Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan merupakan tempat hidup makhluk hidup. Kualitas lingkungan


sangat mempengaruhi kondisi makhluk hidup, terutama manusia. Bila interaksi
antara manusia dengan lingkungan berada dalam keadaan seimbang, maka
kondisinya akan berada dalam keadaan sehat. Tetapi karena sesuatu sebab yang
mengganggu keseimbangan lingkungan ini, maka akan menimbulkan dampak
yang merugikan bagi kesehatan (Pallar,1994).

Zat atau senyawa hasil kegiatan industri (limbah) sangat berbahaya dan
mempunyai sifat beracun (toksik). Keberadaan zat atau senyawa tersebut di
lingkungan akan sangat membahayakan dan menurukan kualitas lingkungan
(Darmono,1995).

Bapak Toksikologi Modern, Paracelsus (1493-1541) menyatakan bahwa


"semua zat adalah racun; tidak ada yang bukan racun. Dosis yang tepat
membedakan suatu racun dengan obat". Xenobiotik (toksikan) adalah bahan
apapun yang dapat memberikan efek yang berlawanan (merugikan). Racun
merupakan istilah untuk toksikan yang dalam jumlah sedikit (dosis rendah) dapat
menyebabkan kematian atau penyakit (efek merugikan) yang secara tiba-tiba.

Dalam kehidupan sehari-hari tubuh manusia dapat terpapar oleh ribuan


xenobiotik yang setiap xenobiotik dapat menimbulkan efek toksik. Pertama, saat
sarapan pagi di rumah mungkin kita mengkonsumsi makanan yang mengandung
bahan pengawet, pewarna atau penyedap rasa. Ketika kita di jalan menuju tempat
kuliah dan tempat kerja mungkin kita menghirup udara yang penuh dengan
polutan rokok sendiri atau teman kerja. Kedua, kemungkinan timbulnya efek
toksik yang diakibatkan oleh paparan xenobiotik belum disikapi secara benar dan
baik oleh mereka yang bekerja di bidang kesehatan terlebih lagi orang awam.
Kasus formalin dalam makanan mendapat tanggapan yang gegap gempita,
sedangkan tercemarnya udara perkotaan dan air tanah permukiman serta

1
pemakaian obat-obatan yang irrasional menjadi fenomena biasa. Ketiga, sulit
untuk mengkategorisasi suatu bahan kimia sebagai aman atau beracun. Tidak
mudah untuk membedakan apakah suatu zat beracun atau tidak. Prinsip kunci
dalam toksikologi ialah hubungan dosis dengan respon atau efek. Kontak
xenobiotik (paparan) terhadap organisme dapat melalui jalur tertelan (ingesti),
terhirup (inhalasi) atau terabsorpsi melalui kulit. Xenobiotik umumnya memasuki
organisme dalam dosis tunggal dan besar (akut), atau dosis rendah namun
terakumulasi hingga jangka waktu tertentu (kronis).

Oleh karena hal tersebut, kita perlu mengetahui klasifikasi xenobiotik


(toksikan) agar dapat mengetahui cara mencegah masuknya xenobiotik (toksikan)
kedalam tubuh kita ataupun cara mengatasi/mengobati xenobiotik yang sudah
masuk kedalam tubuh.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam


makalah ini adalah :
1. Bagaimana pengertian dari senyawa xenobiotik?
2. Bagaimana klasifikasi dari xenobiotik?
3. Bagaimana caranya untuk mencegah dan mengatasi efek dari
xenobiotik berdasarkan masing-masing klasifikasinya?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tu]ujuan dari penulisan


makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari senyawa xenobiotik.
2. Mengetahui klasifikasi dari xenobiotik.
3. Mengetahui caranya untuk mencegah dan mengatasi efek dari
xenobiotik berdasarkan masing-masing klasifikasinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Senyawa Xenobiotik

Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu xenos yang artinya zat asing.
Sehingga zat xenobiotik merupakan senyawa yang asing bagi tubuh.

Kelompok utama zat-zat xenobiotik yang mempunyai relevansi medik


adalah obat-obatan, zatzat karsinogen kimia serta berbagai senyawa yang telah
memasuki lingkungan kehidupan kita melalui salah satu jalan, seperti senyawa-
senyawa Bifenil Polikrolinasi (PCB) dan insektisida tertentu. Sebagian besar
senyawa ini akan mengalami metabolisme (perubahan kimiawi) dalam tubuh
manusia, dan hati menjadi organ tubuh yang terutama terlibat dalam peristiwa ini.
Kadang-kadang zat xenobiotik dapat diekskresikan tanpa perubahan.Tujuan
metabolisme zat-zat xenobiotik adalah untuk meningkatkan kelarutannya dalam
air (polaritas) dan dengan demikian memudahkan ekskresinya dari dalam tubuh.

Xenobiotik dapat berada dalam bentuk fisik (seperti radiasi), kimiawi


(seperti arsen, sianida) maupun biologis (bisa ular). Juga terdapat dalam beragam
wujud (cair, padat, gas). Beberapa xenobiotik mudah diidentifikasi dari gejala
yang ditimbulkannya, dan banyak xenobiotik cenderung menyamarkan diri
(Budiawan, 2008).

2.2. Klasifikasi Xenobiotik

Xenobiotik (toksikan) dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal


seperti berikut:
Sumber
Wujud
Sifat kimiawi dan fisika
Terbentuknya pencemar
3
Efek yang dimiliki terhadap kesehatan
Efek yang dimiliki terhadap kerusakan organ
Hidup/tidaknya toksikan tersebut

1. Klasifikasi Berdasarkan Sumber


a. Sumber alamiah/buatan
Racun yang berasal dari alamiah atau buatan membedakan racun asli
yang berasal dari flora dan fauna dan kontaminasi organisme dengan
berbagai racun yang berasal dari bahan baku industri beracun ataupun
buangan beracun dan bahan sintetis beracun. Sumber berbentuk titik,
area dan gerak. Klasifikasi sumber seperti ini biasanya dipergunakan
orang yang berminat melakukan pengendalian. Tentunya sumber titik
lebih mudah dikendalikan daripada sumber area dan gerak.

b. Sumber domestik, komersial dan industri


Sumber domestik biasanya berasal dari pemukiman, kurang beracun
kecuali bercampur dengan buangan pestisida, obat-obatan dll.
Buangan komersial dapat sangat beragam, demikian pula dengan
buangan industri.

2. Klasifikasi Racun Berdasarkan Wujud


Klasifikasi racun berdasarkan wujud sangat bermanfaat dalam memahami
efek yang mungkin terjadi serta pengendaliannya. Adapun beberapa
klasifikasi racun berdasarkan wujur pencemaran adalah sebagai berikut:

a. Padat
Padatan banyak digunakan dalam makanan. Namun ada juga padatan
yang sangat halus yang dapat terbang bersama udara disebut debu, fume
(uap atau asap), mist (kabut), sehingga dampaknya sangat luas.
Contohnya : obat-obatan dan zat kimia tambahan pada makanan.

4
b. Cair
Cairan banyak dipergunakan dalam pertanian dan biasanya ditambah
pengencer, tetapi dampaknya tidak secepat gas. Contohnya : pestisida
cair dan obat yang berupa injeksi.

c. Gas
Gas dapat berdifusi sehingga menyebar lebih cepat dari pada cairan dan
zat padat. Contohnya : asap rokok, asap cerobong pabrik, asap
kendaraan, dan padatan yang sangat halus yang terbang bersama udara.

Ukuran pencemar, bentuk dan densitas, serta komposisi kimiawi dan fisika
sangat erat hubungannya dengan wujud. Hal ini akan memberikan petunjuk
mudah tidaknya pencemar memasuki tubuh host dan cepat tidaknya
menimbulkan efek serta seberapa jauh efeknya.

3. Klasifikasi Berdasarkan Sifat Fisika Dan Kimia (B3)


Klasifikasi xenobiotik berdasarkan sifat fisika dan kimia (B3) terbagi atas 5,
yaitu:

a. Korosif
Korosif merupakan sifat suatu substansi yang menyebabkan benda lain
hancur atau memperoleh dampak negatif. Korosi dapat menyebabkan
kerusakan pada mata, kulit, sistem pernafasan, dan banyak lagi. Zat-zat
korosif seperti asam dan basa kuat dapat merusak jaringan setempat
dengan mengendapkan protein sel. Akibatnya akan muncul iritasi pada
jaringan dibawahnya. Saluran ginjal dan empedu akan tersumbat akibat
pengendapan toksikan atau metabolitnya yang relatif sukar larut.
Contoh bahan kimia yang bersifat korosif antara lain: asam sulfat, asam
asetat dan asam klorida. Sifat korosif ini dapat menyebabkan kerusakan
pada mata, kulit, dan sistem pernapasan.

5
b. Radioaktif
Pencemaran lingkungan dapat disebabkan oleh debu radioaktif akibat
terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom atom. Contoh bahan
yang bersifat radioaktif: sinar alfa yang merupakan inti dari Helium. Zat
radioaktif pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90 SR
yang merupakan penyebab kanker tulang dan 131J, Polonium, serta
Radium. Besarnya dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi tidak
boleh melebihi 50 milisievert/tahun sedangkan besarnya dosis radiasi
yang diterima oleh masyarakat pada umumnya tidak boleh melebihi 5
milisievert/tahun.

c. Evaporative
Proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau peristiwa
berubahnya air atau es menjadi uap di udara. Contohnya adalah
meningkatnya kadar sulfur di bumi menyebabkan sulfur ikut menguap
sampai ke udara. Uap berubah menjadi tetesan air dan jatuh kembali ke
bumi dengan mengandung kadar sulfur yang tinggi, dan menyebabkan
hujan asam.

d. Eksplosif
Suatu zat yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam
jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga
menimbulkan kerusakan di sekelilingnya (meledak). Contoh bahan
yang bersifat eksplosif adalah bahan kimia bersifat dapat meledak
dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan.
Misalnya: KClO3, NH4NO3, C6H2(NO2)3CH3.

e. Reaktif
Pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas,
partikel atau gelombang elektromagnetik dari sumber radiasi. Contoh
bahan reaktif terhadap air adalah bahan yang mudah bereaksi terhadap
air dengan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar (Na, K,
6
dan Ca bereaksi dengan air menghasilkan H2 yang langsung terbakar
oleh panas reaksi yang terbentuk). Contoh bahan reaktif terhadap asam
yaitu bahan yang mudah bereaksi dengan asam dan menghasilkan panas
dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas beracun dan korosif (logam-
logam alkali seperti Na, K, dan Ca reaktif dengan air dan juga terhadap
asam, oksidator seperti kalium klorat atau perklorat dan asma kromat
sangat reaktif terhadap asam sulfat dan asam asetat serta NaCN atau
KCN jika bereaksi dengan asam akan menghasilkan gas asam sianida
yang sangat beracun).

4. Klasifikasi Berdasarkan Terbentuknya Pencemar


Klasifikasi xenobiotik berdasarkan terbentuknya pencemar dibagi menjadi 3
yaitu:
a. Pencemar Primer
Pencemar yang terbentuk dan keluar dari sumber. Contohnya adalah
gas SO2 di udara.

b. Pencemar Sekunder
Pencemar yang sudah bereaksi dilingkungan. Contohnya gas SO2
diudara berekasi dengan O2 yang menghasilkan SO3.

c. Pencemar Tersier
Pencemar sekunder yang saling bereaksi. Contohnya SO3 diudara
bereaksi dengan H2S menghasilkan H2SO4 yang disebut dengan hujan
asam.

Klasifikasi ini menjadi penting jika kita melakukan pengukuran ataupun


pemantuan pencemar. Lokasi, jarak, dari sumber, dan sifat reaktifitasnya
dengan zat yang ada di media lingkungan akan menentukan terjadinya
perubahan sifat kimia pencemar. Pencemar sekunder, dan seterusnya tentu
akan bersifat berbeda dari sifat primer.

7
5. Klasifikasi Atas Efek Kesehatan
Klasifikasi atas dasar efek kesehatan atau lebih tepat atas dasar gejala yang
timbul, mengelompokkan pencemar sebagai penyebab gejala:

a. Fibrosis
Fibrosis adalah pertumbuhan jaringan ikat yang berlebihan dan pada
tempat yang tidak normal. Pada hakekatnya semua sel yang rusak akan
digantikan oleh jaringan ikat, apabila tidak dapat lagi terjadi regenerasi.
Fibrosis yang sering ditemukan pada paru-paru disebut
pneumokoniosis. Contohnya di akibatkan oleh asber, CO, Co dan lain-
lain.

b. Granuloma
Kelainan jaringan yang berbentuk jaringan radang kronis sehingga
tampak merah dan berbenjol-benjol. Granuloma dapat diakibatkan oleh
infeksi mikroorganisme dan zat kimia seperti: berylium, kloro difluoro
metan, karbid, Zn, Mn, trikalsium fosfat, dan lain-lain.

c. Demam
Demam merupakan gejala kenaikan suhu badan melebihi 38-390 C atau
disebut juga pyreksia. Demam seringkali dikaitkan dengan penyakit
infeksi, tetapi dari pengamalan di industri, terjadi demam akibat
terhirupnya uap logam berat seperti: Mn, Zn, As, Cd, Co, Cu, Fe, Pb,
Hg dan Ni.

d. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana darah dan jaringan tubuh kekuranan
oksigen dan tidak dapat membuang karbondioksida yang menyebabkan
kematian sel. Konsekuensinya ialah banyak sel yang mati dan organ
vital tidak dapat berfungsi. Asfiksia dikarenakan penyumbatan saluran
pernapasan dan adanya racun yang menyebabkan Hb tidak dapat

8
berfungsi. Contoh: CO2, hidrogen sulfida dll. Penyakit yang sering
disebut Blue Babies, menyerang bayi akibat adanya nitrit dalam air
minuman, sehingga terbentuk met-Hb dan bayi akan kekurangan
oksigen, sehingga bayi tampak biru terutama saat sedang menangis.

e. Alergi
Alergi adalah kondisi badan yang bereaksi berlebihan pada material
tertentu yang disebut allergen. Mekanisme terjadinya alergi seperti
reaksi antara antigen dan antibodi, namun pada kasus alergi akan
terbentuk histamin dan menimbulkan gejala alergi. Contoh racun
penyebabnya adalah Ni, Cr dan zat organik.

f. Mutan, Kanker dan Tetratoma


Ketiga proses ini pada umumnya sama yaitu terjadinya mutasi pada sel,
namun selnya berbeda. Apabila mutasi terjadi pada sel genetik disebut
mutan, bila mutasi pada sel somatik akan menyebabkan kanker, bila
terjadi pada sel embrio akan menyebabkan teratoma. Mutasi dapat
menyebabkan kelainan mayor dan minor. Kelainan mayor adalah
perubahan dalam jumlah kromosom (lebih atau kurang) dan perubahan
dalam struktur kromosom (terpotong, putus, tatanan yang berubah) atau
bentuk kromosom yang berubah. Kelainam minor adalah insersi, delesi
satu pasang basa, sehingga terjadi shift dalam kodon, perubahan pasang
basa, sehingga jumlah tidak berubah tetapi urutannya berubah.
Penyebab mutasi atau zat yang mutagenik terdapat secara alamiah dan
antropogenik. Efeknya dapat berupa kematian/aborsi, lahir mati, rendah
berat badan, atau pertumbuhan yang terbelakang. Contoh racun
penyebab mutasi adalah radiasi pengion, benzena dan metil-Hg.
Kanker merupakan tumor ganas yang dapat menghancurkan dan
merusak sel atau jaringan sehat. Contoh racun penyebabnya adalah
senyawa bersifat karsinogen seperti amindifenil, asbes dan vinilklorida.

9
Sedangkan tetratoma atau cacat bawaan merupakan perkembangan
tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan
pada embrio. Contoh racun penyebabnya adalah As, F dan metil-Hg.

g. Keracunan sistemik
Keracunan sistemik adalah keracunan yang mengenai seluruh badan,
jadi tidak hanya organ spesifik. Penyebabnya adalah Pb, Cd, P, Bo, dll.
Dapat dipahami bahwa terjadinya keracunan sitemik dapat menyertai
keracunan organ spesifik, sehingga gejala umum akan sulit untuk
didiagnosa. Ada juga racun yang dibuat untuk meningkatkan ekonomi,
yakni pestisida, racun ini disebut racun ekonimik.

6. Klasifikasi Atas Dasar Kerusakan Organ Target


Toksikan dapat dikelompokkan atas dasar organ yang diserangnya.
Klasifikasi ini digunakan oleh para ahli superspesialis organ target tersebut.

a. Hepatotoksik
Hepatoksisitas adalah keadaan di mana suatu zat mempunyai daya
racun terhadap hepar atau hati. Kelompok ini terdapat banyak zat racun,
seperti DDT, aflatoksin-B, Alilalkohol, acrolein.

b. Nefrotoksik
Semua buangan yang berbentuk cairan atau larutan akan dikeluarkan
dari ginjal. Tetapi ginjal juga mempunyai tugas menjaga homeostatis
tubuh. Xenobiotik yang toksik bagi ginjal disebut nefrotoksik,
misalnya logam seperti As, Cd, Bi, Pb, Hg. Zat yang nefrotoksik dibagi
menjadi dua golongan, yakni nefrotoksik primer dan sekunder.
Nefrotoksik primer masuk ginjal tanpa terjadi bioaktivasi atau
biotranformasi di dalam tubuh, misalnya garam merkuri. Nefrotoksikan
sekunder merusak ginjal setelah mengalami biotransformasi sehingga
menjadi spesies yang toksik, misalnya trikloroetilen. Ginjal sangat peka

10
terhadap logam, kerena membentuk kompleks dengan ligan organik.
Misalnya, merkuri membentuk kompleks dengan grup sulfhidral.

c. Neurotoksik
Neurotoksik sangat beragam, sehingga efek yang timbul pada bagian
bagian tertentu saja atau pada sel-sel yang spesifik saja. Ada dua
mekanisme racun saraf, yakni gangguan pada transmiter dan gangguan
pada keluar masuknya ion Na dan K sepanjang akson saraf, sehingga
impuls elektrik terganggu. Zat yang dapat mengganggu transmisi
implus pada saraf dikelompokan kedalam 2 kategori sebagai berikut:
Agen yang menghentikan transmisi seperti, toksin botulinum yang
menghambat dikeluarkannya asetilkolin, sehingga transmisi sistem
saraf pada sambungan dan pada saraf parasimpatik tidak dapat
berjalan.
Tetradotoksin dari ikan dan saksitoksin dari dinoflagelata yang
memblokir masuknya ion Na ke dalam sel, yang merupakan fase
awal impuls transmisi.

d. Hematotoksik
Sistem hematopoetik adalah sistem yang membentuk sel-sel darah dan
berfungsi dalam respirasi seluler. Racun dapat mengganggu
pembentukan sel maupun fungsi dari sistem ini. Penyebab
hematotoksik dapat digolongkan kedalam dua golongan besar, yakni
kelainan yang didasarkan kualitas dan kuantitas sel darah. Dilihat dari
segi kualitas dan kuantitas sel darah, penyakit/gejala keracunan dapat
digolongkan atas dasar beberapa racun lingkungan, seperti
berkurangnya trombosit/thrombositopenia, hilangnya sel darah putih
yang polimorfonuklear/agranulocytosis, tidak dibentuknya sel-sel darah
merah/aplastik anemia dan pansitopenia, hemolitik, dan kanker darah.
Beberapa racun yang dapat menyebabkan penyakit tersebut adalah
tilenol, amonopirin, ampisilin, diazepam, salisilata dan sulfa.

11
e. Pneumotoksik
Zat yang pneumotoksik sudah banyak diketahui. Gas seperti gas klorin,
ammonia, hidrogensulfida, nitrogen oksida, sulfur oksida dapat
menimbulkan kerusakan jaringan secara langsung. Efek yang terjadi
sangat bervariasi, mulai dari yang ringan, iritasi, sampai kematian. Uap
Cd, Ni, Hg, Cr merusak jaringan tergantung konsentrasi, ukuran
partikel, lamanya paparan, dan sifat kimia-fisika logam tadi. Efek lain
yang sering didapat adalah kelainan paru yang menyerupai radang
disebabkan oleh debu Be, dan dapat beberapa fungi sehingga terbentuk
jaringan radang atau granuloma. Ada pula penyakit yang disebabkan
terbentuk allergen dari pencemar dan timbulnya alergi.

7. Klasifikasi Atas Dasar Hidup/Matinya Toksikan


Klasifikasi ini dibuat berdasarkan pertimbangan bahaya yang
ditimbulkannya. Zat yang hidup dapat berkembang biak jika lingkungannya
mengijinkan dan zat abiotis dapat berubah menjadi berbagai senyawa,
sehingga pengendaliannya berbeda.

a. Biotis / Biotoksin
Racun biotis adalah racun yang berasal dari biota. Dapat berupa racun
asli/racun primer (biota tersebut beracun) dan racun sekunder (akibat
kontaminasi dengan lingkungannya). Ada dua jenis racun asli :
Organisme itu sendiri beracun bagi manusia atau organisme lain yang
memakannya.
Racun dari biota sengaja dimasukkan ke dalam tubuh organisme lain
sebagai defens biota tadi.
Ada 3 macam biotoksin :

1) Mikroba
Racun di dalam mikroba dapat berupa racun yang dibuat oleh mikroba itu
sendiri ataupun dapat berupa sisa metabolisme.

12
Racun biotis ada yang disebut ekso dan endo-toksin.
Exotoksin dibuat dan dikeluarkan dari tubuhnya oleh bakteri semasa
masih hidup serta sehat, dan efeknya baru dapat dirasakan pada masa
sangat jauh.
Endotoksin hanya dirasakan bila terjadi kehancuran sel bakteri.
Berikut perbedaan endotoksin dan eksotoksin:
Karakteristik Eksotoksin Endotoksin
Sumber Bakteri gram (+) dan Dinding sel bakteri gram
beberapa bakteri gram (-) (-)
Komposisi kimia Protein = antigen Lipopolisakarida
Sifat Imunologi Toksin dapat diubah Toksin tidak dapat diubah
menjadi toksoid, dapat menjadi toksoid, sukar
dinetralisasi dengan dinetralisir dengan
antitoksin. antitoksin.
Dosis letal Rendah, sangat toksik. Biasanya lebih tinggi
daripada eksotoksin.
Cara kerja Spesifik untuk sel Kurang spesifik; gejala
tertentu. umum adalah shok.

Adapun mikroba pembentuk racun atau toksin antara lain

Vibrio cholerae : bakteri ini masuk kedalam tubuh manusia melewati


makanan dan/atau minuman, masuk kedalam usus halus. Bakteri ini
membuat toksin yang disebut dengan ENTEROTOKSIN, karena
meracuni usus, khususnya usus halus. Toksin ini akan mengaktifkan
adenylcyclase, suatu enzim seluler yang menghambat ion Na yang tidak
dapat diserap oleh usus dan menyebabkan keluarnya ion Cl kedalam
lumen usus. Hal ini mengakibatkan keseimbangan osmotik pada usus
terganggu dan jumlah cairan yang memasuki lumen usus sangat banyak,
dan terjadilah diare.
Clostoridium botulinum : merupakan bakteri yang menyebabkan
penyakit botulism yang sangat mematikan karena keracunan makanan.
13
Penderita dapat meninggal dalam waktu 3-7 hari bila tidak cepat
ditolong. Penderita akan mengalami kesulitan dalam menelan dan sulit
bernafas. Gejala awal mata tidak fokus dan kelemahan otot yang akan
berakhir dengan paralisis tungkai. Satu miligram toksin murni dapat
mematikan lebih dari satu juta hewan uji. Toksisitas terjadi apabila
toksin berikatan dengan presinaptik pada sinap neuromuskular, dan
memblokir pengeluaran enzim asetilkolin. Dengan tidak adanya
asetilkolin, maka impuls saraf tidak dapat diteruskan pada otot, dan
kontraksi otot tidak terjadi, sehingga kelumpuhan yang lemas terjadi.
Toksin bakteri ini disebut BOTULIN, dengan LD50 0,5 mikrogram.
Clostridium tetani : penyebab penyakit tetanus, hidup di tanah terbuka
dan berkomensialisme di usus kuda. Setelah memasuki tubuh, bakteri
akan menuju organ target, yakni sinap saraf, khususnya terikat pada lipid
gangglion. Hal ini akan berefek terjadinya kontraksi terus menerus,
kejang, dan paralisis yang kaku.
Pseudomonas cocovenans : bakteri ini memproduksi asam bongkrek
yang bekerja sebagai inhibitor fosforilasi oksidatif sehingga tidak
terbentuk ATP. Gejala keracunan berupa hiperglikemiayang kemudian
diikuti oleh hipoglikemia hebat sehingga menyebabkan kematian
penderita.
Corynebacterium dephtheriae : bakteri penyebab penyakit diphteri yang
menyerang saluran pernafasan dan kulit. Toksin bakteri ini berupa
eksotoksin. Sistem kerja toksin ini yaitu, ketika toksin menempel pada
sel maka toksin akan menjadi dua fragmen: yaitu fragmen A dan
fragmen B. Fragmen B hanya membantu fragmen A untuk dapat masuk
kedalam sel dan kemudian akan dibuang. Sedangkan fragmen A yang
masuk kedalam sel akan mengganggu sintesa protein dalam sel, hal ini
dapat terjadi akibat transfer t-RNA ke rangkaian peptida diblokade oleh
racun. Toksin ini akan menghambat pemanjangan polipeptida. Besi (Fe)
merupakan faktor yang menghambat produksi toksin.

14
2) Tanaman
Klasifikasi ini baik jamur maupun alga dimasukkan didalam tanaman.
Racun jamur (mikotoksin) adalah racun yang dibuat oleh fungi atau jamur.
Jamur memiliki habitat di alam yang sangat luas, ada yang di gudang, di
lapangan yang melapuk atau busuk. Adapun fungi yang beracun antara lain
Claviceps purpurea, Aspergilus flavus, Fusarium roseum, Fusarium
tricintum, dan Aspergilus sp.
Algae yang beracun juga banyak terdapat di alam, seperti
Pyrrophyceae, merupakan protozoa, hewan laut, mastigofora.
Cyanophyceae, disebut juga blue green algae. Jenis yg beracun :
Mycrocytis, Anabaena, Aphanizomenon, kesemuanya hidup di air tawar
dan membuat endotoksin. Bila terdapat banyak pupuk terjadilah
eutrofikasi yang menyebabkan populasi banyak, sehingga terjadi
penurunan oksigen terlarut, yang dapat menyebabkan kematian hewan
akuatik. Pada siang hari memang terjadi fotosintesis maksimum,
sehingga DO (dissolved oxygen) menjadi maksimum, dan pH menuju
9,5 karena toksin labil dalam alkaline, maka terjadi pengurangan
toksisitas. Namun pada malam hari, terjadi sebaliknya. Sehingga terjadi
kematian ikan, burung pemakan ikan, dan ternak.
Cyanobacterium, suatu organisme air tawar.
Chrysophyceae, algae yang hidup di air payau dengan kadar NaCl
0,12%.Termasuk dalam flagellate bersel tunggal, bewarna kuning coklat.
Algae ini merupakan spesies Prymnesium parvum yang bersifat racun
bagi ikan. Alga ini mampu membuat toksin hemolisin, sitotoksin,
banteriolitik, dan ichtytoksin.
Pyrrophyceae adalah algae beracun dan berwarna merah. Bila nutrien
cukup, algae ini dapat berkembang biak dengan pesat, sehingga laut
berwarna merah yang disebut red tides. Bila hal ini terjadi, maka
banyak kerang-kerang yang mengandung racun sehingga tidak dapat
dikonsumsi. Keracunan kerang menyebabkan paralisis.

15
Selain jamur dan algae, juga terdapat tanaman yang beracun. Pada umumnya
tanaman-tanaman yang beracun memiliki tanda-tanda seperti rasa yang
pahit, memiliki getah seperti susu, memiliki kuncup berlaminasi. Racun
dapat terdapat pada buah, daun, biji, dan akar. Pada umumnya racun pada
tanaman bersifat labil terhadap panas dan larut dalam air. Sehingga air bekas
masak sebaiknya tidak diminum. Yang terpenting lainnya sebaiknya hindari
memakan tanaman liar yang tidak dikenal, atau memakan bagian tanaman
yang tidak lazim dimakan. Hindari juga sembarangan mengkonsumsi jamur
liar. Adapun racun yang memungkinkan terdapat dalam tanaman antara lain
sianida (ubi kayu, akasia, sorghum muda, dll), asam oksalat
(Chenopodiaceae, Rumex, Oxilidaceae) dan fosfor organik (Oxylobrium
paviflorum, Gatrolobium bilobium). Salah satu tanaman beracun adalah
jenis Curare, yang banyak ditemukan di Indian, yang banyak digunakan
untuk melumuri panah pemburu. Sehingga dapat melumpuhkan hewan
buruannya. Di kedokteran juga digunakan sebagai anestesi.

3) Hewan
Untuk hewan-hewan yang beracun beraneka ragam seperti ular,
kalajengking, lebah, ataupun jenis lainnya seperti nyamuk. Biasanya
penawar racun dapat dibuat dari bisa hewan itu sendiri. Dan disarankan
untuk menjaga kebersihan sehingga hewan-hewan liar tidak bersarang
ditempat yang tidak diinginkan. Yang dapat menimbulkan interaksi antara
manusia dan binatang yang tidak diinginkan.

b. Abiotis
Racun abiotis adalah racun yang berasal dari komponen lingkungan yang
terdiri atas komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati.
Komponen-komponen tersebut biasanya terdapat di dalam tanah, air ataupun
udara, dsb. Racun abiotis dibagi menjadi 2 yaitu racun logam dan racun
nonlogam.

16
1) Racun Logam
Logam atau metal adalah barang tambang, biasanya berupa bahan dasar
berat dan padat. Logam berbeda dengan senyawa-senyawa beracun lainnya
karena logam tidak dapat disintesa atau dimusnahkan serta dihancurkan
dalam tubuh manusia. Banyak jenis logam yang sangat berbahaya bahkan
mematikan bila dikonsumsi melebihi dari standar kebutuhan manusia.
Logam-logam ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara yang kita
hirup, air minum dan makanan atau juga melalui proses penguraian
senyawa-senyawa yang mengandung logam. Namun demikian terdapat juga
banyak jenis logam yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit. Jenis-
jenis logam tersebut biasanya ditambahkan dalam bentuk vitamin atau bahan
tambahan pangan.
Logam berat adalah logam yang menimbulkan bahaya lingkungan jangka
panjang. Logam-logam berat ini biasanya ditemukan secara alami dalam
tanah atau batu-batuan dan konsentrasinya semakin meningkat karena
adanya aktivitas manusia melalui proyek-proyek pertambangan emas, batu
bara dan mineral-mineral lainnya, asap-asap kendaraan bermotor serta
adanya hasil-hasil pembakaran pabrik-pabrik industri kendaraan bermotor,
pakaian, bahan-bahan elektronik serta adanya pembakaran hutan, semak dan
pembakaran tumpukan-tumpukan di tempat pembuangan sampah yang
hampir tidak pernah padam selama berhari-hari, bahkan bertahun-tahun.
Berikut ini merupakan beberapa contoh logam berat.
Kadmium (Cd)
Masalah yang paling berbahaya tentang Cd adalah penghirupan debu
halus kadmium yang dapat menyebabkan pneumonitis, pembengkakan
paru-paru (pulmonary edema) dan kematian (Hayes, 2007). Kadmium
dapat mengakibatkan kanker terutama meningkatkan tumor prostrat yang
jahat (carcinoma prostrate) pada pekerja-pekerja di pabrik baterai
(Amstrong & Kazantzis, 1983; IARC) ("Safety and Health Topics,
Cadmium - Health Effects". Osha.gov.). Hasil penelitian menunjukkan

17
bahwa jaringan lapisan uterus (endometrial) mengandung Cd yang tinggi
bagi para perokok dan bekas perokok wanita (Rzymski 2014). Dikatakan
bahwa 10% dari kadmium yang terdapat dalam rokok dihirup masuk ke
tubuh (Elinder et al., 1983). Menghirup debu yang mengandung Cd dan
mengonsumsi Cd dalam jumlah yang tinggi, dapat mengganggu saluran
pernapasan dan merusak ginjal serta dapat mengakibatkan kematian.
Berilium (Be)
Berelium dapat menggantikan Mg dalam struktur enzim, sehingga dapat
mengganggu kerja enzim yang sebenarnya. Menurut laporan dari Institut
Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Pekerja (The National
Institute for Occupatio nal Safety and Health (NIOSH), 2011), "para
pekerjayang terekspos dengan partikel, gas, dan larutan dari bahan-
bahan yang mengandung berelium dapat mengembangkan sensitifisasi
berelium atau penyakit kronik berelium, yang dapat mengganggu atau
mengakibatkan penyakit pernapasan yang mematikan. Tergantung dari
bagaimana para pekerja terekspos, penyakit ini dapat memengaruhi
jaringan atau organ yang berbeda seperti hati, ginjal, jantung, sistem
persarafan dan sistem limfatik. Kontak langsung dengan gas berelium
dapat mengakibatkan kerusakan pada mata atau kulit".
Kromium (Cr)
WHO merekomendasi konsentrasi maksimum kromium (VI) yang
diperbolehkan dalam air minum adalah 0.05 mg per liter (WHO). LI)58
untuk kromium (VI) bervariasi antara 50 dan 150 mg/kg (Katz & Salem,
1992). Sifat karsinogenik dari debu Cr (VI) telah diketahui sejak lama
dan diterbitkan pada tahun 1890 sebagai penyebab kanker pada pekerja-
pekerja perusahaan pewarna kromat (Langard, 1990). Garam kromat
juga dilaporkan dapat menyebabkan reaksi alergi dan dermatitis dan
biasa ditemukan pada para pekerja pabrik cat yang dikenal sebagai
"chrome allergy Garam kromat banyak digunakan untuk pembuatan
adukan, kulit, cat dan antikorosi (Basketter et al., 2000). Kromium (III)
dapat masuk ke dalam sel dan menyebabkan kerusakan DNA.

18
Timbalt (Pb)
Keracunan timbal biasanya berasal dari mengonsumsi makanan,
minuman, menghirup debu dan cat terkontaminasi timbal. Timbal
termasuk salah satu logam yang sangat beracun yang dapat
memengaruhi hampir setiap sistem dalam organ tubuh. Target utama
dari toksisitas timbal adalah sistem persyarafan sentral serta dapat
mengakibatkan sakit perut, naiknya tekanan darah, anemia, dan bila
dikonsumsi dalam jumlah yang besar dapat mengakibatkan kerusakan
otak dan ginjal pada orang dewasa serta keguguran pada wanita hamil,
dan menurunkan fertilitas pada kaum lelaki (Wright et al., 1984). Timbal
dapat dengan cepat diabsorpsi dalam darah.

2) Racun Nonlogam/Organik
Racun nonlogam atau organik adalah racun yang berasal dari senyawa-
senyawa organik yang bersifat nonlogam. Contohnya adalah PAH, DDT dan
PCB.

PAH (Policyclic Aromatic Hidrocarbon)


PAH merupakan senyawa yang banyak terdapat di alam sebagai polutan
hasil pembakaran bahan-bahan organik, baik dalam bentuk partikel padat
ataupun gas. PAH terjadi pada minyak, batubara, makanan yang dimasak
pada suhu tinggi seperti memanggang ikan asap, deposito tar, dan
diproduksi sebagai produk sampingan dari pembakaran bahan bakar
(baik bahan bakar fosil atau biomassa). Minyak mentah alami dan
deposit batubara mengandung sejumlah besar PAH, yang timbul dari
konversi kimia dari molekul produk alam, seperti steroid, untuk
hidrokarbon aromatik.
PAH juga sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Imunosupresi
(penghambat sistem) akibat toksisitas PAH bagi kesehatan manusia
dapat memperbesar kerentanan tubuh terhadap bakteri, parasit dan virus,

19
serta kerentanan terhadap kanker. PAH yang terkandung dalam makanan
dapat menyebabkan kanker perut.

DDT (Dichlor Dinitro Toluena)


DDT adalah salah satu yang dikenal pestisida sintetis (racun pembuuh
serangga). Ini merupakan bahan kimia yang panjang, unik, dan sejarah
kontroversial. Dalam ilmu lingkungan DDT termasuk dalam urutan ke 3
dari polutan organik yang persisten (Persistent Organic Pollutants,
POP), yang memiliki sifat-sifat berikut: tak terdegradasi melalui
fotolisis, biologis maupun secara kimia; berhalogen (biasanya klor);
daya larut dalam air sangat rendah, sangat larut dalam lemak;
semivolatile; di udara dapat dipindahkan oleh angin melalui jarak jauh,;
bioakumulatif dan biomagnifikatif (toksisitas meningkat sepanjang
rantai makanan. Diduga, residu DDT pada manusia juga berfungsi
serupa, yakni menurunkan kemampuan reproduksi. Atau menyebabkan
cacat pada janin.

PCB (Polychlor Bifenil)


PCB adalah suatu senyawa suatu senyawa organoklorin yang
mempunyai sifat racun yang sama dengan peptisida dan mempunyai sifat
yang persisten atau sukar di pecah dialam di alam. PCB
umumnya banyak digunakan dalam beberapa produk komersial, seperti
perekat. PCB Lepas ke lingkungan melalui penguapan selama
pembakaran, bocoran, pembuangan cairan industri, dan buangan dalam
timbunan dan urugan tanah. Kontaminasi PCB dalam lingkungan datang
dari aktivitas manusia. daerah konsentrasi PCB yang tinggi cenderung
berada di sekitar daerah industry. Bahaya yang diakibatkan adanya
senyawa PCB dalam tubuh manusia adalah dapat memicu terjadinya
kanker.

20
2.3. Cara Mencegah Dan Mengobati Efek Dari Xenobiotik

Setelah mengetahui klasifikasi dari xenobiotik, tentunya akan menjadi cukup


mudah bagi kita untuk mencegah masuknya racun tersebut kedalam tubuh kita
dan mengetahui cara untuk mengobati efek dari racun yang telah masuk kedalam
tubuh kita berdasarkan masing-masing klasifikasinya.

1. Berdasarkan Sumber
a. Sumber alamiah/buatan
Pencegahan : Tidak mengkonsumsi organisme yang mengandung
racun ataupun organisme yang telah terkontaminasi oleh racun.
b. Sumber domestik, komersial dan industri
Pencegahan : Mengurangi penggunaan pestisida dan obat-obatan,
ataupun produk-produk lainnya yang mengandung bahan beracun.

2. Berdasarkan Wujud
a. Padat
Pencegahan : Mengurangi konsumsi obat-obatan dan makanan-
makanan instan karena banyak mengandung bahan kimia tambahan
yang berbahaya bagi tubuh.
b. Cair
Pencegahan : Mengurani penggunaan obat-obat injeksi bagi tubuh
serta pestisida bagi tanaman.
c. Gas
Pencegahan : Bagi perokok aktif sebaiknya mengurangi atau
bahkan berhenti merokok. Dan bagi perokok pasif sebaiknya tidak
berada didekat perokok aktif yang sedang merokok. Selain itu
asap-asap dari pabrik sebaiknya disaring terlebih dahulu sebelum
dilepaskan ke udara.
Untuk klasifikasi berdasarkan sumber dan wujud, pada umumnya cara
pengobatannya sama, yaitu dengan:

21
Meningkatkan konsumsi Vitamin C karena mengandung antioksidan,
sehingga membantu tubuh memproduksi glutathione yang merupakan
senyawa hati yang mampu melenyapkan racun dalam tubuh.
Biasakan minum air minimal 2 liter setiap hari. Fungsi dari air ini
adalah membantu ginjal yang sedang bekerja keras menghilangkan sisa-
sisa metabolisme seperti asam urat, urea, asam laktat, dan racun yang
ada di tubuh kita untuk dikeluarkan melalui buang air besar. Selain itu,
air menjaga kelembapan, kesegaran, membantu pencernaan, dan
mengeluarkan racun dari organ vital.
Konsumsi makanan berserat untuk mengikatkan makanan secara
menyeluruh. Serat ini didapatkan pada buah-buahan, sayuran dan beras
merah. Sebagai jenis sayur lainnya seperti berry, brokoli, lobak, anggur
merah, bayam, spirulina (sejenis tumbuhan ganggang), chlorella
(ganggang hijau), wortel dan rumput laut membantu tubuh melawan
radikal bebas dan peradangan, sehingga melindungi sistem kekebalan
dan sel-sel tubuh.

3. Klasifikasi Berdasarkan Sifat Fisika Dan Kimia (B3)


a. Korosif
Pencegahan : Menjauhi bahan-bahan kimia yang bersifat asam.
Bagi yang bekerja di laboratorium dan harus berhadapan dengan
bahan-bahan tersebut, sebaiknya menggunaka jas lab, sarung
tangan dan masker.
Pengobatan : Bila kerusakan terjadi pada kulit, dapat digunakan
salep kulit. Sedangkan untuk pengobatan zat korosif yang
mengendap diginjal dapat diobati dengan mengkonsumsi banyak
air putih.
b. Radioaktif
Pencegahan : Penggunaan bom-bom atom yang menghasilkan debu
radioaktif sebaiknya dikurangi atau bahkan ditiadakan. Dan bagi
para pekerja di pabrik yang harus berhadapan dengan hal tersebut

22
sebaiknya menggunakan pengaman agar radiasi yang diterima kuat
dapat merusak jaringan setempat dengan mengendapkan protein
sel. Akibatnya akan muncul iritasi pada jaringan dibawahnya.
Saluran ginjal dan empedu akan tersumbat akibat pengendapan
toksikan atau metabolitnya yang relatif sukar larut. dapat
diminimalisir.
Pengobatan : Dapat dilakukan dengan mengikuti terapi
berdasarkan saran dokter.
c. Evaporative
Pencegahan : Salah satu penyebab hujan asam, adalah penguapan
yang tinggi akibat pemanasan global. Maka dari itu perlu adanya
penanaman pohon di berbagai tempat, untuk mengurangi
evaporative, sehingga dapat mengurangi pula kemungkinan
terjadinya hujan asam. Selain dari itu pencegahan dapat pula
dilakukan dengan tidak mandi ataupun mengkonsumsi air hujan
tersebut.
Pengobatan : Senyawa yang dihasilkan hujan asam adalah sulfur
dioksida dan nitrogen doksida. Kedua senyawa ini merupakan
salah satu penyebab penyakit asma dan bronchitis. Cara
pengobatan dapat dilakukan dengan memakan cacing tanah sebagai
pengobatan asma secara tradisional.
d. Eksplosif
Pencegahan : Sebaiknya bahan-bahan yang bersifat eksplosif
disimpan pada tempat yang aman (dalam hal ini yang dimaksud
adalah dihindarkan dari panas, percikan bunga api, guncangan
ataupun gesekan).
Pengobatan : Ledakan yang terjadi dapat mengakibatkan luka
bakar. Sehingga pengobatan yang dapat dilakukan yaitu
pertolongan pertama dengan cara menyiram bagian yang terluka
dengan air mengalir. Selanjutnya dapat diberi salep ataupun obat
untuk luka bakar. Contohnya menggunakan Bioplacenton.

23
e. Reaktif
Pencegahan : Sebaiknya bahan-bahan yang bersifat reaktif
disimpan pada tempat yang aman (dalam hal ini yang dimaksud
adalah bagi bahan yang reaktif terhadap air, dijauhkan da air dan
begitu pula bagi bahan yang rektif terhadap asam, dijauhkan dari
asam).
Pengobatan : Senyawa-senyawa tersebut merupakan jenis yang
mudah terbakar. Sehingga pengobatan yang dapat dilakukan yaitu
pertolongan pertama dengan cara menyiram bagian yang terluka
dengan air mengalir. Selanjutnya dapat diberi salep ataupun obat
untuk luka bakar. Contohnya menggunakan Bioplacenton.

4. Berdasarkan Terbentuknya Pencemar


Pada umumnya cara pencegahan dan pengobatan pencemar berdasarkan
cara terbentuknya adalah sama, baik itu pencemar primer, sekunder
maupun tersier.
Pencegahan : Gas SO2 tersebut biasanya berasal dari asap kendaran
dan asap pabrik. Maka dari itu pencegahan dapat dilakukan dengan
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan juga asap-asap pabrik
sebaiknya disaring terlebih dahulu sebelum dilepaskan ke udara,
selain itu juga dapat dilakukan dengan menanam tanaman yang dapat
menyerap gas SO2 seperti johar dan cemara laut.
Pengobatan : Senyawa yang dihasilkan hujan asam adalah sulfur.
Senyawa ini merupakan salah satu penyebab penyakit asma dan
bronchitis. Cara pengobatan dapat dilakukan dengan memakan cacing
tanah sebagai pengobatan asma secara tradisional.

5. Berdasarkan Efek Kesehatan


a. Fibrosis
Pencegahan : Karbon monoksida berasal dari asap kendaran
ataupun asap dari kebakaran hutan. Maka dari itu pencegahan

24
dapat dilakukan dengan mengurangi kendaraan pribadi, tidak
membakar hutan, serta dengan menanam tanaman yang dapat
menyerap gas CO seperti trembesi.
Pengobatan : Obat antibiotik untuk fibrosis di antaranya adalah
tobramycin.
b. Granuloma
Pencegahan : Mengurangi mengkonsumsi ataupun menggunakan
bahan-bahan yang mengandung zat kimia penyebab garunuloma.
Serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar tidak terinfeksi
mikroorganisme penyebab granuloma.
Pengobatan : Antibiotik yang dapat dgunakan yaitu seperti
doxycycline, ciprofloxacin, atau azitromisin harus digunakan
dalam jangka panjang (minimal 3 minggu) hingga luka benarbenar
sembuh. Area yang terinfeksi harus dibersihkan sampai kering.
c. Demam
Pencegahan : Dari pengamalan di industri, terjadi demam akibat
terhirupnya uap logam berat. Maka dari itu pencegahan dapat
dilakukan dengan menggunakan masker saat berada di area
industry. Selain itu juga dapat dilakukan dengan menanam
tanaman yang dapat menyerap logam seperti bunga ekor kucing.
Pengobatan : Mengobatan dapat dilakukan dengan mengkompres
dengan air hangat, minunm the jahe dan mengkonsumsi makanan
yang hangat. Hal ini bertujuan untuk membuka pori-pori dan
mengeluarkan keringat agar suhu tubuh dapat kembali normal.
d. Asfiksia
Pencegahan : Pencegahan dapat dilakukan dengan menanam pohon
sebanyak mungkin, agar produksi O2 lebih banyak. Selain itu juga
sebaiknya kita tidak menempatkan diri di tempat yang pengap
ataupun kekurangan oksigen.
Pengobatan : Asfiksi biasanya terjadi pada bayi. Cara
pengobatannya dapat dilakukan dengan menghisap mulut, hidung

25
dan kadang trachea (untuk memastikan saluran pernapasan
terbuka), selanjutnya memakai rangsangan takstil untuk memulai
pernapasan dan yang terakhir adalah mengkompres dada untuk
mempertahankan sirkulasi.
e. Alergi
Pencegahan : Dapat dilakukan dengan menghindari atau tidak
mengkonsumsi bahan-bahan yang dapat menyebabkan alergi.
Pengobatan : Dapat dilakukan dengan menggunakan salep atau
antibiotic yang sesuai dengan alergi yang ditimbulkan.
f. Mutan, Kanker dan Tetratoma
Pencegahan : Penyebab utama ketiga penyakit tersebut adalah
mutasi. Salah satu penyebab terjadinya mutasi adalah radikal
bebas. Maka dari itu cara mencegahnya dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi makanan berserat untuk mengikatkan makanan
secara menyeluruh. Serat ini didapatkan pada buah-buahan,
sayuran dan beras merah. Sebagai jenis sayur lainnya seperti berry,
brokoli, lobak, anggur merah, bayam, spirulina (sejenis tumbuhan
ganggang), chlorella (ganggang hijau), wortel dan rumput laut
membantu tubuh melawan radikal bebas dan peradangan, sehingga
melindungi sistem kekebalan dan sel-sel tubuh.
Pengobatan : Pengobatan dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
kunyit karena kunyit mengandung minyak atsiri yang berperan
sebagai anti tumor, anti mikroba, dan melawan sel kanker.
g. Keracunan sistemik
Pencegahan : Sebaiknya kita tidak mengkonsumsi bahan-bahan
yang mengandung racun (Pb, Cd, P, Bo, dll) atau tidak berada
didekat sumber racun tersebut.
Pengobatan : Dapat dilakukan dengan mengkonsumsi air putih
yang cukup agar racun dapat dikeluarkan melalui urine. Dan juga
dengan melakukan sauna bisa membuat pori-pori kulit akan

26
terbuka, ketika pori-pori terbuka, racun dan kotoran pada tubuh
akan keluar. Tubuh kita membuang racun melalui keringat.

6. Berdasarkan Kerusakan Organ Target


Pada umumnya, pencegahan yang dapat dilakukan untuk efek yang
ditimbulkan racun berdasarkan organ target adalah sama, yaitu dengan cara
tidak mengkonsumsi bahan-bahan yang mengandung racun atau tidak
berada didekat sumber racun sehingga kita tidak terhirup ataupun terpapar
racun tersebut.
Sedangkan untuk cara pengobatannya dapat dilakukan berdasarkan
kerusakan organ target yang ditimbulkan, yaitu sbb:
a. Hepatotoksik
Pengobatan : Mengkonsumsi alpukat. Berdasarkan hasil penelitian
yang berada di American Chemical Society, menunjukkan bahwa
buah alpukat memang mengandung glutathione yang cukup tinggi.
Dimana senyawa tersebut merupakan salah satu zat yang
dibutuhkan oleh organ hati dalam membasmi racun berbahaya.
Sehingga kinerja hati sendiri dalam melakukan perannya bisa lebih
maksimal. Selain itu kandungan lemak jenuh tunggal yang terdapat
pada buah lezat ini, juga mampu membasmi kolesterol jahat dalam
tubuh. Oleh karena itu, ada baiknya bila anda mengonsumsi buah
alpukat 1 atau 2 buah dalam seminggu. Dengan begitu, organ hati
yang kurang bekerja maksimal bisa segera diperbaiki, dan tubuh
anda bisa menjadi bugar kembali.
b. Nefrotoksik
Pengobatan : Mengkonsumsi jus bit. Tingginya kandungan kalium
membuat bit tak hanya mampu menurunkan hipertensi, tapi juga
mengeluarkan racun dan mengobati asam urat. Bit mengandung
betaine yang merupakan fitokimia dengan sifat antioksidan. Hal ini
sangat berguna untuk membersihkan akumulasi struvite dan

27
kalsium fosfat pada ginjal, sehingga dengan cara ini ginjal Anda
akan bersih.
c. Neurotoksik
Pengobatan : Keracunan tetradoksin dapat diobati dengan cara
mengeluarkan racun dari saluran pencernaan dengan melakukan
bilas lambung dengan arang aktif (dengan atau tanpa katartik),
hati-hati akan kemungkinan terjadinya aspirasi dan trauma pada
esophagus.
d. Hematotoksik
Pengobatan : Cara mengatasi racun dalam darah adalah dengan
mengkonsumsi seledri. Sudah cukup dikenal bahwasannya seledri
menjadi makanan pembersih darah alami, bertujuan menjaga tubuh
dari berbagai racun yang mengakibatkan ragam penyakit. Hasil
studi Food and Function pada tahun 2014 mengemukakan, bahwa
kandungan Apiin pada seledri memiliki peranan penting sebagai
Antioksidan membantu tubuh membersihkan radikal bebas.
Terlebih saat mengendap di hati, paw - paw, ginjal, serta menjadi
enzim alami guna mengeluarkan zat kimia perusak sel tubuh.
e. Pneumotoksik
Pengobatan : Untuk membersihkan racun dalam paru-paru dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi jeruk nipis. Selain juga
berkhasiat untuk kecantikan, jeruk nipis mempunyai khasiat yang
baik untuk membersihkan paru-paru dari zat kimia yang ada pada
dalam rokok. Air jeruk nipis ini bermanfaat mengurangi zat kimia
semisal nikotin sampai 70%. Bukan cuma bisa menghilangkan zat
kimia, perasan air jeruk nipis bisa juga membantu mengurangi rasa
kecanduan pada rokok.
7. Berdasarkan Hidup/Matinya Toksikan
a. Biotis
Pencegahan : Dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan
lingkungan agar tidak terinveksi mikroba yang bersifat toksik,

28
selain itu juga tidak mengkonsumsi hewan atau tumbuhan yang
mengandung racun dan menjauhkan diri dari hewan yang
sengatannya beracun.
Pengobatan : Dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan
berserat untuk mengikatkan makanan secara menyeluruh. Serat ini
didapatkan pada buah-buahan, sayuran dan beras merah. Sebagai
jenis sayur lainnya seperti berry, brokoli, lobak, anggur merah,
bayam, spirulina (sejenis tumbuhan ganggang), chlorella
(ganggang hijau), wortel dan rumput laut membantu tubuh
melawan radikal bebas dan peradangan, sehingga melindungi
sistem kekebalan dan sel-sel tubuh. Selain itu juga dengan
meningkatkan makanan yang memiliki rempah-rempah yang
sangat membantu untuk mengeluarkan racun. Contohnya adalah
bawang putih untuk meningkatkan fagositosis, yaitu kemampuan
sel darah putih untuk melawan infeksi bakteri atau racun.
b. Abiotis
Pencegahan : Untuk senyawa yang bersifat logam, pencegahan
dapat dilakukan dengan menanam tanaman yang dapat menyerap
logam seperti bunga ekor kucing dan rumput gajah. Sedangkan
untuk senyawa bersifat nonlogam pencegahan dapat dilakukan
dengan mengurangi penggunaan pestisida dan mengurangi
mengkonsumsi makanan yang dibakar atau dipanggang.
Pengobatan : Dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi
Vitamin C karena mengandung antioksidan, sehingga membantu
tubuh memproduksi glutathione yang merupakan senyawa hati
yang mampu melenyapkan racun dalam tubuh. Selain itu, juga
dengan membiasakan minum air minimal 2 liter setiap hari. Fungsi
dari air ini adalah membantu ginjal yang sedang bekerja keras
menghilangkan sisa-sisa metabolisme seperti asam urat, urea, asam
laktat, dan racun yang ada di tubuh kita untuk dikeluarkan melalui
buang air besar. Selain itu, air menjaga kelembapan, kesegaran,

29
membantu pencernaan, dan mengeluarkan racun dari organ vital.
Serta dengan mengkonsumsi makanan berserat untuk mengikatkan
makanan secara menyeluruh. Serat ini didapatkan pada buah-
buahan, sayuran dan beras merah. Sebagai jenis sayur lainnya
seperti berry, brokoli, lobak, anggur merah, bayam, spirulina
(sejenis tumbuhan ganggang), chlorella (ganggang hijau), wortel
dan rumput laut membantu tubuh melawan radikal bebas dan
peradangan, sehingga melindungi sistem kekebalan dan sel-sel
tubuh.

30
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan


beberapa hal sebagai berikut :

1. Xenobiotik merupakan senyawa yang asing bagi tubuh yang berada


dalam bentuk fisik maupun biologis.
2. Xenobiotik diklasifikasi berdasarkan sumber, wujud, sifat fisika dan
kimia, terbentuknya pencemar, efek kesehatan, organ target, dan atas
dasar hidup/matinya xenobiotik (toksikan).
3. Cara mencegah tubuh terpapar, tertelan ataupun terserap xenobiotik
adalah menghindarkan tubuh dari sumber racun dan dari makanan serta
lingkungan yang beracun. Sedangkan cara untuk mengatasinya secara
alami adalah dengan mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang
dapat menetralkan atupun membantu tubuh mengeluarkan racun dari
dalam tubuh, serta melalui terapi ataupun pengobatan berdasarkan saran
dari dokter.

3.2. Saran

Berdasarkan hasil penulisan makalah ini penulis ingin memberikan


beberapa saran sebagai berikut :

1. Masih banyak penelitian lainnya yang dapat dilakukan oleh mahasiswa,


khususnya yang berkaitan dengan jenis-jenis xenobiotik.
2. Diharapkan kepada pemerintah dan masyarkat agar dapat mengurangi
penggunaan berbagai jenis barang-barang ataupun produk-produk yang
menjadi sumber racun (Xenobiotik).

31
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Cara Mengantisipasi Dan Menghilangkan Racun Dari Dalam


Tubuh. Tersedia pada: https://lasealwin.wordpress.com/2016/11/09/15-cara-
mengantisipasi-dan-menghilangkan-racun-dari-dalam-tubuh/ Diakses pada
tanggal 21 Oktober 2017

Arahman. 2014. Toksikologi Dan Cara Penanganan Penderita Keracunan.


Tersedia pada: https://id.scribd.com/doc/285271634/Toksikologi-Dan-Cara-
Penanganan-Penderita-Keracunan Diakses pada tanggal 21 Oktober 2017

Azis, Luthfi. 2016. Logam Dan Non Logam. Tersedia pada : https://id.scribd.com/
doc/83775996/Logam-Dan-Non-Logam Diakses pada tanggal 21 Oktober 2017.

Prasetiya, Fiddy. 2013. Xenobiotik. Tersedia pada : https://www.slideshare.net/


fiddyprasetiya/xenobiotik Diakses pada tanggal 02 Oktober 2017

Rosalia, Shinta. 2012. Uji Toksisitas Kuantitatif. Tersedia pada : http://shinta


rosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/SRD_toxico5_Uji-Toksisitas-Kuantitatif.pdf
Diakses pada tanggal 02 Oktober 2017

Sembel, Dantje T. 2005. Toksikologi Lingkungan. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Wirasuta, I. M. A. G., & R. Niruri. 2006. Toksikologi Umum. Udayana Press.


Denpasar.

Yudi. 2013. Makalah Xenobiotik. Tersedia pada : https://id.scribd.com/document/


348898783/MAKALAH-XENOBIOTIK Diakses pada tanggal 02 Oktober 2017

Iyok. 2008. Mengurangi Polutan Udara Dengan Tanaman. Tersedia pada:


https://zoneforthe green.wordpress.com/2008/03/18/mengurangi-polutan-udara-
dengan-tanaman/ Diakses pada tanggal 21 Oktober 2017

32

Anda mungkin juga menyukai