Anda di halaman 1dari 13

DERMATITIS ATOPIK

TUTORIAL KLINIS

Disusun Oleh :

Meidiana Anggraini 41090032


Bernadet Dhanni Wulandari S. 41100041
Deta Intan Herdyan 41100055

DOSEN PEMBIMBING KLINIK


dr. Gabriel Erny Widyanti, M. Kes, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK
STASE ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
PERIODE 29 JUNI-25 JULI 2015

0
KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AA
Tanggal Lahir : 03/05/2015
Umur : 2 bulan
Alamat : Gondokusuman-Yogyakarta
No RM : 01 11 33 46

B. ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesa dengan orang tua pasien di poli klinik kulit
1. Keluhan utama
Muncul bercak kemerahan di wajah, dada, perut dan tangan
2. Riwayat penyakit sekarang
Orang tua pasien mengatakan sejak kurang lebih 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit muncul bercak kemerahan awalnya di wajah terutama di
dahi dan pipi. Kemudian 2 hari sebelum masuk rumah sakit bercak
kemerahan muncul juga di dada, perut dan tangan. Bercak kemerahan
tersebut disertai bintil-bintil merah, kulit menjadi kasar dan terlihat kering.
Orang tua pasien merasa bercak kemerahan semakin melebar dan menyebar.
Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien sering menggosok-gosok
bagian yang merah tersebut. Orang tua pasien juga bercerita bahwa akhir-
akhir ini pasien sering rewel terutama saat malam hari.
Orang tua pasien sudah memberikan Xepagel pada bagian yang merah
tersebut tetapi dirasa belum ada perbaikan.
Pasien masih mengkonsumsi ASI. Satu minggu sebelum masuk rumah
sakit, pasien sempat mengkonsumsi susu formula sebanyak 3 kali tetapi saat
itu sudah muncul bercak kemerahan.
3. Riwayat penyakit dulu
a. Asthma (-)
b. Flek paru (-)
c. Alergi (-)
4. Life Style

1
a. Pasien menggunakan sabun mandi khusus bayi merk Cussons
b. Pasien biasa menggunakan bedak khusus bayi merk Cussons
c. Pasien selalu menggunakan minyak telon merk Koniker sebelum wajah,
badan diberi bedak
d. Pasien selalu dimandikan dengan air hangat
5. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat asthma pada keluarga (-)
b. Riwayat alergi pada keluarga (+) : ayah pasien alergi dingin reaksinya
bersin-bersin, nenek pasien alergi debu reaksinya bersin-bersin
6. Riwayat kehamilan dan persalinan
Orang tua menyatakan bahwa selama kehamilan tidak ada masalah dan
persalinan dilakukan secara normal.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran : Kompos mentis
2. Keadaan umum : Baik, anak sedang tidur

D. PEMERIKSAAN DERMATOLOGI
Status Lokalis
UKK pada wajah, dada perut dan tangan terdapat papul eritem berukuran
miliar multiple menyebar dengan dasar eritem disertai vesikel multiple menyebar,
sebagian erosi dan tertutup krusta kuning kecoklatan. Terdapat deskuamasi tipis,
tepi irreguler dan berbatas tegas.

2
E. DIAGNOSIS
a) Diagnosis Kerja
Dermatitis atopik infantil (tipe bayi)
b) Diagnosis Banding
Sindrom imunodefisiensi (misalnya sindrom Wiskott-Aldrich)
Sindrom hiper IgE

F. SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Dilakukan pemeriksaan IgE dan eosinofil untuk melihat apakah terdapat
faktor hipersensitivitas.

