Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PESTISIDA PERTANIAN
ACARA IV
UJI DAYA MASUK INSEKTISIDA
Disusun Oleh:
Nama & NIM : Ghufran Shauma B (13943)
Golongan : C5.1
Pestisida adalah bahan atau zat kimia yang digunakan untuk membunuh
hama, baik yang berupa tumbuhan, serangga, maupun hewan lain di lingkungan
kita. Berdasarkan jenis hama yang akan diberantas, pestisida digolongkan menjadi
insektisida, herbisida, nematisida, fungisida, dan rodentisida. Insektisida
merupakan pestisida untuk memberantas serangga. (Anonim, 2013).
Dahulu, sebagian besar formulasi pestisida berbasis larutan sederhana
seperti SL, Emulsifable Concentrate (EC), Dust atau DP, dan Wettable Powder
(WP). Pemerintah kemudian membuat kebijakan agar perusahaan pestisida
membuat formulasi yag lebih bersih dan lebih aman sehingga tidak terlalu merusak
lingkungan. Formulasi yang dibuat atas dasar kebijakan tersebut antara lain
suspension concentrates (SC), EW, CS, water disperable atau soluble granules
(WG/SG) (Hazra, 2015).
Cara kerja atau mode of action insektisida dalam tubuh serangga merupakan
cara insektisida memberikan pengaruh terhadap serangga berdasarkan pengaruhnya
di dalam tubuh serangga. Serangga dapat terpapar oleh insektisida melalui kontak,
mulut atau lubang pernafasan, tergantung cara masuk (mode of entry) ke dalam
tubuh serangga. Suatu insektisida kemungkinan memiliki lebih dari satu macam
cara masuk ke dalam tubuh serangga. Beberapa jenis cara masuk insektisida dalam
tubuh serangga dapat melalui racun kontak, racun perut dan racun pernafasan. Cara
kerja insektisida. Racun Kontak yaitu Insektisida diaplikasikan langsung
menembus integumen serangga (kutikula), trakhea, atau kelenjar lain yang
berhubung langsung dengan kutikula. Minyak atau formulasi lain pada insektisida
akan berpengaruh terhadap lemak atau lapisan lilin pada kutikula, sehingga bahan
aktif dapat menembus tubuh serangga. Beberapa bahan aktif dapat terlarut dalam
lemak kutikula, sehingga dapat masuk ke dalam tubuh serangga. Racun Perut yaitu
Insektisida masuk ke dalam tubuh serangga melalui sistem pencernaan serangga,
sehingga bahan aktif harus termakan oleh serangga tersebut. Hal ini contohnya pada
insektisida umpan (bait) untuk rayap, semut dan lain-lain. Racun pernafasan yaitu
Insektisida masuk ke dalam tubuh serangga melalui liang pernafasan (spirakel).
Semua fumigan masuk ke dalam racun pernafasan. Mereka aktif karena
keberadaannya dalam bentuk gas di udara/ atmosfer yang tertutup pada saat
diaplikasikan (Untung, 2006).
Menurut Kesumawati (2006), cara kerja atau mode of action insektisida
dalam tubuh serangga merupakan cara insektisida memberikan pengaruh terhadap
serangga berdasarkan pengaruhnya di dalam tubuh serangga. Serangga dapat
terpapar oleh insektisida melalui kontak, mulut atau lubang pernafasan, tergantung
cara masuk (mode of entry) ke dalam tubuh serangga. Suatu insektisida
kemungkinan memiliki lebih dari satu macam cara masuk ke dalam tubuh serangga.
Beberapa jenis cara masuk insektisida dalam tubuh serangga dapat melalui racun
kontak, racun perut dan racun pernafasan (Munif, 2014).
Racun Kontak. Insektisida racun kontak diaplikasikan langsung
menembus integumen serangga (kutikula), trakhea, atau kelenjar lain yang
berhubung langsung dengan kutikula. Minyak atau formulasi lain pada insektisida
akan berpengaruh terhadap lemak atau lapisan lilin pada kutikula, sehingga bahan
aktif dapat menembus tubuh serangga. Beberapa bahan aktif dapat terlarut dalam
lemak kutikula, sehingga dapat masuk ke dalam tubuh serangga (Munif, 2014).
Racun Perut. Insektisida racun perut masuk ke dalam tubuh serangga
melalui sistem pencernaan serangga, sehingga bahan aktif harus termakan oleh
serangga tersebut. Beberapa contoh pestisida racun perut adalah insektisida umpan
(bait) untuk tikus, rayap, dan semut (Munif, 2014).
