Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Budidaya Pala - Budidaya Petani. Pada kesempatan kali ini blog Budidaya Petani akan
membahas mengenai Cara Budidaya Pala dan beberapa informasi lain yang berhubungan dengan
budidaya pala. Budidaya Pala banyak ditemui misalnya di daerah Sulawesi, Irian atau Aceh.
Berikut artikel tentang budidaya tanaman pala tersebut.
Pala merupakan tanaman buah asli Indonesia yang berasal dari Banda dan Maluku.Tanaman pala
memiliki beberapa jenis yaitu: Myristica fragrans Houtt, Myristica argentea Ware, Myristica fattua
Houtt, Myristica specioga Ware, Myristica Sucedona BL, Myristica malabarica Lam.
Jenis pala yang banyak dibudidayakan adalah jenis Myristica fragrans, karena mempunyai nilai
ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya. Manfaat pala adalah selain sebagai rempah-rempah,
pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam
industri pengalengan, minuman dan juga kosmetik.
Kulit, batang dan daun pala : Batang pohon pala hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar.
Sedangkan kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri
Fuli : Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman
pala, disebut bunga pala. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual di dalam
negeri.
Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-rempah.
Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang
disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat
baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lainya.
Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses
menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala,
kKristal daging buah pala.
Tanaman pala juga membutuhkan iklim yang panas dengan curah hujan yang tinggi dan
agak merata/tidak banyak berubah sepanjang tahun.
Suhu udara lingkungan 20-30 derajat C sedangkan, curah hujan terbagi secara teratur
sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong jenis tanaman yang tahan terhadap musim kering
selama beberapa bulan.
Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada tanah
vulkasnis yang mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman pala tumbuh baik di tanah
yang bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organis yang tinggi.
Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5 6,5. Tanaman ini peka
terhadap gangguan air, maka untuk tanaman ini harus memiliki saluran drainase yang baik.
Pada tanah-tanah yang miring seperti pada lereng pegunungan, agar tanah tidak mengalami
erosi sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka perlu dibuat teras-teras melintang
lereng.
Ketinggian Tempat Untuk Budidaya Pala
Tanaman pala dapat tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian 500-700 m dpl.
Sedangkan pada ketinggian di atas 700 m, produksitivitas tanaman akan rendah.
Perbanyakan bibit dengan biji dapat dilakukan dengan mengecambahkan biji. Dalam hal ini biji
yang digunakan berasal dari:
Biji sapuan: biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa diketahui secara jelas dan pasti
mengenai pohon induknya.
Biji terpilih: biji yang asalnya atau pohon induknya diketahui dengan jelas. Dalam hal ini
ada 3 macam biji terpilih, yaitu:
- biji legitiem, yaitu biji yang diketahui dengan jelas pohon induknya (asal putiknya jelas
diketahui);
- biji illegitiem, yaitu biji yang berasal dari tumpang sari tidak diketahui, tetapi asal putiknya jelas
diketahui;
- biji Propellegitiem, yaitu biji yang terjadi hasil persilangan dalam satu kebun yang terdiri dua
klon atau lebih.
Biji-biji yang akan digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang benar-benar masak.
Buah pala bijinya akan digunakan sebagai benih hendaknya berasal dari pohon pala yang
mempunyai sifat-sifat yaitu pohon dewasa yang tumbuhnya sehat; dan mampu berproduksi tinggi
dan kwalitasnya baik.
Biji-biji dari pohon induk terpilih yang akan digunakan sebagai benih harus diseleksi, yaitu dipilih
biji-biji yang ukurannya besar dengan bobot minimum 50 gram/biji, berbentuk agak bulat dan
simetris, kulit biji berwarna coklat kehitam-hitaman dan mengkilat, tidak terserang oleh hama dan
penyakit. Buah pala yang dipetik dari pohon dan akan dijadikan benih harus segera diambil bijinya,
paling lambat dalam waktu 24 jam biji-biji tersebut harus sudah disemaikan. Hal ini disebabkan
oleh sifat biji pala yang daya berkecambahnya dapat cepat menurun.
Tanah tempat penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih memudahkan melakukan
penyiraman pesemaian. Tanah yang akan dipakai untuk penyemaian harus dipilih tanah yang subur
dan gembur. Tanah diolah dengan cangkul dengan kedalaman olakan sekitar 20 cm dan dibuat
bedengan dengan ukuran lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm, tergantung biji pala yang
akan disemaikan. Bedengan dibuat membujur Utara-Selatan. Kemudian tanah yang sudah diolah
tersebut dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah jadi (sudah tidak mengalami fermentasi)
secara merata secukupnya supaya tanah bedengan tersebut menjadi gembur. Sekeliling bedengan
dibuka selokan kecil yang berfungsi sebagai saluran drainase.
Bedengan diberi peneduh dari anyaman daun kelapa/jerami dengan ukuran tinggi sebelah Timur 2
m dan sebelah Barat 1 m. maksud pemberian peneduh ini adalah agar pesemaian hanya terkena
sinar matahari pada pagi sampai menjelang siang hari dan pada siang hari yang panas terik itu
persemaian itu terlindungi oleh peneduh.
Tanah bedengan disiram air sedikit demi sedikit sehingga kebasahannya merata dan tidak sampai
terjadi genangan air pada bedengan. Kemudian biji-biji pala disemaikan dengan membenamkan
biji pala sampai sedalam sekiat 1 cm di bawah permukaan tanah bedengan. Jarak persemaian antar-
biji adalah 15X15 cm. Posisi dalam membenamkan biji/benih harus rapat, yakni garis putih pada
kulit biji terletak di bawah. Pemeliharaan pesemaian terutama adalah menjaga tanah bedengan
tetap dalam keadaan basah (disiram dengan air) dan menjaga agar tanah bedengan tetap bersih dari
gulma).
Setelah biji berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal batangnya. Maka bibit pada pesemaian
tersebut dapat dipindahkan ke kantong polybag yang berisi media tumbuh berupa tanah gembur
yang subur dicampur dengan pupuk kandang. Pemindahan bibit dari pesemaian ke kantong
polybag harus dilakukan secara hati-hati agar perakarannya tidak rusak.
Polybag yang sudah berisi bibit tanaman harus diletakkan pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari/diletakkan berderet-deret dan diatasnya diberi atap pelindung berupa anyaman daun
kelapa/jerami.
Pemeliharaan dalam polybag terutama adalah menjaga agar media tumbuhnya tetap bersih dari
gulma dan menjaga media tumbuh dalam keadaan tetap basah namun tidak tergantung air. Agar
tidak tergenang air, bagian bawahnya dari polybag harus diberi lubang untuk jalan keluar air
siraman/air hujan.
Bibit-bibit tersebut dapat dilakukan pemupukan ringan, yakni dengan pupuk TSP dan urea masing-
masing sektar 1 gram tiap pemupukan. Pupuk ditaruh di atas permukaan media tumbuh kemudian
langsung disiram. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada awal musim hujan dan
pada akhir musim hujan. Setelah bibit tanaman mempunyai 35 batang cabang, maka bibit ini
dapat dipindahkan/ditanam di lapangan.
Perbanyakan bibit tanaman pala dengan cara mencangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman
yang mempunyai sifat-sifat asli induknya-pohon yang dicangkok. Hal yang diperhatikan dalam
memilih batang/cabang yang akan dicangkok adalah dari pohon yang tumbuhnya sehat dan mampu
memproduksi buah cukup banyak, pohon yang sudah berumur 1215 tahun. Batang yang sudah
berkayu, tetapi tidak terlalu tua/terlalu muda.
Cara mencangkok:
Batang dikelupas kulitnya dengan pisau tajam secara melingkar sepanjang 34 cm. Posisi
cangkokan sekitar 25 cm dari pangkal batang/cabang. Lendir/kambium yang melapisi kayu
dihilangkan dengan cara disisrik kambiumnya, batang yang akan dicangkok tersebut
dibiarkan selama beberapa jam sampai kayunya yang tampak itu kering benar.
Ambillah tanah yang gembur dan sudah dicampuri dengan pupuk kandang dalam keadaan
basah dan menggumpal. Kemudian tanah tersebut ditempelkan/dibalutkan pada bagian
batang yang telah dikuliti berbentuk gundukan tanah. Gundukan tanah tersebut kemudian
dibalut dengan sabut kelapa/plastik. Agar tanah dapat melekat erat pada batang yang sudah
dikuliti,
maka sabut kelapa/plastik pembalut itu diikat dengan tali secara kuat pada bagian bawa,
bagian tengah dan bagian atas. Bila menggunakan pembalut dari palstik, maka bagian atas
dan bagian bawah harus diberi lubang kecil untuk memasukkan air siraman (lubang bagian
atas) dan sebagai saluran drainase (lubang bagian bawah). Bila pencangkokkan ini berhasil
dengan baik, maka setelah 2 bulan akan tumbuh perakarannya. Jika perakaran cangkokkan
itu sudah siap untuk dipotong dan
dipindahkan keranjang atau ditanam langsung di lapangan.
Perbanyakan Cara Penyusuan (Inarching Atau Approach Grafting). Dalam sistem penyusuan ini,
ukuran batang bawah dan batang atas harus sama besar (kurang lebih besar jari tangan orang
dewasa). Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
Pilihlah calon bawah dan batang atas yang mempunyai ukuran sama.
Lakukanlah penyayatan pada batang atas dan batang bawah dengan bentuk dan ukuran
sampai terkena bagian dari kayu.
Tempelkan batang bawah tersebut pada batang atas tepat pada bekas sayatan tadi dan
ikatlah pada batang atas tepat pada bekas sayatan dan ikat dengan kuat tali rafia.
Setelah beberapa waktu, kedua batang tersebut akan tumbuh bersama-sama seolah-olah batang
bawah menyusu pada batang atas sebagai induknya. Dalam waktu 46 minggu, penyusuan ini
sudah dapat dilihat hasilnya. Jika batang atas daun-daunnya tidak layu, maka penyusuan itu dapat
dipastikan berhasil. Setelah 4 bulan, batang bagian bawah dan bagian atas sudah tidak diperlukan
lagi dan boleh dipotong serta dibiarkan tumbuh secara sempurna. Jika telah tumbuh sempurna,
maka bibit dari hasil penyusuan tersebut sudah dapat ditanam di lapangan.
Tanaman pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda yang dengan 0,5% larutan hormaon
IBA. Penyetekan menggunakan hormon IBA 0,5%, biasanya pada umur 4 bulan setelah dilakukan
penyetekan sudah keluar akar-akarnya. Kemudian tiga bulan berikutnya sudah tumbuh perakaran
yang cukup banyak. Percobaan lain adalah dengan menggunakan IBA 0,6% dalam bentuk kapur.
Penyetekan dengan menggunakan IBA 0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudah terbentuk kalus di
bagian bawah stek. Kemudian jika diperlukan untuk kedua kalinya dengan larutan IBA 0,5%,
maka setelah 9 bulan kemudian sudah tampak perakaran.
Kebun untuk tanaman pala perlu disiapkan sebaik-baiknya, di atas lahan masih terdapat semak
belukar harus dihilangkan. Kemudian tanah diolah agar menjadi gembur sehingga aerasi
(peredaran udara dalam tanah) berjalan dengan baik. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada
musim kemarau supaya proses penggemburan tanah itu dapat lebih efektif. Pengolahan tanah pada
kondisi lahan yang miring harus dilakukan menurut arah melintang lereng. Pengolahan tanah
dengan cara ini akan membentuk alur yang dapat mencegah aliran permukaan tanah/menghindari
erosi. Pada tanah yang kemiringan 20% perlu dibuat teras-teras dengan ukuran lebar sekitar 2 m,
dapat pula dibuat teras tersusun dengan penanaman sistem kountur, yaitu dapat membentuk teras
guludan, teras kredit/teras bangku.
Penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan. Hal ini untuk mencegah agar bibit tanaman
tidak mati karena kekeringan, bibit tanaman yang berasal dari biji dan sudah mempunyai 35
batang cabang biasanya sudah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan sehingga
pertumbuhannya dapat baik. Penanaman yang berasal dari biji dilakukan dengan cara sebagai
berikut: polybag (kantong pelastik) di lepaskan terlebih dahulu, bibit dimasukkan kedalam lubang
tanam dan permukaan tanah pada lubang tanam tersebut dibuat sedikit dibawah permukaan lahan
kebun. Setelah bibit-bibit tersebut ditanam, kemudian lubang tanam tersebut disiram dengan air
supaya media tumbuh dalam lubang menjadi basah.
