2. Insentif
Tidak 2,340 0,024 10,379 1,364 78,490
Sesuai Pembanding
3. Beban Kerja
Tidak Sesuai 1,530 0,054 4,640 0,976 21,868
Constant -4,076 0,000 0,030
Berdasarkan hasil uji regresi logistik pada tabel 5.44 diketahui bahwa

lingkungan kerja dan beban kerja dan insentif merupakan faktor yang paling

mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan

sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 100

BAB 6

PEMBAHASAN

Kinerja tenaga kesehatan merupakan masalah yang sangat penting untuk

dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan pembangunan kesehatan.

Kajian mengenai kinerja memberikan kejelasan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap kinerja personel (Ilyas, 1999). Pembahasan dalam penelitian ini mengacu

pada tujuan yang telah dirumuskan dan berdasarkan hasil analisis penelitian.

Pembahasan hasil penelitian ini disusun berdasarkan variabel yang diteliti

meliputi variabel bebas (umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, lingkungan

kerja, pelatihan, motivasi, insentif, beban kerja, sikap dan supervisi) dan variabel

terikat (kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan

dahak) sebagai berikut:

6.1 Pengaruh Umur terhadap Kinerja Petugas Laboratorium Tuberkulosis


dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di Kota Surabaya
tahun 2016

Menurut Sastrohardiwiryo (2003) untuk menghindari rendahnya

produktifitas umur dari pekerja tersebut haruslah dipertimbangkan. Dikarenakan

perkerjaan seseorang dipengaruhi oleh umur, yang berpengaruh terhadap kondisi

fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang. Deva (2005)

klasifikasi umur dibagi dua yaitu umur dibawah 40 tahun dan diatas atau sama

dengan 40 tahun, karena pada kedua umur tersebut orang dengan produktivitas

tinggi atau sebaliknya.

100

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 101

Variabel umur tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium dalam

pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh

petugas laboratorium tuberkulosis di setiap Puskesmas baik semua mengikuti

kegiatan pelatihan sehingga baik petugas laborotorium tuberkulosis yang lama

maupun baru memiliki keahlian yang sama dalam melakukan pemeriksaan

sediaan dahak. Selain itu hal ini terjadi kemungkinan disebabkan sebaran data

yang tidak merata, sehingga memerlukan banyak sampel untuk menjawab

hipotesis. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh War (1994) menyatakan

bahwa usia tidak berpengaruh dengan kinerja, dikarenakan setiap kategori usia

memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing maka dibutuhkan pengaturan

kerja oleh kepala puskesmas agar kinerja lebih baik.

Hal ini tidak sejalan pada penelitian Sastrohardiwiryo (2003) yang

menyatakan bahwa produktifitas kinerja sangat dipengaruhi oleh umur, karena

menyangkut perubahan yang dirasakan oleh individu, sehubungan dengan

pengalaman maupun perubahan kondisi fisik dan metal seseorang sehingga

nampak dalam aktifitas sehari hari. Hal senada juga pada penelitian Robbins

(2003) bahwa usia berpengaruh pada tingkat produktivitas terutama dikaitkan

dengan keterampilan, kecepatan, kecekatan dan kekuatan individu.

6.2 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di
Kota Surabaya tahun 2016

Menurut Depnaker (1993) bahwa jenis kelamin wanita tidak mempengaruhi

kemampuan fisik dan kultural. Jenis kelamin harus diperhatikan berdasarkan sifat

pekerjaan, waktu mengerjakan dan peraturan dalam lingkungan kerja. Variabel

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 102

jenis kelamin tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan

sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh distribusi

responden yang berjenis kelamin laki laki dan perempuan yang tidak merata pada

penelitian ini, sehingga memerlukan banyak sampel untuk menjawab pertanyaan

hipotesis.

Muchlas (1997) mengatakan bahwa dalam berbagai penelitian dapat

dikatakan bahwa secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan dalam

produktivitas maupun kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan Perbedaan jenis

kelamin hanyalah perbedaan fisik dan psikologis. Hal yang sama juga di

ungkapkan oleh Sulistyiorini (2010) dalam hasil penelitian tentang faktor yang

mempengaruhi kenerja petugas laboratorium dalam pemeriksaan tuberkulosis di

Bantul.

6.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di
Kota Surabaya tahun 2016

Dalam bekerja individu memerlukan ketrampilan dan kemampuan untuk

menyelesaikan pekerjaaannya dengan baik dan efisien. Keterampilan dan

kemampuan ini dapat diperoleh dengan pendidikan formal dalam bentuk

pendidikan terlembaga maupun informal dalam bentuk bimbingan dalam bekerja.

Keterampilan dan kemampuan petugas puskesmas tidak ditentukan oleh

pendidikan terlembaga saja, tetapi memerlukan pendidikan informal seperti

pelatihan P2 TB strategi DOTS atau bimbingan kerja di lapangan.

Berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR 370/MENKES/SK/III/200,

petugas laboratorium adalah seorang yang berpendidikan analis kesehatan. Analis

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 103

Kesehatan atau disebut juga Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah

tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan

mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber

daya.

Analis Kesehatan adalah profesi yang bekerja pada sarana kesehatan yang

melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan pengujian

terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia

untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-

faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat

(Patelki, 2012).

Variabel pendidikan tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016

disebabkan hampir semua responden berpendidikan analis kesehatan, hal ini

memenuhi standar kualifikasi tenaga laboratorium berpendidikan analis kesehatan

(Kepmenkes, 2001). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Arif

(2007) yang menyebutkan bahwa tidak terdapat pengaruh pendidikan dengan

kinerja petugas mikroskopis malaria dalam pemeriksaan sediaan darah di Ogan

Komering Ulu. Namun Penelitian yang di lakukan oleh Pakpahan (2013)

menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

tinggi kinerja yang dihasilkan.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 104

6.4 Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya
Tahun 2016

Pengalaman atau masa kerja dikaitkan dengan waktu mulai bekerja dimana

pengalaman, masa ketertarikan diri dengan pekerjaan juga ikut menentukan

kinerja seseorang karena semakin lama masa kerja seseorang, makin cakap

mereka akan lebih baik karena sudah menyusaikan diri dengan pekerjaan. Banyak

pengalaman yang dimiliki, maka semakin banyak pula keterampilan yang pernah

diketahuinya dan hal ini akan memberikan rasa percaya diri dan akan mempunyai

sikap ketika menghadapi suatu pekerjaan atau persoalan, sehingga kualitas kinerja

akan lebih baik.

Variabel masa kerja tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal

ini disebabkan masa kerja petugas laboratorium tuberkulosis baik yang sudah

lama bekerja sebagai laboran maupun belum lama, semua diikutsertakan dalam

kegiatan pelatihan mikroskopis dalam pembuatan sediaan dahak. Sehingga

memiliki pemahaman dan keterampilan yang sama. Selain itu kemungkinan hal

ini terjadi karena sebaran data yang tidak merata, sehingga memerlukan banyak

sampel untuk menjawab hipotesis.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Supardi (2004) di

Kabupaten Kendal yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh masa kerja

terhadap kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam penemuan kasus suspek

penderita tuberkulosis.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 105

Penelitian yang dilakukan oleh Rye dkk (2009) di Kota Palu provinsi

Sulawesi Tengah juga menyatakan hal yang sama bahwa tidak terdapat pengaruh

masa kerja terhadap penemuan kasus tuberkulosis. Pada penelitian Arianti (2005)

di Kabupaten Buleleng juga sejalan. Hasil penelitian tersebut sesuai pula dengan

penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2011) yang menyebutkan bahwa tidak

ada hubungan antara masa kerja dengan kinerja petugas, petugas dengan masa

kerja baru atau lama memberikan kontribusi yang sama bagi keberhasilan

program P2TB di Kota Pekalongan. Begitu pula dengan penelitian yang

dilakukan oleh Khoirudin (2013) yang menyebutkan bahwa lama nya masa kerja

tidak berpengeruh secara statistika antara masa kerja dengan kinerja tenaga

kesehatan dalam upaya peningkatan penemuan suspek TB paru di Kediri.

