Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/isthebest/quantum-teaching-strategi-pembelajaran_54f7a79da33311707a8b4971
Pembelajaran quantum teaching adalah salah satu metodologi pembelajaran yang dipandang baru meskipun sebenarnya sudah ada sebelumnya.
Dibandingkan dengan falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya, seperti: Pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran
aktif, pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning, CTL), pembelajaran berbasis projek (project based learning), pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran interaksi dinamis. Falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang disebut terakhir
tampak relatif lebih populer.
Pembelajaran quantum teaching adalah mengubah belajar menjadi meriah dengan segala nuansanya. Dalam quantum teaching juga menyertakan
segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.Pembelajaran quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis
dalam lingkungan kelas. Interaksi yang menjadikan landasan dan kerangka untuk belajar (De porter. B, 2004).
Dalam pembelajaran quantum teaching interaksi yang ada mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.
Unsur tersebut terbagi menjadi dua kategori yaitu: konteks dan isi. Konteks adalah latar belakang pengalaman guru. Sedangkan isi adalah
bagaimana guru menyajikan materi. Interaksi dari konteks dan isi dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa. Jika dikaitkan dengan
situasi belajar-mengajar di sekolah, unsur-unsur yang sama tersusun dengan baik yaitu suasana, lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan
fasilitas.
Empat ciri dari kerangka konseptual tentang langkah-langkah pengajaran dalam model pembelajaran quantum teaching yaitu:
(1) adanya kesempatan yang luas kepada seluruh para siswa untuk terlibat aktif dan partisipasi dalam pengajaran;
(2) adanya kepuasan pada diri si anak dengan pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan;
(3) adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan; dapat dilihat dari adanya pengulangan terhadap
sesuatu yang sudah dikuasainya.
(4) adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan siswa, dalam bentuk konsep, teori, model dan
sebagainya, (De porter. B, 2004).
Quantum teaching dalam pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi di dalam kelas antara siswa dengan lingkungan belajar yang efektif.
Dalam quantum teaching bersandar pada konsep bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini
menunjukkan, betapa pengajaran
dengan quantum teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana
menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.
1. Menumbuhkan minat dengan memuaskan apakah manfaatnya bagiku (pelajar) dan memanfaatkan kehidupan pelajar;
2. Menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar;
3. Menamai kegiatan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar dengan menyediakan kata kunci, konser, model, rumus, strategi, sebuah
masukan;
4. Menyediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan (mendemonstrasikan) bahwa mereka tahu;
5. Menunjuk beberapa pelajar untuk mengulangi materi dan menegaskan aku tahu bahwa aku memang tahu ini;
6. Merayakan atas keberhasilan yang sudah dilakukan oleh pelajar sebagai pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan
dan ilmu pengetahuan (De porter B, 2003).
Pembelajaran quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Quantum Teaching berfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Asas utama Quantum Teaching bersandar pada
konsep; Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Artinya bahwa pentingnya seorang guru untuk masuk ke
dunia siswa sebagai langkah pertama dalam proses pembelajaran.
Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2012/08/model-pembelajaran-quantum-teaching.html#ixzz4SXOLDxSo
Kurikulum 2013 untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) menggunakan model pembelajaran tematik terpadu. Model pembelajaran ini berangkat dari pendekatan
tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu
maupun antarmata pelajaran.
Ciri-ciri pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran berpusat pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung, pemisahan antar mata pelajaran
tidak nampak, konsep dari beberapa mata pelajaran disajikan dalam satu pembelajaran, bersifat luwes, dan asil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan
minat dan kebutuhan peserta didik.
Mengintegrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku. dengan mengedepankan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Mendesain rencana pembelajaran. Tahapan ini mencakup pengorganisasian sumber dan aktivitas ekstrakurikuler dalam rangka mendemonstrasikan kegiatan
dalam tema.
Aktivitas kelompok dan diskusi. Yang memberi peluang berpartisipasi dan mencapai berbagi persepektif dari tema. Hal ini membangun guru dan peserta didik
dalam mengeksplorasi subjek.
Pembelajaran tematik terpadu diyakini sebagai salah satu model pengajaran yang efektif. Model pembelajaran ini mampu mewadahi dan menyentuh secara
terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik. Pembelajaran tematik terpadu memiliki sifat memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi
(higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills).
Peserta didik pada kelas awal berpikir dengan cara holistik (menyeluruh/satu kesatuan). Mereka belum mampu memahami konsep secara abstrak. Manfaat
pembelajaran tematik membuat suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Menggunakan kelompok kerja sama, kolaborasi, kelompok belajar, dan strategi
pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah.
Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2014/06/tahap-pembelajaran-tematik-terpadu.html#ixzz4SXR7DJKy
Kurikulum 2013 untuk jenjang sekolah dasar (SD) dan sederajat, rencananya akan menggunakan metode tematik integratif. Metode ini sebenarnya bukan hal
baru bagi guru SD. Di kurikulum sebelumnya pun, untuk kelas rendah seperti kelas satu, dua dan tiga sudah menggunakan metode pembelajaran tematik.
Dalam metode tematik integratif, materi ajar tidak disampaikan berdasarkan mata pelajaran tertentu, melainkan dalam bentuk tema-tema yang
mengintegrasikan seluruh mata pelajaran. Metode ini sudah diterapkan di banyak sekolah. Karena dinilai berhasil, pemerintah lalu mengadopsi dan berencana
menerapkan metode ini secara nasional.
Metode tematik integratif adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa materi ajar sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna pada siswa. Tema adalah pokok pemikiran atau gagasan pokok yang
menjadi pokok pembicaraan. Tema akan yang akan menjadi penggerak mata pelajaran yang lain.
Pada kurikulum baru SD masing-masing kelas akan disediakan banyak tema. Umumnya tiap tingkatan kelas mempunyai delapan tema berbeda. Tema yang
sudah dipilih itu harus selesai diajarkan dalam jangka waktu satu tahun. Guru yang menentukan atau memilih teknis pengajaran maupun durasi pembelajaran
satu tema.
Satu tema yang dipilih oleh guru dapat diintegrasikan pada enam mata pelajaran wajib yang ditentukan yaitu Agama, PPKn, Matematika, bahasa Indonesia, Seni
Budaya dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Kurikulum baru SD ini menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis test dan
portofolio yang saling melengkapi. Elemen perubahan kurikulum untuk jenjang SD secara umum adalah holistik integratif berfokus pada alam, sosial, dan budaya
Dengan adanya perubahan pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013, maka ada penambahan sebanyak empat jam pelajaran per minggu. Metode tematik
integratif membuat siswa harus aktif dalam pembelajaran dan mengobservasi setiap tema yang menjadi bahasan. Untuk kelas I-III yang awalnya belajar selama
26-28 jam dalam seminggu bertambah menjadi 30-32 jam seminggu. Sedangkan untuk kelas IV-VI yang semula belajar selama 32 jam per minggu di sekolah
bertambah menjadi 36 jam per minggu.
Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2012/12/metode-tematik-integratif-pada.html#ixzz4SXU5NW8w