Racun pernapasan. Insektisida racum pernapasan masuk ke dalam tubuh
serangga melalui liang pernafasan (spirakel). Semua fumigan masuk ke dalam
racun pernafasan. Pestisida jenis ini aktif karena keberadaannya dalam bentuk gas
di udara/ atmosfer yang tertutup pada saat diaplikasikan (Munif, 2014).
Hama wereng merupakan kendala utama para pembudidaya tanaman
terutama petani jagung, padi, dan teh. Salah satu cara mencegah serangan hama
tersebut adalah dengan menggunakan insektisida Baycarb 500 EC. Insektisida ini
terbukti mampu mencegah serangan hama wereng yang mengganggu dan merusak
tanaman. Selain itu, hama lain yang juga dapat dikendalikan adalah ulat dan
serangga lain yang merugikan. Bentuknya yang berupa cairan memudahkan
insektisida ini terlarut ke dalam air dan diserap oleh tanaman. Pestisida ini berbahan
aktif BPMC 485 g/l (Anonim, 2012).
Insektisida Regent 50 SC adalah insektisida sistemik racun kontak,
lambung dan Zat Pengatur Tumbuh untuk mengendalikan hama pada tanaman
kubis, cabai, kentang, padi, semangka, jagung, tebu, kakao, kelapa sawit, kacang
panjang, jeruk dan kedelai (Anonim, 2012). Regent 50 SC dibuat dengan
formulasi SC dan berbahan aktif Fipronil 50 gr/L. Insektisida Regent 50 SC
berbentuk cairan berwarna putih yang tidak berbau tajam dan dapat disuspensikan
dengan air. (Azzamy, 2015).
III. METODOLOGI
Praktikum pestisida pertanian acara IIV dengan judul Uji Cara Masuk
Insektisida dilakukan pada hari Jumat, 16 Maret 2017 di Sub Laboratorium
Toksikologi Pestisida, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian
UGM. Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain gelas plastik dan kain
trico. Bahan yang diperlukan antara lain insektisida sistemik (Regent 50 SC),
insektisida kontak (Baycarb 500 EC), wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens)
sebagai serangga uji, dan bibit padi.
Pada masing-masing pestisida digunakan konsentrasi anjuran (D), 2D dan D.
Metode yang digunakan adalah metode pencelupan daun. Bibit padi dicelupkan dalam
seri konsentrasi selama 10 detik kemudian dikeringanginkan selama 15 menit. Bibit
dimasukkan dalam gelas plastik yang berlubang. Serangga dimasukkan dalam gelas
lalu ditutup dengan kain trico. Gelas plastik tersebut dimasukka ke dalam gelas plastik
yang tidak berlubang. Setiap konsentrasi digunakan 10 serangga dengan 4 kali ulangan.
Air bersih dimasukkan ke dalam plastik yang tidak berlubang hingga akar terendam.
Mortalitas wereng batang cokelat diamati 24 jam setelah aplikasi. Dihitung jumlah
serangga yang mati di setiap perlakuan dan ulangan. Dilakukan koreksi kematian jika
ada serangga uji perlakuan kontrol yang mati.
% test mortality % control mortality
Koreksi Abbort = x 100 %
100 % control mortality
Adapun konsentrasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
Regent 50 SC Baycarb 500 EC
0 % (kontrol) 0 % (kontrol)
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Waktu VS Mortalitas
Pestisida Kontak (Baycarb)
7
6 6.25
0 6.25 6.25 6.25 6.25 6.25
Mortalitas (%)
5
4 1/2 D
3 D
2 2D
1
Kontrol
0 0 0 0 0 0 0
4 8 12 16 20 24
Jam ke-
Grafik 1. Waktu Vs Mortalitas Pestisida Kontak
Regent
20
18 y = 60.326x + 5.834
16 R = 0.4797
14
Mortalitas (%)
Regent (Sistemik)
12
10
8 Linear (Regent
6 (Sistemik))
4 Linear (Regent
2 (Sistemik))
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Konsentrasi (%)
Baycarb
8
7 y = 25x + 2.5
R = 0.4667
6
Mortalitas (%)
5
4 Baycarb (Kontak)
3
Linear (Baycarb
2
(Kontak))
1
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Konsentrasi (%)
Beberapa jenis cara masuk insektisida dalam tubuh serangga dapat melalui
racun kontak, racun perut dan racun pernafasan. Pestisida yang digunakan dalam
praktikum ini adalah Regent 50 SC dan Baycarb 500 EC. Baycarb 500 EC
merupakan racun kontak dan lambung sedangkan Regent 50 SC merupakan
insektisida sistemik yang bekerja secara kontak dan lambung.
Insektisida Baycarb 500 EC dan Regent 50 SC tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata sehingga pada masing-masing konsentrasi pada perlakuan
tidak saling berpengaruh dalam mempengaruhi mortalitas serangga uji dalam waktu
24 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Kesumawati, U., Singgih, H.S. 2006. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi dan
Pengendaliannya. IPB Press. Bogor.
McBride, D.K. 1975. Factor influencing insect control. Sugarbeet Research and Extension
Reports 6: 9-17.
Rudiyanti, S. dan A.D. Ekasari. 2009. Pertumbuhan dan survival rate ikan mas (Cyprinus
carpio Linn) pada berbagai konsentrasi pestisida Regent 0,3 G. Jurnal Saintek
Perikanan 5(1): 49-54.
Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Pestisida Kontak dan Sistemik terhadap Mortalitas Wereng
Mortalitas Abbot
No. Insektisida Konsentrasi ulangan Mortaliitas (%) (%)
1 10 33,33 16,67
0,2 2 10 33,33 16,67
3 9 30,00 12,50
1 8 26,67 8,33
Regent 0,1 2 10 33,33 16,67
1.
(Sistemik) 3 10 33,33 16,67
1 10 33,33 16,67
0,05 2 10 33,33 16,67
3 9 30,00 12,50
0 1 2 20,00 0,00
1 10 25,00 6,25
2 10 25,00 6,25
0,2
3 10 25,00 6,25
4 10 25,00 6,25
1 10 25,00 6,25
2 10 25,00 6,25
Baycarb 0,1
2. 3 10 25,00 6,25
(Kontak)
4 10 25,00 6,25
1 10 25,00 6,25
2 10 25,00 6,25
0,05
3 10 25,00 6,25
4 10 25,00 6,25
0 1 2 20,00 0,00
> a=read.table("clipboard",header=T)
>a
1 A 1 16.67
2 A 2 16.67
3 A 3 12.50
4 B 1 8.33
5 B 2 16.67
6 B 3 16.67
7 C 1 16.67
8 C 2 16.67
9 C 3 12.50
10 D 1 0,00
> names(a)
> str(a)
$ ulangan : int 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1
> a$ulangan=as.factor(a$ulangan)
> str(a)
> a$Hasil=as.numeric(a$Hasil)
> str(a)
$ Hasil : num 3 3 2 4 3 3 3 3 2 1
> library(agricolae)
> attach(a)
> a1=aov(Hasil~Perlakuan)
> summary(a1)
---
> a2=LSD.test(a1,"Perlakuan")
> a2
$statistics
Mean CV MSerror
$parameters
Df ntr t.value
6 4 2.446912
$means
$comparison
NULL
A= konsentrasi 0,2 %
B = konsentrasi 0,1 %
1 B 3.333333 a
2 A 2.666667 a
3 C 2.666667 a
4 D 1.000000 b
BAYCARB
a=read.table("clipboard",header=T)
>a
1 A 1 16.67
2 A 2 16.67
3 A 3 16.67
4 A 4 16.67
5 B 1 16.67
6 B 2 16.67
7 B 3 16.67
8 B 4 16.67
9 C 1 16.67
10 C 2 16.67
11 C 3 16.67
12 C 4 16.67
13 D 1 0.00
> names(a)
> str(a)
> a$Ulangan=as.factor(a$Ulangan)
> str(a)
> library(agricolae)
> attach(a)
Hasil, Perlakuan
Hasil, Perlakuan
> a1=aov(Hasil~Perlakuan)
> summary(a1)
---
> a2=LSD.test(a1,"Perlakuan")
> a2
$statistics
Mean CV MSerror
$parameters
Df ntr t.value
9 4 2.262157
$means
$comparison
NULL
$groups
trt means M
A= konsentrasi 0,2 %
1 A 16.67 a
B = konsentrasi 0,1 %
2 B 16.67 a
C = Konsentrasi 0,05 %
3 C 16.67 a
D = Kontrol
4 D 0.00 b