6.5 Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya
tahun 2016

Kemapaman pegawai dalam bekerja untuk mencapai tujuan

organisasi/instansi dipengaruhi oleh berbagai faktor secara internal, salah satunya

adalah melalui pelatihan, dimana melalui program tersebut diharapkan

organisasi/instansi dapat mempertahankan pegawai yang berpotensi dan

berkualitas. Pelatihan (training) merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan

dan keahlian seseorang pegawai untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

Dengan adanya peningkatan keahlian, pengetahuan, wawasan, dan sikap

karyawan pada tugas-tugasnya melalui program pelatihan yang sudah

dilaksanakan dalam organisasi dapat meningkatkan kinerja pegawai organisasi

tersebut (Pakpahan dkk, 2013).

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 106

Menurut Sastrohadiwiryo (2003) pelatihan kerja diselenggarakan dan

diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan keterampilan

atau keahlian kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan

kesejahteraan tenaga kerja. Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program

pelatihan yang mengacu pada standart kualifikasi keterampilan atau keahlian yang

pelaksanaannya dilakukan secara berjenjang dan berlanjut. Pelatihan kerja yang

merupakan hak setiap pekerja dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan

keterampilan serta keahlian sesuai bakat, minat dan kemampuanya

diselenggarakan oleh lembaga pelatihan pemerintah.

Variabel pelatihan tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal

ini dikarenakan sebaran data yang tidak merata, sehingga memerlukan banyak

sampel untuk menjawab hipotesis. Selain itu hal ini terjadi karena semua petugas

laboratorium tuberkulosis semua diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan dalam

pembuatan sediaan dahak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariadi dkk

(2009) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

pelatihan dan kinerja petugas TB di Kabupaten Bengkulu Utara. Penelitian yang

dilakukan oleh Devisa (2010) di Kabupaten Bengkulu menyatakan hal yang sama

bahwa tidak terdapat pengaruh pelatihan terhadap kinerja petugas mikroskopis TB

paru di Puskesmas.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 107

6.6 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya
tahun 2016

Lingkungan kerja merupakan bagian komponen yang sangat penting di

dalam karyawan melakukan aktivitas bekerja. Dengan memperhatikan lingkungan

kerja yang baik atau menciptakan kondisi kerja yang mampu memberikan

motivasi karyawan untuk bekerja, maka dapat membawa pengaruh terhadap

semangat kerja karyawan. Pengertian lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang

ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan

tugas-tugas yang dibebankan. Disini yang dimaksud dengan lingkungan kerja

adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi

dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja ada

dua macam yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik

(Rahmawanti dkk, 2014).

Menurut Sedamaryanti (2001) lingkungan kerja fisik merupakan semua

keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat

mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung, sedangkan

lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan

dengan hubungan kerja, baik hubungan kerja dengan atasan maupun hubungan

sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.Terciptanya lingkungan

kerja yang nyaman, aman dan menyenangkan merupakan salah satu cara

perusahaan untuk dapat meningkatkan kinerja para karyawan.

Variabel lingkungan kerja mempengaruhi kinerja petugas laboratorium

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 108

ini dikarenakan pada saat penelitian banyak Puskesmas yang berada di Kota

Surabaya melakukan kegiatan renovasi sehingga tempat melakukan pemeriksaan

sediaan dahak sempit dan kurang nyaman.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawati dkk (2014) di Malang

menyatakan bahwa lingkungan kerja mempengaruhi kinerja petugas. Menurut

Sutrisno (2010) menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana

dan prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedamg melalukan

pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja ini

meliputi tempat bekerja, fasilitas dan alat bantu dalam pekerjaan, kebersihan,

pencahayaan, dan dapat menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.

Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini dilakukan oleh Sukmawati

(2008) yang menyebutkan bahwa lingkungan kerja fisik berpengaruh terhadap

kinerja karyawan.

Keberadaan sarana dalam organisasi merupakan hal yang pokok sekaligus

modal untuk berfungsinya suatu organisasai. Alat kerja yang canggih disertai

dengan pelatihan penggunaannya secara lengkap dan sempurna akan banyak

berpengaruh terhadap produktifitas kerja dan kualitas kerja. Menurut Lewa dan

Subono (2005) bahwa lingkungan kerja didesain sedemikian rupa agar dapat

tercipta hubungan kerja yang mengikat pekerja dengan lingkungan. Lingkungan

kerja yang menyenangkan dapat membuat para karyawan merasa betah dalam

menyelesaikan pekerjaannya serta mampu mencapai suatu hasil yang optimal.

Sebaliknya apabila kondisi lingkungan kerja tersebut tidak memadai akan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 109

menimbulkan dampak negatif dalam penurunan tingkat produktifitas kinerja

karyawan.

6.7 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya
tahun 2016

Motivasi seseorang tersebut memberikan dorongan atau semangat untuk

bekerja guna memenuhi kebutuhan. Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai

inisiatif penggerak perilaku seseorang secara optimal, hal ini disebabkan karena

motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka

keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu

untuk berperilaku kerja untuk mencapai kepuasan atau mengurangi

ketidakseimbangan.

Motivasi dapat sebagai inisiatif penggerak perilaku seseorang secara

optimal, hal ini disebabkan karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan

dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan

kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja untuk mencapai

seseorang dapat sebagai alasan seseorang untuk berperilaku guna mencapai

tujuan, dalam hal ini adalah kinerja seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia sesuai dengan hirarki Maslow.

Menurut Stoner (1982) motivasi adalah suatu hal yang menyebabkan dan

yang mendukung tidakan atau perilaku seseorang yang merupakan hasil sejumlah

proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seseorang individu yang

menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam melaksanakan

kegiatan-kegiatan tertentu.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 110

Variabel motivasi mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis

dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal ini disebabkan

oleh hampir semua responden memiliki motivasi yang tinggi dalam pembuatan

sediaan dahak. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Suardiana (2006) yang

menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi petugas kesehatan

terhadap kinerja nya dalam menemukan kasus pneumonia di Kabupaten Bangli.

Namun hasil ini berbeda dengan Melayu (2003) dan Asat (2004) yang

menyatakan motivasi berkaitan erat dengan kinerja.

Gibson dkk (1996) mengatakan bahwa motivasi sebagai semua kondisi

yang memberikan dorongan dari dalam seseorang yang digambarkan sebagai

keinginan, kemauan, dorongan atau keadaan dalam diri seseorang yang

mengaktifkan atau menggerakkan. Dengan motivasi yang tepat diharapkan setiap

petugas mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang

tinggi.

6.8 Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di
Kota Surabaya tahun 2016

Menurut Sunyoto (2012) menyatakan kompensasi merupakan suatu jaringan

berbagai subproses untuk memebrikan balas jasa kepada karyawan untuk

pelaksanaan pekerjaan dan untuk memotivasi karyawan agar mencapai tingkat

prestasi yang diinginkan. Hasibuan (2009) mengatakan bahwa kompensasi adalah

semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung

yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada

perusahaan. Di dalam kompensasi terdapat sistem insentif yang menghubungkan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 111

kompensasi dengan kinerja. Dengan kompensasi kepada pekerja diberikan

penghargaan berdasarkan kinerja dan berdasarkan senioritas atau jumlah jam kerja

(Wibowo, 2007).

Variabel insentif mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis

dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hasil ini sesuai

dengan Stoner (2000) yang menyatakan bahwa insentif atau imbalan yang

diterima karyawan baik dalam bentuk fasilitas ataupun honorarium akan

berhubungan langsung dengan kebutuhan pokok karyawan, seperti kebutuhan

ekonomi sekarang maupun yang akan datang, jika kebutuhan pokok terpenuhi

maka seseorang akan terfokus pada pekerjaannya.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Akhmadi (2011) yang menilai

kinerja pelayanan kesehatan dalam pengobatan TB di Makassar menunjukkan

bahwa insentif untuk meningkatkan organisasi perawatan dan praktik manajemen,

dapat berkontribusi terhadap kinerja yang lebih baik terhadap pelayanan kesehatan

dalam pengobatan TB. Dalam penelitian tersebut, pentingnya kompensasi bagi

petugas TB. Hal ini ditunjukkan dimana insentif yang diberikan dapat mendorong

pada kinerja pelayanan kesehatan dalam pengobatanTB. Hal yang sama juga

dihasilkan pada penelitian Widyatmini dan Hakim (2009) menunjukkan bahwa

insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja PNS. Tambahan

penghasilan dan apresiasi kinerja yang diberikan oleh pemerintah diharapkan

dapat meningkatkan semangat kerja.

Menurut Simamora (2006) sistem imbalan baik berupa finansial maupun

nonfinansial yang di kendalikan oleh organisasi dapat digunakan sebagai alat

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 112

untuk memotivasi karyawan nya. Sistem imbalan akan mempengaruhi

produktivitas dan tendensi mencari pekerjaan lainnya.

Hubungan antara kompensasi dengan kinerja adalah positif, artinya semakin

baik kompensasi yang diterima oleh pegawai, maka kinerja pegawai juga semakin

baik. Semakin tinggi kompetensi seorang pegawai maka akan berpengaruh

meningkatkan kinerja pegawai dan semakin baik kompensasi yang diberikan

kepada para pegawai maka mereka akan lebih semangat lagi dalam melakukan

pekerjaan dan menghasilkan kinerja yang baik juga. Begitu juga dengan

kepemimpinan, semakin baik kepemimpinan maka akan berpengaruh

meningkatkan kinerja pegawai.

Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.Kompensasi

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai. Kompensasi yang

akan diberikan kepada para pegawai harus sesuai dengan kinerja yang mereka

hasilkan agar mereka bisa termotivasi dan bisa lebih semangat lagi dalam bekerja.

Hal ini harus lebih ditingkatkan lagi agar kinerja karyawan tidak akan menurun

melainkan bisa lebih meningkat lagi.

Mempertahankan dan meningkatkan kompensasi yang ada untuk

mempertahankan dan meningkatkan kompensasi yaitu ditunjang dengan beberapa

faktor seperti keahlian dalam bekerja, keahlian seseorang dalam bekerja harus

terus-menerus ditingkatkan, peningkatan keahlian seorang pegawai dapat dilihat

dari pengalaman-pengalaman mereka dalam bekerja. Dengan hasil pekerjaan yang

mereka lakukan sesuai dengan keahlian maka kompensasi yang diberikan kepada

mereka juga sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Dengan itu juga mereka

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 113

akan termotivasi dalam bekerja dan mereka bisa mendapatkan prestasi kerja

sesuai apa yang diharapkan (Dharma, 2008).

6.9 Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak yang Berkualitas di
Kota Surabaya tahun 2016

Secara konseptual beban kerja dapat ditinjau dari selisih antara energi yang

tersedia pada setiap pekerjaan dengan energi yang diperlukan untuk mengkerjakan

suatu tugas dengan sukses. Konsep yang mendasari pengukuran kinerja adalah

pertama menyelesaikan suatu tugas memerlukan waktu tertentu. Tingkat beban

kerja diperhitungkan dari jumlah waktu yang telah dipakai untuk mengerjakan

suatu tugas sampai selesai. Kedua, manusia hanya memiliki kapasitas energi yang

terbatas, sebagai akibatnya jika seseorang harus mengerjakan beberapa tugas

dalam waktu yang sama maka akan terjadi kompensasi prioritas antar tugas-tugas

itu guna memperebutkan energi yang terbatas (Sugianto, 1993).

Variabel beban kerja mempengaruhi kinerja petugas laboratorium

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal

ini disebabkan oleh kurangnya tenaga laboratorium sehingga semua pemeriksaan

(darah, urin, feses) dikerjakan sendiri tanpa bantuan petugas lain, Selain itu

tingginya angka kunjungan pasien sehinnga menambah beban kerja petugas

laboratorium. Selain karena kurangnya tenaga laboratorium beratnya beban kerja

yang dirasakan oleh responden juga disebabkan pada saat dilakukannya penelitian

ini sebagian besar petugas laboratorium juga sedang melakukan pemeriksaan

General Check up. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ilyas (2001) yang

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 114

menyatakan bahwa beban kerja yang terlalu berat dapat menurunkan kinerja

karyawan.

6.10 Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya
tahun 2016

Robbins (2003) menyebutkan bahwa sikap itu penting karena

mempengaruhi perilaku, sedangkan perilaku berpengaruh terhadap kinerja dan

produktivitas karyawan. Notoatmodjo (2014) sikap adalah bagaimana pendapat

atau penilaian orang atau responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan,

sehat sakit dan faktor yang terkait dengan faktor resiko kesehatan.

Variabel sikap tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016.

Dikarenakan hampir semua responden bersikap mendukung dalam pemeriksaan

dahak dikarenakan responden berpendapat pembuatan sediaan dahak adalah tugas

dan kompetensi seorang analis kesehatan yang bertugas di Puskesmas. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kurniawati dkk (2014) di Pekalongan

yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh sikap terhadap kinerja petugas

laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak penderita tuberkulosis.

6.11 Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Petugas Laboratorium


Tuberkulosis dalam Pembuatan Sediaan Dahak di Kota Surabaya
tahun 2016

Sedarmayanti (2007) supervisi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja, dikarenakan supervisi adalah kegiatan bimbingan dan

evaluasi kerja yang rutin dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja

petugas dan mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 115

secara langsung. Kegiatan yang dilakukan selama supervisi adalah observasi,

bantuan tekhnis, diskusi bersama tentang permasalahan yang ditemukan, mencari

solusi pemecahan masalah bersama, memberikan laporan dan membarikan saran

perbaikan.

Variabel supervisi tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016. Hal

ini dikarenakan sebaran data yang tidak merata, sehingga memerlukan banyak

sampel untuk menjawab hipotesis. Selain itu supervisi yang dilakukan tidak

mempengaruhi kinerja petugas laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak. Ini

bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati dkk (2012)

yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara persepsi petugas tentang supervisi

dengan kinerja petugas puskesmas dalam pengelolaan pengobatan TB mangkir di

Kota Pekalongan. Begitu pula dengan Ilyas (2002) menyatakan bahwa supervisi

merupakan proses yang memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi positif.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 116

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan) tidak

mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan

sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.

2. Masa kerja tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis

dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun

2016.

3. Pelatihan tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis

dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun

2016.

4. Lingkungan kerja tidak nyaman mempengaruhi kinerja petugas laboratorium

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota

Surabaya tahun 2016.

5. Motivasi tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis

dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun

2016.

6. Insentif mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016.

116
TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 117

7. Beban kerja tidak sesuai mempengaruhi kinerja petugas laboratorium

tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota

Surabaya tahun 2016.

8. Sikap tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis dalam

pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun 2016

9. Supervisi tidak mempengaruhi kinerja petugas laboratorium tuberkulosis

dalam pembuatan sediaan dahak yang berkualitas di Kota Surabaya tahun

2016.

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya

1. Diharapkan adanyan pengembangan lingkungan fisik laboratorium agar

terciptanya lingkungan kerja yang nyaman dalam pembuatan sediaan dahak.

2. Pemberian insentif kepada petugas laboratorium dimana dapat mendorong

kinerja yang baik dalam pembuatan sediaan dahak.

3. Penambahan petugas laboratorium untuk mengurangi beban kerja di

laboratorium setiap puskesmas.

4. Memberikan pelatihan kepada petugas laboratorium tentang kualitas

spesimen, ketebalan sediaan dan kerataan sediaan dahak yang baik.

7.2.2 Bagi Petugas Laboratorium

1. Meningkatkan kualitas spesimen berupa dahak

2. Meningkatkan kerataan sedian dan ketebalan sediaan dahak

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 118

7.2.3 Peneliti Selanjutnya

Diharapkan melakukan penelitian dengan metode dan teori yang berbeda

serta penambahan variabel lain.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 119

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad B. (2006). Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Petugas


Laboratorium dalam Penemuan Kasus TB paru di Puskesmas Kerinci,
Tesis, Pascasarjana Unand.

Arikunto S. (2003). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Edisi Revisi V. Jakarta:


Rineka Cipta.

Assad M. (2004). Psikologi Industri, Edisi 9, Yogyakarta.

Azwar A. (1996). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan.

Departemen Kesehatan RI. (2006). Pemeriksaan Mikroskopis Tuberkulosis.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman pengobatan Dasar di Puskesmas.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis. Jakarta: Gerdunas TB Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. (2011). Pedoman Nasional pengendalian


Tuberkulosis. Jakarta: Ditjen P2PL Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. (2011). Rencana Aksi Nasional Penguatan


Laboratorium Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Ditjen P2PL Depkes
RI. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2012). Strategi Nasional Pengendalian TB di


Indonesia. Jakarta: Ditjen P2PL Depkes RI.

Dharma P. (2008). Pengaruh Kepemimpinan dan KompensasiTerhadap Semangat


Kerja Karyawan dan Kinerja Karyawan Pada PT.United Indo Bali,
Jurnal JAB.

