BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dari pedoman penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD Tahun
Anggaran 2017 adalah sebagai berikut;
1. RKA SKPD dan RKA PPKD disusun dengan menggunakan
pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah yakni
pendekatan berdasarkan kebijakan dengan pengambilan
keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dengan
perspektif lebih dari satu tahun anggaran dengan
mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang
bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam
prakiraan maju (forward estimate) yang berisi perhitungan
kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun
yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program
dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan
anggaran yahun berikutnya;
2. RKA SKPD dan RKA PPKD disusun dengan menggunakan
pendekatan penganggaran terpadu (Unified Budgeting) yang
dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada
prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana;
BAB II
URUSAN PEMERINTAHAN, STRUKTUR ORGANISASI,
STRUKTUR APBD
DAN PAGU ANGGARAN INDIKATIF
t. Statistik;
u. Persandian;
v. Kebudayaan;
w. Perpustakaan;
x. Kearsipan;
y. Kelautan dan Perikanan;
z. Pariwisata;
aa. Pertanian;
bb. Kehutanan;
cc. Energi dan Sumber Daya Mineral;
dd. Perdagangan;
ee. Perindustrian; dan
ff. Transmigrasi.
c. Pertanian;
d. Kehutanan;
e. Energi dan Sumber Daya Mineral;
f. Perdagangan;
g. Perindustrian; dan
h. Transmigrasi.
Penyelenggaran urusan wajib berpedoman pada standar
pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan
dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah daerah yang melalaikan
penyelenggaran urusan pemerintahan yang bersifat wajib,
penyelenggarannya dilaksanakan oleh pemerintah dengan
pembiayaan bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah yang bersangkutan. Sebelum penyelenggaraan urusan
pemerintahan, pemerintah melakukan langkah-langkah pembinaan
terlebih dahulu berupa teguran, instruksi, pemeriksaan, sampai
dengan penugasan pejabat Pemerintah ke daerah yang bersangkutan
untuk memimpin penyelenggaran urusan pemeritahan yang bersifat
wajib tersebut.
Menteri/kepala lembaga pemerintah non departemen
menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk
pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan. Di dalam
menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria memperhatikan
keserasian hubungan Pemerintahan dengan pemerintahan daerah
dan antar pemerintahan daerah sebagai satu kesatuan sistem dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB III
PEDOMAN PENYUSUNAN PENDAPATAN
(RKA-SKPD 1 dan RKA PPKD)
4 PENDAPATAN DAERAH
4 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
4 1 1 Pajak Daerah
4 1 1 01 Pajak Kendaraan Bermotor
4 1 1 01 01 A-1 Sedan, Jeep, Station Wagon ( Pribadi )
4 1 1 01 02 A-2 Sedan, Jeep, Station Wagon ( Umum )
4 1 1 01 03 B-1 Bus, Micro Bus ( Pribadi )
4 1 1 01 04 B-2 Bus, Micro Bus ( Umum )
4 1 1 01 05 C-1 Truck, Pick Up ( Pribadi )
4 1 1 01 06 C-2 Truck, Pick up ( Umum )
4 1 1 05 01 Premium
4 1 1 05 02 Pertamax
4 1 1 05 03 Pertamax Plus
4 1 1 05 04 Solar
4 1 1 05 05 Gas
4 1 1 05 06 Dst .
4 1 1 07 Pajak Rokok
4 1 1 07 01 Pajak Rokok
4 1 2 Retribusi Daerah
4 1 3 03 01 Perusahaan Patungan
4 1 3 03 02 Dst .
4 1 4 02 Jasa Giro
4 1 4 02 01 Jasa Giro Kas Daerah
4 1 4 03 Pendapatan Bunga
4 1 4 03 01 Rekening Deposito pada Bank
4 1 4 03 02 Dst .
4 1 4 06 07 Bidang Perhubungan
4 1 4 06 08 Bidang Lingkungan Hidup
4 1 4 06 09 Bidang Pertanahan
4 1 4 06 10 Dst .
4 2 DANA PERIMBANGAN
4 3 2 Dana Darurat
4 3 4 01 Dana Penyesuaian
4 3 4 01 01 Dana Penyesuaian
4 3 4 01 02 Dst .
