Metode Faktorisasi Lu

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia industri, terdapat sistem produksi di mana terjadi
proses transformasi bahan mentah menjadi produk jadi dengan kualitas tinggi dan sesuai
dengan desain produk yang telah ditetapkan. Proses pendukung dalam proses manufaktur
tersebut membutuhkan berbagai macam mesin perkakas yang memenuhi spesifikasi
tertentu seperti mesin bubut, mesin milling, mesin bor, dan mesin las.
Mesin bubut adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk mengurangi
dimensi benda yang diputar di mana terdapat gerakan putar dari benda kerja yang disebut
gerak potong relatif dan gerakan translasi dari pahat yang disebut gerak umpan.
Mesin milling adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk pemotongan
logam dengan cutting tool bergigi banyak dan mengurangi dimensi benda berupa
cekungan atau celah pada benda kerja dengan cara memutar milling cutter dan
menggerakkan benda kerja pada feed drive. Jenis-jenis dari mesin milling yaitu mesin
milling horizontal, vertikal, dan universal dengan bentuk konstruksi dan fungsi berbeda.
Mesin bor adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk membuat lubang (drilling),
reaming, dan counter boring pada benda-benda logam maupun non-logam. Benda kerja
diletakkan pada table dan dijepit pada ragum sebagai perlengkapan tambahan pada mesin
bor. Lalu, mesin bor yang mendapat daya dan putaran dari motor listrik ditekankan pada
benda kerja tersebut.
Mesin las adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk penyambungan
plat atau logam menjadi satu akibat panas dengan cara plat atau logam yang akan
disambung dipanaskan terlebih dahulu hingga meleleh, kemudian baru disambung
dengan bantuan perekat (filler). Selain itu las juga bisa didefinisikan sebagai ikatan
metalurgi yang timbul akibat adanya gaya tarik antar atom.
Praktikum Proses Manufaktur merupakan praktikum yang menunjang bagi
Jurusan Teknik Mesin untuk membekali dan meningkatkan pemahaman yang bertujuan
untuk mengetahui dan mengoperasikan mesin secara baik pada saat memasuki dunia kerja
nanti. Untuk memperoleh pengetahuan tentang mesin-mesin tersebut secara luas, maka
pelajaran di dalam kelas saja tidak memungkinkan. Untuk itu dibutuhkan pengalaman
nyata bekerja dengan mesin tersebut melalui praktikum di laboratorium. Pengalaman
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

PRAKTIKUM
bekerja secara langsung pada praktikum dapat memberikan pengetahuan lebih dan
ketrampilan mengoperasikan mesin-mesin tersebut.
1.2 Tujuan Praktikum

a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas.

PRAKTIKUM
BAB II
PRAKTIKUM
2.1 Poros Berulir

2.1.1 Tujuan
a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bubut.
b. Mengetahui proses dan cara pembuatan benda kerja dengan mesin bubut
c. Mengetahui dan memahami cara pembuatan ulir.
2.1.2 Alat dan Bahan

A. Alat
1. Mesin Bubut
Lathe machine atau lebih dikenal sebagai mesin bubut mencakup segala mesin
perkakas yang memproduksi bentuk silimdris dan digunakan untuk menghasilkan
benda putar, membuat ulir, pegeboran, dan meratakan permukaan benda putar.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Gambar 2.1 Mesin Bubut KW15-486

Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2017)
a) Bagian-Bagian Mesin Bubut

PRAKTIKUM
1. Head Stok
Merupakan tempat dimana gear box dan Quick Change gear box
dipasang.
2. Tailstock Quill Transverse Handwheel
Digunakan untuk menggerakkan ujung dari tailstock dengan cara
memutarnya.
3. Cross Slide Handwheel
Digunakan untuk menggerakkan carriage dalam arah melintang
secara manual.
4. Split Nut Lever
Menggerakan split nut yang nantinya akan memutar lead screw.
5. Carriage Longitudinal Feed Handwheel
Carriage Longitudinal Feed Handwheel merupakan Engkol yang
berfungsi untuk menggerakkan carriage secara manual dalam arah
longitudinal.
6. Splindle Forward-Stop-Reverse Lever
Adalah bagian mesin yang berfingsi untuk merubah putaran dari
feed rod.
7. Quick Change Gear box / feed box
Quick Change Gear Box atau disebut Feed Box berfungsi
mentransmisikan daya dan putaran dari Gear Box dan mengatur
kecepatannya sebelum diteruskan kemekanisme pemakanan/Apron.
Gear Box dan Quick Change Gear Box terletak pada Head Stock.
8. Oil Tray
Merupakan penompang dari top carriage.
9. Quadrant
Susunan pulley yang mentransmisikan putaran antara gearbox dan
quick change gear box
10. Foot Stand
Merupakan penopang dari seluruh rangkaian mesin bubut.
11. Foot Breake
Adalah pedal injak yang berfungsi untuk menghentikan mesin dengan
memutus arus listrik
Pada dasarnya prinsip kerja mesin bubut ada dua macam yaitu :

PRAKTIKUM
a. Main Drive
Gerakan utama pada mesin bubut putaran motor listrik berupa putaran
motor listrik yang ditransmisikan melalui belt menuju gear box. Di dalam
gear box terdapat roda gigi yang berfungsi untuk mengatur transmisi
putaran spindel, sehingga menghasilkan putaran pada chuck.
b. Feed Drive
Yaitu gerakan pemakanan pahat pada benda kerja. Pemakan yang
dihasilkan yaitu pahat ulir, pahat alur, pengerasan rata kanan, pengerasan
rata kiri dan pahat bor serta pahat potong.
2. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
Gambar 2.2 Jangka Sorong

3. Stop Watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan.
Gambar 2.3 Stop Watch

4. Kunci Chuck

PRAKTIKUM
Digunakan untuk mengencangkan chuck / pencekam, bentuk matanya

biasanya bujur sangkar.
Gambar 2.4 Kunci Chuck

5. Kunci Pahat
Digunakan untuk mengencangkan pahat agar selama proses pembubutan
kedudukan pahat tidak berubah.
Gambar 2.5 Kunci Pahat

