Anda di halaman 1dari 3

Menjadi Guru Profesional memang keinginan semua Guru tetapi untuk meraihnya tidaklah mudah.

Butuh pembelajaran dan usaha yang serius. Upaya mencerdaskan kehidupan


bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab professional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan
materi pengetahuan kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan kemampuan guna mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan
profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan system lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar
tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal. Mengajar dalam pemahaman ini memerlukan suatu strategi belajar mengajar yang sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada
pemilihan strategi yang tepat dalam upaya mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif subjek didik. Untuk itu perlu dibina dan dikembangkan kemampuan professional guru
untuk mengelola program pengajaran dengan Strategi Pembelajaran yang kaya dengan variasi. 1.Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran terdiri atas dua kata, yaitu
strategi dan pembelajaran. Istilah strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani, sebagai kata benda,strategos, merupakan gabungan kata stratos
(militer) dan ago (memimpin), sebagai kata kerja,stratego, berarti merencanakan (to plan).Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi berarti rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.Sedangkan secara umum strategi mengandung pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan. Sedangkanyang kita pahamikata strategi sebagai suatu cara yang dianggap mampu untuk mencapai suatu tujuan yang telah terprogram secara sistematis.
Sedangkan pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, di mana mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa.
Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan penyediaan sumber belajar. Jadi, menurutsaya, pembela jaran secara sederhana dapat diartikan sebagai
upaya yang dilakukan oleh pendidik (guru) untuk membantu peserta didik (siswa) aktif dalam kegiatan belajar yang telah diranc ang oleh guru. 2.Guru Dalam Strategi Pembelajaran
Peran guru dalam strategi pembelajaran, dimana guru harus menempatkan diri sebagai: a. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi, pelaksana dan
pengontrol kegiatan belajar peserta didik. b.Fasilitator belajar, dalam arti guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya
dalam berbagai bentuk. c.Moderator belajar, dalam arti guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik. Guru sebaga i moderator tidak hanya mengatur arus kegiatan belajar,
tetapi juga bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik, atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan
peserta didik. d.Evaluator belajar, dalam arti guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai evaluator, guru berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran
peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga berkewajiban untuk melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan dan cara
memperbaikinya, baik secara individual, kelompok, maupun secara klasikal. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa posisi dan peran guru dalam pro ses pembelajaran sangat
penting dan mempunyai tanggung jawab yang besar sebagi pemimpin belajar, fasilitator, moderator dan evaluator belajar bagi peserta didiknya. 3.Pengertian Quantum Teaching
Quantum Teaching merupakan salah satu proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses belajar mengajar menjadi menyenangkan. Pembelajaran Quantum Teaching
mencakup petunjuk untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif merancang pengajaran, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Banyak upaya -upaya yang dilakukan
oleh guru dalam membuat strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan menghafal fakta-fakta, tetapi strategi yang mendorong siswa
mengkontruksikan pengetahuan dibenak siswa itu sendiri, salah satu diantaranya dengan menerapkan pembelajaran Quantum Teaching. Porter (2000:3) menyatakan bahwa, Quantum
