Anda di halaman 1dari 3

PHYSIOLOGY OF NOSE

Including :
A. Olfaction (smelling)
B. Respiration (breathing)
C. Filtration of dust
D. Humidification
E. Reception and elimination of secretions from the paranasal sinuses and nasolacrimal ducts

A. OLFACTION
Olfactory area : 1/3 superior rongga hidung
Olfactory epithelium terdiri dari neuron bipolar dari CN I
Olfactory epithelium dilapisi oleh lapisan mukus yang mengandung Ig A, Ig M lactoferrin, dan
lysozyme mencegah masuknya patogen ke intracranial
Mechanism of odor differentiation and recognition :
10% udara yang dihirup menuju ke olfactory region

Lipophilic odorant molecule diikat oleh odorant-binding proteins agar bisa melewati hydrophilic
mucus di olfactory epithelium (faster than diffusion)

Odorant molecule kontak dengan cilia sel reseptor

Diterima oleh akson sel cribriform plate sinapse di olfactory bulb di CNS

Diproyeksikan ke piriform cortex, anterior olfactory nucleus, amygdala, entorhinal cortex,


hippocampus, hypothalamus, dan thalamus
Perubahan pada airflow hidung mempengaruhi fungsi penciuman
Nasal obstruction menurunkan kemampuan penciuman
B. RESPIRATION
Inspiration : nasal valve mengarahkan udara yang terhirup ke atas melewati middle turbinate,
dengan kecepatan 18m/second
Expiration : nasal valve berperan sebagai respiratory brake, expiration lebih lama daripada
inspiration, dan alirannya lebih turbulen
C. FILTRATION
Melalui mekanisme turbulent precipitation dan mucociliary clearance
Mucociliary clearance : mekanisme pembersihan rongga hidung dari hasil sekresinya ataupun
partikel yang terperangkap di dalamnya. Terdapat dua komponen penting :
1. Mucous blanket
Mucous blanket : tebal 10-15 mikrometer, terdiri dari hasil sekresi sel goblet dan kelenjar
submukosa dan cairan yang ditransport melalui epitelium yang melapisi rongga hidung
Terdiri dari sol phase (watery periciliary layer) dan gel phase (bagian yang dekat dengan
udara)

Juga mempunyai fungsi proteksi : merupakan first line defense mechanism terhadap
bakteri dan virus submukosa memproduksi IgA mencegah patogen menempel ke
mukosa dan mencegahnya untuk masuk ke lower respiratory tract
Juga memiliki fungsi dalam humidifikasi udara
Mucous blanket ini bergerak secara posterior menuju nasopharynx
2. Cilia
Cilia beat in a fixed direction that is determined
by the orientation of the basal feet of the cilia
Terdapat dua-stroke pattern : forward
(bengkok, cepat, pada keadaan inilah mukus
digerakkan) dan backward (kembali ke
keadaan semula, lamban)
D. HUMIDIFICATION
Setelah udara yang kita hirup melewati nasal valve,
udara tersebut kehilangan fast laminar flownya
digantikan dengan slower turbulent flow
Slow turbulent flow udara terhirup berada pada
maksimal kontak dengan nasal mucosa yang lebih
hangat udara terhangatkan menjadi sekitar 34
derajat celcius saat mencapai nasopharynx
Mekanisme humidification sama dengan heating
kelembapan udara saat melewati nasopharynx
mencapai 100%
Setelah inspirasi nasal mucosa lebih kering dan dingin keadaannya akan kembali saat
ekspirasi
Cooling expiratory air primarily takes place in the areas of inferior and middle turbinate

Reference :

1. Hall, John E. Guyton and Hall textbook of Medical Physiology Thirteenth Edition. 2016. Elsevier:
Philadelphia.
2. Yilmaz, Asli Sahin, Robert M. Naclerio. Anatomy and Physiology of the Upper Airway. Diakses
melalui http://www.atsjournals.org/doi/abs/10.1513/pats.201007-050RN

Anda mungkin juga menyukai