6. Tachometer
Digunakan untuk mengukur putaran dari spindle.
Gambar 2.6 Tachometer

7. Pahat HSS

PRAKTIKUM
Sebagai alat untuk pemakan benda kerja.
Gambar 2.7 Pahat HSS

8. Tang Ampere
Untuk mengukur arus pada saat pembubutan
Gambar 2.8 Tang Ampere

B. Bahan
1. Aluminium
Gambar 2.9 Aluminium

2.1.3 Desain Benda Kerja

PRAKTIKUM
(Terlampir)
2.1.4 Penentuan Parameter Permesinan

a. Putaran Spindel (n)
Pembubutan : 330 rpm
Penirusan (Tirus) : 65 rpm
Penguliran : 65 rpm
b. Feed motion : 0,184 mm/rev
c. Pitch : 1,75 mm/gang
2.1.5 Proses Pembuatan Benda Kerja

a. Awal Benda Kerja
b. Proses 1
Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t)

1 100 mm 0,5 mm
2 100 mm 0,5 mm
3 100 mm 0,5 mm
c. Proses 2

PRAKTIKUM

1 30 mm 0,5 mm
2 30 mm 0,5 mm
d. Proses 3

1 50 mm 0,5 mm
2 50 mm 0,5 mm
3 50 mm 0,5 mm
4 50 mm 0,5 mm
5 50 mm 0,5 mm
e. Proses 4

PRAKTIKUM

1 30 mm 0,5 mm
2 30 mm 0,5 mm
3 30 mm 0,5 mm
4 30 mm 0,5 mm
5 30 mm 0,5 mm
f. Proses 5

1 1 mm 0,2 mm
2 1 mm 0.2 mm
g. Proses 6

PRAKTIKUM

1 15 mm 0,1 mm
2 15 mm 0,1 mm
3 15 mm 0,1 mm
4 15 mm 0,1 mm
5 15 mm 0,1 mm
6 15 mm 0,1 mm
7 15 mm 0,1 mm
8 15 mm 0,1 mm
9 15 mm 0,1 mm

PRAKTIKUM
2.1.6 Flowchart
mulai A B
Persiapan desain
Pembubutan hingga diameter 22mm
benda kerja, alat
sepanjang 100mm
bahan dan mesin
Silinder
Jauhkan pahat dari benda kerja
alumunium
Apakah benda kerja Tidak

Mengukur dimensi benda kerja
sudah sesuai ?
Ya
Memasang benda kerja pada chuck

Masukkan Depth of cut 0,5mm
Mengatur kecepatan spindle 330 rpm Pembubutan hingga diameter 20mm

sepanjang 30mm
Mengatur Feed Motion 0,184 mm/rev

Hidupkan mesin Apakah benda kerja Tidak

sudah sesuai ?
Ya
Menentukan titik nol pahat dan benda kerja

Matikan mesin
Jauhkan pahat dari benda kerja Lepas benda kerja dari chuck
Masukan depth of cut 0,5mm Benda kerja dibalik
C
A B

PRAKTIKUM
C
D
Pasang benda kerja pada Chuck

Pengaturan kecepatan spindel 65 rpm
Hidupkan mesin
Memutar pahat sampai 45 untuk membuat
tirus
Menentukan titik nol pahat dan benda kerja
Hidupkan mesin
Pengaturan titik nol benda kerja, titik nol

Menentukan Depth of cut 0,5mm
pahat, dan setting deretan atas
Pembubutan hingga diameter 17mm Jauhkan pahat dari benda kerja

sepanjang 50mm
Jauhkan pahat dari benda kerja Menentukan Depth of cut 0,5mm
Apakah benda kerja Tidak Apakah benda kerja Tidak

sesuai desain ? sesuai desain ?
Ya
Ya
Matikan mesin
Memutar pahat tegak lurus dengan benda

kerja
Pembubutan hingga diameter 12mm
sepanjang 30mm
Ganti pahat dengan pahat ulir

Setting pahat
Apakah benda kerja Tidak Pengaturan pitch dan feed selection lever
sesuai desain ? untutk pembuatan pitch 1,75 mm/gang
Ya
Hidupkan mesin
Matikan mesin
Pengaturan titik nol benda kerja,
D E

PRAKTIKUM
Penguliran M12 x 1,75RH sepanjang 15mm
sesuai desain ?
Ya
Matikan mesin
Lepas benda kerja
Poros
bertingkat
Membersihkan
sekitar tempat kerja
mesin bubut
selesai

PRAKTIKUM
2.2 Roda Gigi

2.2.1 Tujuan
a. Mengetahui serta mampu mengoperasikan bagian-bagian dari mesin milling.
b. Melatih praktikan melakukan pekerjaan dalam pembuatan roda gigi, alur pada poros
dengan menggunakan mesin milling dan mengetahui macam-macam pekerjaan yang
dapat dilakukan.

A. Alat
1. Mesin Milling
Mesin Milling digunakan untuk pembuatan benda kerja Roda Gigi. Mesin
Milling memiliki dua prinsip kerja yaitu :
a. Main Drive
Fungsi utama dari main drive adalah untuk menggerakkan spindle yang
terletak pada arbor. Putaran dari motor listrik diteruskan ke speed gerabox dan
diteruskan ke spindle melalui mekanisme belt. Putaran spindle akan menggerakkan
arbor dan memutar milling cutter.
b. Feed Drive
Gerakan ini adalah gerakan pemakanaan benda kerja terhadap milling
cutter. Dengan memutar Table Transverse Handwheel untuk menggerakan table
kearah longitudinal, maka benda kerja akan terpotong oleh milling cutter.
6
7
3
2
1
Gambar 2.14 Mesin Milling

PRAKTIKUM
1. Base
Base adalah bagian yang menahan seluruh mesin, didalamnya terdapat
bagian penting mesin seperti speed gear box dan sistem pelumas.
2. Saddle
Saddle terletak antara knee dan table. Saddle berfungsi untuk
menggerakkan benda kerja pada table secara transversal.
3. Table
Table terletak diatas saddle, dan mempunyai fungsi sebagai tempat benda
kerja. Table dapat digerakkan ke arah longitudinal.
4. Knee
Knee atau lutut adalah tempat dudukan saddle, dan knee dapat digerakkan
kearah vertikal (naik/turun) dengan diatur oleh poros berulir yang
menopangnya.
5. Over arm
Merupakan penopang ujung poros frais yang secara umum ditemukan
pada mesin milling horizontal. Bagian ini menentukan penyetelan posisi
arbor pada maksimum panjang arbor tersebut dan meng-klemnya pda
posisi yang diinginkan. Overarm terletak diatas base secara horisontal.
6. Arbor
Arbor adalah tempat kedudukan pahat/pisau frais/milling cutter.
7. Milling cutter
Milling cutter adalah pisau untuk memakan benda kerja.
2. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja


PRAKTIKUM
3. Milling Cutter (Modul = 2,5 & 3,5)

Digunakan untuk pemakanan benda kerja.
Gambar 2.16 Milling Cutter

4. Stop watch
Gambar 2.17 Stop watch

5. Kunci Chuck


PRAKTIKUM
6. Kunci L
Digunakan untuk mengencangkan tailstock agar selama proses
pengerjaan, kedudukan tailstock tidak berubah.
Gambar 2.19 Kunci L

5. Kunci Inggris
Digunakan untuk mengencangkan benda kerja pada poros berulir dan
Mengatur kedudukan sector arm.
Gambar 2.20 Kunci Inggris

6. Obeng (-)
Digunakan untuk mengatur dan mengencangkan index crank.
Gambar 2.21 Obeng (-)


PRAKTIKUM
7. Poros Berulir
Digunakan sebagai tempat kedudukan benda kerja sebelum dipasang pada
chuck.
Gambar 2.22 Poros Berulir

B. Bahan
1. Aluminium


PRAKTIKUM

(Terlampir)

PRAKTIKUM
2.2.4 Penentuan Parameter Dan Perhitungan Pembuatan Roda Gigi Lurus
Gambar 2.24 Bagian-bagian roda gigi

Sumber :R.S Khurmi (2005, p.1025)
A. Roda Gigi 1
M1 = 3,5
Z1 = 22
K1 = 60
16
X1 =2 22
n1 = 760
Perhitungan Pembuatan Roda Gigi Lurus
1. Diameter Pitch (dp)
dp
Z .....................................................................................................(2 - 8)
M
dp1 = 22 x 3,5
dp1 = 77 mm
Sumber : Sularso (1992, p.214)

PRAKTIKUM
2. Diameter Kepala (dk)

dp dk 2M ............................................................................................ (2 - 9)
77 = dk1 2x3,5
dk1= 84 mm
3. Jumlah putaran untuk index plate (X)

K
X ............................................................................................... (2 - 10)
Z
60
X1 =
22
16
X1 = 2 putaran
22
4. Tinggi gigi (H)

H 2,25.M ........................................................................................... (2 - 11)
H1 = 2,25 x 3,5
H1 = 7,875 mm
Sumber : Youssef (2008, p.187)
5. Tinggi kepala gigi (hk)

hk k.M ................................................................................................ (2 - 12)
hk1 = 1 x 3,5
hk1 = 3,5 mm
Sumber : Khurni (1995, p.843)
6. Tinggi kaki gigi (hf)

hf k.M ck ......................................................................................... (2 - 13)
hf1= 1x3,5 + 0,25x3,5
hf1 = 4,375 mm
Sumber : Khurni (1995, p.845)

PRAKTIKUM
7. Tebal gigi (t)

.M
t ..................................................................................................... (2 - 14)
2
.3,5
t1 =
2
t1 = 5,498 mm
Sumber : Youssef (2008, p.187)
B. Roda Gigi 2
M2 = 2,5
Z2 = 28
K2 = 40
12
X2 =1
28
n2 = 680
dp
Z
M
dp2 = 28 x 2,5
dp2 = 70 mm

dp dk 2M
70 = dk2 2x2,5
dk2 = 75 mm

K
X
Z
40
X2 =
28
12
X2 =1 putaran
28

PRAKTIKUM
4. Tinggi gigi (H)

H 2,25.M
H2 = 2,25 x 2,5
H2 = 5,625 mm

hk k.M
hk2 = 1x2,5
hk2 = 2,5 mm

hf k.M ck
hf2 = 1x2,5 + 0,25x2,5
hf2 = 3,125 mm
7. Tebal gigi (t)

.M
t
2
.2,5
t2 =
2
t2 = 3,927 mm

PRAKTIKUM
2.2.5 Flowchart
A. Roda Gigi 1

PRAKTIKUM
B. Roda Gigi 2

PRAKTIKUM
2.2.6 Data Hasil Praktikum
Putaran yang digunakan(n) : 706,2 rpm

Feed motion(s) : 0,279 mm/tooth
Diameter cutter(D) : 65,7 mm
Modul(M) : 2,5 mm
Dimensi roda gigi yang dibuat:
Teoritis
1. Diameter kepala(Dk) : 84 mm
2. Diameter pitch(Dp) : 77 mm
3. Jumlah gigi(Z) : 22
4. Tinggi gigi(H) : 7,875 mm
5. Tebal gigi(t) : 3,5325 mm
Aktual
1. Diameter kepala(Dk) : 85,1 mm
2. Diameter pitch(Dp) : 77,4 mm
Bahan benda kerja : Aluminium
2
Konstanta bahan : 32 kg mm
Konstanta eksponen Aluminium : 0,45
Lebar benda kerja : 20 mm
Jumlah gigi worm wheel(K) : 60
16
Jumlah putaran untuk index plate(x) : 2 22

PRAKTIKUM
2.3 Penggurdian
2.3.1 Tujuan
a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin drilling.
b. Mengetahui proses dan cara pendrillan benda kerja dengan menggunakan mesin
drilling.

