TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik baik itu melalui pipa endotrakeal
mendefinisikan VAP sebagai suatu keadaan dimana terdapat gambaran infiltrat baru
dan menetap pada foto toraks disertai salah satu tanda yaitu, hasil biakan darah atau
pleura sama dengan mikroorganisme yang ditemu kan di sputum maupun aspirasi
trakea, kavitasi pada foto torak, gejala pneumonia atau terdapat dua dari tiga gejala
berikut yaitu demam, leukositosis dan sekret purulen (Ibrahim dkk, 2000).
Ibrahim, 2000 dalam Wiryana, 2007 juga membagi VAP menjadi onset dini
yang terjadi dalam 4 hari pertama pemberian ventilasi mekanis dan onset lambat yang
terjadi 5 hari atau lebih setelah pemberian ventilasi mekanik. VAP onset dini yang
terjadi pada 4 hari pertama perawatan di ICU pada umumnya memiliki prognosis
lebih baik karena disebabkan oleh kuman yang masih sensitif terhadap antibiotika.
VAP onset lambat yang terjadi setelah 5 hari atau lebih perawatan memiliki prognosis
yang lebih buruk karena disebabkan oleh kuman pathogen yang multi drug resisten
(MDR).
2. Etiologi
takikardi, dan leukositosis disertai gambaran infiltrat baru ataupun perburukan di foto
toraks dan penemuan bakteri penyebab infeksi paru. Beberapa kuman ditengarai
3. Klasifikasi
faktor risiko dan onsetnya maka ada klasifikasi untuk mengetahui kuman penyebab
a. Penderita dengan faktor risiko biasa, derajat ringan -sedang dan onset kapan
b. Penderita dengan faktor risiko spesifik dan derajat ringan-sedang yang terjadi
c. Penderita derajat berat dan onset dini dengan faktor risiko spesifik atau onset
lambat.
4. Patogenesis
Patofisiologi dari VAP, adalah melibatkan dua proses utama yaitu kolonisasi
pada saluran pernafasan dan saluran pencernaan serta aspirasi sekret dari jalan nafas
atas dan bawah. Kolonisasi bakteri mengacu pada keberadaan bakteri tanpa adanya
organisme dari berbagai sumber, termasuk orofaring, rongga sinus, nares, plak gigi,
saluran pencernaan, kontak pasien, dan sirkuit ventilator. Inhalasi bakteri dari salah
satu sumber ini dapat menyebabkan timbulnya gejala, dan akhirnya terjadi VAP
(Wiryana, 2007).
dalam saluran pernapasan. Mulai pada awal 12 jam setelah intubasi, biofilm
mengandung sejumlah besar bakteri yang dapat disebarluaskan ke dalam paru -paru
melalui ventilator. Pada keadaan seperti ini, biofilm dapat terlepas oleh cairan ke
dalam selang endotrakeal, suction, batuk, atau reposisi dari selang endotrakeal
bagian atas dan trakea, melewati struktur dalam saluran napas bagian atas dan
memberikan bakteri jalan langsung ke saluran napas bagian bawah. Karena saluran
Selain itu, refleks batuk sering mengalami penurunan bahkan hilang akibat
untuk melekat di trakea, keadaan ini dapat meningkatkan produksi dan sekresi lendir
intensif (ICU). VAP dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan kematian, lama
tinggal di rumah sakit, dan biaya. Tingkat kematian yang timbul dari VAP adalah
27% dan mencapai 43% saat agen penyebab adalah resisten antibiotik. Lama tinggal
lama perawatan di rumah sakit 2 sampai 3 kali lipat pada pasien dengan VAP. Biaya
perawatan VAP diperkirakan bertambah $ 40000 per pasien dan sekitar $ 1,2 miliar
Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian VAP dapat dibagi menjadi tiga
kategori yaitu pejamu , peralatan yang digunakan, dan faktor petugas yang terlibat
dalam perawatan pasien. Faktor penjamu disini adalah kondisi pasien yang sudah
ada sebelumnya seperti penyakit dasar dari pasien misalnya penurunan kekebalan,
penyakit paru obstruktif kronis, dan sindrom gangguan pernapasan akut. Faktor
pejamu lainnya yang dapat mempengaruhi kejadian VAP adalah posisi tubuh pasien,
tingkat kesadaran, jumlah intubasi, dan obat-obatan, termasuk agen obat penenang
dan antibiotik (Ernawati, 2006; Agustyne, 2007; Cindy, 2009). Selain dari hal diatas,
Ttietjen dalam bukunya juga mencantumkan faktor usia dan status nutrisi sebagai
faktor yang dapat berpengaruh terhadap kejadian infeksi nosokomial. Pada keadaan
Adapun peralatan yang menjadi faktor risiko VAP adalah termasuk selang
(Augustyne , 2007).