Bila bibit pala yang berasal dari cangkok, maka sebelum ditanam daun-daunnya harus dikurangi
terlebih dahulu untuk mencegah penguapan yang cepat. Lubang tanam untuk bibit pala yang
berasal dari cangkang perlu dibuat lebih dalam. Hal ini dimaksudkan agar setelah dewasa tanaman
tersebut tidak roboh karena sistem akaran dari bibit cangkokan tidak memiliki akar tunggang.
Setelah bibit di tanam, lubang tanam harus segera disiram supaya media tumbuhan menjadi basah.
Penanaman bibit pala yang berasal dari enten dan okulasi dapat dilakukan seperti menanam bibit-
bibit pala yang berasal dari biji. Lubang tanaman perlu dipersiapkan satu bulan sebelum bibit
ditanam. Hal ini bertujuan agar tanah dalam lubangan menjadi dayung (tidak asam), terutama jika
pembuatannya pada musim hujan, lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm untuk jenis
tanah ringan dan ukuran 80x80x80 cm untuk jenis tanah liat. Dalam menggali lubang tanam,
lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan lapisan tanah bagian bawah, sebab kedua
lapisan tanah ini mengandung unsur yang berbeda. Setelah beberapa waktu, tanah galian bagian
bawah di masukkan lebih dahulu, kemudian menyusul tanah galian bagian atas yang telah
dicampur dengan pupuk kandang secukupnya. Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala adalah:
pada lahan datar adalah 9x10 m. Sedangkan pada lahan bergelombang adalah 9x9 m.
Untuk mencegah kerusakan atau bahkan kematian tanaman, maka perlu di usahakan tanaman
pelindung yang pertumbuhannya cepat, misalnya tanaman jenis Clerisidae atau jauh sebelumnya
bibit pala di tanam, lahan terlebih dahulu di tanami jenis tanaman buah-buahan/tanaman kelapa.
Penyulaman harus dilakukan dilakukan jika bibit tanaman pala itu mati/pertumbuhannya
kurang baik.
Pada akhir musim hujan, setelah pemupukan sebaiknya segera dilakukan penyiraman agar
pupuk dapat segera larut dan diserap akar. Pada waktu tanaman masih muda, pemupukan
dapat dilakukan dengan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik ( pupuk
kimia sama dengan pupuk buatan) yaitu berupa TSP, Urea dan KCl. Namun jika tanaman
sudah dewasa/sudah tua, pemupukan yang dan lebih efektif adalah pupuk anorganik.
Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir
musim hujan.
Sebelum pemupukan dilakukan, hendaknya dibuat parit sedalam 10 cm dan lebar 20 cm
secara melingkar di sekitar batang pokok tanaman selebar kanopi (tajuk pohon), kemudian
pupuk TSP, Urea dan KCl ditabur dalam parit tersebut secara merata dan segera ditimbun
tanah dengan rapat. Jika pemupukan di lakukan pada awal musim hujan, setelah dilakuakan
pada akhir musim hujan, maka untuk membantu pelarutan pupuk dapat dilakukan
penyiraman, tetapi jika kondisinya masih banyak turun hujan tidak perlu dilakukan
penyiraman.
Hama
Penggerek batang. Tanaman pala yang terserang oleh hama ini dalam waktu tertentu dapat
mengalami kematian. Gejala: terdapat lubang gerekan pada batang diameter 0,51 cm, di mana
didapat serbuk kayu. Pengendalian yang dilakukan
menutup lubang gerekan dengan kayu/membuat lekukan pada lubang gerekan dan
membunuh hamanya.
memasukkan/menginjeksikan (menginfuskan) racun serangga seperti Dimicron 199 EC
dan Tamaran 50 EC sistemik ke dalam batang pohon pala menggunakan alat bor, dosis
yang dimasukkan sebanyak 1520 cc dan lubang tersebut segera ditutup kembali.
Anai-Anai / Rayap. Hama anai-anai mulai menyerang dari akar tanaman, masuk ke pangkal
batang dan akhirnya sampai ke dalam batang. Gejala: terjadinya bercak hitam pada permukaan
batang, jika bercak hitam itu dikupas, maka sarang dan saluran yang dibuat oleh anai-anai (rayap)
akan kelihatan. Pengendalian: menyemprotkan larutan insektisida pada tanah di sekitar batang
tanaman yang diserang, insektisida disemprotkan pada bercak hitam supaya dapat merembes
kedalam sarang dan saluran-saluran yang dibuat oleh anai-anai tersebut.
Kumbang Aeroceum fariculatus. Hama kumbang berukuran kecil dan sering menyerang biji
pala. Imagonnya menggerek biji dan meletakkan telur di dalamnya. Di dalam biji tersebut, telur
akan menetas dan menjadi larva yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan. Pengendalian:
mengeringkan secepatnya biji pala setelah diambil dari buahnya.
Penyakit
Kanker batang. Gejala: terjadinya pembengkakan batang, cabang atau ranting tanaman yang
diserang. Pengendalian: membersihkan kebun dari semak belukar, memangkas bagian yang
terserang dan dibakar.
Belah putih. Penyebab: cendawan coreneum sp. yang dapat menyebabkan buah terbelah dan
gugur sebelum tua. Gejala: terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklat-coklatan pada
bagian kuliat buah. Bercak-bercak tersebut membesar dan berwarna hitam. Pengendalian:
Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun telah berproduksi
secara menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai
produksi tertinggi. Pohon pala terus berproduksi sampai umur 6070 tahun. Buah pala dapat
dipetik (dipanen) setelah cukup masak (tua), yakni yaitu sekitar 67 bulan sejak mulai bunga
dengan tanda-tanda buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian dari buah tersebut tersebut
murai merekah (membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna
merah. Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3 hari, maka
pembelahan buah menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya akan jatuh di tanah. Di
Daerah Banda, dikenal 3 macam waktu panen tiap tahun, yaitu: (1) panen raya/besar (pertengahan
musim hujan); panen lebih sedikit (awal musim hujan) dan panen kecil (akhir musim hujan). Panen
buah pala pada permulaan musim hujan memberikan hasil paling baik (berkualitas tinggi) dan
bunga pala (fuli) yang paling tebal.
Pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan galah bambu yang ujungnya diberi/dibentuk
keranjang (jawa: sosok). Selain itu dapat pula dilakukan dengan memanjat dan memilih serta
memetik buah-buah pala yang sudah masak benar.
Setelah buah-buah pala masak dikumpulkan, buah yang sudah masak dibelah dan antara daging
buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebut ditaruh pada wadah yang
kondisinya bersih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perlu disortir dan dipilah-pilahkan menjadi
3 macam yaitu:
Biji pala yang diperoleh dari proses ke-I tersebut segera dijemur untuk menghindari serangan hama
dan penyakit. Biji dijemur dengan panas matahari pada lantai jemur/tempat lainnya. Pengeringan
yang terlalu cepat dengan panas yang lebih tinggi akan mengakibatkan biji pala pecah. Biji pala
yang telah kering ditandai dengan terlepas bagian kulit biji (cangkang), jika digolongkan akan
kocak dan kadar airnya sebesar 810 %.
Biji-biji pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu supaya kulit buijinya pecah dan
terpisah dengan isi biji. Isi biji yang telah keluar dari cangkangnya tersebut disortir berdasarkan
ukuran besar kecilnya isi biji:
Isi biji yang sudah kering, kemudian dilakukan pengapuran. Pengapuran biji pala yang banyak
dilakukan adalah pengapuran secara basah, yaitu:
Kapur yang sudah disaring sampai lembut dibuat larutan kapur dalam bak besar/bejana
(seperti yang digunakan untuk mengapur atau melabur dinding/tembok).
Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan dicelupkan dalam larutan kapur sampai 23
kali dengan digoyang-goyangkan demikian rupa sehingga air kapur menyentuh semua isi
biji.
Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi tumpukan dalam gudang untuk diangin-anginkan
sampai kering.
Setelah proses pengapuran perlu diadakan pemeriksaaan terakhir untuk mencegah kemungkinan
biji-biji pala tersebut cacat, misalnya pecah yang sebelumnya tidak diketahui.
Pengawetan biji pala juga dapat dilakukan dengan teknologi baru, yakni dengan fumigasi dengan
menggunakan zat metil bromida (CH3 B1) atau karbon bisulfida (CS2)
Pengeringan Bunga Pala (Fuli) dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan selama
beberapa jam, kemudian diangin-anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli itu
kering. Warna fuli yang semula merah cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua dan akhirnya
menjadi jingga. Dengan pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal (tidak rapuh)
dan berkualitas tinggi sehingga nilai ekonomisnya pun tinggi pula.
Dengan tenaga manusia : Cara memecah tempurung dari biji pala dilakukan dengan cara
memukulnya dengan kayu sampai tempurung tersebut pecah. Cara memecah tempurung
biji pala memerlukan keterampilan khusus, sebab kalau tidak isi biji akan banyak yang
rusak (pecah) sehingga kulitasnya turun.
Dengan mesin : Cara ini banyak digunakan petani pala. Secara sederhana dapat diterangkan
bahwa mekanisme kerja dan alat ini sama dengan yang dilakukan oleh manusia, yakni
bagian tertentu dari mesin menghancurkan kulit buah pala sehingga yang tinggal adalah isi
bijinya. Keuntungan dari penggunaan mesin adalah tenaga, waktu dan biaya
operasionalnya dapat ditekan. Disamping itu kerusakan mekanis dari isi biji juga lebih
kecil.
Untuk menentukan kualitas dari inti biji pala yang dihasilkan, kriteria yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut:
A. Pala kupas ABCD:
berkeriput
ada kerusakan mekanis
diserang hama dan penyakit
ringan
Dari hasil penyortiran kualitas biji tersebut, kita akan mendapatkan berat rata-rata yang berbeda,
yakni:
Kriteria untuk menentukan standar kualitas fuli didasarkan pada warna, bentuk serta kematangan
dari fuli. Kriteria kualitas fuli adalah:
1. Fuli I (moce one): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli utuh; warnanya bagus (merah).
2. Fuli II (moce two): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli tidak utuh lagi;
3. Gruis I dan II: fuli hancur; lapuk dan mudah pecah; warnanya hitam.
Khusus untuk Gruise II digunakan mesin penghancur untuk lebih menghaluskan fuli.
Kualitas biji pala ditentukan oleh:
1. Jarak tanam: jarak tanam bukan saja mempengaruhi kuantitas, tetapi menentukan kualitas
pala yang dihasilkan. Dengan jarak tanam yang rapat biasanya kita akan dapatkan buah-
buah yang kecil.
2. Pemeliharaan: pemeliharaan juga mempengaruhi kualitas pala yang dihasilkan. Akibat dari
pemeliharaan yang tidak baik buah pala mudah diserang oleh hama atau penyakit (terbelah
putih) sehingga kualitas buah kurang baik.
3. Cara pemetikan dan prosesing: buah yang dipetik pada waktu masih muda, biji dan fuli
yang kita dapatkan kualitasnya akan rendah. Demikian pula dengan prosesing yang kurang
baik, misalnya penjemuran yang dilakukan secara tergesa-gesa, biji pala yang dihasilkan
tentu akan banyak yang pecah.
Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh
tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian dibagi 4 dan dua bagian
diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 3 kg untuk
dianalisa.
Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang diambil 5.
Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang diambil 7.
Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang diambil 9.
Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang diambil
10.
Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 15.
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman/dilatih
lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
Tujuan pengemasan adalah mencegah kerusakan produk hingga ke tangan konsumen. Pengemasan
yang umum adalah dengan karung plastik karena dapat mencegah kerusakan dalam waktu yang
relatif lama. Pengepakan biji dan fuli pala dilakukan secara sederhana. Pala yang telah disortir
dipak dengan menggunakan karung goni berlapis dua. Rata-rata dari setiap kualitas
pala adalah sebagai berikut:
Khusus untuk pengepakan fuli biasanya dilakukan dalam peti kayu (triplek) dengan berat rata-rata
70-75 kg/peti. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan pengepakan adalah: fuli yang
akan dipak harus difumigasi terlebih dahulu. Pemberian fumigant pada biji pala dan fuli harus
dilakukan di suatu ruang yang tertutup rapat selama 2 x 24 jam. Fumigant yang biasa digunakan
adalah Methyl Bromida.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanaman pala ( Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari
pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih
dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis, selain di Indonesia terdapat
pula di Amerika, Asia dan Afrika. Pala termasuk famili Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus
(marga) dan 250 species (jenis). Tanaman pala merupakan tumbuhan berbatang sedang dengan
tinggi mencapai 18 m, memiliki daun berbentuk bulat telur atau lonjong yang selalu hijau
sepanjang tahun. Pohon pala dapat tumbuh di daerah tropis pada ketinggian di bawah 700 m dari
permukaan laut, beriklim lembab dan panas, curah hujan 2.000-3.500 mm tanpa mengalami
periode musim kering secara nyata. Daerah penghasil utama pala di Indonesia adalah Kepulauan
Maluku, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Nanggroe Aceh Darusalam, Jawa Barat dan Papua.
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multiguna karena
setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli dan minyak pala
merupakan komoditas ekspor dan digunakan dalam industri makanan dan minuman. Minyak yang
berasal dari biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan kosmetik.
Buah pala berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah tua, berdaging putih. Bijinya berkulit tipis
agak keras berwarna hitam kecokelatan yang dibungkus fuli berwarna merah padam.Buah pala
terdiri atas daging buah (77,8%), fuli (4%), tempurung (5,1%) dan biji (13,1%). Secara komersial
biji pala dan fuli (mace) merupakan bagian terpenting dari buah pala dan dapat dibuat menjadi
berbagai produk antara lain minyak atsiri dan oleoresin.
B. TUJUAN
A. SYARAT TUMBUH
1. Tanah
Tanah berstruktur remah (Vulkanis) / gembur dan kaya akan bahan organik.
2. Iklim
Suhu udara 18 34 C
B. TEKNIK BUDIDAYA
1. Persemaian
Biji- biji pala yang akan digunakan sebagai benih harus memenuhi beberapa syarat, antara
lain :
- Biji segar matang, panen berwarna coklat muda dan tertutup penuh dengan seludang fuli
penyimpanan. Untuk mendapatkan benih dengan daya kecambah yang tinggi, sebaiknya biji
diambil dari pohon induk yang letaknya berdekatan dengan pohon yang berbunga jantan.
Pengecambahan, perlu dilakukan sebab biji pala termasuk benih rekalsitran yang cepat menurun
- Sesaat setelah panen segera lakukan seleksi benih dengan memilih benih
yang tua ditandai dengan tempurung mengkilat berwarna hitam kecoklatan, bebas dari hama
dan penyakit, tidak keriput dengan fuli tebal dan biji besar
- Selanjutnya tutup dengan karung goni atau daun rumbia atau kertas koran.
kulit/batok pangkal biji, sehingga retak atau belah atau mengelupas dengan tidak merusak
daging bijinya. Dapat dilakukan pengikiran/hampelas batok pangkal biji sehingga tipis
telah disediakan (diisi dengan media campuran kompos/pupuk kandang dan tanah. 1:1).
Pembibitan ini merupakan langkah awal dari penentuan terlaksananya usaha perkebunan
tanaman tersebut. Pesemaian dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengecambahkan biji
sabut kelapa, serbuk gergaji yang sudah steril. Biji diatur sedemikian rupa dan bersentuhan dan
bakal kecambah mengarah pada satu sisi yang sama. Setelah berumur 4-8 minggu, bakal akar
sudah keluar dengan diikuti keluarnya kecambah, selanjutnya bisa dipindahkan ke polibag.
Pesemaian dapat pula dilakukan pada bedengan yang sudah disiapkan sebelum buah
dipetik. Pesemaian ini sekaligus berfungsi sebagai persemaian pemeliharaan dan diperlukan
pengolahan tanah yang sempurna. Jarak tanam pada pesemaian ini perlu diatur yaitu 15 x 15 cm
atau 15 x 20 cm agar nanti pada saat pemindahan mudah diputar pada umur + 1 tahun dengan
ketinggian + 1 meter. Pesemaian dapat juga dilakukan langsung pada polibag ukuran 20 x 30 cm.
Media yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang 2 : 1, polibag
diatur berjejer di bawah naungan dengan lebar 120 cm, sedangkan panjangnya tergantung situasi
2. Persiapan Lahan
Sebelum bibit ditanam, kebun harus sudah dipersiapkan. Pada garis besarnya, persiapan
Pemangkasan semak belukar dan penebangan pohon-pohon (kebun yang baru dibuka).
Sebaiknya pembukaan areal ini dilakukan pada musim kemarau, sehingga semak belukar
Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, menyingkirkan akar dan sisa-sisa
tanaman serta menciptakan areal yang serasi. Pengolahan tanah pada areal miring harus
dilakukan menurut arah melintang lereng (contour). Efek utama pengolahan tanah menurut
cara ini adalah terbentuknya alur yang dapat menghambat aliran permukaan dan
tanah dengan tingkat kemiringan 20 % perlu dibuat teras dengan ukuran + 2 m (disesuaikan dengan
keadaan solum tanah, makin dalam solum makin lebar ukuran teras) atau dapat pula dibuat teras
yang akan digunakan. Pada umumnya jarak tanam untuk tanaman pala ialah 9 x 10 m dengan
sistem bujur sangkar atau 10 x 10 m. Dengan jarak tanam tersebut dahan-dahannya tidak
akan bersilangan dan dengan keadaan ini kapasitas untuk berproduksi adalah maksimal
pada umur dewasa (Flach, 1966). Pembuatan lubang tanam biasanya berukuran 60 x 60 x 60
cm. Pada tanah yang berliat tinggi, sebaiknya ukuran lubang tanam lebih besar 100 x 100 x
100 cm. Tanah lapisan atas dan lapisan bawah dipisah, karena kedua lapisan tersebut
mengandung unsur yang berbeda. Setelah pembuatan lubang tanam berumur lebih satu bulan,
tanah dikembalikan, lapisan bawah kembali ke lapisan bawah dan lapisan atas
setelah dicampur dengan pupuk kandang matang, baru dimasukkan kembali ke dalam
lubang bagian atas. Dua atau tiga minggu kemudian penanaman dapat dilakukan.
3. Penanaman
Bibit yang akan ditanam biasanya yang telah berumur lebih satu tahun dan tidak lebih dari
dua tahun. Kalau bibit lebih dari ketentuan tersebut, akibat lama dipembibitan, pertumbuhannya
akan terlambat, sebab akar sudah berlipat-lipat. Sebaiknya penanaman dilaksanakan pada awal
Cara penanaman adalah dengan membuat lubang tanam kecil ditengah lubang tanam awal,
setinggi dan selebar keranjang atau polibag bibit, lalu polibag disayat dari atas ke bawah dengan
pisau secara hati-hati agar akar dan tanah dalam polibag tersebut tidak rusak, kemudian dilakukan
penanaman sampai leher batang terkubur tanah, lalu tanah dirapihkan kembali. Uintuk menjaga
tanaman muda dari sengatan matahari langsung perlu dibuatkan naungan dari tiang bambu atau
kayu dengan atap daun kelapa atau alang-alang, sampai tanaman betul-betul tahan dari sinar
matahari.
Pola Tanam
Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani, salah satu upaya adalah dengan
memanfaatkan lahan seoptimal mungkin, dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan
memperhatikan syarat tumbuh dari setiap tanaman itu sendiri. Peluang tanaman pala sebagai
tanaman pokok atau pun sebagai tanaman sela sangat memungkinkan karena banyak lahan
diantaranya belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk menentukan/ mendapatkan jenis tanaman
apa yang tepat bergandengan dengan tanaman pala, beberapa hal yang perlu di perhatian adalah
sebagai berikut :
tersebut.
- Tidak bersifat saling merugikan baik terhadap tanaman sela atau tanaman
pokok.
makanan.
Sehingga kelestariannya tetap terjamin sesuai konsep ekologi yang diinginkan bersama.
Sebagai contoh upaya menekan sekecil mungkin tingkat erosi tanah yang kelak dapat menurunkan
tingkat kesuburan tanah. Peluang tanaman pala sebagai tanaman sela jumlahnya tergantung umur
tanaman pokok, pada tanaman kelapa berumur 10 tahun, tanaman pala dapat tumbuh dan
berproduksi cukup baik sebagai tanaman sela diantara tanaman kelapa. Sedangkan sebagai
tanaman pokok, tanaman pala dapat dipola tanamkan dengan berbagai jenis tanaman palawija,
tanaman temu-temuan serta berbagai tanaman obat. Jarak tanam pala yang biasa dipergunakan
adalah 10 x 10 m, dengan jarak tanam tersebut banyak lahan yang kosong terutama pada saat
tanaman pala berumur dibawah 4-5 tahun, lahan ini dapat dimanfaatkan untuk ditanami berbagai
4. Pemupukan
Untuk menjamin ketersediaan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman pala terutama unsur
makro (N, P dan K ) di dalam tanah, bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, maka diperlukan
pemupukan. Dosis pemupukan yang dianjurkan berdasarkan tingkat umur untuk tanaman pala.
5. Pemeliharaan
serangan hama dan penyakit sehingga kelangsungan pertanaman serta kualitas dan kuantitas
- Hama-hama yang sering dijumpai menyerang biji pala adalah Oryzaephilus Mercator (Faufel)
Kedua hama ini bersifat kosmopolitan dan menyebabkan kerugian besar terutama pada
produk-produk dalam simpanan. Hama lain adalah yang menyerang batang yaitu Batocera
hercules. Hama ini banyak ditemukan di Sulawesi Utara dengan tingkat serangan yang cukup
tinggi. Usaha pengendalian terhadap hama yang menyerang biji yang sudah berada
insektisida kontak dapat pula dilakukan untuk serangan di lapang dengan menggunakan insektisida
Malathion. Pengendalian terhadap hama penggerek batang adalah dengan memberikan insektisida
pada kapas kemudian dimasukkan pada semua lobang gerekan dan kemudian ditutup dengan
sepotong kayu.
- Penyakit
Penyakit utama yang paling merugikan pada pertanaman pala di Indonesia adalah penyakit
busuk kering dan busuk basah yang disebabkan oleh jamur serta penyakit layu yang diduga
Penyakit Layu
7. Panen
Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7 - 8 tahun dan pada umur 10 tahun dapat
berproduksi secara menguntungkan. Tanaman pala hasil grafting dapat berbuah umur 4 - 5 tahun
sedang tanaman hasil cangkokan berbuah umur 3 - 4 tahun. Produksi tanaman pala terus
meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi dan dapat terus berproduksi
sampai umur 60 - 70 tahun. Dalam satu tahun pala dapat dipanen dua kali.
Umumnya buah pala telah dapat dipanen setelah cukup tua, umur buah + 6 bulan sejak dari
bunga. Tanda-tanda buah pala yang sudah cukup tua adalah jika sebahagian buah pala dari suatu
bagian ujungnya diberi keranjang atau dengan cara memetik langsung dengan cara menaiki
batang dan memilih buah-buah yang telah betul-betul tua. Buah yang telah dipetik segera
dibelah, dipisahkan daging buah, biji dan fulinya. Biji pala dan fulinya segera dijemur untuk
BAB III
PROSESING BENIH
A. Pembersihan Benih
1. Pemungutan/Pengumpulan Benih
Kegiatan pemungutan benih tidak kalah pentingnya dengan pemilihan sumber benih, karena bila
pemungutan benih dilakukan dengan tidak benar maka akan diperoleh benih dengan mutu yang
jelek. Semua usaha yang dilakukan untuk mencari sumber benih yang baik akan percuma bila
pengumpulan benih tidak dilakukan dengan cara yang benar. Untuk itu perlu juga adanya suatu
regu khusus untuk pengambilan benih karena pekerja kontrak biasanya kurang memperhatikan
mutu benih mereka hanya melihat jumlahnya saja. Berikut ini diterangkan beberapa hal yang
perlu diperhatikan dan dilakukan dalam kegiatan pengumpulan benih.
Menentukan waktu pengumpulan benih. Setiap jenis pohon memiliki masa berbuah
tertentu untuk itu mengetahui masa berbunga atau berbuah perlu dilakukan sehingga
waktu panen yang tepat dapat ditentukan dengan tepat pula. Tanda-tanda buah masak
perlu diketahui sehingga buah yang dipetik cukup masak (masak fisiologis)
Menyiapkan alat yang dibutuhkan untuk pengumpulan benih
1. Sortasi buah/ polong : Sortasi buah/ polong merupakan kegiatan pemisahan buah/polong
yang susah masak dari yang belum/kurang masak, kemudian dimasukkan kedalam wadah
yang terpisah.
2. Ekstrasi benih : Ekstrasi benih adalah proses pengeluaran benih dari buahnya/polongnya.
Cara ekstrasi berbeda-beda tergantung dari jenis pohon, dapat dilakukan dengan bantuan
alat dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan benih.
Benih dari buah berdaging : Buah yang berdaging dibuang pericarp buahnya dengan cara
merendam buah tersebut dalam air, sehingga daging buahnya mengembang sedang
bijinya mengendap.
Benih dari buah kering : Benih dijemur dipanas matahari, contohnya : polong-polongan
dari Leguminoceae, kerucut dari Coniferae, capsule dari Eucaliptus, dsb. Sehingga
terbuka.
1. Pembersihan dan sortasi benih : Benih yang sudah diekstrasi masih mengandung kotoran
berupa sekam, sisa polong, ranting, sisa sayap, daging buah, tanah dan benih yang rusak,
harus dibuang untuk meningkatkan mutunya. Ada dua cara sederhana untuk
membersihkan benih yaitu:
2. Pengeringan benih
Benih yang baru diekstrasi biasanya mengandung kadar air yang cukup tinggi, untuk itu perlu
dikeringkan sebelum benih benih itu disimpan (tetapi tidak semua benih biasa dikeringkan).
Kadar air untuk masing-masing benih berbeda-beda, misalnya ada benih benih yang
dikeringkan sampai kadar air rendah sehingga dapat disimpan lama, benih benih ini disebut
benih yang ortodoks, contohnya: akasia, kayu besi, salawaku, gamal, dll. Sebaliknya ada benih
yang tidak dapat dikeringkan dan tidak dapat disimpan lama. Benih benih ini disebut benih
yang bersifat rekalsitran seperti: meranti, damar, mahoni, dll.
3. Penyimpanan Benih
Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau disemaikan segera setelah benih
benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak
selalu mungkin kareana musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu
dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba.
Tujuan penyimpanan :
Menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi)
Melindungi biji dari serangan hama dan jamur
Mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi kebutuhan.
Ada dua faktor yang penting selama penyimpanan benih yaitu, suhu dan kelembaban udara.
Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu
dan kelembaban udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu perlu ruang khusus
untuk penyimpanan benih.
Benih ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10% atau dibawahnya. Penyimpanan dapat
dilakukan dengan menggunakan wadah seperti : karung kain, toples kaca/ plastik, plastik, laleng,
dll. Setelah itu benih dapat di simpan pada suhu kamar atau pada temperature rendah cold
storage umumnya pada suhu 2-5oC.
Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar air benih
perlu dipertahankan selama penyimpanan. Penyimpanan dapat menggunakan serbuk gergaji atau
serbuk arang. Caranya yaitu dengan memasukkan benih kedalam serbuk gergaji atau arang
Berikut adalah tabel mengenai tahap-tahap penyimpanan benih :
No Tahap-tahap Mengapa Metode dan teknik
Penyimpanan diperlukan
benih
1 Menanam tanaman Untuk kesehatan & Memilih tanaman &
yang sehat lingkungan benih organik
2 Pilih benih yang Untuk mendapatkan Memilih benih yang
terbaik tanaman yang terbaik utuh bukan yang rusak
3 Gunakan waktu & Untuk mendapatkan Memilih tanaman
metode yang sesuai benih yang lebih baik yang terbaik, tanpa
untuk serangga, sehat dan
mengumpulkan siap untuk dipanen
benih dari tanaman
4 Membersihkan Untuk mencegah Merendam selama
benih dengan benar jamur sekurangnya
1 hari 1 malam, lalu
bersihkan
5 Keringkan benih Untuk mengurangi Tutup benih dengan
dengan benar kadar air agar kain dan jemur, atau
benih bisa bertahan gunakan pengering
lama benih
6 Simpan benih Untuk menjaga Simpan di tempat yang
dengan benar kualitas dan agar sejuk
bertahan lama dan kering
B. Grading
Bibit adalah awal dari kehidupan tanaman. Masing-masing benih harus menjalani proses
tertentu seperti pengeringan, pembersihan, dan grading. Grading benih adalah tindakan untuk
memeriksa kualitas benih yang akan berperan sebagai keturunan berikutnya. Grading merupakan
penggolongan benih berdasarkan dari ukuran atau warna. Penggolongan tersebut dilaksanakan
berdasarkan pada sifat-sifat morfologi benih atau fisiologi benih seperti dimensi benih atau berat
jenis benih. Grading benih dapat mencegah penggunaan benih yang tidak baik. Hal ini dapat
membantu mengurangi biaya pemupukan, budidaya, dan pengendalian gulma. Grading
(pemilahan benih) dilakukan untuk mendapatkan benih yang seragam dalam ukuran, bentuk dan
bobotnya (Anonim, 2010).
Terdapat beberapa cara grading benih:
1. Secara manual, dengan menggunakan tangan dan ketelitian kita ketika memisahkan benih
menjadi beberapa kelompok (ukuran).
2. Secara mekanik, dengan menggunakan alat yang memiliki beberapa saringan bertingkat
dengan diameter lubang yang berbeda setiap tingkat. Tingkat atas selalu lebih besar
diameternya dibandingkan dengan tingkat yang berada dibawahnya.
3. Pemisahan benih berdasarkan warna melalui komputer dengan cara Pre-Vac dan IDS
yang populer khususnya untuk jenis tanaman berdaun jarum. Dengan demikian akan
didapatkan benih yang berkualitas baik dengan ukuran seragam.
4. Memisahkan benih yang rusak karena mesin dari benih yang tidak rusak dengan
memanfaatkan perbedaan tingkat penyerapan (uptake) air.
5. Pemisahan melalui inkubasi pengeringan (Incubation Drying Separation), yaitu
memisahkan benih yang mati dengan memanfaatkan perbedaan tingkat pengeringan
benih.
C. Perlakuan Benih
1. Perlakuan benih padi sebelum penanaman
1. Menyortir benih yang masih memiliki daya tumbuh tinggi dengan menggunakan
larutan garam.
Siapkan larutan garam dalam ember dengan volume sesuai dengan benih padi yang akan
disortir. Konsentrasi larutan garam (takaran garam) tersebut diukur dengan menggunakan
telur ayam/bebek mentah. Masukkan telur ke dalam ember berisi air. Masukkan garam
sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk pelan. Pemberian garam dihentikan
ketika telur mulai mengapung dalam air, hal ini menunjukkan bahwa kandungan garam
telah cukup sebagai penguji benih.
Masukkan benih padi yang akan disortir. Kemudian diaduk sehingga semua benih
tercampur dengan larutan garam tersebut. Biarkan beberapa menit, sehingga terlihat
benih padi tersebut tenggelam dan sebagian kecil terapung.
Benih yang masih terapung merupakan benih hampa/rusak/tidak sempurna, sehigga tidak
layak untuk dijadikan bibit. Walaupun benih tersebut dapat tumbuh, akan tetapi akan
tumbuh menjadi bibit yang tidak sempurna.
Benih yang tenggelam dipilih sebagai benih yang akan disemaikan. Benih tersebut
kemudian dibilas dengan air bersih sebanyak 2 kali agar larutan garamnya tercuci dengan
baik.
1. Disinfestasi benih yang ditujukan terhadap organisme yang terdapat dipermukaan benih.
Bahan kimia yang digunakan antara lain: ceresa MDB panogen 15 ceresan L dan
chipcote.
2. Proteksi benih didasarkan pada prinsip untuk melindungi benih dan kecambah tanaman
dengan suatu fungisida yang akan mencegah infeksi dan kerusakan yang disebabkan oleh
patogen terutama organisme tanah. Contohnya: captan, thiram, dichlone.
Beberapa sejumlah organik yang diberikan pada benih tanaman berbiji kecil sebagai disinfestasi
juga bertindak sebagai protektan. Misalnya senyawa heksaclorobenzena yang diberikan pada
benih gandum bertindak sebagai disinfestan dan protektan terhadap serangan semut teliospore
dalam tanah. Cara pemberantasan yang efektif untuk penyakit yang terbawa oleh benih ialah
dengan mengetahui terlebih dahulu kehadiran patogen pada benih sebelum benih ditanam yaitu
dengan pengujian benih. Tindakan selanjutnya adalah mencegah dilakukannya penanaman atau
mengadakan perlakuan benih terlebih dahulu sebelum tanam.
Tujuan dari perlakuan benih yang telah disebutkan diatas adalah untuk mencegah dan membasmi
terjadinya infeksi yang disebabkan oleh patogen yang terbawa benih baik didalam, dipermukaan
maupun bersama benih. Dengan perlakuan benih maka inokulum yang terdapat pada benih dapat
dibasmi secara langsung atau pada waktu setelah benih berkecambah. Selain itu perlakuan benih
juga dapat melindungi benih dari serangan patogen yang berada dalam tanah hal ini dikarenakan
benih dan kecambah tanaman pada awal pertumbuhannya sangat peka terhadap serangan patogen
tanah.
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama maupun penyakit tanaman dikenal
dengan istilah pestisida yang berasal dari kata caido yang berarti membunuh. Menurut
penggunaanya pestisida dibedakan menjadi insektisida, rodentisida, bakterisida dan lainnya.
Sedangkan untuk cendawan disebut fungisida, secara ideal fungisida harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Fungisida harus efektif pada konsentrasi yang tidak membahayakan benih atau tanaman
yang diperlakukan
2. Tidak beracun bagi manusia ataupun hewan.
3. Cukup stabil dan lekat agar tetap efektif dalam waktu lama
4. Tidak memiliki efek samping yang dapat merugikan keseimbangan biologis
5. Tidak menimbulkan resistensi pada patogen.
6. Harganya cukup murah ditinjau dari segi ekonomis.
1. Perlakuan mekanis
1. Perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada
waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi
pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit
sebelum tanam.
o Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
o Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit,
potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain:
Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
2. Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh
benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 70 0C dan
dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam
air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
3. Perlakuan dengan suhu.
Stratifikasi
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab
(Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat
menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan
yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman,
bahkan antar varietas dalam satu famili. Benih apel yang diberi perlakuan stratifikasi pada 4 0C
selama lebih dari 2 bulan persentase perkecambahannya meningkat.
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :
1. Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor fisik
2. Processing / pengolahan benih terbagi atas beberapa bagian, yaitu pembersihan benih,
grading dan perlakuan benih
3. Pembersihan terdiri dari pemungutan/pengumpulan benih, penanganan benih setelah
dikumpulkan, dan penyimpanan benih
4. Grading benih adalah tindakan untuk memeriksa kualitas benih yang akan berperan
sebagai keturunan berikutnya
5. Perlakuan benih terdiri dari perlakuan benih padi sebelum penanaman, perlakuan benih
setelah pasca panen dan perlakuan benih untuk tujuan memecahkan dormansi
6. Menyortir benih yang masih memiliki daya tumbuh tinggi dengan menggunakan larutan
garam
7. Seiring benih diberi perlakuan tertentu yang tujuannya adalah untuk mencegah atau
mematikan penyebab penyakit yang terbawa oleh benih
8. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang
dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara
agar dormansi dapat dipersingkat
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998. Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Departemen Kehutanan
Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Anonim. 2010. Seed Cleaning, Drying & Grading Services. http://www.yellowpages.com.
Diakses Selasa, 4 Mei 2010.
Anonim. 2010. Perlakuan Benih Padi. http://sukatani-banguntani.blogspot.com. Jumat 7 Mei
2010.
Coppelad, 1980. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publ. co. Minneapolis,
Minnesota.
Doran, J. C., Turnbull, J.W., Bolland, J. D. 1983. Handbook on seed of dry-zone acacias. A
guide for collecting, extracting, cleaning, and stering the seed and for treatment to promote
germination of dry-zone acacias. FAO Rome.
Kartasapoetra, A.G. 1986. Teknologi Benih. Bina Aksara. Jakarta.
Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis
(terjemahkan) Dr. Mohammad Naiem dkk. Bandung.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Winarno, F.G. 1981. Fisiology Lepas Panen. Sastra Hudaya Jakarta.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah pada Mata Kuliah Budidaya
Tanaman Tahunan sebagai tugas tambahan dan merupakan kewajiban kami sebagai
Adapun judul yang kami angkat pada kesempatan kali ini tentang Budidaya
Tanaman Pala. Sebagai bahan referensi kami untuk menyelesaikan makalah pada mata
kuliah ini.
Ucapan terimakasih juga kami hanturkan kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyelesaian makalah ini. Dan kami sadar bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat kami
DAFTAR ISI
I. 3. Tujuan .................................. 2
I. 4. Manfaat ..................................................................................... 2
BAB. I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman asli Indoesia, sudah
terkenal sebagai tanaman rempah sejak abad ke 18. Sampai saat ini Indonesia
merupakan produsen pala terbesar dunia (70-75%). Negara produsen lainnya adalah
yaitu sekitar 98.84%, dengan pola budidaya ektensif jarang dipelihara. Luas areal
pertanaman pala di Indonesia pada tahun 1996 mencapai 60.735 ha menurun menjadi
43.873 ha tahun 2000. Produksi tahun 2000 sekitar 7.587 ton, produktivitas tahun 1999
mencapai 482.8 kg/ha dengan total produksi sekitar 19.163 ton ( BPS, 2000).
Hasil yang diambil dari pala yang diperdagangkan di pasaran dunia adalah biji,
fuli, dan minyak atsiri serta daging buah yang digunakan untuk industri makanan di dalam
negeri. Biji dan fuli digunakan dalam industri pengawetan ikan, pembuatan sosis,
makanan kaleng dan sebagai adonan kue, karena minyak atsiri dan lemak yang
dikandungnya memberikan aroma merangsang nafsu makan. Minyak pala dari hasil
dsb.
Ekspor pala Indonesia tahun 1995 mencapai 2.976 ton dengan nilai 5.197.590 US
$, sedangkan fulinya 1.63 ton dengan nilai 10.011.433 US $. (BPS, 1995). Pada tahun
2000, nilai ekspor mencapai 10.000 ton dengan nilai 39.000.000 US $ (BPS, 2000).
Harga pala Indonesia di pasar dunia saat ini masih lebih rendah dibanding pala Grenada,
hal ini diduga karena mutu yang kurang baik dan tidak dikuasainya sistem perdagangan
luar negeri, meskipun pala Indonesia diketahui mempunyai aroma yang lebih baik.
I. 2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam makalah ini yaitu:
I. 3. Tujuan
pala.
I. 4. Manfaat
a. Makalah ini diharapkan menjadi salah satu bahan informasi bagi masyarakat
secara umum.
b. Dapat memberikan informasi ilmiah bagi petani dan instansi terkait tentang
BAB. II
PEMBAHASAN
Maluku merupakan pusat asal tanaman pala dengan keragaman yang tinggi
(Deinum, 1949). Tanaman ini termasuk salah satu tanaman rempah-rempah yang
menjadi rebutan bangsa-bangsa yang datang ke Indonesia, antara lain bangsa Portugis
tahun 1511. Biji dan fulinya dibawa ke daratan Eropa dan dijual dengan harga yang
sangat mahal. Harga yang tinggi ini merupakan perangsang bagi bangsa-bangsa lain
untuk mengelola hutan-hutan pala tersebut, sebagai miliknya. Dengan segala macam
usaha luas areal tanaman ini dibatasi, tahun 1627 penduduk dilarang menanam tanaman
selain daripada yang ditetapkan oleh V.O.C dan yang sudah tua juga harus ditebang.
Sangir Talaud, Sumatra Barat dan Bengkulu tahun 1748, kemudian menyusul di Jawa,
Aceh, dan Lampung. Pada zaman kekuasaan Inggris, tanaman ini disebarkan pada
beberapa daerah jajahannya tetapi tidak berhasil baik. Di Malaya dikalahkan oleh karet,
di pulau kecil India Barat (Grenada) dapat berhasil baik, sehingga daerah ini menjadi
- Kelas : Angiospermae
- Ordo : Ramales
- Family : Myristicaceae
- Genus : Miristica
Famili Myristicaceae hanya memiliki satu genus dengan lebih 200 species yang
tersebar di daerah tropis (Ridley, 1912). Beberapa species pala yang memiliki arti
ekonomi penting dan khususnya berfungsi sebagai rempah-rempah, obat atau minyak
atsiri.
Deskripsi tanaman pala Menurut Heyne (1927), Hadad dan Hamid (1990), Hadad
b. M. speciosa Warb, dikenal dengan nama Pala Bacan atau pala Hutan,
e. M. fatua Houtt dikenal dengan nama laki-laki, pala Fuker (Banda) atau pala Hutan
(Ambon),
f. M. argantea Warb dikenal dengan nama Pala Irian atau Pala Papua, (7) M.
g. M. sylvetris Houtt dikenal dengan nama Pala Burung atau Pala Mendaya
Hasil eksplorasi dari berbagai daerah dan sentra produksi pala di kepulauan
Maluku, Irian Jaya dan Sulawesi Utara, telah terkumpul 430 nomor aksesi (Hadad et al,
koleksi tersebut secara genetik belum diketahui dengan pasti dan saat ini penelitian DNA
- Jenis M. fragrans
Disebut juga sebagai pala asli atau nutmeg tree dan berasal dari Pulau Banda
(Deinum, 1949). Pala jenis inilah yang umum dibudidayakan di Indonesia, India, Grenada
dan Malaysia sebab kualitas biji dan fulinya adalah yang terbaik (Heyne, 1927). Pala yang
dikembangkan di Sulawesi Utara juga sebagian berasal dari P.Banda walaupun demikian
kualitasnya tidak sebaik pala Banda yang dihasilkan dari P.Banda (Deinum,1949).
Penampilan pala Banda antara lain : Bentuk percabangan teratur, daunnya kecil sampai
sedang, buahnya bulat. Biji besar dan fulinya tebal dan keduanya berkualitas baik, tebal
Disebut juga dengan pala Papua memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Bentuk pohon
bulat, tinggi, besar dan rimbun. Percabangan tidak teratur. Daunnya tebal dan lebar. Ciri
buahnya lonjong dan besar. Daging buah yang tebal dan besar cocok untuk bahan
manisan, asinan, minuman, dan bahan-bahan makanan serta minuman lainnya. Melihat
keragaman pohonnya, pala jenis ini cocok sebagai pohon pelindung dan penghijauan.
Dikenal dengan nama pala Hutan. Bentuk pohonnya bulat dan rimbun,
percabangan tidak teratur dan daunnya lebar dan agak tipis. Ciri khasnya adalah buah
dan bijinya terkecil sebesar biji kacang tanah dengan fulinya yang paling tipis. Pala jenis
piramidal sampai lonjong, bentuk buahnya agak lonjong sedangkan bijinya bulat sampai
lonjong dan fulinya agak tebal. Kualitas biji dan fulinya agak kurang dibandingkan pala
Banda.
Diskripsi tanaman pala menurut Ochse (1931); Hadad dan Hamid (1990); Hadad
Bentuk pohon pala, berpenampilan indah tinggi 10-20 m, menjulang tinggi ke atas
(silindris) dan bulat dengan percabangan relatif teratur. Dedaunan yang rapat dengan
letak daun yang berselang seling secara teratur. Daunnya berwarna hijau mengkilap dan
gelap, panjang 5-14 cm dengan lebar 3-7 cm, tangkai daun 0.4-1.5 cm panjangnya. Cara
kuningan, apabila masak akan berbelah dua, diameter 3-9 cm. Daging buahnya/pericarp
tebal dan rasanya asam. Biji berbentuk bulat sampai lonjong, panjangnya 1.5-4.5 cm
dengan lebar 1-2.5 cm. Warnanya coklat dan mengkilap pada bagian luarnya. Kernel
bijinya berwarna keputih-putihan. Fulinya merah gelap dan ada pula yang putih kekuning-
kuningan dan membungkus biji menyerupai jala yang tebal dan ada yang tipis.
Menyatakan bahwa dari 430 aksesi tanaman pala yang ditanam diketahui ada dua
pohon yang mempunyai tingkat produksi yang paling tinggi yaitu jenis pala banda
nomor 11 dan jenis pala patani nomor 33. Pala merupakan tanaman berumah dua
(dioecious) dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat pada individu/pohon yang
kelamin jantan dan betina optimum pada pertanaman pala harus menunggu sampai
hermaphrodite.
Menurut Hadad dan Syakir (1992),bunga keluar dari ujung cabang dan ranting.
sempurna. Warna bunga kuning, dengan diameter + 2.5 mm serta panjangnya + 3 mm.
Mahkota bunga betina bersatu mulai dari bagian pangkal dan pada bagian atas
terbuka menjadi 2 bagian yang simetris. Kelopak kecil dan menutup sebagian kecil
dari bagian bawah mahkota. Di dalam mahkota terdapat bakal buah dengan garis
tengah + 2.5 mm. Pada bagian ujung terdapat pestil yang bersatu dengan bakal
bunga. Kepala putik terbelah pada bagian ujungnya. Di dalam bakal buah
Selanjutnya Hadad dan Syakir (1992) menyatakan bahwa bentuk bunga jantan
agak berbeda dengan bunga betina walaupun warna bunganya juga kuning,
dengan diameter 1.5 mm dan panjang + 3 mm. Mahkota dari bunga jantan
bersatu dari pangkal pada 5/8 bagian dan kemudian terbagi menjadi 3 bagian.
pada bagian pangkal mahkota. Benang sari berbentuk silindris merupakan tangkai
bersatu, panjangnya + 2 mm. Sari melekat pada tangkai tersebut membentuk baris-
baris yang jumlahnya 8 buah dan berpasangan. Antara baris dibatasi oleh jalur
A. Iklim.
Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang
tinggi tanpa adanya periode kering yang nyata. Rata-rata curah hujan di daerah asal
tanaman pala yaitu Banda, adalah sekitar 2.656 mm/th dengan jumlah hari hujan 167 hari
merata sepanjang tahun. Meskipun terdapat bulan-bulan kering, tetapi selama bulan
(Deinum, 1949 dalam Flach, 1966). Menurut Ridley (1912) penanaman pala di Pulau
Banda sampai dengan ketinggian 458 meter diatas permukaan laut (Anon, 1974).
Sedangkan Flach (1966) di Pulau Papua tidak menanam tanaman pala melebihi
ketinggian di atas 700 m dari permukaan laut, sehingga tanaman pala dapat tumbuh baik
beda yaitu berkisar antara 180C - 340C. Deinum (1949) mengatakan bahwa suhu yang
terbaik untuk pertumbuhan tanaman pala antara 25 0C - 300C. Walaupun demikian para
pakar berpendapat, tanaman pala akan berkembang dengan baik di daerah tropis
dengan kisaran (fluktuasi) suhu yang tidak besar. Tanaman pala sangat peka terhadap
angin kencang, karenanya tanaman ini tidak sesuai diusahakan pada areal yang terbuka
tanpa tanaman pelindung atau penahan angin. Menurut keterangan Deinum (1949) angin
yang bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan bunga terganggu,
malahan buah, bunga dan pucuk tanaman akan lusuh berguguran (Anon, 1974).
Oleh karena itu daerah-daerah yang tiupan anginnya keras, diperlukan tanaman
pelindung yang ditanam dipinggirannya. Akan tetapi tanaman pelindung yang terlalu
rapat dapat menghambat pertumbuhan pala, dan menjadi saingan dalam mendapatkan
unsur hara.
B. Tanah
Tanaman pala memerlukan tanah yang subur dan gembur, terutama tanah-tanah
vulkanis, miring atau memiliki pembuangan air yang baik atau drainase yang baik (Heyne,
1987). Menurut Flach (1966) tanaman pala akan tumbuh baik pada tanah yang bertekstur
dari pasir sampai lempung (loam). Sedangkan Ridley (1912) mengemukakan bahwa
makin rendah tanah Clay semakin baik untuk pertumbuhan tanaman pala. Keadaan
tanah dengan reaksi sedang sampai netral (pH 5.5 - 7 ) merupakan rata-rata yang baik
untuk pertumbuhan tanaman pala, karena keadaan kimia maupun biologi tanah berada
Untuk pengusahaan tanaman pala di daerah baru perlu sekali diperhatikan tentang
kesesuaian iklim, jenis tanah, suhu, pH tanah, drainase dan sebagainya agar tanaman
Pada dasarnya pengadaan tanaman pala dapat dilakukan dengan beberapa cara
Biji- biji pala yang akan digunakan sebagai benih harus memenuhi beberapa
- Biji yang kering berwarna coklat tua sampai hitam mengkilap dengan bobot
minimal 50 gram/biji, serta tidak terserang hama dan penyakit (Emmyzar, et al,
1989).
sebaiknya biji diambil dari pohon induk yang letaknya berdekatan dengan pohon yang
berbunga jantan. Pengecambahan, perlu dilakukan sebab biji pala termasuk benih
kecoklatan, bebas dari hama dan penyakit, tidak keriput dengan fuli
- Sediakan serbuk gergaji yang sudah lapuk atau jerami campur humus,
cm atau 1 x 1 cm).
- Selanjutnya tutup dengan karung goni atau daun rumbia atau kertas
mengecambahkan biji dengan menggunakan kotak yang telah diisi pasir halus, serbuk
sabut kelapa, serbuk gergaji yang sudah steril. Biji diatur sedemikian rupa dan
bersentuhan dan bakal kecambah mengarah pada satu sisi yang sama. Setelah berumur
4-8 minggu, bakal akar sudah keluar dengan diikuti keluarnya kecambah, selanjutnya
Pesemaian dapat pula dilakukan pada bedengan yang sudah disiapkan sebelum
buah dipetik. Pesemaian ini sekaligus berfungsi sebagai persemaian pemeliharaan dan
diperlukan pengolahan tanah yang sempurna. Jarak tanam pada pesemaian ini perlu
diatur yaitu 15 x 15 cm atau 15 x 20 cm agar nanti pada saat pemindahan mudah diputar
pada umur + 1 tahun dengan ketinggian + 1 meter. Pesemaian dapat juga dilakukan
langsung pada polibag ukuran 20 x 30 cm. Media yang digunakan berupa campuran
diatur berjejer di bawah naungan dengan lebar 120 cm, sedangkan panjangnya
tergantung situasi setempat. Dengan mempergunakan polibag akan mempermudah
adalah dari pohon-pohon yang terpilih dan cabang yang dicangkok adalah yang sudah
memuaskan. Dengan memilih cabang yang cukup besar. pada jarak 15 cm dari batang,
kulit dikupas lebih dari separuh sepanjang 2-3 cm. Luka akibat pengelupasan ditutup,
kemudian dibalut tanah yang sebelumnya telah dicampur pupuk kandang. Pada umur 6
bulan setelah perlakuan , sudah keluar akar yang cukup banyak (Rismunandar, 1987).
Cara lain dari cangkokan yang dilakukan oleh Nicols dan Cricksbank dalam Rismunandar
(1987) ialah dengan memilih cabang tanaman berdiameter rata-rata 1,5 cm. Cabang
disayat dari bawah ke atas sepanjang 5 cm, luka akibat pemotongan ditutup dengan MOS
yang telah dibasahi, selanjutnya dibungkus. Cangkokan akan mulai berakar pada umur
4-18 bulan.
pengokulasian tanaman lainnya, yaitu dengan cara okulasi T terbalik atau cara Fokkert
yang disempurnakan. Hanya untuk mendapatkan mata tunas dari entres yang dekat
dengan daun yang utuh sangat sulit sebab kebanyakan diperoleh mata tidur, tetapi pada
percabangan yang sudah tua dan besar selalu mata tunas tersebut dapat
tumbuh segera setelah dilakukan pemotongan cabang bagian ujung. Hal ini yang
menyebabkan pelaksanaan okulasi pada tanaman pala selalu gagal, karena mata entres
jauh lebih tebal atau lebih besar dari diameter batang bawah.
Ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu penyambungan pada pucuk dan susuan.
Cara ini merupakan cara yang banyak dilakukan pada penyambungan tanaman
yang sulit diokulasi. Penyambungan ini dilakukan pada umur bibit 3-4 bulan setelah
berkecambah. Ambil entres dari tunas ortotrop yang besarnya sama dengan batang
bawah. Cara penyambungan tanaman (batang bawah) dipotong pada bagian pucuk + 3
- 5 cm, pada ketinggian 15 - 20 cm dari permukaan tanah, lalu dibelah + 1 - 1.5 cm. Ambil
entres berdaun 4 - 6 dari tunas ortotrop, buang daun bagian bawah 2-4 lembar pada
bagian pangkal, entres diruncingkan pada bagian kiri dan kanan sehingga berbentuk V.
diikat dengan tali plastik es, untuk mendapatkan keberhasilan yang sempurna, bibit
sambungan tadi ditaruh di dalam bedengan dan tutup dengan sungkup plastik. Perlu
disiram pagi dan sore hari seperlunya dan jangan sampai air berlebihan. Bila bibit cukup
banyak, sebaiknya bibit jangan disungkup individu tapi disungkup dalam kurungan plastic
Bibit yang berumur + 4 bulan dimana pertengahan batang mulai beralih dari warna
hijau ke merah kecoklatan adalah yang terbaik untuk disambung secara susuan lalu dicari
tunas yang sama besarnya (sebaiknya tunas tegak lurus) pada pohon induk terpilih, lalu
disayat pada sisi bagian tengah sepanjang 3 - 5 cm dan tebal 2 - 4 mm, demikian pula
pada batang bawah bibit tadi. Bekas sayatan pada bibit dan tunas tadi ditempelkan pada
luka yang sama, usahakan kedua kambium bertemu, kemudian diikat dengan tali plastik
es dimulai dari bawah ke atas secara rapat dan kuat, agar air tidak masuk, biasanya pada
umur 60 - 75 hari penyambungan susuan itu sudah bersatu dan sudah bisa dipotong + 5
cm dibawah sambungan pada tunas pohon induk (entres), bekas luka diolesi dengan ter
tanaman untuk menghindari infeksi, sedang batang bagian atas dari sambungan pada
bibit (batang bawah) sebaiknya jangan terus dipotong, tetapi disayat + 7 cm diatas
Bibit setelah putus dari pohon induk ditaruh di tempat teduh dengan intensitas
ditingkatkan dengan cara membuka atap/pelindung sedikit demi sedikit. Hal ini penting,
akan mengurangi gangguan akar. Bibit yang disemai dalam polibag, penanamannya
B. Persiapan lahan
Sebelum bibit ditanam, kebun harus sudah dipersiapkan. Pada garis besarnya,
makin lebar ukuran teras) atau dapat pula dibuat teras terusan dengan
tanam yang akan digunakan. Pada umumnya jarak tanam untuk tanaman
60 x 60 cm. Pada tanah yang berliat tinggi, sebaiknya ukuran lubang tanam
lebih besar 100 x 100 x 100 cm. Tanah lapisan atas dan lapisan bawah dipisah,
pembuatan lubang tanam berumur lebih satu bulan, tanah dikembalikan, lapisan
bawah kembali ke lapisan bawah dan lapisan atas setelah dicampur dengan pupuk
kandang matang, baru dimasukkan kembali ke dalam lubang bagian atas. Dua atau
C. Penanaman
Bibit yang akan ditanam biasanya yang telah berumur lebih satu tahun dan tidak
lebih dari dua tahun. Kalau bibit lebih dari ketentuan tersebut, akibat lama dipembibitan,
Cara penanaman adalah dengan membuat lubang tanam kecil ditengah lubang
tanam awal, setinggi dan selebar keranjang atau polibag bibit, lalu polibag disayat dari
atas ke bawah dengan pisau secara hati-hati agar akar dan tanah dalam polibag tersebut
tidak rusak, kemudian dilakukan penanaman sampai leher batang terkubur tanah, lalu
tanah dirapihkan kembali. Uintuk menjaga tanaman muda dari sengatan matahari
langsung perlu dibuatkan naungan dari tiang bambu atau kayu dengan atap daun kelapa
Pola Tanam
Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani, salah satu upaya adalah dengan
dengan memperhatikan syarat tumbuh dari setiap tanaman itu sendiri. Peluang tanaman
pala sebagai tanaman pokok atau pun sebagai tanaman sela sangat memungkinkan
tanaman pala, beberapa hal yang perlu di perhatian adalah sebagai berikut :
tanaman tersebut.
tanaman pokok.
- Tidak menimbulkan persaingan, terutama dalam pengambilan zat
makanan.
bersama. Sebagai contoh upaya menekan sekecil mungkin tingkat erosi tanah yang kelak
dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah. Peluang tanaman pala sebagai tanaman
sela jumlahnya tergantung umur tanaman pokok, pada tanaman kelapa berumur 10
tahun, tanaman pala dapat tumbuh dan berproduksi cukup baik sebagai tanaman sela
diantara tanaman kelapa. Sedangkan sebagai tanaman pokok, tanaman pala dapat
dipola tanamkan dengan berbagai jenis tanaman palawija, tanaman temu-temuan serta
berbagai tanaman obat. Jarak tanam pala yang biasa dipergunakan adalah 10 x 10 m,
dengan jarak tanam tersebut banyak lahan yang kosong terutama pada saat tanaman
pala berumur dibawah 4-5 tahun, lahan ini dapat dimanfaatkan untuk ditanami berbagai
D. Pemeliharaan
sehingga diperlukan naungan serta penanaman pohon pelindung yang sekaligus sebagai
penahan angin karena tanaman pala sangat peka terhadap angin yang keras.
Glirisidia dan berbagai jenis tanaman leguminosae lainnya. Setelah tanaman pala
Penyulaman
Bibit yang mati, dan yang pertumbuhannya terhambat sebaiknya segera dilakukan
penyulaman agar tidak menjadi parasit dalam usaha pertanaman pala. Kegiatan
penyulaman ini dapat dilakukan sejak umur satu bulan setelah tanam.
Penyiangan
lainnya disekitar pertanaman pala sudah banyak yang tumbuh. Hal ini menimbulkan
persaingan tanaman pala dengan rerumputan tersebut dalam penggunaan unsur hara,
oleh sebab itu perlu dilakukan penyiangan agar persaingan dalam pengambilan unsur
hara dapat diperkecil, sehingga tanaman pala tumbuh dan berkembang dengan baik.
perkembangan gulma.
Pemupukan
Untuk menjamin ketersediaan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman pala
terutama unsur makro (N, P dan K ) di dalam tanah, bagi pertumbuhan dan produksi
tanaman, maka diperlukan pemupukan. Dosis pemupukan yang dianjurkan berdasarkan
serta kualitas dan kuantitas produksi dapat terus dipertahankan malah dapat
ditingkatkan.
Kedua hama ini bersifat kosmopolitan dan menyebabkan kerugian besar terutama
pada produk-produk dalam simpanan. Hama lain adalah yang menyerang batang yaitu
Batocera hercules. Hama ini banyak ditemukan di Sulawesi Utara dengan tingkat
serangan yang cukup tinggi. Usaha pengendalian terhadap hama yang menyerang biji
Methyl Bromida. Sedangkan penyemprotan insektisida kontak dapat pula dilakukan untuk
hama penggerek batang adalah dengan memberikan insektisida pada kapas kemudian
dimasukkan pada semua lobang gerekan dan kemudian ditutup dengan sepotong kayu.
- Penyakit
Penyakit utama yang paling merugikan pada pertanaman pala di Indonesia adalah
penyakit busuk kering dan busuk basah yang disebabkan oleh jamur serta penyakit layu
penyakit umumnya ditemukan pada buah yang telah berusia 5 - 6 bulan ke atas. Pada
buah yang terinfeksi akan diketemukan bercak coklat atau hitam kehijauan dengan
ukuran yang bervariasi. Serangan penyakit ini merupakan bercak yang mengering, buah
menjadi keras, dan pada permukaan kulit terbentuk masa jamur berwarna hitam
kehijauan, diikuti dengan pecahnya buah dan buah kemudian gugur (Mandang-
Sumaraw, 1985).
jamur Colletotrichum gloesporioides Penzig. Penyakit ini muncul pada saat buahbuah
hampir masak atau buah yang pecah kadang ditemukan bersama-sama dengan
serangan penyakit busuk kering. Pada buah yang terinfeksi terjadi peribahan warna
menjadi coklat, daging buah busuk, lunak dan berair/kebasah-basahan. Bila gejala
berkembang nampak buah seperti habis dimasak air panas. Buah terserang pada
pangkalnya, sehingga akan mudah gugur ke tanah. Pengendalian kedua penyakit ini
pada prinsipnya sama karena penyebab kedua penyakit tersebut adalah jamur dan
3. Penyakit Layu
oleh keadaan lingkungan yang sangat lembab. Gejala nampak pada daun, daun
menguning dan layu dari pucuk bagian atas, berlanjut dari satu cabang ke cabang lain
kemudian gugur seluruhnya dan tanaman mati meranggas. Jika akarnya dibongkar
terlihat warna hitam kecoklatan. Secara keseluruhan gejala ini mirip dengan gejala BPKC
pada tanaman cengkeh (Asman, et al., 1992). Penanggulangan yang dapat dianjurkan
antara lain, mengurangi kelembaban kebun dengan memotong tanaman liar sehingga
sinar matahari cukup masuk diantara tanaman pala. Membuat saluran drainase sekeliling
kebun agar air tidak menggenang, memusnahkan tanaman yang terserang serta
4. Penyakit lain
Penyakit lain yang menyerang tanaman pala dalam skala kecil dan sporadic serta
secara eknomis nilai kerusakan\nya relatif kecil antara lain penyakit antrachnosa pada
daun dan benang putih. Penanggulangan terhadap kedua jenis penyakit ini adalah sama
E. Panen
Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7 - 8 tahun dan pada umur 10 tahun
dapat berproduksi secara menguntungkan. Tanaman pala hasil grafting dapat berbuah
umur 4 - 5 tahun sedang tanaman hasil cangkokan berbuah umur 3 - 4 tahun. Produksi
tanaman pala terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi dan
dapat terus berproduksi sampai umur 60 - 70 tahun. Dalam satu tahun pala dapat dipanen
dua kali.
Umumnya buah pala telah dapat dipanen setelah cukup tua, umur buah + 6 bulan sejak
dari bunga. Tanda-tanda buah pala yang sudah cukup tua adalah jika sebahagian buah
Cara pemanenan buah pala dapat dilakukan dengan menggunakan galah yang
pada bagian ujungnya diberi keranjang atau dengan cara memetik langsung dengan cara
menaiki batang dan memilih buah-buah yang telah betul-betul tua. Buah yang telah
dipetik segera dibelah, dipisahkan daging buah, biji dan fulinya. Biji pala dan fulinya
segera dijemur untuk menghindari serangan hama dan penyakit yang dapat mengurangi
mutunya.
Buah pala terdiri atas daging buah (pericarp) dan biji yang terdiri atas fuli,
tempurung dan daging biji. Fuli adalah serat tipis (areolus) berwarna merah atau
kuning muda, berbentuk selaput berlubang-lubang seperti jala yang terdapat antara
daging dan biji pala. Menurut Somaatmadja (1984), dari buah pala segar dihasilkan
daging buah sebanyak 83.3 %, fuli 3.22 %, tempurung biji 3.94 %, dan daging biji
sebanyak 9.54 %.
pendapatan petani pala tidak hanya tergantung dari penjualan biji pala saja. Selain
peningkatan nilai tambah bagi usaha pemanfaatan buah pala secara optimal akan
meningkatkan daya tahan petani pala terhadap perubahan harga biji pala akhirakhir ini.
Semua bagian buah pala dapat dijadikan bahan olahan yang mempunyai nilai ekonomis.
Biji dan fuli pala kering merupakan dua bentuk komoditas pala di pasar intenasional,
keduanya dapat diolah menjadi minyak pala yang memberikan nilai tambah, sedangkan
daging buahnya dapat dibuat berbagai macam produk pangan seperti manisan pala, sari
Untuk dijadikan bahan yang dapat diekspor, biji dan fuli pala perlu dilakukan
pengolahan terlebih dahulu. Proses pengolahan dimulai dengan melepaskan biji dari
dagingnya, fuli yang membungkus biji dilepas dengan jalan memipil mulai dari ujung.
Pengeringan biji dan fuli dapat dilakukan dengan penjemuran atau menggunakan alat
pengering.
Secara tradisional biji pala dijemur dengan memakai alas tikar atau lantaim semen
dibawah sinar matahari. Yang harus diperhatikan dalam penjemuran adalah lamanya
pengeringan harus tepat. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang tinggi
mengakibatkan biji menjadi pecah. Biji yang telah cukup kering adalah yang telah terlepas
dari bagian cangkangnya dengan kadar air 8 - 10 %. Sedangkan pengeringan fuli dengan
kemudian dikering anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli menjdi kering.
Cara pengeringan semacam ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal (tidak rapuh) dan
bermutu tinggi.
b. Minyak pala
Biji pala dan fuli dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak pala. Minyak
pala biasanya disuling dari biji pala berumur 3 - 4 bulan dengan rendemen minyaknya 6
- 17 %. Biji pala yang tua, rendemennya lebih rendah 8 - 13 %. Penyulingan biji pala dan
fuli dapat dilakukan dengan sistem uap bertekanan rendah (+ 1 atmosfer) atau dilakukan
memungkinkan karena investasinya lebih murah. Biji pala yang akan disuling digiling
terlebih dahulu, untuk memudahkan keluarnya minyak atsiri dari bahan. Penyulingan biji
dalam ketel disusun secara difraksi (diberi antara) agar uap air dapat berpenetrasi
dengan merata, dengan demikian penyulingan akan lebih singkat dan rendemennya lebih
tinggi. Penyulingan cara itu membutuhkan waktu 8 jam dengan rendemen minyak 13.33
%, sedang tanpa difraksi membutuhkan waktu 10 jam dengan rendemen minyak 12.98
Untuk penyulingan fuli pala tidak perlu fulinya dihancurkan sebelum disuling.
Kadar minyak atsiri dari fuli yang masih muda yang berwarna keputih-putihan berkisar 7
- 18 % (Rismunandar, 1987). Penampakan minyak pala dan fuli hamper sama, keduanya
berwarna jernih hingga kuning pucat dan mempunyai susunan kimia yang sama.
menentukan rasa khas pala. Tahap-tahap pembuatan oleoresin adalah persiapan bahan,
disebut mentega pala. Bila digunakan pelarut benzena, oleoresin pala yang dihasilkan
yang dihasilkan menjadi 1 - 13 % dan sisa yang terpisah berupa mentega fuli. Lemak
pala juga dapat diekstrak dengan hotpress karena kadar lemaknya cukup tinggi (29 - 40
%), lemak ini dapat disebut sebagai mentega pala (Somaatmadja, 1984).
Daging buah pala dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan seperti
manisan pala, sari buah, selai pala, chutney dan jelli. Manisan pala biasanya
menggunakan buah pala yang masih muda, sedangkan untuk bentuk olahan lainya dapat
Ada dua macam manisan pala yaitu manisan basah dan manisan kering. Manisan
basah dibuat dengan cara merendam daging buah pala dalam larutan garam selama +
1/2 hari untuk menarik kotoran dan getahnya, lalu dicuci bersih. Kemudian direndam
dalam gula pasir sehingga keluar cairan. Cairan tersebut dipisahkan kemudian
dikentalkan dengan penambahan gula. Selanjutnya buah pala direndam kembali dalam
cairan gula tersebut. Untuk membuat manisan kering, daging buah pala yang telah bersih
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan
Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman asli Indoesia, sudah
terkenal sebagai tanaman rempah sejak abad ke 18. Sampai saat ini Indonesia
Maluku merupakan pusat asal tanaman pala dengan keragaman yang tinggi
(Deinum, 1949). Tanaman ini termasuk salah satu tanaman rempah-rempah yang
menjadi rebutan bangsa-bangsa yang datang ke Indonesia, antara lain bangsa Portugis
tahun 1511.
Teknik budidaya tanaman pala meliputi : pengadaan bahan tanam untuk bibit,
Pada dasarnya pengadaan tanaman pala dapat dilakukan dengan beberapa cara,
penganekaragaman bentuk produk pala untuk dipasarkan. Semua bagian buah pala
dapat dijadikan bahan olahan yang mempunyai nilai ekonomis. Biji dan fuli pala kering
merupakan dua bentuk komoditas pala di pasar intenasional, keduanya dapat diolah
menjadi minyak pala yang memberikan nilai tambah, sedangkan daging buahnya dapat
dibuat berbagai macam produk pangan seperti manisan pala, sari buah, selai pala,
III. 2. Saran
Akhirnya penyusun sadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami susun jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
- Cere. 1961. Plant Taxonomy. Prentice. Hall Inc. Englewood Cliffs. N. Jersey.
- Deinum, H., 1949. Nootsmuskaat en foelie, dalam C.J.J. Van Hallen C. Van de
Gravenhage. 665-685.
- Emmyzar., Rosman, R, Muhammad, H. 1989. Tanaman Pala. Perkembangan
penelitian agronomi tanaman rempah dan obat. Edisi khusus Littro vol. V. No. 1.
1989. 5 hal.
- Hadad, M. E.A. 1991. Keragaan plasma nutfat pala di propinsi Maluku hasil
: 12
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Bogor. VIII ; 1213 - 1222.
tanaman rempah dan obat Balittro vol. VIII No. 1, 1992, hal 1-7.
- Hernani dan Risfaheri, 1990. Pengaruh cara penempatan bahan pada penyulingan
- Heyne, K., 1927. De Nuttings Planten Van Nederlandesh Indish. Ruygrok and Co.
Batavia ; 196.
Tanaman Pala dan Kayumanis Edisi khusus penelitian tanaman rempah dan obat
Minahasa. Makalah Kongres Nasional VI, PFI, Bukit Tinggi, 11-13 Mei, 12p.
- Nijverth en Handel. Buiten Zerg. Ridley, H. N. 1912. Spices. Mac Millan Co., St.
- Rosman, R., Emmyzar., Made, 1989. Studi kesesuaian lahan dan iklim tanaman
pala (Myristica fragrans). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
- Somaatmadja, D., 1984. Penelitian dan Pengembangan Pala dan Fuli. Komunikasi
Posting Komentar
Mengenai Saya
Rachmat Sibali
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2016 (4)
2015 (11)
2014 (28)
o November (4)
o Juni (7)
o Mei (1)
o April (6)
Stadion yang akan digunakan pada Piala Dinia 2014 ...
Makalah Prospek Pengembangan Tanaman Hortikultura ...
Makalah Prospek pengembangan Tanaman Markisa
Makalah Teknik Budidaya Tanaman Pala
Budidaya Tanaman Padi
Budidaya Tanaman Murbei
o Maret (10)
Google+ Followers
Google+ Followers
Translate
Pilih Bahasa Pilih Bahasa
Translate
kursor Jam Layout
teks ikut kursor!-- floating twitter Bird -->
bintang jatuh Layout
!-- floating twitter Bird -->
Tema PT Keren Sekali. Gambar tema oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.
)
i
l
a
b
i
s
t
a
m
h
c
a
r
(
g
n
a
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki berbagai macam hasil bumi yang menjadi incaran para penjajah. Salah
satunya, buah pala. Buah pala di Indonesia yang terkenal berasal pulau Banda Naira. Banda Naira,
pulau di wilayah timur Indonesia ini merupakan penghasil buah pala terbaik di dunia. Di pulau
yang sempat menjadi tempat pengasingan dua tokoh nasional, Bung Hatta dan Sjahrir ini, bisa
dikatakan menjadi tempat sejarah Indonesia bermula.
Pala dikenal sebagai buah yang digunakan untuk menambah cita rasa makanan, menjaga daging
tetap baik dalam waktu lama jika dibalurkan pala sebelum disimpan, hingga umumnya, pala
dikenal sebagai penyedap atau pengawet alami. Namun, pada kenyataannya, buah pala menyimpan
khasiat lain, baik untuk kecantikan, kesehatan, dan penenang.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui buah pala.
2. Untuk mengetahui manfaat dan khasiat dari buah pala.
3. Untuk mengetahui cara mengolah buah pala.
4. Untuk mengetahui buah pala yang berkualitas.
C. Manfaat
1. Mengetahui buah pala
2. Mengetahui manfaat dan khasiat buah pala.
3. Mengetahui cara mengolah buah pala.
4. Mengetahui buah pala yang berkualitas.
D. Sistematika Penulisan
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORI
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
BUAH PALA
A. SEJARAH SINGKAT
Pala (Myristica Fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi asli
Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke Pulau
Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271
sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera.
B. JENIS TANAMAN
Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan
Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah
menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut dalam
ensiklopedia karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar luas di daerah
tropika lain seperti Mauritius dan Karibia (Pulau Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk biji pala
yang diperdagangkan.
Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina.
Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning,
berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak,
kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu
buah menghasilkan satu biji berwarna coklat. Pala dipanen biji, salut bijinya (arillus), dan daging
buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebut
mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis). Daging buah pala dinamakan
myristicae fructus cortex. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam
dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai
20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.
Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan
ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses
ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji
dijual sebagai pala.
Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau
kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai
sebagai campuran parfum atau sabun.
Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain:
1. Myristica fragrans Houtt
2. Myristica argentea Ware
3. Myristica fattua Houtt
4. Myristica specioga Ware
5. Myristica Sucedona BL
6. Myristica malabarica Lam
C. MANFAAT TANAMAN
Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri
yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik.
1) Kulit batang dan daun
Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan kino hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar.
Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri.
2) Fuli
Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala,
disebut bunga pala. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri.
3) Biji pala
Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempahrempah. Buah
pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh
kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan
yang terganggu, obat muntahmuntah dan lain-lainya.