Teaching menunjukan kepada anda menjadi guru yang baik. Quantum Teaching cara-cara yang baru yang memudahkan proses belajar lewat pemanduan unsur seni dan pencapaian-
pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang anda ajarkan. Dan dengan menggunakan metode Quantum Teaching anda akan dapat menggabungkan keistimewaan-
keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pelajaran yang akan melejitkan prestasi siswa. Quantum Teaching merupakan suatu proses pembelajaran dengan menyediakan latar
belakang dan strategi untuk meningkatkan proses belajar mengajar dan membuat proses tersebut menjadi lebih menyenangkan. Cara ini memberikan sebuah gaya mengajar yang
memberdayakan siswa untuk berprestasi lebih dari yang dianggap mungkin. Juga membantu guru memperluas keterampilan siswa dan motivasi siswa, sehingga guru akan memperoleh
kepuasan yang lebih besar dari pekerjaannya. Kerangka pembelajaran Quantum Teaching dikenal sebagai TANDUR dengan kata Tumbuh kan, Alami, Namai, Demontrasikan, Ulangi
dan Rayakan. Kerangka ini dapat membuat siswa menjadi tertarik dan berminat pada suatu pelajaran dan dapat juga memastikan siswa mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan
isi pelajaran nyata bagi siswa itu sendiri, dan mencapai sukses. Kerangka pembelajaran Quantum Teaching adalah sebagai beriku t: 1. Tumbuhkan Guru membuat pertanyaan tentang
kemampuan siswa dengan memanfaatkan pengalaman siswa dan mencari tanggapan, manfaat serta komitmen siswa. Guru membuat strategi dengan melakukan aplikasi ataupun cerita
tentang pelajaran yang bersangkutan. 2. Alami Guru memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan siswa berdasarkan pengalaman siswa dan mampu mengasah otak siswa agar
dapat menyelesaikan masalah. Siswa dapat memahami informasi ataupun kegiatan serta memanfaatkan fasilitas yang ada sesuai den gan kebutuhan siswa. 3.Namai Pemberian nama
(simbol-simbol) ataupun identitas dan mendefinisikan suatu pertanyaan. Guru mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar dengan menggunakan gambar, warna,
alat bantu, kertas atau alat yang lainnya. Siswa dapat mengetahui informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya berdasarkan pengalaman agar pengetahuan tersebut
berarti. 4.Demonstrasikan Guru memberi peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan siswa ke dalam pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupannya. Siswa
dapat memperagakan atau mengaplikasikan tingkat kecakapannya dengan pelajaran. 5.Ulangi Guru mengulangi hal-hal yang kurang jelas bagi siswa. Siswa dapat dengan mudah
memahami dan mengetahui pelajaran tersebut. Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan pengetahuan kepada siswa yang lain. 6.Rayakan Mengadakan perayaan
bagi siswa akan mendorong siswa memperkuat rasa tanggung jawab dan mengamati proses belajar sendiri. Perayaan tersebut akan mengajarkan siswa mengenai motivasi belajar,
kesuksesan, langkah menuju kemenangan. Pujian yang didapatkan akan mendorong siswa agar tetap dalam keadaan bersemangat dalam proses belajar mengajar. Biasanya pada saat
siswa mencapai sesuatu, siswa hanya melanjutkan kegiatan selanjutnya, tanpa menciptakan daya pendorong untuk mengulangi keberhasilan itu. Sebagai guru, kiranya menanamkan
bibit kesuksesan, dan selalu menghubungkan belajar dengan perayaan. Perayaan tersebut dapat dilakukan dengan tepuk tangan, pu jian dan memberi penilaian.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/isthebest/quantum-teaching-strategi-pembelajaran_54f7a79da33311707a8b4971
Pembelajaran quantum teaching adalah salah satu metodologi pembelajaran yang dipandang baru meskipun sebenarnya sudah ada sebelumnya.
Dibandingkan dengan falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya, seperti: Pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran
aktif, pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning, CTL), pembelajaran berbasis projek (project based learning), pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran interaksi dinamis. Falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang disebut terakhir
tampak relatif lebih populer.

Pembelajaran quantum teaching adalah mengubah belajar menjadi meriah dengan segala nuansanya. Dalam quantum teaching juga menyertakan
segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.Pembelajaran quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis
dalam lingkungan kelas. Interaksi yang menjadikan landasan dan kerangka untuk belajar (De porter. B, 2004).

Dalam pembelajaran quantum teaching interaksi yang ada mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.
Unsur tersebut terbagi menjadi dua kategori yaitu: konteks dan isi. Konteks adalah latar belakang pengalaman guru. Sedangkan isi adalah
bagaimana guru menyajikan materi. Interaksi dari konteks dan isi dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa. Jika dikaitkan dengan
situasi belajar-mengajar di sekolah, unsur-unsur yang sama tersusun dengan baik yaitu suasana, lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan
fasilitas.

Empat ciri dari kerangka konseptual tentang langkah-langkah pengajaran dalam model pembelajaran quantum teaching yaitu:
(1) adanya kesempatan yang luas kepada seluruh para siswa untuk terlibat aktif dan partisipasi dalam pengajaran;
(2) adanya kepuasan pada diri si anak dengan pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan;
(3) adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan; dapat dilihat dari adanya pengulangan terhadap
sesuatu yang sudah dikuasainya.
(4) adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan siswa, dalam bentuk konsep, teori, model dan
sebagainya, (De porter. B, 2004).

Sejarah Munculnya Model Pembelajaran Quantum Teaching


Model pembelajaran quantum teaching muncul di Super Comp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum,
sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (De Porter, 1992).
Selama dua belas hari (menginap), siswa-siswa mulai usia 9 tahun sampai 24 tahun memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam
mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreatifitas, berkomunikasi dan membina hubungan serta kiat-kiat yang meningkatkan
kemampuan mereka menguasai hal-hal dalam kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti Super Comp mendapatkan nilai yang
lebih baik, lebih banyak berpartisipasi, dan lebih bangga akan diri mereka sendiri (Vos Groenendal)

Quantum teaching dalam pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi di dalam kelas antara siswa dengan lingkungan belajar yang efektif.
Dalam quantum teaching bersandar pada konsep bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini
menunjukkan, betapa pengajaran
dengan quantum teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana
menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.

Asas Utama Model Pembelajaran Quantum Teaching


Asas utama quantum teaching adalah bawalah dunia mereka kedunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Dari asas utama ini, dapat
disimpulkan bahwa langkah awal yang harus dilakukan dalam pengajaran yaitu mencoba memasuki dunia yang dialami oleh siswa. Cara yang
dilakukan seorang pendidik meliputi: untuk apa mengajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah,
sosial, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, maka dapat membawa mereka kedalam dunia kita dan memberi
mereka pemahaman mengenai isi dunia itu. Dunia kita dipeluas mencakup tidak hanya para siswa, tetapi juga guru. Akhirnya dengan pengertian
yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya
pada situasi baru. (De porter. B, 2004)

Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantun Teaching


Quantun Teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap;
a.) Segalanya berbicara
b.) Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, kertas yang guru bagikan hingga rancangan pelajaran, semua mengirim pesan tentang
pelajaran.
c.) Segalanya bertujuan
d.) Pengalaman sebelum pemberian nama
e.) Proses belajar paling efektif terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
f.) Akui setiap usaha
g.) Setiap mengambil langkah, siswa patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
h.) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan

Sintaks Pembelajaran Quantum Teaching


Quantum teaching mempunyai dua bagian penting yaitu dalam konteks dan isi. Sintaks pembelajaran quantum teaching adalah Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demostrasikan, Ulangi dan Rayakan (TANDUR). Adapun maksudnya adalah sebagai berikut:

1. Menumbuhkan minat dengan memuaskan apakah manfaatnya bagiku (pelajar) dan memanfaatkan kehidupan pelajar;
2. Menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar;
3. Menamai kegiatan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar dengan menyediakan kata kunci, konser, model, rumus, strategi, sebuah
masukan;
4. Menyediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan (mendemonstrasikan) bahwa mereka tahu;
5. Menunjuk beberapa pelajar untuk mengulangi materi dan menegaskan aku tahu bahwa aku memang tahu ini;
6. Merayakan atas keberhasilan yang sudah dilakukan oleh pelajar sebagai pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan
dan ilmu pengetahuan (De porter B, 2003).

Pembelajaran quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Quantum Teaching berfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Asas utama Quantum Teaching bersandar pada
konsep; Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Artinya bahwa pentingnya seorang guru untuk masuk ke
dunia siswa sebagai langkah pertama dalam proses pembelajaran.

Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2012/08/model-pembelajaran-quantum-teaching.html#ixzz4SXOLDxSo
Kurikulum 2013 untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) menggunakan model pembelajaran tematik terpadu. Model pembelajaran ini berangkat dari pendekatan
tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu
maupun antarmata pelajaran.

Ciri-ciri pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran berpusat pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung, pemisahan antar mata pelajaran
tidak nampak, konsep dari beberapa mata pelajaran disajikan dalam satu pembelajaran, bersifat luwes, dan asil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan
minat dan kebutuhan peserta didik.

Tahap Pembelajaran Tematik Terpadu Kurikulum 2013 meliputi:

Menentukan tema, dimungkinkan disepakati bersama dengan peserta didik.

Mengintegrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku. dengan mengedepankan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Mendesain rencana pembelajaran. Tahapan ini mencakup pengorganisasian sumber dan aktivitas ekstrakurikuler dalam rangka mendemonstrasikan kegiatan
dalam tema.

Aktivitas kelompok dan diskusi. Yang memberi peluang berpartisipasi dan mencapai berbagi persepektif dari tema. Hal ini membangun guru dan peserta didik
dalam mengeksplorasi subjek.

Pembelajaran tematik terpadu diyakini sebagai salah satu model pengajaran yang efektif. Model pembelajaran ini mampu mewadahi dan menyentuh secara
terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik. Pembelajaran tematik terpadu memiliki sifat memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi
(higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills).

Peserta didik pada kelas awal berpikir dengan cara holistik (menyeluruh/satu kesatuan). Mereka belum mampu memahami konsep secara abstrak. Manfaat
pembelajaran tematik membuat suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Menggunakan kelompok kerja sama, kolaborasi, kelompok belajar, dan strategi
pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah.

Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2014/06/tahap-pembelajaran-tematik-terpadu.html#ixzz4SXR7DJKy
Kurikulum 2013 untuk jenjang sekolah dasar (SD) dan sederajat, rencananya akan menggunakan metode tematik integratif. Metode ini sebenarnya bukan hal
baru bagi guru SD. Di kurikulum sebelumnya pun, untuk kelas rendah seperti kelas satu, dua dan tiga sudah menggunakan metode pembelajaran tematik.

Dalam metode tematik integratif, materi ajar tidak disampaikan berdasarkan mata pelajaran tertentu, melainkan dalam bentuk tema-tema yang
mengintegrasikan seluruh mata pelajaran. Metode ini sudah diterapkan di banyak sekolah. Karena dinilai berhasil, pemerintah lalu mengadopsi dan berencana
menerapkan metode ini secara nasional.

Metode tematik integratif adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa materi ajar sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna pada siswa. Tema adalah pokok pemikiran atau gagasan pokok yang
menjadi pokok pembicaraan. Tema akan yang akan menjadi penggerak mata pelajaran yang lain.

Pada kurikulum baru SD masing-masing kelas akan disediakan banyak tema. Umumnya tiap tingkatan kelas mempunyai delapan tema berbeda. Tema yang
sudah dipilih itu harus selesai diajarkan dalam jangka waktu satu tahun. Guru yang menentukan atau memilih teknis pengajaran maupun durasi pembelajaran
satu tema.

Satu tema yang dipilih oleh guru dapat diintegrasikan pada enam mata pelajaran wajib yang ditentukan yaitu Agama, PPKn, Matematika, bahasa Indonesia, Seni
Budaya dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Kurikulum baru SD ini menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis test dan
portofolio yang saling melengkapi. Elemen perubahan kurikulum untuk jenjang SD secara umum adalah holistik integratif berfokus pada alam, sosial, dan budaya
Dengan adanya perubahan pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013, maka ada penambahan sebanyak empat jam pelajaran per minggu. Metode tematik
integratif membuat siswa harus aktif dalam pembelajaran dan mengobservasi setiap tema yang menjadi bahasan. Untuk kelas I-III yang awalnya belajar selama
26-28 jam dalam seminggu bertambah menjadi 30-32 jam seminggu. Sedangkan untuk kelas IV-VI yang semula belajar selama 32 jam per minggu di sekolah
bertambah menjadi 36 jam per minggu.

Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2012/12/metode-tematik-integratif-pada.html#ixzz4SXU5NW8w

Anda mungkin juga menyukai