A. Alat
1. Mesin Drilling
Mesin Drilling digunakan untuk pembuatan lubang pada Roda Gigi. Mesin
Drilling memiliki dua prinsip kerja yaitu :
a. Main Drive
Motor listrik biasa dipakai sebagai penggerak utama pada mesin bor.
Putaran pada motor listrik ditransmisikan melalui porosnya ke mekanisme
pengatur putaran mesin berupa pasangan puli bertingkat yang dihubungkan
dengan Vee Belt. Dari puli bertingkat, putaran diteruskan ke spindle mesin. Pada
spindle terdapat tool post sebagai pemegang mata bornya.
b. Feed Drive
Feed drive merupakan gerakan pemakanan mata bor pada benda kerja.
Gerakan ini dilakukan secara manual pada mesin-mesin bor yang sederhana
dengan cara memutar drilling lever sehingga mata bor bergerak ke arah benda
kerja.
Gambar 2.26 Mesin Bor


PRAKTIKUM
1. Motor Listrik
Motor listrik berfungsi sebagai penyuplai tenaga yang dibutuhkan mesin.
2. Base
Base adalah bagaian yang menahan seluruh mesin.
3. Table
Merupakan tempat meletakkan benda kerja dan alat tambahan lain untuk
menjepit benda kerja, misal vise.
4. Ragum
Ragum adalah untuk menjepit benda kerja di mesin.
5. Column atau Tiang
Column atau tiang digunakan sebagai penyangga saat proses pengeboran.
2. Mata Bor
Digunakan sebagai alat untuk melubangi benda kerja.
Gambar 2.27 Mata Bor

3. Kunci Drill chuck

Digunakan untuk mengencangkan mata bor pada drill chuck
Gambar 2.28 Kunci Drill chuck


PRAKTIKUM
4. Stop watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengeboran.

5. Waterpass
Digunakan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan tegak lurus
dengan mata bor.
Gambar 2.30 Waterpass


PRAKTIKUM
6. Penitik
Digunakan sebagai pemandu untuk mengarahkan bagi mata pahat dalam
proses pemotongan.
Gambar 2.31 Penitik

B. . Bahan
1. Aluminium


PRAKTIKUM

(Terlampir)

PRAKTIKUM

Tegangan = 380 volt
Diameter mata bor = 5 mm
Kecepatan putar = rpm
Panjang pengeboran = 1,94 mm
Banyaknya pemakanan = 5 kali
Waktu pengeboran = detik
2
Konstanta bahan Alumunium = 32 kg mm

PRAKTIKUM
2.3.5 Flowchart

PRAKTIKUM

PRAKTIKUM
2.4 Kerja Bangku

Kerja bangku (Benchwork) aktivitas kerja yang mana membutuhkan keterampilan
untuk membuat suatu produk.
2.4.1 Tujuan
a. Dapat mengetahui, memahami dan melakukan proses pengelasan.
b. Melatih ketrampilan dalam mengoperasikan mesin las.

A. Alat
1. Mesin Las SMAW
Digunakan untuk melakukan pengelasan pada benda kerja.
Gambar 2.41 Mesin Las SMAW

a) SMAW Prinsip Kerja Las SMAW

Berdasarkan definisi dari DIN (Deutche Industrie Normen), las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan
dalam keadaan lumer atau cair. Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
merupakan proses penyambungan dua buah keping logam yang sejenis atau
lebih dengan mengunakan sumber panas dari listrik berbentuk busur arus dan
elektroda terbungkus sebagai bahan tambah atau pengisi sehingga akan
membentuk sambungan yang tetap. Listrik dari sumber kemudian di teruskan
melalui mekanisme transformator sehingga terjadi perpindahan arus listrik

PRAKTIKUM
dengan mekanisme pemindahan fluks dari kumparan primer ke kumparan

sekunder. Mekanisme pengaturan arus bisa menggunakan mekanisme
menggerakkan inti atau menggerakkan kumparan pada transformator.
Sehingga besarnya fluks dapat diatur dan besarnya arus juga dapat di atur.
Keuntungan dan kekurangan las SMAW adalah :
Keuntungan
Las SMAW adalah proses las busur paling sederhana dan paling serba
guna. Las SMAW bisa dilakukan pada berbagai posisi atau lokasi yang bisa
dijangkau dengan sebatang elektroda. Sambungan-sambungan pada daerah
dimana pandangan mata terbatas masih bisa di las dengan cara
membengkokkan elektroda. Pada proses pengelasan ini panas yang
dibutuhkan untuk pengelasan diperoleh dari busur listrik yang terjadi antara
elektrode dan benda kerja, karena panas dari busur maka ujung elektrode
dan permukaan logam induk yang dilas akan mencair dan kemudian
membeku menjadi lasan. Elektroda terdiri dari kawat logam sebagai
penghantar arus listrik ke busur dan sekaligus sebagai bahan pengisi (filler).
Kawat ini terbungkus dengan bahan fluks. Biasanya dipakai arus listrik yang
tinggi (10-500 A) dan potensial yang rendah (10-50 V).
Selama pengelasan, fluks mencair dan membentuk terak (slag) yang
berfungsi sebagai lapisan pelindung logam las terhadap udara sekitarnya.
Fluks juga menghasilkan gas yang bisa melindungi butiran-butiran logam
cair yang berasal dari ujung elektroda yang mencair dan jatuh ke tempat
sambungan. Proses digunakan untuk mengelas berbagai macam logam
ferrous dan non-ferrous, termasuk baja karbon dan baja paduan rendah,
stainless steel, paduan-paduan nikel, cast iron, dan beberapa paduan
tembaga.
Kekurangan
Meskipun SMAW adalah proses pengelasan dengan daya guna tinggi,
proses ini mempunyai beberapa karakteristik dimana laju pengisiannya
lebih rendah dibandingkan proses pengelasan semi-otomatis atau otomatis.
Panjang elektroda tetap dan pengelasan mesti dihentikan setelah sebatang
elektroda terbakar habis. Puntung elektroda yang tersisa terbuang, dan
waktu juga terbuang untuk menggantiganti elektroda. Slag atau terak yang
terbentuk harus dihilangkan dari lapisan las sebelum lapisan berikutnya

PRAKTIKUM
didepositkan. Langkah-langkah ini mengurangi efisiensi pengelasan hingga

sekitar 50%. Las SMAW ini menghasilkan asap pada proses pengerjaannya
sehingga mengganggu jalannya proses pengelasan. Dibutuhkan juru las
yang sangat terampil untuk dapat menghasilkan pengelasan berkualitas
radiography apabila mengelas pipa atau pelat hanya dari arah satu sisi.
Kabel tenaga
Kutub
Tang Elektroda
Tang massa
Gambar 2.42 Bagian Las SMAW
Lampu Indikator
Switch
on/off
Gambar 2.43 Lampu sinyal dan tombol pemutar

Lampu indikator sebagai indikator apakah mesin sudah berfungsi atau tidak.
Switch on/off berfungsi untuk menghidupkan mesin las (transformator).