Sementara faktor risiko VAP yang termasuk kategori petugas yang terlibat
Selain itu, dalam satu studi, Torres menyatakan bahwa kontaminasi bakteri
sekresi endotrakeal lebih tinggi pada pasien dalam posisi terlentang dibandingkan
pada pasien dalam posisi semirecumbent. Apakah karena obat, proses patofisiologi,
batuk dan muntah berkontribusi terhadap risiko aspirasi dan oleh karena itu
peningkatan risiko untuk VAP ( Schleder, 2003). Reintubasi dan aspirasi selanjutnya
berperan dalam mencegah kejadian VAP. Ada dua cara pencegahan (Wiryana, 2007):
1) Mencuci tangan
setelah kontak dengan pasien. Selain itu, sarung tangan harus dipakai bila
2) Suction
3) Oral dekontaminasi
tindakan mengurangi jumlah bakteri dalam rongga mulut pasien. yang dapat
2007).
drainase paru dan menurunkan resiko VAP. Penggunaan tempat tidur mampu
tidak menurunkan angka kematian atau durasi ventilasi mekanis (Pineda dkk,
2006).
VAP, oleh karena itu pasien harus diobservasi setiap hari. Jika
2) Posisi semifowler
Kejadian VAP bisa dilihat dengan penilaian Clinical Pulmonary Infection Score
(CPIS). Penilaian CPIS awal dilakukan dalam 48 jam sejak pertama kali pasien
2003).
dari awal pasien masuk ICU sudah menunjukkan gejala klinis pneumonia maka
diagnosis VAP disingkirkan, namun jika gejala klinis dan biakan kuman didapatkan
setelah 48 jam dengan ventilasi mekanik serta nilai total CPIS > atau = 6, maka
diagnosis VAP dapat ditegakkan, jika nilai total CPIS <6 maka diagnosis VAP
disingkirkan. Penilaian CPIS meliputi beberapa komponen yaitu suhu tubuh, leukosit,
1. Pengertian
salah satu cara non farmakologi yang dapat mencegah kejadian VAP. Suction
kerja pernafasan, atelektasis, dan infeksi paru. Namun suction endotrakeal juga
mungkin memiliki efek yang merugikan, seperti seperti gangguan pada irama jantung,
2007).
adalah untuk mempertahankan kebersihan mulut dan kenyamanan bagi pasien, serta
menghapus darah atau muntahan dalam situasi darurat. Sementara suction endotrakeal
bertujuan menghapus sekret dari paru pada pasien yang tidak mampu batuk dan
mengalami penurunan kesadaran. Sekresi dibersihkan dari pasien saluran udara ini
untuk penyumbatan saluran udara lebih, dan untuk memastikan bahwa pertukaran
dalam selang endotrakeal dapat menjadi stagnan dan berfungsi sebagai media untuk
pertumbuhan bakteri. Penerapan teknik aseptik saat melakukan suction endotrakeal
sangat penting untuk mencegah kontaminasi saluran napas (Singh N, 2000). Tekanan
dalam balon juga harus diukur dan dipertahankan. Tekanan yang berkurang
sekresi di atas balon selang endotrakeal, bakteri dan sekresi dapat memperoleh akses
ke bagian bawah saluran pernapasan oleh karena adanya celah di sekitar balon.
Sekresi oral dapat menjadi sekresi subglotis dengan penumpukan di atas balon selang
Oleh karenanya pembersihan saluran napas dengan suction subglotis menjadi penting
potensi patogen VAP meliputi peralatan suction 94%, selang suction 83%, dan
konektor kateter suction 61%. Peralatan yang terkontaminasi dengan banyak kuman
patogen yang mempunyai kultur yang sama dengan sekresi oral dan / atau dahak
ukuran yang kecil bila memungkinkan, karena tekanan hisap akan memiliki
pengaruh sedikit pada volume paru. Ukuran yang ideal adalah kurang dari setengah
2. Komplikasi
negatif yang mungkin timbul, pada kenyataannya, akan berakibat fatal (Ruben, 2010).
perubahan aliran darah serebral dan tekanan intrakranial meningkat. Disamping itu
a. Standar alat:
1) Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap pakai
5) Klem arteri
digunakan
13) Spuit 5 cc
b. Standar pasien
100%
liter/menit
dimasukkan ke ETT
10) Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan cara bagging
11) Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien untuk bernapas 3-7 kali
13) Mengempiskan cuff, sehinggaa sekresi yang lengket disekitar cuff dapat
terhisap
14) Mengisi kembali cuff dengan udara menggunakan cuff inflator setelah
b) Hipoksia
d) Disritmia
C. Kerangka Teori
Pasien terpasang
ventilator mekanik
Kolonisasi
mikroorganisme
Aspirasi
Penyakit dasar
C. Kerangka Teori
Lamanya terpasang
ventilator
VAP
Tindakan suction
Perawatan mulut
usia
status nutrisi
Komponen CPIS
E. Hipotesis