Anda di halaman 1dari 7

BAB II

ISI

2.1 Asam Poliakrilat


Asam akrilat adalah senyawa organik dengan rumus C3H4O2 yang dikenal
dengan nama lain acroleic acid, 2-propenoic acid, vinilformic acid, propene acid dan
ethylenecarboxylic acid. Asam akrilat merupakan bahan kimia industri yang penting
karena merupakan bahan kimia intermediate yang banyak digunakan dalam proses-
proses produksi pada industri dan produk-produk konsumen.
Penggunaan asam akrilat adalah sebagai sebuah blok bangunan dalam produksi
polimer asam poliakrilat. Polimer-polimer ini merupakan jenis cross-linked
poliacrilat dan absorben dengan kemampuan untuk menyerap dan mempertahankan
lebih dari seratus kali berat mereka sendiri. Mereka digunakan untuk membuat
popok, dan produk kesehatan feminin.
Asam poliakrilat merupakan bahan yang sangat berguna dalam industri
perawatan rambut (sampo, styling gel, pewarna rambut), perawatan kulit (cream dan
lotion, sunscreen, body wash) dan perawatan kuku dan biasanya dilakukan sebagai
pengental dan penjaga stabilitas emulsi (Utomo, 2002).

2.2 Sifat Bahan SAP


Ditinjau secara struktur, hidrogel superabsorben merupakan material tiga
dimensi yang memiliki kemampuan mengembang (swelling), namun tidak dapat larut
dalam air dikarenakan adanya crosslinkeratau ikat silang yang dapat berinteraksi
secara ikatan ionik atau ikatan hidrogen dengan partikel air (Rosalina, 2015).
Dalam proses pembuatan polimer superabsorben, polimer yang digunakan harus
memenuhi persyaratan diantaranya yaitu bersifat hidrofilik, tidak larut dalam air, mempunyai
gugus fungsi yang bersifat ionik. Asam poliacrilite dan poliacrilamide merupakan bahan
polimer superabsorben yang paling banyak digunakan karena mempunyai daya afinitas yang
paling baik. Pada gambar, dapat dilihat bahwa poliacrilamida dan asam poliacrilite
mempunyai gugus rantai aktif (R) yang dapat digunakan untuk proses grafting. Pada proses
grafting, gugus aktif ini akan digunakan untuk berikatan dengan silika
Struktur Poliakrilamida

Struktur asam poliakrilat

(Swantomo, dkk., 2008).

2.3 Sintesis SAP


Polimerisasi adalah reaksi penggabungan monomer-monomer menjadi rantai
polimer yang panjang dan berulang. Sedangkan polimer itu sendiri merupakan
senyawa makromolekul yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil (monomer)
yang saling berikatan. Terdapat dua cara membuat polimer yaitu secara konvensional
menggunakan inisiator berupa bahan kimia dan secara radiasi (Sari, 2011).
Pembuatan komposit polimer superabsorben dapat dilakukan dengan proses
grafting polimer dengan mineral alam dan proses penggabungan (intercalating)
monomer dengan mineral alam kemudian diikuti proses polimerisasi. Proses grafting
dapat dilakukan dengan metode kimia, yaitu dengan menggunakan bahan kimia
inisiator polimerisasi, dan bahan pembentuk ikatan silang (crosslinker).
Bahan inisiator yang sering digunakan adalah amonium perokdisulfat
sedangkan bahan pembentuk ikatan silang yang digunakan yaitu trimetil propana
triacrilate, 1,4-butadienol dimetacrilate dan N,N-metilene bisacrilamide.
Penambahan aktivator N,N,N,N- tetrametiletilendiamine diperlukan untuk
mempercepat reaksi polimerisasi. Proses grafting ini juga masih membutuhkan
pemanasan dari luar. Proses lain dalam pembuatan komposit polimer superabsorben-
mineral lokal adalah dengan metode grafting menggunakan radiasi pengion.
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan metode
kimia, yaitu: proses grafting dapat dilakukan pada monomer fase padat, cair, atau
gas; tidak membutuhkan penambahan bahan kimia seperti inisiator, crosslinker,
maupun aktivator sehingga produk yang diperoleh lebih murni; tidak memerlukan
penambahan panas dan reaksinya mudah dikendalikan. Ada dua sumber radiasi yang
sering digunakan dalam proses grafting yaitu sumber radiasi gamma dan electron.
Polimer superabsorben dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan
morfologinya diklasifikasikan menjadi polimer superabsorben serbuk, partikel, bola,
serat, membran dan emulsi. Ditinjau dari jenis bahan penyusunnya terdiri dari
polimer superabsorben makromolekul alam, semipolimer sintetis dan polimer sintetis
sedangkan dilihat dari proses pembuatannya dapat dibedakan menjadi polimer
cangkokan dan polimer ikatan silang. Ikatan utama polimer superabsorben adalah
gugus hidrofilik karena terdiri dari gugus asam karboksilat (-COOH) yang mudah
menyerap air. Ketika polimer superabsorben dimasukkan dalam air atau pelarut akan
terjadi interaksi antara polimer dengan molekul air. Interaksi yang terjadi adalah
hidrasi. Mekanisme hidrasi yang terjadi adalah ion dari zat terlarut dalam polimer
seperti COO- dan Na+ akan tertarik dengan molekul polar air.
Dalam proses pembuatan polimer superabsorben, polimer yang digunakan
harus memenuhi persyaratan diantaranya yaitu bersifat hidrofilik, tidak larut dalam
air, mempunyai gugus fungsi yang bersifat ionik. Asam poliacrilite dan
poliacrilamide merupakan bahan polimer superabsorben yang paling banyak
digunakan karena mempunyai daya afinitas yang paling baik.
Proses pembuatan polimer superabsorben dapat dilakukan dengan proses
polimerisasi dengan menggunakan radiasi pengion. Polimerisasi dengan radiasi
pengion mempunyai banyak keuntungan diantaranya tidak memerlukan bahan kimia
adiktif sehingga tingkat kemurnian bisa lebih tinggi dan lebih. ekonomis. Proses
polimerisasi dengan radiasi pengion bisa dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap
inisiasi, propagasi dan terminasi. Peran radiasi pengion disini hanya terletak pada
tahap inisiasi saja. Radikal bebas yang dihasilkan oleh radiasi pengion digunakan
sebagai energi awal untuk memulai reaksi. Selanjutnya, reaksi polimerisasi berlanjut
hingga tahap terminasi. Radikal yang dihasilkan oleh radiasi pengion relatif homogen
walaupun melewati fase padat dan tidak mengalami kenaikkan suhu yang tinggi
selama polimerisasi sehingga reaksinya mudah untuk dikontrol.
(Swantomo, 2008)

2.4 Mekanisme Pembuatan SAP


Proses polimerisasi terdiri dari:
1. Tahap inisiasi: radikal bebas dihasilkan oleh radiasi pengion kemudian bereaksi
dengan monomer yang belum jenuh.

2. Tahap propagasi: pertumbuhan rantai polimer dengan terjadinya ikatan antara


radikal propagasi dengan monomer.

3. Tahap terminasi: pertumbuhan radikal propagasi sudah mengalami kejenuhan


kemudian mulai melakukan reaksi penggabungan sampai mencapai keseimbangan
dan reaksi berhenti.

Dari hasil studi literatur diperoleh informasi bahwa polimer superabsorbent


yang dibuat dari polimer organik mempunyai kelemahan yaitu kurang stabil terhadap
perubahan suhu, keasaman, dan sifat fisik yang kurang bagus. Kelemahan polimer
organik ini dapat diatasi dengan pembuatan polimer superabsorben dalam bentuk
komposit (Swantomo, 2008).

2.5 Hubungan Crosslink dengan Kemampuan Absorben


Kemampuan absorben dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH,
temperatur, struktur molekul absorbet dan konsentrasinya. Selain itu, crosslink juga
berpengaruh terhadap kemampuan absorben suatu bahan. Crosslink adalah obligasi
yang menghubungkan satu rantai polimer yang lain. Crosslink berfungsi sebagai
pengikat ikatan silang rantai polimer melalui ikatan antar gugus diisosianat berlebih
dengan gugus hidroksil. Selain itu, crosslink atau ikatan silang dapat terbentuk secara
kovalen atau ionik.
Pada awalnya polimer superabsorben dibuat dari tepung, selulosa dan polivinil
alkohol yang mempunyai gugus hidrofilik dan mempunyai daya afinitas yang tinggi
terhadap air. Polimer superabsorben jenis ini mempunyai beberapa kelemahan
diantaranya kapasitas absorpsinya relatif kecil, kurang stabil terhadap pH, suhu dan
sifat fisik yang tidak bagus. Dewasa ini sedang dikembangkan polimer
superabsorben yang telah dimodifikasi sehingga mempunyai sifat fisik dan kimia
yang jauh lebih baik.
Ikatan utama polimer superabsorben adalah gugus hidrofilik karena terdiri dari
gugus asam karboksilat (-COOH) yang mudah menyerp air. Ketika polimer
superabsorben dimasukkan dalam air atau pelarut akan terjadi interaksi antara
polimer dengan molekul air. Interaksi yang terjadi adalah hidrasi. Mekanisme hidrasi
yang terjadi adalah ion dari zat terlarut dalam polimer seperti COO- dan Na+ akan
tertarik dengan molekul polar air seperti pada gambar dibawah.

Adanya ikatan silang dalam polimer superabsorben menyebabkan polimer


tidak larut dalam air atau pelarut. Sehingga hubungan crosslink atau ikatan silang
terhadap kemampuan absorben sangatlah penting dimana penyerapan air secara
difusi oleh absorbat menjadi lebih efektif karena mengandung gugus diisosianat.
2.6 Penanganan Limbah SAP
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena
pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga
merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak
mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat
jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu
yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya
sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan
menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah secara benar maka bisa
menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis.

Super Absorbent Polymer atau hydrogel penyerap air adalah material yang
mampu menyerap cairan sampai 200 kali berat material hidrogel itu sendiri. Bahan
SAP tersebut membentuk struktur gel serta mempertahankan kandungan air yang
diserap meskipun diberikan tekanan kepadanya. Terdapat banyak kegunaan dari SAP
ini salah satunya yang digunakan secara luas adalah pada pemakaian popok sekali
pakai (diapers).
Seiring dengan perkembangan teknologi, pola hidup masyarakat berubah
seperti pemakaian popok sekali pakai (diapers) untuk balita yang menggantikan kain
sebagai popok karena dianggap lebih praktis baik bagi balita maupun ibu rumah
tangga. Meningkatnya pemakaian popok sekali pakai akan menimbulkan masalah
baru yaitu pencemaran lingkungan. Saat ini popok sekali pakai dibuang begitu saja
dan tidak dimanfaatkan. Padahal dari teknologi dan ekonomi popok bisa
dimanfaatkan dan digunakan. Popok sekali pakai (diapers) tidak mudah terurai
karena terbuat dari molekul sodium polyacrylate.
Sebuah popok sekali pakai terdiri dari sebuah bagian penyerap yang terletak di
antara dua lembar kain bukan tenunan. Bagian ini khusus dirancang untuk menyerap
dan mempertahankan cairan tubuh, dan kain bukan tenunan memberikan popok
bentuk yang nyaman dan membantu mencegah kebocoran. Meskipun popok sekali
pakai berisi senyawa poli akrilat yang sukar untuk diuraikan namun ketika telah
basah dan berisi air maka sifat polimer tersebut mudah terputus sehingga mudah
diuraikan. Oleh karena itu bias dilalukan proses penguraiaan dengan metoda
pengkomposan. Adanya molekul air pada bagian dalam popok sekali pakai membuat
senyawa polimer tersebut akan lebih mudah terpotong potong menjadi bagian yang
kecil-kecil.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Widyastuti (Pemanfaatan
Limbah Popok Sekali Pakai (Diapers) untuk Pembuatan Kompos Menggunakan
Komposter Rotary Drum) menunjukkan bahwa mikroba yang terdapat pada kompos
yang berasal dari limbah popok sekali pakai (diapers) berisi mikroba yang selama ini
menguraikan bahan-bahan organik menjadi kompos (Widyastuti, 2012).

Anda mungkin juga menyukai