3
G. RENCANA TERAPI
a) Betadine 1% lag 100 mL no I
2 dd ue (protutul sebelum dioles krim)
b) Hidrokortison cream 1%
Urea hidrofilik cream 10%
m.f.l.a cream da in pot I 20 gr
2 dd ue (oles pada bagian yang merah)

H. EDUKASI PADA ORANG TUA PASIEN


a. Penyakit yang diderita pasien merupakan penyakit yang bersifat kronis
dan berulang sehingga perlu untuk menghindari faktor resiko dan perlu
untuk melakukan perawatan kulit secara benar, seperti:
Menemukan faktor resiko dengan memperhatikan kondisi atau
situasi apa yang membuat keluhan muncul
Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian
berbahan wol atau bahan sintetis
Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab
Menghindari pemilihan pakaian yang tebal dan ketat
Menjaga kebersihan daerah popok, iritasi oleh kencing atau feses dan
hindari pemakaian bahan medicated seperti baby oil
b. Menjaga agar pasien tidak mengosok-gosok bagian yang merah berbintil

4
DERMATITIS ATOPIK
A. DEFINISI
Dermatitis atopik adalah suatu penyakit kulit inflamasi yang bersifat kronik
residif yang dapat terjadi baik pada bayi, anak-anak, maupun dewasa dengan
riwayat atopi pada penderita maupun keluarganya. Sehingga sering kali pada
pasien ataupun keluarganya memiliki riwayat tertentu seperti asma atau rhinitis
alergika. Dermatitis atopik biasa disebut juga dengan eczema atopik.

B. ETIOPATOLOGI
Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam patogenesis dermatitis atopik
misalnya faktor genetik, faktor lingkungan, farmakologik, dan imunologi. Konsep
dasar terjadinya dermatitis atopik adalah melalui reaksi imunologik oleh sel-sel
yang berasal dari sumsum tulang.
Kadar IgE dalam serum penderita dermatitis atopik dan jumlah eosinofil
dalam darah perifer umumnya meningkat. Terbukti bahwa ada hubungan secara
sistemik antara dermatitis atopik dan alergi saluran nafas, karena 80% anak
dengan dermatitis atopik mengalami asthma bronkial atau rinitis alergik.

C. GEJALA KLINIS
Gejala klinis dermatitis atopik pada umumnya keluhan penderita adalah
gatal, kulit kering dan timbulnya eksim (eksematous inflammation) yang berjalan
kronik dan berulang (residif). Rasa gatal yang hebat menyebabkan sering
terjadinya lesi sekunder seperti munculnya papula, erosi, ekskoriasi, dan
likenifikasi apabila sudah berjalan kronis. Rasa gatal umumnya menetap namun
bisa juga lebih memburuk pada malam hari.
Pada pasien dapat ditemukan adanya riwayat sering merasa cemas, egois,
frustasi, agresif, atau merasa tertekan. Umumnya dermatitis atopik ini lebih
banyak terjadi pada wanita dengan rasio perbandingan 1,3:1. Pada riwayat
keluarga ditemukan adanya riwayat atopi seperti rhinitis alergi, konjungtivitis
alergi atau vernalis,dan asma bronkial. Pada penderita juga biasanya ditemukan

5
adanya riwayat sensitif terhadap bahan-bahan tertentu seperti wol dan bulu
binatang.
Dermatitis atopik sendiri dapat dipicu oleh aktor pemicu antara lain makanan
(telur, susu, gandum, kedelai, dan kacang tanah), tungau debu rumah, dan sering
mengalami infeksi di saluran napas atas.

D. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik penderita dermatitis atopik dapat ditemukan tanda-tanda
patognomonis. Kulit penderita dermatitis atopik biasanya teraba kering, pucat atau
redup, jari tangan teraba dingin. Terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi,
eksoriasi, eksudasi dan krusta pada lokasi predileksi. Predileksi dermatitis atopic
adalah sebagai berikut:
a. Tipe bayi (infantil) Dermatitis atopik paling sering muncul pada tahun
pertama kehidupan,biasanya setelah usia 2 bulan.
Dahi, pipi, kulit kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai, serta lutut
(pada anak yang mulai merangkak).
Lesi berupa eritema, papul vesikel halus, eksudatif, krusta.
b. Tipe anak Usia 2 - 12 tahun merupakan kelanjutan bentuk infatil atau
timbul sendiri.
Lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian dalam, kelopak mata,
leher, kadang-kadang di wajah.
Lesi berupa papul, sedikit eksudatif, sedikit skuama, likenifikasi, erosi.
Kadang-kadang disertai pustul.
c. Tipe remaja dan dewasa
Lipat siku, lipat lutut, samping leher, dahi, sekitar mata, tangan dan
pergelangan tangan, kadang-kadang ditemukan setempat misalnya bibir
mulut, bibir kelamin puting susu, atau kulit kepala.
Lesi berupa plak papular eritematosa, skuama, likenifikasi, kadang-
kadang erosi dan eksudasi, terjadi hiperpigmentasi.
Selanjutnya dermatitis atopik dapat dibagi berdasarkan derajat keparahan:
a. Dermatitis atopik ringan apabila mengenai < 10% luas permukaan kulit.
b. Dermatitis atopik sedang apabila mengenai kurang dari 10-50% luas
permukaan kulit.
c. Dermatitis atopik berat apabila mengenai kurang dari > 50% luas permukaan

6
kulit.

Pemeriksaan penunjang pada pasien dermatitis atopik tidak selalau


dilakukan. Pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis dermatitis atopik adalah
pemeriksaan Ig E serum dan pemeriksaan untuk menegakkan atopi, misalnya skin
prick test atau tes uji tusuk pada kasus dewasa.

E. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis penderita dengan dermatitis atopik adalah dengan
anamnesis yang mendalam dan pemeriksaan fisik. Dalam mendiagnosis dermatitis
atopik dapat mengunakan kriteria diagnosis dari Williams, dimana harus
ditemukan 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor.
a. Kriteria Mayor:
Pruritus
Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
Dermatitis di fleksura pada dewasa
Dermatitis kronis atau berulang
Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
b. Kriteria minor:
Xerosis
Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus herpes simpleks)
Iktiosis atau hiperliniar palmaris atau keratosis piliaris
Pitriasis alba
Dermatitis di papilla mamae
White dermogrhapism dan delayed blanch response
Kelilitis
Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
Konjunctivitis berulang
Keratokonus
Katarak subskapsular anterior
Orbita menjadi gelap
Muka pucat atau eritem
Gatal bila berkeringat
Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
Aksentuasi perifolikular
Hipersensitif terhadap makanan
Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi
Tes kulit alergi tipe dadakan positif
Kadar IgE dalam serum meningkat
Mulai muncul pada usia dini

7
Pada bayi, kriteria Diagnosis dimodifikasi menjadi:
a. Kriteria mayor berupa:
Riwayat atopi pada keluarga
Dermatitis pada muka dan ekstensor
Pruritus
b. Kriteria minor berupa
Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular
Fisura di belakang telinga
Skuama di scalp kronis

Selain kriteria diagnosis dari Williams, kriteria untuk mendiagnosis


dermatitis atopik yang sering digunakan adalah kriteria Hanifin dan Rajka.

8
Diagnosis Banding dermatitis atopik adalah:
a. Dermatitis seboroik (terutama pada bayi),
b. Dermatitis kontak,
c. Dermatitis numularis,
d. Skabies,
e. Iktiosis,
f. Psoriasis (terutama di daerah palmoplantar),
g. Sindrom Sezary
h. Dermatitis herpetiformis.