Dasar Pengenaan
Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dihitung
sebagai perkalian dari 2 (dua) unsur pokok, yaitu:
Dasar Pengenaan
Dasar pengenaan BBNKB dihitung berdasarkan Nilai Jual
Kendaraan Bermotor yang diperoleh berdasarkan harga
pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor.
e. Pajak Rokok
Dengan nama Pajak Rokok dipungut oleh instansi
Pemerintah yang berwenang memungut cukai bersama
dengan pemungutan cukai rokok.
Obyek Pajak Rokok yaitu konsumsi rokok.
Rokok sebagaimana tersebut diatas meliputi sigaret, cerutu,
dan rokok daun.
Dikecualikan dari obyek Pajak Rokok adalah rokok yang
tidak dikenai cukai berdasarkan peraturan perundang-
undangan di bidang cukai.
Subyek Pajak Rokok adalah konsumen rokok.
Wajib Pajak Rokok yaitu pengusaha pabrik rokok/produsen
dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok
Pengusaha Barang Kena Cukai.
BAB IV
PEDOMAN PENYUSUNAN BELANJA
RKA-SKPD 2
b. Belanja Langsung
Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan
program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan
untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang
menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
Urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan pemerintahan
wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan
pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan
dasar.
Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk
program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka
peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan
pemerintah daerah kepada kepentingan publik. Penyusunan
anggaran belanja pada setiap program dan kegiatan untuk
urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar
ditetapkan dengan SPM dan berpedoman pada standar teknis
dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan
kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait
dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan
5 1 1 BELANJA PEGAWAI
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 1 1 01 01 Gaji Pokok PNS/Uang Representasi1)
5 1 1 01 02 Tunjangan Keluarga
5 1 1 01 03 Tunjangan Jabatan 1)
5 1 1 01 04 Tunjangan Fungsional
5 1 1 01 05 Tunjangan Fungsional Umum
5 1 1 01 06 Tunjangan Beras 1)
5 1 1 01 12 Tunjangan Komisi 2)
5 1 1 01 16 Tunjangan Perumahan 2)
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 1 1 02 03 Tambahan Penghasilan berdasarkan kondisi kerja
5 1 1 02 04 Tambahan Penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi
5 1 1 02 05 Dst ...................
5 1 1 04 03 Dst ...............
5 1 2 BELANJA BUNGA
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 1 2 01 01 Bunga Utang Pinjaman kepada Pemerintah
Bunga Utang Pinjaman kepada Pemerintah Daerah
5 1 2 01 02
lainnya
5 1 2 01 03 Bunga Utang Pinjaman kepada Lembaga Keuangan Bank
Bunga Utang Pinjaman kepada Lembaga Keuangan
5 1 2 01 04
Bukan Bank
5 1 2 01 05 Dst
5 1 2 03 Dst ................................
5 1 3 BELANJA SUBSIDI
5 1 3 02 Dst
5 1 4 BELANJA HIBAH
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 1 4 01 Belanja Hibah kepada Pemerintah Pusat
5 1 4 01 01 Pemerintah Pusat
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 1 4 07 Belanja Hibah Dana BOS 6)
5 1 4 08 Dst
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 1 5 04 01 Belanja Bantuan Partai Politik 7)
5 1 5 04 02 Dst................................ 7)
5 1 5 05 Dst .
Kode
Uraian
Rekening
1 2
Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada
5 1 6 04
Kabupaten/Kota
Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah Kepada
5 1 6 04 01
Kabupaten/Kota .
5 1 6 04 02 Dst
5 1 6 06 Dst .
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 1 7 06 Dst....................................
5 1 8 02 Dst .
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 BELANJA LANGSUNG
5 2 1 BELANJA PEGAWAI
5 2 1 01 Honorarium PNS
5 2 1 01 01 Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan
5 2 1 01 02 Honorarium Tim Pengadaan Barang dan Jasa
5 2 1 01 03 Dst
5 2 1 03 Uang Lembur
5 2 1 03 01 Uang Lembur PNS
5 2 1 03 02 Uang Lembur Non PNS
5 2 1 03 03 Dst .
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 1 05 03 Dst .