PRAKTIKUM
Gambar 2.44 Pengatur Arus

Pengatur arus berfungsi mengatur besarnya kuat arus yang diijinkan.
Kutub
Kutub +
Gambar 2.45 Kutub Positif dan Kutub Negatif

Kutub + sebagai sumber arus positif.

Kutub sebagai sumber arus negatif.

PRAKTIKUM
Gambar 2.46 Penjepit benda

Sumber: Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2017)
Penjepit benda kerja berfungsi untuk menjepit benda kerja yang akan dilas.
Gambar 2.4 Penjepit Elektroda

Sumber: Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2017)
Penjepit elektroda berfungsi menjepit elektroda yang digunakan sebagai logam

pengisi.
Klem tiga fase berfungsi untuk pengaturan arus jauh dari mesin las.
2. Tang
Digunakan untuk menjepit benda kerja pada saat pengelasan apabila
diperlukan.
Gambar 2.48 Tang


PRAKTIKUM
3. Kacamata Las / Topeng Las

Digunakan untuk melindungi mata pada saat proses pengelasan berjalan.
Gambar 2.49 Kacamata las / Topeng Las

4. Stopwatch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengelasan.
Gambar 2.50 Stopwatch

5. Penggaris Siku
Digunakan untuk menentukan kedudukan benda kerja sebelum dilas.
Gambar 2.51 Penggaris Siku


PRAKTIKUM
6. Kikir
Digunakan untuk menghaluskan permukaan setelah proses pemotongan.
Gambar 2.52 Kikir

7. Roll Meter
Digunakan untuk mengukur benda kerja sebelum dan setelah dipotong.
Gambar 2.53 Roll Meter

8. Gergaji besi
Digunakan untuk memotong material.
Gambar 2.54 Gergaji besi


PRAKTIKUM
9. Sikat Kawat
Digunakan untuk membersihkan terak pada benda kerja.
Gambar 2.55 Sikat Kawat

10. Pemukul Terak

Digunakan untuk menghilangkan terak yang menempel pada hasil lasan.
Gambar 2.56 Pemukul Terak

11. Cat Besi

Digunakan untuk memberikan warna dan mencegah korosi benda kerja.
Gambar 2.57 Cat Besi


PRAKTIKUM
12. Kuas
Digunakan untuk meratakan cat di permukaan benda kerja.
Gambar 2.58 Kuas

13. Gunting Plat

Digunakan untuk memotong plat
.
Gambar 2.59 Gunting Plat

14. Tang Ampere

Digunakan untuk mengukur arus pada kabel.


PRAKTIKUM
B. Bahan
1. Besi plat
Gambar 2.61 Besi plat

2. Besi siku 4x4
Gambar 2.62 Besi siku 4x4


PRAKTIKUM

(Terlampir)

PRAKTIKUM
2.4.4 Flowchart
Mulai A
Pasang elektroda pada

Mempersiapkan tang elektroda
alat dan bahan
yang dibutuhkan
Menyusun 2 besi siku
ukuran 4x147 dengan 2
besi engsel ukuran 4x72
Besi siku hingga membentuk
dan plat persegi panjang.
Melakukan
proses
Memotong besi siku pengelasan.
hingga berukuran 4x147
cm sebanyak 4 buah
Apakah batang Tidak

besi telah
Memotong besi siku
tersambung?
cm sebanyak 4 buah
Ya
Memotong besi siku Menyusun 2 besi siku

hingga berukuran 4x80 ukuran 4x147 dengan 2
cm sebanyak 4 buah besi engsel ukuran 4x72
hingga membentuk
persegi panjang.
Memotong besi siku
cm sebanyak 4 buah Melakukan
proses
pengelasan.
Menyalakan mesin las
Apakah batang Tidak

Atur besar arus yang besi telah
dibutuhkan tersambung
Ya
A
A

PRAKTIKUM
Lakukan pengelasan 4
potongan besi plat 80
cm secara tegak lurus
di sudut benda
persegi panjang yang
telah dibentuk
sebelumnya

sudah sesuai desain
Ya
Lakukan pengelasan besi

plat dibagian atas
kerangka

sudah sesuai desain
Ya
Matikan
mesin las
Bersihkan benda
kerja
Meja las
Pengecatan meja
las
Meja las yang

sudah dicat
Selesai

PRAKTIKUM
BAB I
PENDAHULUAN
Contoh format contoh format contoh format contoh format contoh format contoh
format contoh formatcontoh format contoh format contoh formatcontoh format contoh
format contoh formatcontoh format contoh format contoh format.
format contoh formatcontoh format contoh format contoh formatcontoh format
1.2 Tujuan Praktikum

PRAKTIKUM
BAB II
PRAKTIKUM
2.1 Poros Berulir

2.1.1 Tujuan
a.
b.
c.
A. Alat
9. Mesin Bubut
Digunakan untuk pembuatan benda kerja.
Gambar 2.00 Mesin Bubut KW15-486


10. JangkaSorong

11. Stop Watch

Gambar 2.00 Stop Watch

12. Kunci Chuck



13. KunciPahat
Digunakan untuk mengencangkan pahat agar selama proses pembubutan
kedudukan pahat tidak berubah.
Gambar 2.00 KunciPahat

14. Tachometer
Digunakan untuk mengukur putaran dari spindle
Gambar 2.00 Tachometer

15. Pahat HSS

Sebagai alat untuk pemakan benda kerja.
Gambar 2.00 Pahat HSS


16. Tang Ampere

Untuk mengukur arus pada saat pembubutan

B. Bahan
2. Aluminium


(Terlampir)
a. Putaran Spindel (n)
Pembubutan : rpm
Penirusan (Tirus) : rpm
Penguliran : rpm
h. Feed Motion : mm/rev
i. Pitch : mm/gang

2.1.5 Proses Pembuatan Benda Kerja

a. Awal Benda Kerja
BENDA KERJA
b. Proses 1

1
2
3
c. Proses 2

1
2
3
j. Proses 3

1
2
3

k. Proses 4

1
2
3

2.1.6 Flowchart


JENIS MESIN : Bubut
TYPE : KW15-486
DAYA ( P ) : 1,5kW
BAHAN YANG DIGUNAKAN
Nama Bahan : Aluminium
Koefisien bahan ( k ) : 32 kg/mm2
Konstanta Eksponen (m ) : 0.5
PEMBUBUTAN
NO L D d s nt na t t
(mm) (mm) (mm) (mm/rev) (rpm) (rpm) (mm) (detik)
1
2
3
4
5
2.1.8 Pengolahan Data

1. Kecepatan Pemotongan (v)
Pembubutan
.D.n
v (m / menit ) (2 - 1)
1000
dimana:
D = Diameter awal benda kerja (mm)
n = Putaran spindle (rpm)
2. Depth of Cut (t)

Dd
t' (mm) (2 - 2)
2
Dimana:
D = Diameter awal benda kerja (mm)
d = Diameter Akhir Benda Kerja

3. GayaPemotonganVertikal ( Pz )
Pz K.t '.s m (kg) (2 - 3)
dimana:
K = Koefisien bahan (Kg/mm2)
s = Feed motion (mm/rev)
t = Depth of cut (mm)
m = Konstantaeksponen
4. DayaPemotongan ( Nc )
Pz.v
Nc (kW) (2 - 4)
60.102
5. Machining Time ( Tm )
L.i
Tm (menit) (2 - 5)
s.n
dimana:
L = panjangpembubutan (mm)
i = jumlahpemotongan = t/t
6. Momen Torsi ( Mt )
Pz.D
Mt ( Kg.mm) (2 - 6)
2
7. Daya Motor ( Nm )
Nm V . .I . cos kW (2 - 7)
dimana:
V = Tegangan Listrik (Volt)
= Jumlah Fase
cos = Faktor daya {0,8}
I = Arus (Ampere)
A. Perhitungan Aktual


.D.n
v
1000
.00.000
v
0000
v = 00,000 m/menit
2. Depth of Cut (t)

Dd
t'
2
00 00
t'
0
t = 0,00 mm
3. Feed motion ( s )
L.i
s
Tm .n
00.0
s
00,00.000
s = 0,00 Menit
Pz K .t '.s m
Pz 000.0,5.0,000 0,00
Pz = 00,00 Kg
Pz.v
Nc (kW)
60.102
00,00.00,000
Nc
00.000
Nc = 0,0000 kW

Pz.D
Mt
2
00,00.00
Mt
0
Mt = 000,00 kg.mm
Nm V . .I . cos
Nm 000. 0. 0,0. cos 0,0
Nm = 0,00 kW
B. Perhitungan Teoritis

.D.n
v
1000
.00.000
v
1000
v = 00,000 m/menit
2. Depth of Cut (t)

Dd
t'
2
00 00
t'
2
t = 0,00 mm
Pz K .t '.s m
Pz 000,0.0,000 0,00
Pz = 00,00 Kg

Pz.v
Nc (kW)
60.102
00,00.00,000
Nc
00.000
Nc = 0,0000 kW
5. Machining Time ( Tm )
L.i
Tm
s.n
00.0
Tm
0,000.000
Tm = 0,00 Menit
Pz.D
Mt
2
00,00.00
Mt
0
Mt = 000,00 kg.mm
Nm V . .I . cos
Nm 000. 0. 0,0. cos 0,0
Nm = 0,00 kW
2.1.9 Grafik dan Pembahasan

A. Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan (Nc)
Tabel 2.1 Data antarkelompok Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan
(Nc)
Kelompok na(rpm) nt(rpm) Nca(kW) Nct(kW)

Gambar 2. Grafik Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan (Nc)
GRAFIK 20x12 cm

B. Hubungan Feed Motion (s) dan Gaya Pemotongan (Pz)
Tabel 2.2 Data antarkelompok Hubungan Feed Motion (s) dan Gaya Pemotongan (Pz)
Kelompok sa(mm/rev) st(mm/rev) Pza(kg) Pzt(kg)

Gambar 2. Grafik Hubungan Feed Motion (s) dan Gaya Pemotongan (Pz)
GRAFIK 20x12 cm

2.1.10 Studi Kasus

1. Contoh format contoh format
Analisa
Contoh format contoh format contoh format contoh format contoh format
contoh format contoh formatcontoh format contoh format contoh format.
Gambar 2.1 Contoh format contoh format

Penyebab

contoh format contoh formatcontoh format contoh format contoh format contoh
format contoh format contoh format contoh format contoh format contoh format
contoh formatcontoh format contoh format contoh format.
Solusi
contoh format contoh formatcontoh format contoh format contoh formatcontoh
format contoh format contoh formatcontoh format contoh format contoh
formatcontoh format.

Analisa

Penyebab
format contoh format contoh format contoh format contoh format contoh format.
Solusi
format.
2.2 Roda Gigi

2.2.1 Tujuan
c.
d.
C. Alat
8. Mesin Milling
Gambar 2.00 Mesin Milling

9. Jangka Sorong

10. Milling Cutter (Modul = 2,25)

Digunakan untuk pemakanan benda kerja.
Gambar 2.00 Milling Cutter

11. Stop watch


12. Kunci Chuck


13. Kunci L

Digunakan untuk mengencangkan tailstock agar selama proses

pengerjaan, kedudukan tailstock tidak berubah.
Gambar 2.00 Kunci L

5. Kunci Inggris
Digunakan untuk mengencangkan benda kerja pada poros berulir dan
Mengatur kedudukan sector arm.
Gambar 2.00 Kunci Inggris

6. Obeng (-)
Digunakan untuk mengatur dan mengencangkan index crank.
Gambar 2.00 Obeng (-)

7. Poros Berulir

Digunakan sebagai tempat kedudukan benda kerja sebelum dipasang pada

chuck.
Gambar 2.00 Poros Berulir

7. Jig
Digunakan sebagai pemandu untuk mengarahkan bagi mata pahat dalam
proses pemotongan.
Gambar 2.00 Jig

D. Bahan
2. Aluminium


(Terlampir)
2.4.5 Penentuan Parameter Dan Perhitungan Pembuatan Roda Gigi Lurus
Gambar 2.00 Bagian-bagian roda gigi

Sumber :R.S Khurmi (2005:1025)
A. Roda Gigi 1
M1 = 0,00
Z1 = 00
K1 = 00
0
X1 = 00
n1 = 000
dp
Z (2 - 8)
M
dp = Z.M

dp = 00,00 mm
dp dk 2M (2 - 9)
00,00 dk 0.0,00
dk = 00,00 mm

K
X (2 - 10)
Z
00
X
Z
0
X =00 putaran
11. Tinggi gigi (H)

H 2,25.M (2 - 11)
H 0,00.0,00
H = 0,0000 mm

hk k.M (2 - 12)
hk 0.0,00
hk = 0,00 mm
hf k.M ck (2 - 13)
hf 0.0,00 0,0000
hf = 0,0000 mm
14. Tebal gigi (t)

.M
t (2 - 14)
2
.0,00
t
0

t = 0,0000 mm
B. Roda Gigi 2
M2 = 0,00
Z2 = 00
K2 = 00
0
X2 = 00
n2 = 000

dp
Z
M
dp = Z.M
dp = 00,00 mm

dp dk 2M
00,00 dk 0.0,00
dk = 00,00 mm

K
X
Z
00
X
Z
0
X =00 putaran
11. Tinggi gigi (H)

H 2,25.M
H 2,25.0,00
H = 0,000 mm
hk k.M

hk 0.0,00
hk = 0,00 mm
hf k.M ck
hf 0.0,00 0,0000
hf = 0,0000 mm
14. Tebal gigi (t)

.M
t
2
.0,00
t
0
t = 0,0000 mm

2.2.5 Flowchart


NO L Vhtabel nt na t
(mm) (mm/menit) (rpm) (rpm) (detik)
1
2
3
4
5

Putaran yang digunakan(n) : 000 rpm

Diameter cutter(D) : 00 mm
Modul(M) : 00 mm
Dimensi roda gigi yang dibuat:
Teoritis
10. Tebal gigi(t) :00,00 mm
Aktual
Bahan benda kerja : aluminium
Konstanta bahan : 32 kg mm 2
Konstanta eksponen Aluminium : 0,5
Lebar benda kerja : 00 mm
Jumlah gigi worm wheel(K) : 60
0
Jumlah putaran untuk index plate(x) :0 0


1. Feed motion(s)
L t' (D t' ) 6
s (menit ) (2 - 15)
Tm.n
dimana :
L = panjang pemotongan (mm)

t = kedalaman pemotongan (mm)
D = diameter milling cutter (mm)
s = feed motion (mm/rev)
n = putaran spindle (rpm)
Tm = Machining time(mnt)
2. Gaya pemotongan (Pz)

Pz K.t '.s m (kg) (2 - 3)
dimana:
K = Koefisien bahan (Kg/mm2)
t = Depth of cut (mm)
m = konstanta eksponen
3. Momen torsi (Mt)

Pz.D
Mt (Kg.mm ) (2 - 6)
2
dimana:
D = diameter milling cutter (mm)
4. Daya pemotongan (Nc)

Mt. n
Nc (Kw) (2 - 4)
974000
5. Kecepatan pemotongan ( Tm )
.D.n
v (2 - 5)
1000
dimana :
n = putaran spindle (rpm)

A. Perhitungan Aktual
1. Feed motion(s)
L t' (D t' ) 6
s
Tm.n
00 0(00 0) 0
s
00,00.000
s= 0,000 mm/rev
2. Gaya pemotongan (Pz)

Pz K.t'.s m
Pz 00.0.0,000 0,0
Pz = 00,00 kg
3. Momen torsi (Mt)

Pz.D
Mt
2
00,00.00
Mt
0
Mt = 000,00 kg.mm
4. Daya pemotongan (Nc)

Mt. n
Nc
974000
000,00. n
Nc
000000
Nc = 0,00 kW
5. Kecepatan pemotongan ( v )
.D.n
v
1000
.00.000
v
0000
v = 000,0 mm/menit

2.2.8 Grafik dan Pembahasan

Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan (Nc)
Tabel 2.3 Data antarkelompok Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan
(Nc)
Kelompok na(rpm) nt(rpm) Nca(kW) Nct(kW)

Gambar 2. Grafik Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan (Nc)
GRAFIK 20x12 cm

2.2.9 Studi Kasus

Analisa

Penyebab
Solusi
format.

Analisa


Penyebab
Solusi
format.

2.3 Pengurdian
2.3.1 Tujuan
c.
d.
C. Alat
7. Mesin Bor
Gambar 2.00 Mesin Bor

8. Mata Bor
Digunakan sebagai alat untuk melubangi benda kerja.
Gambar 2.00 Mata Bor

9. Kunci Drill chuck

Digunakan untuk mengencangkan mata bor pada drill chuck

Gambar 2.00 Drill chuck

10. Stop watch

Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengeboran.

11. Waterpass
Digunakan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan tegak lurus
dengan mata bor.
Gambar 2.00 Waterpass


12. Palu
Digunakan untuk memberikan gaya pada penitik.
Gambar 2.00 Palu

B. Bahan
2. Aluminium

(Terlampir)

Tegangan = 000 volt
Diameter mata bor = 6 mm
Kecepatan putar = 400 rpm
Panjang pengeboran = 000 mm
Banyaknya pemakanan = 5 kali
Waktu pengeboran = 0,000 detik
Konstanta bahan Alumunium = 32 kg mm
2

2.3.5 Flowchart


Pengeboran ke- Waktu Pengeboran (menit)
1 0,00
2 0,00
3 0,00
4 0,00
5 0,00
2.3.7 Pengolahan data

1. Kecepatan pengeboran
.D.n
v (2 - 1)
1000
.D.n
v
1000
v = 0,000 m/menit
2. Feed Motion ( s )
L .i
s (2 - 5)
Tm . n
00. 0
s
0,000 . 000
s = 0,000 mm/rev
3. Momen torsi (Mt)

Mt C . D1,9 . s 0,8 (2 - 17)
Mt 00 . 00 0,0. 0,000 0,0

Mt = 00,000 kg.mm
dimana :
C = Konstanta bahan Alumunium

D = diameter mata bor (mm)

4. Daya pengeboran (Nc)

Mt. n
Nc (2 - 18)
974000
0,000. 000
Nc
000000
Nc = 0,000 kW
2.3.8 Studi Kasus

Analisa

Penyebab
Solusi
format.
.
Analisa


Penyebab
Solusi
format.
.

2.4 Kerja Bangku

2.4.1 Tujuan
c.
d.
B. Alat
9. Mesin Las SMAW
Gambar 2.00 Mesin Las SMAW

10. Tang
Digunakan untuk menjepit benda kerja pada saat pengelasan apabila
diperlukan.
Gambar 2.00 Tang

11. Kacamata las / Topeng Las

Digunakan untuk melindungi mata pada saat proses pengelasan
berjalan.

Gambar 2.00 Kacamata las / Topeng Las

12. Stop watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengelasan.

13. Penggaris Siku

Digunakan untuk menentukan kedudukan benda kerja sebelum dilas.
Gambar 2.00 Penggaris Siku

14. Kikir
Digunakan untuk menghaluskan permukaan setelah proses pemotongan.

Gambar 2.00 Kikir

15. Roll Meter
Digunakan untuk mengukur benda kerja sebelum dan setelah dipotong.
Gambar 2.00 Roll Meter

16. Gergaji besi

Digunakan untuk memotong material.
Gambar 2.00 Gergaji besi

9. Sikat Kawat
Digunakan untuk membersihkan terak pada benda kerja.
Gambar 2.00 Sikat Kawat


10. Pemukul Terak

Digunakan untuk menghilangkan terak yang menempel pada hasil
lasan.
Gambar 2.00 Pemukul Terak

11. Cat Besi
Digunakan untuk memberikan warna dan mencegah korosi benda kerja.
Gambar 2.00 Cat Besi

12. Kuas
Digunakan untuk meratakan cat di permukaan benda kerja.
Gambar 2.00 Kuas

13. Gunting Plat

Digunakan untuk memotong plat.

Gambar 2.00 Gunting Plat

C. Bahan
3. Besi esser
Gambar 2.00 Besi esser

4. Besi siku 3x3
Gambar 2.00 Besi siku 3x3


5. Besi hollow 4x4
Gambar 2.00 Besi hollow 4x4

6. Plat
Gambar 2.00 plat

7. Kayu
Gambar 2.00 Kayu



(Terlampir)

2.4.4 Flowchart


Jenis bahan = Baja Esser
Tegangan = 380 Volt
Arus = 00 Ampere
Tebal Las = 0,00 mm
Panjang Pengelasan = 00,0 mm
Tahanan = 0,00 Ohm
Waktu pengelasan = 0,00 Detik
Faktor daya = 0,8
Tegangan geser = 37,5 kg / mm2

1. Heat Input ( P)
P V .I . cos (W ) (2 - 19)
Dimana :
V = tegangan (Volt)
I = besar arus ( Ampere)
Cos = faktor daya
2. Kekuatan las (Po)

Po 2.h.L. (Kg) (2 - 20)
Dimana :
h = tebal las (mm)
L = panjang pengelasan (mm)
= tegangan geser ijin (Kg/mm2)
3. Panas yang timbul ( Q )

Q 0,24.I2RT (Kalori ) (2 - 21)
dimana :
R = tahanan (Ohm)
t = waktu pengelasan (detik)

B. Perhitungan Pengelasan Material Baja Esser

1. Heat Input ( P)
P V.I. cos
P 000.00. cos 0,0
P = 00000 W
2. Kekuatan las (Po)

Po 2.h.L.
Po 2.0,00.00.00,0
Po = 0000,0 kg
3. Panas yang timbul ( Q )

Q 0,24.I 2 R.T
Q 0,00.000.0,00.0,00
Q = 00000,00 Kalori
2.4.7 Studi kasus

Analisa

Penyebab

Solusi
format.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Contoh format contoh format contoh format contoh format.
3.2 Saran
1. Contoh format contoh format contoh format contoh format.(Untuk Lab)
2. Contoh format contoh format contoh format contoh format.(Untuk Praktikum)
3. Contoh format contoh format contoh format contoh format.(Untuk Laporan)
4. Contoh format contoh format contoh format contoh format.(Untuk Asisten)
5. Contoh format contoh format contoh format contoh format.(Untuk Asistensi)
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I KESIMPULAN DAN SARAN

Metode Faktorisasi Lu

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Metode Faktorisasi Lu

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 1

1.1 Latar Belakang

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

1.2 Tujuan Praktikum

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

2.1 Poros Berulir

2.1.2 Alat dan Bahan

Gambar 2.1 Mesin Bubut KW15-486

a) Bagian-Bagian Mesin Bubut

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

Gambar 2.2 Jangka Sorong

Gambar 2.3 Stop Watch

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

Digunakan untuk mengencangkan chuck / pencekam, bentuk matanya

Gambar 2.4 Kunci Chuck

Gambar 2.5 Kunci Pahat

Gambar 2.6 Tachometer

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

Sebagai alat untuk pemakan benda kerja.

Gambar 2.7 Pahat HSS

Gambar 2.8 Tang Ampere

Gambar 2.9 Aluminium

2.1.3 Desain Benda Kerja

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

2.1.4 Penentuan Parameter Permesinan

2.1.5 Proses Pembuatan Benda Kerja

Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t)

Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t)

Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

Apakah benda kerja Tidak

Memasang benda kerja pada chuck

Mengatur kecepatan spindle 330 rpm Pembubutan hingga diameter 20mm

Mengatur Feed Motion 0,184 mm/rev

Hidupkan mesin Apakah benda kerja Tidak

Menentukan titik nol pahat dan benda kerja

Masukan depth of cut 0,5mm Benda kerja dibalik

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

Pasang benda kerja pada Chuck

Menentukan titik nol pahat dan benda kerja

Pengaturan titik nol benda kerja, titik nol

Pembubutan hingga diameter 17mm Jauhkan pahat dari benda kerja

Jauhkan pahat dari benda kerja Menentukan Depth of cut 0,5mm

Apakah benda kerja Tidak Apakah benda kerja Tidak

Memutar pahat tegak lurus dengan benda

Ganti pahat dengan pahat ulir

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

Masukkan Depth of cut 0,5mm

Penguliran M12 x 1,75RH sepanjang 15mm

Apakah benda kerja Tidak

Lepas benda kerja

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

2.2 Roda Gigi

2.2.2 Alat dan Bahan

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM

Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja

Gambar 2.15 Jangka Sorong