Dian A.L. (2011). Hubungan Kinerja Petugas Dengan Case Detection Rate di
Puskesmas Kota Makasar, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanudin Makasar.

Dinas Kesehatan Kota Surabaya. (2014). Profil Kesehatan Kota Surabaya Tahun
2014. Kota Surabaya.

119
TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 120

Erlien T.H. (2008). Penyakit Saluran Pernapasan. Jakarta: PT Sunda Kelapa


Pustaka.

Gibson J.L., Ivancevich J.H., Donnelly J.R. (1996). Organizations:behavior,


stucture, proses, Eight Edition, Illiois Ricard D. Irwan inc.

Guilbert J.J. (1977). Educational Hand Book for Health Personal. WHO.
Terjemahan W.F Maramis.

Gomes,F.C.,(1997). Menajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset.

Hariadi E., Iswanto., Ahmad R.A. (2009). Hubungan Faktor Petugas Puskesmas
dengan Cakupan Penderita Tuberculosis Paru BTA Positif. Berita
Kedokteran Masyarakat, Vol 25, no 4.

Hasibuan P.S. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta:
PT.Bumi Aksara.

Ilyas Y. (2002). Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian. Jakarta: Pusat Kajian
Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Irianto K. (2002). Mengguak dunia mikro Organisme. Bandung: Sarana Mandiri


Prestasi.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pedoman jejaring dan pemantapan mutu


pemeriksaan mikroskopis tuberkulosis.Ditjen Bina dan Upaya Kesehatan
Depkes RI. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan


Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Khoiruddin A. (2013). Jurnal . Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Tenaga


Kesehatan dalam Upaya Peningkatan Penemuan Suspek TB Paru di
Kediri. Jurnal Ilmu Menajemen, Vol 5, no 3.

Kurniawati I. (2012). Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas


Puskesmas dalam Pengelolaan pasien TB Paru Mangkir di Pekalongan.
Universitas Dipenegoro semarang, Jurnal JITK, Vol 5, no 1.

Kurniati., Rhina W. (2003). Menghitung Kebutuhan Tenaga Analis Laboratorium


di Sub Unit Penyakit Infeksi Instalasi Patologi Klinik RS Dr. Sardjito,
Laporan Manajemen, Program Pendidikan Dokter Spesialis-I Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Lemeshow S., David W.H., Jennelle K., Stephen K.L. (1997). Besar Sampel
dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 121

Lewa., Subono (2005). Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Lubis K.A. (2008). Pengaruh Pelatihan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT.Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Medan.
Tesis, Universitas Sumatra Utara.

Mangkunegara A.A., Anwar P. (2004). Perencanaan dan Pengembangan Sumber


Daya Manusia. Bandung: PT. Refika Aditama.

Malayu H.H. (2003). Produktitivas dan motivasi. Jakarta: Fajar Utama.

Moeheriono. (2012). Pengukuran Kinerja berbasis Kompetensi. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Misnadiarly. (2006). Tuberkulosis dan Mikobakterium Atipik. Jakarta: Dian


Rakyat.

Murti B. (1997). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press.

Notoatmojo S. (2003). Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo S. (2014). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Payaman J. (2011). Menajemen dan Evaluasi Kerja. Jakarta: Lembaga penerbit


Fakultas ekonomi UI.

Praditya P. (2010). Menajemen Mutu laboratorium TB pada Puskesmas Rujukan


Mikroskopis dan Pelaksana Mandiri di Kabupaten Situbondo. Fakultas
kesehatan Universitas Jember.

Siswidiyanto., Sukanto (2013). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap


Kinerja Pegawai. Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 2 no 1 hal 116-
121.

Program Pasca Sarjana. (2004). Pedoman penulisan tesis dan desertasi, program
Pasca Sarjana Universitas Airlangga.

Purwanti S. (2010). Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Fasilitas, Supervisi,


Dan Motivasi Terhadap Kinerja Petugas Pelaksana Pelayanan Rogram
Mtbs (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Di Kabupaten Banyumas.

Rindjaswati. (2001). Karakteristik Petugas Laboratorium Tb Paru di Puskesmas


Rujukan Mikroskopis Kota Surakarta, Skripsi, Universitas Diponegoro
Semarang.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 122

Rahmawanti., Bambang S.A.P. (2014). Pengaruh lingkungan kerja terhadap


karyawan, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol 8 no 2.

Robbins S.P. (2003). Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Indeks.

Rye A., Yusrizal D.S., Hadiwijoyo Y. (2009). Faktor yang Mempengaruhi


Penemuan Penderita TB paru di Kota Palu. Berita kedokteran
Masyarakat, Vol 25, no 2.

Sedarmayanti. (2009). Pengembangan Kepribadian Pegawai. Bandung: Mandar


Maju.

Seodarto. (2009). Penyakit menular di Indonesia. Segung Seto: Surabaya.

Somantri I. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Simamora H. (2004). Menajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE


YKPN.

Stoner J.A.F. (1982). Menagement: two edition, Prentice-Hall international Inc


Englewood Cliff, New York.

Suardiana. (2006). Faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas kesehatan


dalam diagnosis pneumonia pada balita pada sistem survailens
pneumonia dikabupaten Bangli tahun 2006. Tesis, Program Pasca Sarjana
Universitas Airlangga.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan


Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmawati. (2008). Pengaruh kepemimpinan, lingkungan fisik, dan konpensasi


terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina Pekalongan. Tesis.
Universitas Dipenegoro.

Sunyoto D. (2012). Teori, Kuesioner, dan Anlisis Data Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: CAPS.

Suparyanto. (2005). Upaya peningkatan penemuan suspek TB paru melalui


analisis kinerja tenaga kesehatan puskesmas, Tesis, Program Pasca
Sarjana Universitas Airlangga.

Sutanto P.H. (2013). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sutrisno E. (2010). Menajemen Sumber Daya Manusia Edisi I. Cetakan kedua.


Jakarta: Prenda Media Grup.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 123

Sutrisno. (2010). Analisis Faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas


tuberkulosis puskesmas di kabupaten jember. Tesis, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.

Warr P. (1994). A conceptualframework for the study of work and mental health,
Work and stress.

WHO. (2014). Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR TB). (Sitasi 02 Maret


2016).

WHO. (2015). Global Tiberculosis Report Editon. Geneva: WHO Press.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga. Jakarta: PT.Raja Grafindo


Prasada.

Widoyono. (2011). Penyakit tropis, epidemiologi, penularan, pencegahan dan


pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 124
Lampiran 1
PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rosdiyanti, SST


Nim : 101414553022
Status : Mahasiswa Program Studi Magister Epidemiologi Universitas Airlangga

Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Analisis faktor yang mempengaruhi kinerja
petugas laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya
tahun 2016

Penelitian ini melibatkan 50 orang petugas laboratorium tuberkulosis sebagai responden.


Bacalah informasi ini baik baik sebelum memutuskan untuk ikut dalam penelitian ini.
Apabila belum mengerti atau belum jelas mengenai informasi ini, janganlah ragu untuk
bertanya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi kinerja petugas
laboratorium tuberkulosis dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016.
Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini hanya berupa wawancara dan observasi cara
kerja responden dalam pembuatan sediaan dahak. Wawancara akan dilakukan di
laboratorium, Waktu yang dibutuhkan kurang lebih 1 jam untuk setiap responden.
Manfaat
Sebagai evaluasi kerja bagi responden dalam pembuatan sediaan dahak di kota Surabaya.
Bahaya potensial
Penelitian ini tidak mengakibatkan bahaya terhadap responden dikarenakan tidak ada
perlakuan, namun hanya dilakukan observasi dan wawancara untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan terkait penelitian.
Kerahasiaan
Segala informasi yang diperoleh selama penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan
menjadi tanggung jawab peneliti.
Hak untuk mengundurkan diri
Responden ikut dalam penelitian ini atas dasar suka rela, Tidak ada paksaan sehingga
responden berhak untuk ikut atau tidak ikut serta.
Insentif untuk Responden
Responden yang ikut dalam penelitian ini tidak mendapatkan insentif berupa uang, namun
peneliti akan memberikan souvenir berupa flashdisk.
Kontak yang dapat dihubungi
Nama : Rosdiyanti
Alamat : Jl. Mulyorejo Utara No 149, Surabaya
No HP : 081231436777
e-mail : rosdiyanti1@gmail.com
124