5 2 1 06 Dst
5 2 2 02 Belanja Bahan/Material
5 2 2 02 01 Belanja bahan baku bangunan
5 2 2 02 02 Belanja bahan/bibit tanaman
5 2 2 02 03 Dst
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 2 04 03 Dst
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 2 09 03 Dst
Kode
Uraian
Rekening
1 2
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 2 20 Belanja Pemeliharaan
5 2 2 20 01 Belanja Pemeliharan Jalan
5 2 2 20 02 Belanja Pemeliharan Jembatan
5 2 2 20 03 Dst
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 2 24 02 Belanja Barang Yang Akan Dijual Kepada Pihak Ketiga
5 2 2 25 Dst .
5 2 3 BELANJA MODAL
5 2 3 01 Belanja Modal Pengadaan Tanah
5 2 3 01 01 Belanja modal pengadaan tanah kantor
Belanja modal pengadaan tanah sarana kesehatan rumah
5 2 3 01 02
sakit
5 2 3 01 03 Dst ....................................
Kode
Uraian
Rekening
1 2
Tidak Bermotor
5 2 3 04 01 Belanja modal pengadaan gerobak
Belanja modal pengadaan
5 2 3 04 02
pedati/delman/dokar/bendi/cidomo/andong
5 2 3 04 03 Dst
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 3 08 02 Belanja modal pengadaan mesin bubut
5 2 3 08 03 Dst
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 3 13 02 Belanja modal pengadaan meja rapat
5 2 3 13 03 Dst
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 3 18 01 Belanja modal pengadaan timbangan
5 2 3 18 02 Belanja modal pengadaan teodolite
5 2 3 18 03 Dst
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 3 23 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air
5 2 3 23 01 Belanja modal pengadaan konstruksi bendungan
5 2 3 23 02 Belanja modal pengadaan konstruksi waduk
5 2 3 23 03 Dst
Kode
Uraian
Rekening
1 2
5 2 3 27 02 Belanja modal pengadaan buku fisika
5 2 3 27 03 Dst
BAB V
PEDOMAN PENYUSUNAN PEMBIAYAAN
RKA-SKPD 3
Kode
Uraian
Rekening
1 2
6 PEMBIAYAAN DAERAH
6 1 1 06 Kegiatan lanjutan
6 1 1 06 01 Kegiatan lanjutan ......
6 1 1 06 02 Dst.
6 1 1 07 Dst ..............................
6 1 2 02 Dst ..............................
6 1 3 03 Dst..............................
6 1 4 02 02 Dst.
6 1 4 06 Dst ..............................
6 1 5 02 Dst ..............................
6 1 6 07 Dst.
6 2 1 02 Dst ..............................
6 2 2 04 Dana bergulir
6 2 2 04 01 Dana bergulir kepada kelompok masyarakat
6 2 2 04 02 Dst.
6 2 2 05 Dst.
6 2 3 10 02 Obligasi nomor
6 2 3 10 03 Dst.
6 2 3 11 Dst ..............................
6 2 4 03 Dst ..............................
6 3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan
daerah yang telah menetapkan lebih dari 10% (sepuluh per seratus)
agar tidak menurunkan jumlah alokasinya dan bagi daerah yang
belum mempunyai kemampuan agar dilaksanakan secara bertahap.
6. Belanja Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Bantuan
Operasional Keluarga Berencana (BOKB), Peningkatan Kapasitas
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dan Ketenagakerjaan (PK2,
UKM, dan Naker), Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi
(P2D2) yang bersumber dari DAK, dianggarkan pada APBD Tahun
Anggaran 2017 dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD
berkenaan.
7. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat
mengadakan kerjasama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi
dan efektifitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.
Kerjasama dapat dilakukan oleh daerah dengan:
a. Daerah lain;
b. Pihak ketiga; dan/atau
c. Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam penyelenggaraan pembangunan yang melibatkan beberapa
daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara lebih
efektif dan efisien, pemerintah daerah dapat menganggarkan program
dan kegiatan melalui pola kerjasama antar daerah dengan
mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis
Tata Cara Kerjasama Daerah serta peraturan perundang-undangan
lainnya. Apabila pemerintah daerah membentuk badan kerjasama,
maka masing-masing pemerintah daerah menganggarkan dalam APBD
dalam bentuk belanja hibah kepada badan kerjasama dengan
BAB VI
PENUTUP
GUBERNUR GORONTALO
RUSLI HABIBIE