Sedangkan pada bayi, diagnosis banding, yaitu:


a. Sindrom imunodefisiensi (misalnya sindrom Wiskott-Aldrich)
b. Sindrom hiper IgE.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada penderita dermatitis atopik bertujuan untuk:
menghilangkan ujud kelainan kulit dan rasa gatal, mengobati lesi kulit, mencari
faktor pencetus dan mengurangi kekambuhan. Pada prinsipnya penatalaksanaan
pasien dermatitis atopik adalah dengan modifikasi gaya hidup, diantaranya:

9
a. Menemukan faktor risiko
b. Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian sepert wol
atau bahan sintetik, bahan kimiawi, rokok, pakaian kasar, suhu yang ekstrem
dan lembab .
c. Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab
d. Menjaga kebersihan bahan pakaian
e. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan
f. Membilas badan segera setelah selesai berenang untuk menghindari kontak
klorin yang terlalu lama
g. Menghindari stress psikis
h. Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor
i. Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok, iritasi oleh kencing atau
feses, dan hindari pemakaian bahan-bahan medicatedbaby oil
j. Menghindari pembersih yang mengandung antibakteri karena menginduksi
resistensi.

Untuk mengurangi keluhan, farmakoterapi dapat diberikan dengan:


a. Topikal (2x sehari)
Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal. Kortikosteroid
topikal dipakai sebagai anti inflamasi dan anti pruritus dan berguna pada
saat eksserbasi akut, seperti:
a) Desonid krim 0.05% (bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon
asetonidkrim 0.025%) selama maksimal 2 minggu.
b) Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim
0.1% atau mometason furoat krim 0.1%).
Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik
topikal atau sistemik bila lesi meluas. Sebagai obat pilihan adalah
eritromisin; dan bila ada gangguan gastroiintestinal atau telah resistan,
maka obat alternatif adalah sefalasporin generasi pertama atau kedua.
Mupirocin sebagai anti-staphylococcal topikal dapat mencegah
meluasnya lesi kulit.
b. Oral sistemik
Antihistamin sedatif yaitu: hidroksisin (2 x 1 tablet) selama maksimal 2
minggu
Loratadine 1x10 mg per hari atau antihistamin non sedatif lainnya selama
maksimal 2 minggu

10
Konseling dan edukasi pada pasien dan keluarganya dapat berupa:
a. Dermatitis atopik bersifat kronis dan berulang sehingga perlu diberi
pengertian kepada seluruh anggota keluarga untuk menghindari faktor risiko
dan melakukan perawatan kulit secara benar.
b. Memberikan informasi kepada keluarga bahwa prinsip pengobatan dermatitis
atopik adalah menghindari gatal, menekan proses peradangan, dan menjaga
hidrasi kulit bukan menghilangkan penyakitnya.
c. Menekankan kepada seluruh anggota keluarga bahwa modifikasi gaya hidup
tidak hanya berlaku pada pasien, juga harus menjadi kebiasaan keluarga
secara keseluruhan.

Rencana tindak lanjut pada pasien dermatitis atopik adalah


a. Diperlukan pengobatan pemeliharaan setelah fase akut teratasi.
b. Pengobatan pemeliharaan dengan kortikosteroid topikal jangka panjang (1
kali sehari) dan penggunaan krim pelembab 2 x sehari, sepanjang waktu.
c. Pengobatan pemeliharaan dapat diberikan selama maksimal 4 minggu.
d. Pemantauan efek samping kortikosteroid. Bila terdapat efek samping,
kortikosteroid dihentikan.

Kriteria rujukan pada pasien dermatitis atopik adalah:


a. Dermatitis atopik luas, dan berat
b. Dermatitis atopik rekalsitran atau dependent steroid
c. Bila diperlukan skin prick test/tes uji tusuk
d. Bila gejala tidak membaik dengan pengobatan standar selama 4 minggu
e. Bila kelainan rekalsitran atau meluas sampai eritroderma.

G. PROGNOSIS
Prognosis dermatitis atopik pada umumnya bonam karena dapat terkendali
dengan pengobatan pemeliharaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko R. Penyakit Dermatitis In: Djuanda, Adhi, Mochtar Hamzah, dkk.


2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed. 6. FK UI. Jakarta
2. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 5. 2014. Ilmu Penyakit
Kulit : Dermatitis Atopik. Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai