DAN
BUKU DIKTAT
PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA
DAN HIMPUNAN
Budi Surodjo
Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Gadjah Mada
2012
RENCANA PROGRAM
KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)
DAN
BUKU DIKTAT
PENGANTAR LOGIKA MATEMATIKA
DAN HIMPUNAN
Disusun oleh
Budi Surodjo
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas anugrah yang diberikan
sehingga penulisan Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS)
dan Modul mata kuliah Pengantar Logika Matematika dan Himpunan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dikti, Rektor UGM,
Dekan FMIPA UGM dan Ketua Jurusan Matematika yang telah memberikan ke-
sempatan kepada penulis untuk ikut andil dalam pengembangkan mutu proses
pembelajaran, dengan kegiatan ini.
Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) dan Modul ini
ditulis dengan tujuan agar proses persiapan dan proses pembelajaran dalam bidang
Logika Matematika dan Himpunan sebagai dasar-dasar matematika bisa lebih op-
timal, y ang pada akhirnya dapat menghasilkan lulusan matematika yang lebih
bermutu dan mampu berpikir tajam analitis.
Untuk lebih menyempurnakan RPKPS dan Modul ini penulis sangat meng-
harapkan kritik dan masukan dari sesama tenaga pengajar matematika dan para
pembaca.
Penulis
iii
MODUL
Budi Surodjo
Al. Sutjiana
Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Gadjah Mada
2012
TINJAUAN MATA KULIAH
1.5 Pendahuluan
Sebagai pendahuluan dari keseluruhan materi perkuliahan Logika Matematika
dan Himpunan, bab ini memuat subtopik bahasan Minggu ke-1 meliputi semesta
pembicaraan, kalimat deklaratif, konstanta dan variabel dalam simbolisma kali-
mat. Tentu saja susunan kalimat deklaratif dapat berupa kalimat tunggal maupun
kalimat majemuk yang terdiri atas beberapa pernyataan tunggal.
Pada Minggu ke-2 dibahas ingkaran kalimat, tabel kebenaran dan sifat-sifat
kalimat majemuk: Konjungsi, disjungsi Tabel Kebenaran, sifat-sifat yang dimiliki.
Selanjutnya, pada Minggu ke-3 pokok bahasan yang dibahas tentang imp-
likasi, konvers, invers, kontraposisi dan biimplikasi, serta tabel kebenaran dari
masing-masing bentuk kalimat majemuk.
Konsep-konsep ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk memahami suatu
masalah matematika secara benar, berdasarkan analisa kebenaran kalimat dari
setiap masalah yang disajikan. Selain itu dengan topik bahasan ini mahasiswa
juga dilatih untuk berkomunikasi baik lesan maupun tertulis dengan menggunakan
kalimat yang logis dan tidak multi tafsir, sebagai dasar untuk berfikir secara tajam.
Kemampuan ini sangat diperlukan untuk mempelajari matematika lebih lanjut dan
dalam membangun komunikasi yang baik dalam kehidupan nyata.
Dengan selesainya pembelajaran untuk pertemuan pada minggu ke-1, 2, dan
3 ini diharapkan para mahasiswa memiliki kemampuan learning outcomes sebagai
berikut:
Kalimat pertama merupakan jenis kalimat yang sering kita jumpai dalam sastra,
khususnya puisi atau prosa. Secara sastra kalimat tersebut memuat beberapa gaya
bahasa, yang menurut orang awam merupakan sesuatu yang sulit atau tidak bisa
dimengerti. Di antaranya, apa artinya senja resah ? Padahal senja bukan makhluk
hidup. Senja merupakan peralihan waktu antara sore dan malam hari. Bagaimana
dia bisa mempunyai perasaan ? Di sisi lain, muncul pertanyaan bagaimana senja
bisa terapung, karena pengertian terapung adalah kondisi obyek di dalam cairan
dengan posisi tidak menyentuh dasar tempat cairan dan sebagian muncul di atas
permukaan cairan tersebut. Bagaimana senja bisa seperti itu ? Jika demikian,
apakah definisi senja dalam kalimat tersebut ?
Masing-masing kata dalam kalimat tersebut secara parsial maupun sebagai
bagian integral dari kalimat mempunyai arti ganda (konotasi) yang berbeda dengan
makna yang seharusnya. Senja bisa diartikan manusia lanjut usia, pemerintahan
yang sedang diambang kehancuran atau keadaan senja itu sendiri. Hal ini memang
disengaja oleh si pembuat kalimat, agar si pemerhati kalimat mengartikan kalimat
tersebut mengikuti imajinasi mereka masing-masing. Dari sinilah keindahan kata
atau kalimat dalam lingkup bidang sastra, akan muncul.
Pada kalimat kedua yang menjadi persoalan adalah arti kata buku. Buku
mempunyai dua arti yaitu kitab, sesuatu yang terdiri dari lembaran-lembaran ker-
tas, atau ruas, baik tebu atau persendian. Jika kita mengartikan buku dalam
kalimat tersebut sebagai kitab, maka kalimat tersebut menjadi tidak mempunyai
arti. Demikian juga jika buku kita artikan sebagai persendian. Sangat aneh
jika dari buku tangan bisa keluar akar. Kalimat di atas akan mempunyai arti jika
buku mempunyai arti sebagai ruas tebu.
Kalimat ketiga merupakan pernyataan yang dikutip dari lembaran uang kertas
dan merupakan bahasa hukum. Kalimat P dan/atau Q dibaca P dan atau
atau Q yang berarti bisa P dan Q sekaligus dipenuhi atau P atau Q dalam
arti hanya salah di antaranya yaitu P saja atau Q saja yang dipenuhi. Hal
ini dilakukan dengan menekankan dari aspek ketepatan bahasa hukum. Sedan-
gkan di bidang matematika dan bahasa percakapan secara umum, biasanya cukup
digunakan kalimat P atau Q.
Jika semesta pembicaraannya seluruh alam semesta dan buku diartikan dengan
kitab, kalimat tersebut bisa tidak memiliki arti, jika akar diartikan sebagai bagian
dari tumbuhan. Bisa juga memiliki arti, apabila yang dimaksud akar misalnya
adalah ringkasan-ringkasan penting yang diturunkan dari buku tersebut. Namun
jika semesta pembicaraan kita adalah tumbuhan, maka kalimat tersebut mempun-
yai arti dan tidak menutup kemungkinan sesuai dengan fakta yang terjadi. Tentu
saja dalam kasus ini kita lebih memilih semestanya adalah tumbuhan.
Untuk itu pada saat suatu ungkapan dinyatakan, sangat penting bagi kita untuk
menentukan semesta pembicaraannya. Namun dalam percakapan sehari-hari hal
ini seringkali tidak kita lakukan, walaupun dari kalimatnya sendiri seringkali dapat
diperkirakan semesta pembicaraannya. Sebagai contoh perhatikan kalimat,
Bisa diduga, bahwa semestanya terdiri dari orang-orang dan bukan bilangan atau
fungsi.
Oleh karena kondisi suatu kalimat mempunyai arti atau tidak, bernilai benar
atau salah dapat ditentukan oleh semesta pembicaraannya, maka di dalam bidang
matematika penentuan semesta pembicaraan harus kita lakukan pada saat suatu
ungkapan dikemukakan. Contohnya adalah kalimat:
Ada anggota yang lebih kecil daripada 1.
Jika semesta pembicaraan kalimat tersebut adalah R yaitu himpunan semua bilan-
gan nyata, maka terhadap relasi lebih kecil yang lazim kita jumpai pada bilangan
nyata, kalimat tersebut mempunyai arti. Tetapi jika semestanya himpunan semua
bilangan kompleks, maka kalimat tersebut tidak mempunyai arti, kecuali penger-
tian lebih kecil telah didefinisikan. Selanjutnya jika semestanya R, pernyataan
tersebut bernilai benar; dan jika semesta pembicaraannya himpunan semua bilan-
gan asli, maka ungkapan tersebut bernilai salah.
Latihan 1.1
Latihan 1.2 Tetukan apakah kalimat-kalimat berikut ini merupakan kalimat yang
mempunyai arti atau kalimat tanpa arti atau kalimat deklaratif. Jika deklaratif,
tentukan merupakan kalimat faktual atau nonfaktual.
3. Tidak ada bilangan rasional yang lebih kecil dari semua bilangan bulat.
Definisi 1.9.2 Lambang yang menjadi simbol dari sebarang anggota di dalam
semesta pembicaraannya disebut variabel. Lambang ini dapat berupa huruf x,
atau dan sebagainya. Semestanya disebut daerah jelajah (range).
bukan merupakan kalimat deklaratif. Kalimat ini disebut kalimat terbuka, karena
memuat varibel bebas dan baru mempunyai nilai benar atau salah (menjadi
deklaratif) jika x diganti dengan suatu unsur tertentu dari semestanya. Misal-
nya x diganti dengan 5 atau 2, sehingga diperoleh
Contoh 1.9.4 Jika semestanya himpunan semua bilangan nyata, maka kalimat:
2. Untuk setiap pasangan x dan y jika x < y, maka terdapat z yang memenuhi
x < z < y merupakan kalimat deklaratif dan bukan kalimat terbuka.
Latihan 1.3 Tentukan apakah kalimat-kalimat berikut ini merupakan kalimat ter-
buka atau kalimat deklaratif. Jika kalimat deklaratif apakah bernilai benar atau
salah.
1. Konjungsi:
menggunakan kata penghubung: dan
2. Disjungsi:
menggunakan kata penghubung: atau
3. Implikasi:
menggunakan kata penghubung: jika , maka
4. Biimplikasi:
menggunakan kata penghubung: jika dan hanya jika .
Contoh 1.10.1
A A
T F
F T
dengan T berarti kalimat bernilai benar dan F berarti kalimat bernilai salah.
Dalam contoh 1.10.1 misalkan A adalah kalimat
Definisi 1.10.2 Kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal yang dirangkai
dengan kata penghubung dan disebut konjungsi. Di dalam logika kalimat kata
dan diberi notasi dengan atau &.
A B AB
T T T
T F F
F T F
F F F
Berdasarkan tabel tersebut suatu konjungsi bernilai benar jika setiap kalimat tung-
galnya bernilai benar. Dalam Contoh 1.10.3, jika faktanya Toni mahasiswa kaya,
tetapi IPKnya kurang dari 2, yang berarti dia tidak pandai, maka kalimat tersebut
bernilai salah; atau si pembuat pernyataan dikatakan berbohong. Ungkapan yang
benar untuk fakta ini adalah Toni mahasiswa kaya, tetapi tidak pandai.
Definisi 1.10.4 Kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal yang dirangkai
dengan kata penghubung atau disebut disjungsi. Di dalam logika kalimat kata
atau diberi notasi dengan .
A B AB
T T T
T F T
F T T
F F F
Berdasarkan tabel tersebut suatu disjungsi bernilai benar jika salah satu kalimat
penyu- sunnya bernilai benar; atau dengan kata lain salah satu kalimat penyusun-
nya terjadi. Disjungsi akan bernilai salah jika masing-masing kalimat penyusunnya
bernilai salah.
Dalam Contoh 1.10.5 sesuai fakta, 13 adalah bilangan prima, berarti A bernilai
benar. Walaupun pernyataan B , yaitu 13 adalah bilangan yang habis dibagi 2,
merupakan pernyataan yang salah, tetapi sesuai tabel kalimat AB bernilai benar.
Selain disjungsi inklusif, yaitu jika ada kalimat penyusunnya yang bernilai
benar, maka kalimat majemuknya bernilai benar (seperti di tabel atas), dalam
bidang matematika juga dikenal adanya disjungsi eksklusif. Pernyataan A atau
B yang merupakan disjungsi eksklusif diberi simbol dengan AB dengan tabel
kebenaran
A B AB
T T F
T F T
F T T
F F F
Jadi disjungsi eksklusif bernilai benar jika hanya tepat satu dari kalimat penyusun-
nya yang bernilai benar. Sebagai contoh dalam kalimat,
Implikasi (konsdisional) adalah kalimat yang terdiri dari anteseden dan kon-
sekuen yang dirangkai dengan,
1. Jika , maka .
2. Bila , maka .
Pada kalimat pertama, antesedennya adalah Kamu lolos UMPTN dan kon-
sekuennya adalah Kamu akan dibelikan motor. Kalimat ini merupakan suatu bf
janji. Kalimat ke-2 antesedennya adalah Hari hujan dan konsekuennya adalah
Suhu udara akan turun. Kalimat ini mempunyai hubungan sebab akibat.
Sedangkan kalimat ke-3 merupakan suatu tanda.
Dari contoh-contoh tersebut jelas terlihat, bahwa di dalam implikasi sehari-hari
biasanya ada hubungan antara anteseden dan konsekuen. Hal ini berbeda dengan
implikasi material yang digunakan di dalam logika kalimat, yaitu keharusan
adanya hubungan antara anteseden dan konsekuen ditiadakan.
Di dalam logika kalimat kebenaran implikasi Jika A, maka B yang diberi
simbol dengan A B didefinisikan dengan tabel kebenaran:
A B AB
T T T
T F F
F T T
F F T
Dari tabel terlihat, bahwa suatu implikasi bernilai benar jika
Contoh 1.10.6 Di dalam teori bilangan berlaku sifat: Jika a = b, maka ac = bc.
Karena sifat di dalam teori bilangan, maka implikasi ini bernilai benar dengan
anteseden dan konsekuen yang bernilai benar. Hal ini sesuai dengan baris ke-
1 tabel kebenaran.
1.2 Substitusi a = 1, b = 2 dan c = 0, diperoleh kalimat:
Karena sifat di dalam teori bilangan, maka implikasi ini bernilai benar dengan
anteseden salah tetapi konsekuen bernilai benar. Hal ini sesuai dengan baris
ke-3 tabel kebenaran.
1.3 Substitusi a = 1, b = 2 dan c = 4, diperoleh kalimat:
Karena sifat di dalam teori bilangan, maka implikasi ini bernilai benar dengan
anteseden dan konsekuen yang bernilai salah. Hal ini sesuai dengan baris ke-4
tabel kebenaran
Contoh 1.10.7
Ketiga implikasi tersebut merupakan sifat di kalkulus dan geometri. Pada con-
toh ke-2 terlihat, bahwa dengan dipenuhinya kondisi segitiga ABC sama sisi, be-
rakibat ketiga sudutnya sama besar. Berarti keadaan dua sudutnya sama besar
pasti dipenuhi. Dengan kata lain kondisi ABC sama sisi sudah mencukupi ter-
jadinya dua buah sudutnya sama besar, walaupun sesungguhnya untuk membuat
dua buah sudutnya sama tidak diperlukan ABC sama sisi.
Pada contoh ke-3, agar segitiga ABC sama sisi, salah satu keharusan yang perlu
dipenuhi adalah dua buah sudutnya sama besar, tetapi keadaan ini belum cukup
untuk membuat ABC sama sisi. Dengan kata lain diperlukan syarat tambahan,
misalnya sudut lainnya juga sama.
Selanjutnya di dalam tabel berikut dapat dilihat bahwa nilai kebenaran A
B identik dengan A B
A A B AB A B
T F T T T
T F F F F
F T T T T
F T F T T
Definisi 1.10.8 Kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal A dan B, yang
ditulis dengan A B disebut biimplikasi atau bikondisional. Tabel kebe-
naran biimplikasi adalah :
A B AB
T T T
T F F
F T F
F F T
Dari tabel terlihat bahwa suatu biimplikasi bernilai benar jika kalimat-kalimat
penyusunnya mempunyai nilai kebenaran yang sama; dan bernilai salah jika kalimat-
kalimat penyusunnya mempunyai nilai kebenaran yang berbeda.
Biimplikasi A B dibaca
Hal ini didasarkan pada fakta bahwa tabel kebenaran biimplikasi identik dengan
kolom terakhir tabel berikut
A B AB BA (A B) (B A)
T T T T T
T F F T F
F T T F F
F F T T T
Dengan kata lain nilai logika dari biimplikasi A B sama dengan kalimat
(A B) (B A).
Contoh 1.10.9
Latihan 1.4
4.1 x 1 = x2 1.
4.2 x2 1 = x 1.
4.3 Pada geometri bidang: Jika garis g1 g2 dan g2 g3 , maka g1 g3 .
4.4 Pada geometri ruang: Jika garis g1 g2 dan g2 g3 , maka g1 g3 .
4.5 Jika Amir lebih berat daripada Amin dan Ani lebih ringan daripada
Amin, maka Ani tidak sama berat dibanding Amir.
4.6 Jika limxc f (x) = limxc+ f (x) = L, maka limxc f (x) ada yaitu L.
4.7 Semestanya himpunan semua bilangan bulat: Jika m2 = 3c, maka m
habis dibagi 3.
A B AB AB A B A B
T T T F F F F
T F F T T F T
F T F T T T F
F F F T T T T
A B AB AB A B A B
T T T F F F F
T F T F F F T
F T T F F T F
F F F T T T T
Terlihat bahwa nilai kebenaran dari A B identik dengan A B.
A B AB AB A B B
T T T F F F
T F F T T T
F T T F F F
F F T F F T
A B A B AB AB (A B) (A B)
T T F F T F F
T F F T F T T
F T T F F T T
F F T T T F F
Latihan 1.5 Tentukan ingkaran dari kalimat-kalimat di dalam Latihan 1.4, kemu-
dian tentukan nilai kebenarannya.
2. Kalimat : |x| 1 x2 1
Kontraposisinya : x2 / 1 |x|/ 1
Untuk semesta pembicaraan R ekuivalen dengan : x2 > 1 |x| > 1
Sedangkan nilai kebenaran dari konvers dan invers tidak bisa ditentukan dari
nilai kebenaran implikasi awalnya.
Contoh 1.12.2
1.1 Konversnya : Jika kemarin hari Jumat, maka besok hari Minggu
1.2 Inversnya : Jika besok bukan hari Minggu, maka kemarin bukan hari
Jumat.
Dalam kasus ini baik implikasi awal, konvers maupun inversnya semuanya
bernilai benar.
2.1 Konversnya : x2 1 x 1
2.2 Inversnya : x 1 x2 1.
Implikasi awal bernilai benar. Konvers dan inversnya bernilai salah sebab
untuk x = 2 berlaku x2 = 4 1 tetapi x < 1.
2.1. (p q r p) p
2.2. p (p (q q))
1. No. 1.2.
Konvers: Jika dia pasti dihukum, maka dia terbukti bersalah
Invers: Jika dia tidak terbukti bersalah, maka dia tidak pasti dihukum
Perhatikan: Invers tersebut tidak mempunyai makna yang sama dengan:
1. Jika dia terbukti tidak bersalah, maka dia tidak pasti dihukum
2. Jika dia tidak terbukti bersalah, maka dia psti tidak dihukum
3. Jika dia terbukti tidak bersalah, maka dia pasti tidak dihukum
Kontraposisi: Jika dia tidak pasti dihukum, maka dia tidak terbukti bersalah
Pertanyaan: Apakah kontraposisi tersebut bermakna sama dengan:
1. Jika dia pasti tidak dihukum, maka dia tidak terbukti bersalah
2. Jika dia tidak pasti dihukum, maka dia terbukti tidak bersalah
3. Jika dia pasti tidak dihukum, maka dia terbukti tidak bersalah
2. No. 2.2
Jika tanpa tabel, pernyataan q q pasti salah. Akibatnya p (q q)
bernilai salah jika p benar (p salah). Akibatnya keseluruhan bernilai benar.
Namun jika p salah, maka p (q q) benar. Yang berarti p benar, sehingga
keseluruhan benar.