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 125
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Unit Kerja :

Telah mendapatkan keterangan secara terperinci dan jelas mengenai :

1. Judul penelitian

2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subjek penelitian

3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian

4. Bahaya potensial yang akan timbul

5. Prosedur penelitian

Dalam prosedur penelitian mendapatkan kesempatan mengajukan pertanyaan tentang segala


sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
Oleh karena itu, maka saya nyatakan bersedia/tidak bersedia* ikut serta sebagai responden
dalam penelitian yang berjudul Analisis faktor yang mempengaruhi Kinerja Petugas
Laboratorium dalam pembuatan sediaan dahak di Kota Surabaya tahun 2016.
Demikin pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Surabaya, 2016

Responden Peneliti

( ) (Rosdiyanti, S.ST)

Saksi

( )

* Coret salah satu

125
TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 126
Lampiran 3

PANDUAN OBSERVASI
PEMBUATAN SEDIAAN APUSAN DAHAK OLEH PETUGAS LABORATORIUM
DI KOTA SURABAYA

BIODATA RESPONDEN
Nama
Umur ...... Tahun
Jenis Kelamin 1. Pria 2. Wanita
Pendidikan 1. Analis Kes 2. Non Analis Kes
Lama masa kerja ......Tahun

PETUNJUK PENGISIAN OBSERVASI


Peneliti memberi tanda check list ( ) sesuai data obyektif yang dilakukan oleh responden.
Ya :2
Tidak : 1
No. Pernyataan Ya Tidak

A. Kualitas spesimen (Sputum)


Dahak yang diperiksa mukopurulen/ kental kuning kehijauan.
B. Ukuran sediaan
Sediaan apusan dahak 2x3cm
C Kerataan sediaan
Apusan dahak terlihat merata, tidak terlihat daerah yang
kosong pada kaca objek
D Ketebalan sediaan
Sediaan apusan dahak yang belum dicat diletakan diatas surat
kabar, atau tulisan cetakan. Ketebalan sediaan apus dianggap
baik bila hurup hurup tulisannya masih dapat terbaca
E Kebersihan sediaan
Tidak terdapat kotoran,atau sisa tisue pada sediaan.

126
TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 127

1. Pernyataan Mengukur lingkungan kerja fisik

No Pernyataan Ya Tidak
1 Ruang kerja laboratorium memiliki
ventilasi
2 Di laboratorium terdapat kran air
yang mengalir.
3 Ruang laboratorium tidak sempit
4 Pencahayaan di laboratorium cukup
5 Tersedia ruangan khusus
laboratorium untuk pembuatan
sediaan dahak
6. Tersedia ruangan khusus tempat
pasien mengeluarkan dahak dan
SOP pengumpulan dahak
7 Sirkulasi udara baik

2. Pernyataan untuk mengukur pelatihan

No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya pernah mengikuti pelatihan
mikroskopis TB
2 Saya sudah mengikuti pelatihan
mikroskopis TB >3kali dalam 3
tahun terakhir
3 Pelatihan mikroskopis TB sangat
berguna untuk menambah
keterampilan saya dalam
pembuatan sediaan
4 Pelatihan mikroskopis TB
dilakukan 2 kali dalam 1 tahun
5 Pelatihan hanya dilakukan bila
kinerja dalam pembuatan sediaan
jelek

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 128

Lampiran 4

LEMBAR KUESIONER

Petunjuk pengisian :

Pilih salah satu jawaban menurut keyakinan saudara/i yang sesuai dengan situasi dan kondisi

saat ini, dengan cara memberi tanda silang ( ) pada kolom yang sesuai untuk pertanyaan

berikut :

Keterangan

Skor 4 : Bila responden menjawab sangat setuju pada daftar pertanyaan

Skor 3 : Bila responden menjawab setuju pada daftar pertanyaan

Skor 2 : Bila responden menjawab tidak setuju pada daftar pertanyaan

Skor 1 : Bila responden menjawab sangat tidak setuju pada daftar pertanyaan

3. Pernyataan untuk mengukur motivasi

No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak Setuju
1 Saya selalu menjelaskan cara
mengeluarkan spesimen yang
baik kepada pasien
2 Saya berusaha membuat sediaan
yang rata dan tidak ada bagian
yang kosong
3 Sediaan yang saya buat tidak
pernah tebal
4 Saya membuat sediaan dengan
ukuran besar
5 Saya menjaga kebersihan kaca
sediaan sebelum digunakan
6 Saya merasa senang jika sediaan
yang dibuat baik

128
TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 129

7 Saya merasa ilmu saya


bermanfaat dalam melakukan
pembuatan sediaan apusan
dahak
8 Saya mengerjakan tugas saya
sebagai mikroskopis TB dengan
baik dan benar
9 Saya merasa tenang bekerja
sebagai petugas laboratoriun TB
10 Pekerjaan membuat sediaan
apusan dahak masuk kedalam
penilaian prestasi kerja

4. Pernyataan Mengukur Imbalan/insentif

No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak Setuju
1 Saya merasa puas dengan insentif
yang diberikan dari pembuatan
sediaan dahak
2 Pembagian insentif dari pembuatan
sediaan sesuai dengan keputusan
atasan
3 Pemberian insentif memotivasi
saya dalam pembuatan sediaan
dahak
4 Insentif yang diberikan sesuai
dengan risiko pekerjaan saya dalam
pembuatan sediaan dahak
5 Saya mendapat imbalan jika
membuat sediaan dahak yang baik

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 130

6 Pemberian insentif memotivasi


saya dalam pembuatan sediaan
dahak

5. Pernyataan : Mengukur beban kerja

No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak Setuju
1 Beban kerja saya tidak sesuai
dengan kemampuan saya
2 Mempunyai tugas lain Selain
tugas pokok sebagai petugas
laboratorium
3 Waktu yang cukup dalam
pembuatan sediaan dahak
4 Saya merasa jijik saat membuat
sediaan dahak
5 Memiliki tugas selain tugas
pokok sebagai tenaga
laboratorium merupakan beban
bagi saya

6. Pernyataan : Mengukur sikap

No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak Setuju
1 Saya mendukung jika spesimen
dahak bukan air liur
2 Saya mendukung diagnosis TB
secara mikroskopis
3 Saya bersikap sopan ketika
pasien mengantarkan dahak
4 Saya membuat sediaan apusan
dahak sesuai prosedur

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 131

5 Saya membuat sediaan dengan


penuh tanggung jawab
6 Saya menjelaskan kepada pasien
cara mengeluarkan dahak yang
baik
7 Saya bertanggung jawab
membuat sediaan yang rata
8 Saya melaporkan permasalahan
dilaboratorium
9 Saya mengunakan alat pelindung
diri saat berkerja dilaboratorium
10 Membersihkan laboratorium
setelah selesai bekerja

8. Pernyataan : Mengukur supervisi

No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak Setuju
1 Ada pemberitahuan terlebih
dahulu sebelum Supervisi
2 Ketika supervisi saya merasa
diperhatikan prosedur kerja saya
3 Supervisi untuk evaluasi
kesalahan saya dalam pembuatan
sediaan dahak
4 Saat supervisi selalu diberikan
pengarahan tentang cara
pembuatan sediaan apusan dahak
5 Saya senang supervisi rutin
dilakukan
6 Supervisi membantu menemukan
masalah tekhis dan masalah
operasional di laboratorium

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 132

7 Supervisi membantu
menyelesaikan masalah yang ada
di laboratorium
8 Hasil supervisi dikirim (umpan
balik) ke puskesmas
9 Supervisi dilaksanakan oleh dinas
kesehatan
10 Semakin sering supervisi semakin
baik

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 133
Lampiran 5

KAJI ETIK

133
TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 134

Lampiran 6

ANALISIS DATA

1. Frekuensi Umur Responden


Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Umur 40 Tahun 40 80,0 80,0 80,0
Valid Umur > 40 10 20,0 20,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

2. Frekuensi Jenis Kelamin


jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
perempuan 41 82,0 82,0 82,0
Valid lakilaki 9 18,0 18,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

3. Frekuensi Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Analis Kesehatan 49 98,0 98,0 98,0
Valid Non Analis Kesehatan 1 2,0 2,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

4. Frekuensi Masa Kerja


Masa Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
6 Tahun 44 88,0 88,0 88,0
Valid < 6 Tahun 6 12,0 12,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

5. Frekuensi Lingkungan Kerja


LingkungaKerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Nyaman 32 64,0 64,0 64,0
Valid Tidak Nyaman 18 36,0 36,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

134
TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 135

6. Frekuensi Pelatihan
Pelatihan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Baik 18 36,0 36,0 36,0
Valid Kurang Baik 32 64,0 64,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

7. Frekuensi Motivasi
Motivasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Motivasi Tinggi 33 66,0 66,0 66,0
Valid Motivasi Rendah 17 34,0 34,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

8. Frekuensi Insentif
Insentif
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 12 24,0 24,0 24,0
Valid Tidak 38 76,0 76,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

9. Frekuensi Beban Kerja


Beban Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
sesuai 17 34.0 34.0 34.0
Valid tidak sesuai 33 66.0 66.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

10. Frekuensi Sikap


Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Mendukung 42 84,0 84,0 84,0
Valid Tidak Mendukung 8 16,0 16,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

11. Frekuensi Supervisi


Supervisi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Baik 44 88,0 88,0 88,0
Valid Kurang Baik 6 12,0 12,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 136

12. Kinerja

kinerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
baik 24 48,0 48,0 48,0
Valid Buruk 26 52,0 52,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

1. Crosstabs Umur terhadap Kinerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
kinerja

Umur * kinerja Crosstabulation


kinerja Total
baik Buruk
Count 19 21 40
Umur 40 Tahun % within 47,5% 52,5% 100,0%
Umur
Umur
Count 5 5 10
Umur > 40 % within 50,0% 50,0% 100,0%
Umur
Count 24 26 50
Total % within 48,0% 52,0% 100,0%
Umur

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Exact Sig. Exact
Sig. (2- (2-sided) Sig. (1-
sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,020 1 ,887
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,020 1 ,887
Fisher's Exact Test 1,000 ,582
Linear-by-Linear ,020 1 ,889
Association
N of Valid Cases 50
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 4.80.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 137

b. Computed only for a 2x2 table

2. Crosstab Jenis kelamin terhadap kinerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jenis_kelamin * 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
kinerja

jenis_kelamin * kinerja Crosstabulation


kinerja Total
baik Buruk
Count 21 20 41
perempuan
jenis_kelami % within jenis_kelamin 51,2% 48,8% 100,0%
n Count 3 6 9
lakilaki
% within jenis_kelamin 33,3% 66,7% 100,0%
Count 24 26 50
Total
% within jenis_kelamin 48,0% 52,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,946a 1 ,331
Continuity Correctionb ,365 1 ,546
Likelihood Ratio ,964 1 ,326
Fisher's Exact Test ,467 ,275
Linear-by-Linear ,927 1 ,336
Association
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
4.32.
b. Computed only for a 2x2 table

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 138

3. Crosstab pendidikan terhadap Kinerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat Pendidikan * 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
kinerja

Tingkat Pendidikan * kinerja Crosstabulation


kinerja Total
baik Buruk
Count 24 25 49
Analis Kesehatan
Tingkat % within Tingkat Pendidikan 49,0% 51,0% 100,0%
Pendidikan Non Analis Count 0 1 1
Kesehatan % within Tingkat Pendidikan 0,0% 100,0% 100,0%
Count 24 26 50
Total
% within Tingkat Pendidikan 48,0% 52,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square ,942 1 ,332
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio 1,327 1 ,249
Fisher's Exact Test 1,000 ,520
Linear-by-Linear ,923 1 ,337
Association
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.48.
b. Computed only for a 2x2 table

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 139

4. Crosstab Masa Kerja terhadap Kinerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Masa Kerja * 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
kinerja

Masa Kerja * kinerja Crosstabulation


kinerja Total
baik Buruk
Count 20 24 44
6 Tahun
% within Masa Kerja 45,5% 54,5% 100,0%
Masa Kerja
Count 4 2 6
< 6 Tahun
% within Masa Kerja 66,7% 33,3% 100,0%
Count 24 26 50
Total
% within Masa Kerja 48,0% 52,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square ,952 1 ,329
Continuity Correctionb ,292 1 ,589
Likelihood Ratio ,964 1 ,326
Fisher's Exact Test ,409 ,295
Linear-by-Linear ,933 1 ,334
Association
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
2.88.
b. Computed only for a 2x2 table

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 140

5. Crosstab Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
LingkungaKerja * 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
kinerja

LingkungaKerja * kinerja Crosstabulation


kinerja Total
baik Buruk
Count 21 11 32
Nyaman % within 65,6% 34,4% 100,0%
LingkungaKerja
LingkungaKerja
Count 3 15 18
Tidak Nyaman % within 16,7% 83,3% 100,0%
LingkungaKerja
Count 24 26 50
Total % within 48,0% 52,0% 100,0%
LingkungaKerja

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 11,063 1 ,001
Continuity Correctionb 9,188 1 ,002
Likelihood Ratio 11,831 1 ,001
Fisher's Exact Test ,001 ,001
Linear-by-Linear 10,841 1 ,001
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.64.
b. Computed only for a 2x2 table

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 141

6. Crosstab Pelatihan terhadap Kinerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pelatihan * kinerja 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

Pelatihan * kinerja Crosstabulation


kinerja Total
baik Buruk
Count 9 9 18
Baik
% within Pelatihan 50,0% 50,0% 100,0%
Pelatihan
Count 15 17 32
Kurang Baik
% within Pelatihan 46,9% 53,1% 100,0%
Count 24 26 50
Total
% within Pelatihan 48,0% 52,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,045a 1 ,832
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,045 1 ,832
Fisher's Exact Test 1,000 ,532
Linear-by-Linear ,044 1 ,834
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.64.
b. Computed only for a 2x2 table

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 142

7. Crosstab Motivasi terhadap Kinerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Motivasi * kinerja 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

Motivasi * kinerja Crosstabulation


kinerja Total
baik Buruk
Count 20 13 33
Motivasi Tinggi
% within Motivasi 60,6% 39,4% 100,0%
Motivasi
Count 4 13 17
Motivasi Rendah
% within Motivasi 23,5% 76,5% 100,0%
Count 24 26 50
Total
% within Motivasi 48,0% 52,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6,179a 1 ,013
Continuity Correctionb 4,783 1 ,029
Likelihood Ratio 6,433 1 ,011
Fisher's Exact Test ,018 ,013
Linear-by-Linear 6,056 1 ,014
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.16.
b. Computed only for a 2x2 table

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 143

8. Crosstab Insentif terhadap Kinerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Insentif * kinerja 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

Insentif * kinerja Crosstabulation


kinerja Total
baik Buruk
Count 10 2 12
Ya
% within Insentif 83,3% 16,7% 100,0%
Insentif
Count 14 24 38
Tidak
% within Insentif 36,8% 63,2% 100,0%
Count 24 26 50
Total
% within Insentif 48,0% 52,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 7,898a 1 ,005
Continuity Correctionb 6,145 1 ,013
Likelihood Ratio 8,405 1 ,004
Fisher's Exact Test ,007 ,006
Linear-by-Linear 7,740 1 ,005
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.76.
b. Computed only for a 2x2 table

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 144

9. Crosstab Beban kerja terhadap kinerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Beban Kerja * kinerja 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

Beban Kerja * kinerja Crosstabulation


kinerja Total
baik Buruk
Count 13 4 17
Tidak
% within Beban Kerja 76,5% 23,5% 100,0%
Beban Kerja
Count 11 22 33
Ya
% within Beban Kerja 33,3% 66,7% 100,0%
Count 24 26 50
Total
% within Beban Kerja 48,0% 52,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8,365a 1 ,004
Continuity Correctionb 6,726 1 ,010
Likelihood Ratio 8,675 1 ,003
Fisher's Exact Test ,007 ,004
Linear-by-Linear 8,197 1 ,004
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.16.
b. Computed only for a 2x2 table

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 145

10. Crosstab sikap terhadap kinerja


Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap * kinerja 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

Sikap * kinerja Crosstabulation


kinerja Total
baik Buruk
Count 22 20 42
Mendukung 52,4 47,6% 100,0%
% within Sikap
%
Sikap
Count 2 6 8
Tidak Mendukung 25,0 75,0% 100,0%
% within Sikap
%
Count 24 26 50
Total 48,0 52,0% 100,0%
% within Sikap
%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2,018a 1 ,155
Continuity Correctionb 1,071 1 ,301
Likelihood Ratio 2,108 1 ,147
Fisher's Exact Test ,250 ,151
Linear-by-Linear Association 1,978 1 ,160
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.84.
b. Computed only for a 2x2 table

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 146

11. Crosstab Supervisi terhadap Kinerja

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Supervisi * kinerja 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

Supervisi * kinerja Crosstabulation


kinerja Total
baik Buruk
Count 22 22 44
Baik
% within Supervisi 50,0% 50,0% 100,0%
Supervisi
Count 2 4 6
Kurang Baik
% within Supervisi 33,3% 66,7% 100,0%
Count 24 26 50
Total
% within Supervisi 48,0% 52,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square ,588 1 ,443
Continuity Correctionb ,110 1 ,741
Likelihood Ratio ,600 1 ,439
Fisher's Exact Test ,669 ,373
Linear-by-Linear Association ,576 1 ,448
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.88.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Masa Kerja * Kualitas 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Spesimen

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 147

Masa Kerja * Kualitas Spesimen Crosstabulation


Kualitas Spesimen Total
Dahak Air Liur
Count 19 25 44
% within Masa Kerja 43,2% 56,8% 100,0%
6 Tahun
% within Kualitas 86,4% 89,3% 88,0%
Spesimen
Masa Kerja
Count 3 3 6
% within Masa Kerja 50,0% 50,0% 100,0%
< 6 Tahun
% within Kualitas 13,6% 10,7% 12,0%
Spesimen
Count 22 28 50
% within Masa Kerja 44,0% 56,0% 100,0%
Total
% within Kualitas 100,0% 100,0% 100,0%
Spesimen

Kualitas Spesimen * Masa Kerja

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,100 1 ,752
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,099 1 ,753
Fisher's Exact Test 1,000 ,543
Linear-by-Linear ,098 1 ,755
Association
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,64.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Masa Kerja * Ukuran 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Sediaan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 148

Masa Kerja * Ukuran Sediaan Crosstabulation


Ukuran Sediaan Total
Baik Tidak Baik
Count 26 18 44
% within Masa Kerja 59,1% 40,9% 100,0%
6 Tahun
% within Ukuran 96,3% 78,3% 88,0%
Sediaan
Masa Kerja
Count 1 5 6
% within Masa Kerja 16,7% 83,3% 100,0%
< 6 Tahun
% within Ukuran 3,7% 21,7% 12,0%
Sediaan
Count 27 23 50
% within Masa Kerja 54,0% 46,0% 100,0%
Total
% within Ukuran 100,0% 100,0% 100,0%
Sediaan

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3,826 1 ,050
Continuity Correctionb 2,308 1 ,129
Likelihood Ratio 4,053 1 ,044
Fisher's Exact Test ,082 ,064
Linear-by-Linear 3,749 1 ,053
Association
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,76.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Masa Kerja * Kerataan 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Sediaan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 149

Masa Kerja * Kerataan Sediaan Crosstabulation


Kerataan Sediaan Total
Rata Tidak Rata
Count 10 34 44
% within Masa Kerja 22,7% 77,3% 100,0%
6 Tahun
% within Kerataan 83,3% 89,5% 88,0%
Sediaan
Masa Kerja
Count 2 4 6
% within Masa Kerja 33,3% 66,7% 100,0%
< 6 Tahun
% within Kerataan 16,7% 10,5% 12,0%
Sediaan
Count 12 38 50
% within Masa Kerja 24,0% 76,0% 100,0%
Total
% within Kerataan 100,0% 100,0% 100,0%
Sediaan

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,326a 1 ,568
Continuity Correctionb ,004 1 ,951
Likelihood Ratio ,305 1 ,581
Fisher's Exact Test ,621 ,447
Linear-by-Linear ,319 1 ,572
Association
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,44.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Masa Kerja * Ketebalan 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Sediaan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 150

Masa Kerja * Ketebalan Sediaan Crosstabulation


Ketebalan Sediaan Total
Baik Tidak Baik
Count 18 26 44
% within Masa Kerja 40,9% 59,1% 100,0%
6 Tahun
% within Ketebalan 78,3% 96,3% 88,0%
Sediaan
Masa Kerja
Count 5 1 6
% within Masa Kerja 83,3% 16,7% 100,0%
< 6 Tahun
% within Ketebalan 21,7% 3,7% 12,0%
Sediaan
Count 23 27 50
% within Masa Kerja 46,0% 54,0% 100,0%
Total
% within Ketebalan 100,0% 100,0% 100,0%
Sediaan

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 3,826a 1 ,050
Continuity Correctionb 2,308 1 ,129
Likelihood Ratio 4,053 1 ,044
Fisher's Exact Test ,082 ,064
Linear-by-Linear 3,749 1 ,053
Association
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,76.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Masa Kerja * Kebersihan 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Sediaan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 151

Masa Kerja * Kebersihan Sediaan Crosstabulation


Kebersihan Sediaan Total
Bersih Kotor
Count 36 8 44
% within Masa Kerja 81,8% 18,2% 100,0%
6 Tahun
% within Kebersihan 87,8% 88,9% 88,0%
Sediaan
Masa Kerja
Count 5 1 6
% within Masa Kerja 83,3% 16,7% 100,0%
< 6 Tahun
% within Kebersihan 12,2% 11,1% 12,0%
Sediaan
Count 41 9 50
% within Masa Kerja 82,0% 18,0% 100,0%
Total
% within Kebersihan 100,0% 100,0% 100,0%
Sediaan

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,008a 1 ,928
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,008 1 ,927
Fisher's Exact Test 1,000 ,707
Linear-by-Linear ,008 1 ,929
Association
N of Valid Cases 50
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,08.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pelatihan * Kualitas 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Spesimen

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 152

Pelatihan * Kualitas Spesimen Crosstabulation


Kualitas Spesimen Total
Dahak Air Liur
Count 12 6 18
% within Pelatihan 66,7% 33,3% 100,0%
Baik
% within Kualitas 54,5% 21,4% 36,0%
Spesimen
Pelatihan
Count 10 22 32
% within Pelatihan 31,3% 68,8% 100,0%
Kurang Baik
% within Kualitas 45,5% 78,6% 64,0%
Spesimen
Count 22 28 50
% within Pelatihan 44,0% 56,0% 100,0%
Total
% within Kualitas 100,0% 100,0% 100,0%
Spesimen

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5,864 1 ,015
Continuity Correctionb 4,515 1 ,034
Likelihood Ratio 5,929 1 ,015
Fisher's Exact Test ,020 ,017
Linear-by-Linear 5,747 1 ,017
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,92.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pelatihan * Ukuran 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Sediaan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 153

Pelatihan * Ukuran Sediaan Crosstabulation


Ukuran Sediaan Total
Baik Tidak Baik
Count 8 10 18
% within Pelatihan 44,4% 55,6% 100,0%
Baik
% within Ukuran 29,6% 43,5% 36,0%
Sediaan
Pelatihan
Count 19 13 32
% within Pelatihan 59,4% 40,6% 100,0%
Kurang Baik
% within Ukuran 70,4% 56,5% 64,0%
Sediaan
Count 27 23 50
% within Pelatihan 54,0% 46,0% 100,0%
Total
% within Ukuran 100,0% 100,0% 100,0%
Sediaan

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,034 1 ,309
Continuity Correctionb ,520 1 ,471
Likelihood Ratio 1,034 1 ,309
Fisher's Exact Test ,382 ,235
Linear-by-Linear 1,013 1 ,314
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,28.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pelatihan * Kerataan 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Sediaan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 154

Pelatihan * Kerataan Sediaan Crosstabulation


Kerataan Sediaan Total
Rata Tidak Rata
Count 2 16 18
% within Pelatihan 11,1% 88,9% 100,0%
Baik
% within Kerataan 16,7% 42,1% 36,0%
Sediaan
Pelatihan
Count 10 22 32
% within Pelatihan 31,3% 68,8% 100,0%
Kurang Baik
% within Kerataan 83,3% 57,9% 64,0%
Sediaan
Count 12 38 50
% within Pelatihan 24,0% 76,0% 100,0%
Total
% within Kerataan 100,0% 100,0% 100,0%
Sediaan

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2,562 1 ,109
Continuity Correctionb 1,576 1 ,209
Likelihood Ratio 2,801 1 ,094
Fisher's Exact Test ,170 ,102
Linear-by-Linear 2,510 1 ,113
Association
N of Valid Cases 50
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,32.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pelatihan * Ketebalan 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Sediaan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 155

Pelatihan * Ketebalan Sediaan Crosstabulation


Ketebalan Sediaan Total
Baik Tidak Baik
Count 6 12 18
% within Pelatihan 33,3% 66,7% 100,0%
Baik
% within Ketebalan 26,1% 44,4% 36,0%
Sediaan
Pelatihan
Count 17 15 32
% within Pelatihan 53,1% 46,9% 100,0%
Kurang Baik
% within Ketebalan 73,9% 55,6% 64,0%
Sediaan
Count 23 27 50
% within Pelatihan 46,0% 54,0% 100,0%
Total
% within Ketebalan 100,0% 100,0% 100,0%
Sediaan

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 1,817 1 ,178
Continuity Correctionb 1,107 1 ,293
Likelihood Ratio 1,844 1 ,175
Fisher's Exact Test ,241 ,146
Linear-by-Linear 1,780 1 ,182
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,28.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pelatihan * Kebersihan 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
Sediaan

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 156

Pelatihan * Kebersihan Sediaan Crosstabulation


Kebersihan Sediaan Total
Bersih Kotor
Count 16 2 18
% within Pelatihan 88,9% 11,1% 100,0%
Baik
% within Kebersihan 39,0% 22,2% 36,0%
Sediaan
Pelatihan
Count 25 7 32
% within Pelatihan 78,1% 21,9% 100,0%
Kurang Baik
% within Kebersihan 61,0% 77,8% 64,0%
Sediaan
Count 41 9 50
% within Pelatihan 82,0% 18,0% 100,0%
Total
% within Kebersihan 100,0% 100,0% 100,0%
Sediaan

Logistic Regression

Case Processing Summary


Unweighted Casesa N Percent
Included in 50 100,0
Analysis
Selected Cases
Missing Cases 0 ,0
Total 50 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 50 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the
total number of cases.

Dependent Variable
Encoding
Original Internal
Value Value
baik 0
Buruk 1

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 157

Categorical Variables Codings


Frequenc Parameter
y coding
(1)
Mendukung 42 ,000
Sikap Tidak 8 1,000
Mendukung
Motivasi Tinggi 33 ,000
Motivasi Motivasi 17 1,000
Rendah
Ya 12 ,000
Insentif
Tidak 38 1,000
Tidak 17 ,000
Beban Kerja
Ya 33 1,000
LingkungaKer Nyaman 32 ,000
ja Tidak Nyaman 18 1,000

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b
Observed Predicted
kinerja Percentage
baik Buruk Correct
baik 0 24 ,0
kinerja
Buruk 0 26 100,0
Step 0
Overall 52,0
Percentage
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant ,080 ,283 ,080 1 ,777 1,083

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 158

Variables not in the Equation


Score df Sig.
LingkunganKerja( 11,063 1 ,001
1)
Motivasi(1) 6,179 1 ,013
Variables
Step 0 Insentif(1) 7,898 1 ,005
BebanKerja(1) 8,365 1 ,004
Sikap(1) 2,018 1 ,155
Overall Statistics 22,833 5 ,000

Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 28,421 5 ,000
Step 1 Block 28,421 5 ,000
Model 28,421 5 ,000
Step -2,008 1 ,156
Step 2a Block 26,413 4 ,000
Model 26,413 4 ,000
Step -2,694 1 ,101
a
Step 3 Block 23,719 3 ,000
Model 23,719 3 ,000
a. A negative Chi-squares value indicates that
the Chi-squares value has decreased from the
previous step.

Model Summary
Step -2 Log Cox & Snell Nagelkerke
likelihood R Square R Square
a
1 40,814 ,434 ,578
2 42,822b ,410 ,547
b
3 45,516 ,378 ,504
a. Estimation terminated at iteration number 6
because parameter estimates changed by less than
.001.
b. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less than
.001.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 159

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 10,410 7 ,167
2 5,057 6 ,536
3 3,645 5 ,602

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

kinerja = baik kinerja = Buruk Total

Observed Expecte Observed Expecte


d d

1 4 3,941 0 ,059 4

2 5 4,660 0 ,340 5

3 3 5,110 3 ,890 6

4 6 5,012 2 2,988 8

Step 1 5 4 2,345 1 2,655 5

6 1 1,095 3 2,905 4

7 0 ,816 4 3,184 4

8 1 ,759 5 5,241 6

9 0 ,262 8 7,738 8
1 5 4,842 0 ,158 5
2 4 3,605 0 ,395 4
3 4 5,662 3 1,338 7
4 3 2,341 1 1,659 4
Step 2
5 6 5,117 4 4,883 10
6 1 1,704 6 5,296 7
7 1 ,508 4 4,492 5
8 0 ,221 8 7,779 8
1 5 4,855 0 ,145 5
Step 3
2 5 4,290 0 ,710 5

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 160

3 6 6,871 3 2,129 9

4 0 ,855 2 1,145 2

5 6 5,758 8 8,242 14

6 1 ,499 1 1,501 2

7 1 ,872 12 12,128 13

Classification Tablea
Observed Predicted
kinerja Percentage
baik Buruk Correct
baik 19 5 79,2
kinerja
Buruk 5 21 80,8
Step 1
Overall 80,0
Percentage
baik 22 2 91,7
kinerja
Buruk 8 18 69,2
Step 2
Overall 80,0
Percentage
baik 16 8 66,7
kinerja
Buruk 3 23 88,5
Step 3
Overall 78,0
Percentage
a. The cut value is .500

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 161

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
LingkunganKerja( 2,023 ,936 4,671 1 ,031 7,561 1,207 47,357
1)
Motivasi(1) 1,805 ,929 3,773 1 ,052 6,079 ,984 37,561
a
Step 1 Insentif(1) 2,460 1,154 4,542 1 ,033 11,710 1,219 112,525
BebanKerja(1) 1,304 ,841 2,406 1 ,121 3,686 ,709 19,159
Sikap(1) 1,435 1,045 1,886 1 ,170 4,200 ,542 32,557
Constant -4,208 1,396 9,082 1 ,003 ,015
LingkunganKerja( 2,226 ,925 5,785 1 ,016 9,259 1,510 56,784
1)
a Motivasi(1) 1,382 ,873 2,507 1 ,113 3,983 ,720 22,037
Step 2
Insentif(1) 2,427 1,087 4,986 1 ,026 11,320 1,345 95,253
BebanKerja(1) 1,396 ,808 2,984 1 ,084 4,040 ,829 19,694
Constant -3,870 1,276 9,202 1 ,002 ,021
LingkunganKerja( 2,274 ,889 6,547 1 ,011 9,720 1,703 55,492
1)
Step 3a Insentif(1) 2,340 1,035 5,106 1 ,024 10,379 1,364 78,990
BebanKerja(1) 1,530 ,793 3,722 1 ,054 4,620 ,976 21,868
Constant -3,512 1,179 8,877 1 ,003 ,030
a. Variable(s) entered on step 1: LingkunganKerja, Motivasi, Insentif, BebanKerja, Sikap.

Model if Term Removed


Variable Model Log Change in -2 df Sig. of the
Likelihood Log Change
Likelihood
LingkunganKer -23,170 5,527 1 ,019
ja
Motivasi -22,465 4,117 1 ,042
Step 1
Insentif -23,365 5,915 1 ,015
BebanKerja -21,658 2,503 1 ,114
Sikap -21,411 2,008 1 ,156
LingkunganKer -25,007 7,192 1 ,007
ja
Step 2 Motivasi -22,758 2,694 1 ,101
Insentif -24,730 6,637 1 ,010
BebanKerja -22,996 3,170 1 ,075
LingkunganKer -26,925 8,335 1 ,004
ja
Step 3
Insentif -26,084 6,653 1 ,010
BebanKerja -24,767 4,018 1 ,045

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 162

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Variables Sikap(1) 2,000 1 ,157
Step 2a
Overall Statistics 2,000 1 ,157
Motivasi( 2,685 1 ,101
Variables 1)
Step 3b
Sikap(1) ,572 1 ,450
Overall Statistics 4,843 2 ,089
a. Variable(s) removed on step 2: Sikap.
b. Variable(s) removed on step 3: Motivasi.

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 163

Lampiran 7

DOKUMENTASI PENELITIAN

163
TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 164

TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 165 8
Lampiran

SURAT IZIN PENELITIAN

165
TESIS ANALISIS FAKTOR YANG ... ROSDIYANTI

Anda mungkin juga menyukai