4) Daging buah pala
Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi
makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kKristal daging buah
pala.
D. KHASIAT PALA
Khasiat dari pala diantaranya adalah :
1. Pereda sakit perut
Buah pala ternyata sejak zaman dulu dikenal sebagai obat alami untuk mengatasi gangguan
pencernaan, diare, dan kembung. Minyak esensial dan zat kimiawi alami lainnya yang ada di dalam
buah ini membantu kelancaran saluran pencernaan. Untuk membantu masalah pencernaan,
taburkan sedikit, tak lebih dari setengah sendok teh dalam semangkuk oatmeal sarapan setiap hari
selama 2 minggu.
2. Membantu tidur
Jika Anda memiliki masalah untuk tidur, tuangkan segelas susu hangat dan sedikit pala bubuk.
Susu mengandung tryptophan, asam amino yang berubah menjadi serotonin dalam tubuh,
sementara buah pala membantu serotonin bertahan lebih lama, begitu penjelasan dari Michael
Murray, ND, pengarang The Encyclopedia of Healing Foods.
3. Pereda sakit gigi
Bagi yang pernah merasakan sakit gigi, pasti pernah merasakan obat yang dioleskan dokter pada
gigi. Rasanya pedas seperti pala. Ya, karena buah pala memang sudah sejak lama digunakan untuk
meredakan sakit gigi dan gusi meradang. "Coba pijatkan satu-dua tetes minyak pala pada gusi jika
terasa sakit atau meradang," saran Sara Snow, pengarang Sara Snow's Fresh Living.
Tambahannya, zat dalam minyak pala membantu memerangi bakteri dalam mulut yang bisa
menyebabkan gigi berlubang.
A. Kesimpulan
Buah pala mengandung zat-zat : minyak terbang (myristin, pinen, kamfen (zat membius),
dipenten, pinen safrol, eugenol, iso-eugenol, alkohol), gliseda (asam-miristinat, asam-oleat,
borneol, giraniol), protein, lemak, pati gula, vitamin A, B1 dan C. Minyak tetap mengandung
trimyristin.
Biji pala dikenal sebagai Myristicae Semen yang mengandung biji Myristica Fragrans
dengan lapisan kapur, setelah fulinya disingkirkan. Bijinya mengandung minyak terbang, dan
memiliki wangi dan rasa aromatis yang agak pahit. Sebanyak 8 17% minyak terbang yang
ditawarkan merupakan bahan yang terpenting pada fuli.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, tentunya penulis menyadari bahwa dalam pembuatannya
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya saran dan kritik dari
pembaca yang bersifat membangun demi kelancaran dan kesempurnaan tugas makalah berikutnya.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG........................................................................... 1
B. TUJUAN................................................................................................. 1
C. MANFAAT............................................................................................. 1
D. SISTEMATIKA PENULISAN.............................................................. 2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTARA PUSTAKA
1) http://id.wikipedia.org/wiki/Pala
2) http://female.kompas.com/read/2010/10/16/11093032/Khasiat.Rahasia.Si.Buah.Pala
3) http://industri17imafa.blog.mercubuana.ac.id/tag/mengisolasi-trimiristin-dari-biji-pala/
Dahulu, pala merupakan salah satu tanaman rempah yang menjadi rebutan bangsa-bangsa yang
datang ke Indonesia seperti Portugis pada tahun 1511. Biji dan kulitnya dibawa ke Eropa dan dijual
dengan harga yang sangat mahal. Harga yang tinggi ini merupakan perangsang bagi bangsa-bangsa lain
untuk datang ke Indonesia.
Pada zaman V.O.C, sistem tataniaga pala dan cengkeh telah tertata dengan baik, sehingga pala
bisa memberikan kontribusi terhadap pendapatan yang signifikan bagi negeri Belanda. Kemudian pada
tahun 1748 tanaman ini dikembangkan ke daerah Minahasa dan Kepulauan Sanger Talaud, Sumatra
Barat dan Bengkulu, kemudian menyusul di Jawa, Aceh dan Lampung. Pada jaman kekuasaan Inggris,
tanaman ini disebarkan pada beberapa daerah jajahan tetapi tidak berhasil baik, di Malaya dikalahkan
oleh karet, di pulau kecil India Barat (Grenada) dapat berhasil baik sehingga daerah ini menjadi saingan
Indonesia dalam ekspor pala di dunia.
Hingga saat ini, pala tetap menjadi primadona karena nilai ekonominya. Nilai ekonomi bahan baku
kering pala di pasaran saat ini sekitar Rp52.500,00/kg sedangkan minyak atsirinya (Nutmeg Oil)
Rp570.000/kg (Rusli, 2010). Dari satu pohon pala yang berumur sekitar 25-50 tahun akan menghasilkan
160 kg buah pala, yang terdiri dari daging buah, biji pala (22,5 kg) dan fuli (3 kg). Menurut Marzuki
(2007) bila dari minyak buah pala diproses kimia lebih lanjut, akan dihasilkan lemak/mentega (8,05%),
16 komponen terpenoid (73,91%) dan 8 komponen aromatic (18,04%). Komponen utama dari senyawa
aromatik tersebut adalah Miristin.
Seluruh bagian tanaman pala dapat bernilai ekonomi. Sebagaimana tanaman rempah lainnya,
selain sebagai bumbu masak pala juga dapat menghasilkan minyak atsiri dan lemak dari biji dan fulinya.
Minyak atsiri tersebut merupakan flavor dalam industri rokok, sabun, parfum, obat-obatan dan
makanan. Manfaat lain tanaman pala adalah sebagai berikut:
1. Kulit batang dan daun. Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan kino dimanfaatkan
sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri dalam
konsentrasi yang sedikit.
2. Fuli. Fuli atau kulit biji adalah selaput jala berbentuk seperti anyaman yang menutup biji buah
pala, atau disebut juga bunga pala. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual di dalam
negeri.
3. Biji pala. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, seperti obat muntah-
muntah.
4. Daging buah pala. Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah
diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala,
kristal daging buah pala.
Bentuk komoditas pala yang diekspor oleh Indonesia adalah dalam bentuk biji, fuli dan pala
glondong. Oleoresin pala umumnya diproduksi oleh negara-negara pengimpor biji pala seperti
singapura, Amerika serikat, dan negara-negara di Eropa Barat. Ekspor komoditas pala dalam bentuk
oleoresin memang sangat menguntungkan oleh karena handiling-cost-nya rendah, mudah dilakukan
standarisasi mutu karena dihasilkan oleh industri dan daya simpannya lebih lama. Pengolahan lebih
lanjut dari biji dan fuli pala menjadi oleoresin ini di daam negeri juga akan meningaktkan nilai tambah
produk dan memperluas lapangan kerja.
Lebih dari 60 % kebutuhan pala dunia diekspor dari Indonesia. Akan tetapi, secara keseluruhan
mutu pala Indonesia masih kalah dibanding mutu pala dari negara lainnya. Rendahnya mutu pala
tersebut disebabkan oleh banyak faktor antara lain tanaman yang sedang berproduksi makin hari makin
tua, pemeliharaan praktis jarang dilakukan, sebagian tanaman tua/ tidak produktif dan belum
mengguanakan bibit unggul, kelembagaan petani lemah dan mutu produksi satuan petani masih rendah.
Untuk dapat bersiang di pasar dunia, sangat dibutuhkan peningakatan produkitivitas dan mutu produk
yang memenuhi standar pasar internasional.
Berdasarkan kondisi pala saat ini, Pemerintah seharusnya segera melakukan perbaikan dengan
mengacu teknologi budidaya yang telah tersedia. Teknologi yang tersedia dari hasil penelitian, antara
lain teknologi perbanyakan bibit pala unggul klonal (vegetatif), pengolahan biji pala dan fuli menjadi
minyak atsiri, teknologi pengolahan minyak atsiri menjadi diversifikasi produk ikutan dan teknologi
pengolahan daging buah pala menjadi berbagai macam makanan ringan.
Strategi pengembangan pala ke depan menurut Susanto dan Bustaman (2006) dapat dilakukan
melalui pendekatan ekstensifikasi, intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan dengan bibit unggul klonal.
Pengembangan pala selain pada areal bukaan baru, juga dilakukan pada existing perkebunan kelapa
sebagai tanaman sela seperti di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Damer, Romang dan Tepa), Maluku
Tenggara, Maluku Tengah, Buru, Aru (P.Wokam), Seram Bagian Barat, dan Seram Bagian Timur.
Tanaman pala membutuhkan lahan pada ketinggian 500-700 m dpl yang beriklim panas (18-340 C)
dengan curah hujan tinggi (2.000-3.000 mm/th) dan merata sepanjang tahun (Rusli, 2010). Namun,
meski membutuhkan curah hujan tinggi pala ini dapat bertahan dalam musim kering selama beberapa
bulan.
Untuk kriteria utama jenis tanah yang dibutuhkan adalah yang gembur, subur, dan mempunyai
drainase yang baik seperti tanah vulkanis. Pertumbuhan tanaman optimal diperoleh pada tanah
bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Adapun pH tanah yang
cocok untuk tanaman pala adalah 5,5-6,5.
Jika diperlukan pembukaan lahan maka sebaiknya pembabatan semak belukar dan penebangan
pohon-pohon dilakukan pada musim kemarau untuk mencegah semak belukar tumbuh kembali dengan
cepat pada musim hujan.
Tanaman ini peka terhadap genangan air, sehingga diperlukan adanya sistem drainase yang baik
di lahan. Untuk itu, sebelum tanam perlu dilakukan pengolahan tanah dengan penggemburan,
pembersihan akar dan sisa-sisa tanaman, serta pembuatan teras-terus untuk mencegah terjadinya erosi
pada areal yang miring.
Dalam mempersiapkan bahan tanam, aspek yang perlu diperhatikan adalah pemilihan spesies dan
varietas yang sesuai, serta pemilihan klon yang unggul dan bermutu. Ada sekitar 85 spesies pala yang
dapat dipilih sebagai bahan tanam. Di antara spesies tersebut yang banyak dibudidayakan dan bernilai
ekonomi adalah Myristica fragrans Houtt., Myristica argentea Ware., Myristica fattua Houtt., dan
Myristica sucedona BL.
Setelah ditentukan jenis yang akan dibudidayakan, maka kemudian perbanyakan dapat dilakukan
dengan cara generatif ataupun vegetatif. Perbanyakan generatif yaitu dengan biji, sedangkan secara
vegetatif dapat melalui cangkok maupun okulasi.
Perbanyakan tanaman dengan biji tampaknya kurang efektif karena meskipun ada 5% yang
berjenis kelamin ganda, namun sejatinya tanaman pala memiliki jenis kelamin tunggal (monoecious).
Pembuahan biasanya menghasilkan 40% biji calon pohon jantan yang tidak dapat berbuah. Bila harus
dengan cara ini, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memilih pohon induk yang baik dan
dekat dengan pohon jantan, kemudian buah yang telah masak penuh (besar, bulat dan simetris) paling
lambat 24 jam setelah pemetikan langsung disemaikan. Selain itu jika tanaman sudah terlanjur dewasa,
bisa juga dilakukan penyambungan (grafting) tanaman jantan dengan tanaman betina untuk
menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi.
Berdasarkan Surat keputusan Direktur Jenderal Perkebunan KB.010/42/SK/DJ. BUN/9/1984, telah
ditetapkan dan dipilih pohon induk yang dapat dipergunakan sebagai sumber benih yang tersebar di 4
propinsi, yaitu: Sumatra Barat, Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Maluku. Biji-biji dari pohon induk terpilih
tersebut harus diseleksi, yaitu dipilih yang agak bulat dan simetris, kulit biji berwarna coklat kehitam-
hitaman dan mengkilat, serta tidak terserang oleh hama maupun penyakit.
Biji-biji pala yang akan ditanam di lahan harus terlebih dahulu dikecambahkan di persemaian
berupa tanah olah dan pupuk kandang dengan bedengan. Bedengan dibuat membujur utara-selatan,
dan di sekelilingnya dibuka selokan kecil yang berfungsi sebagai saluran drainase. Bedengan tersebut
diberi peneduh dari anyaman daun kelapa/ jerami setinggi 2 m (timur) dan 1 m (barat), agar persemaian
hanya terkena sinar matahari pada pagi sampai menjelang siang. Jarak persemaian antar biji adalah 15 x
15 cm dengan posisi garis putih pada kulit biji terletak di bawah. Pemeliharaan persemaian terutama
dengan menjaga tanah bedengan agar tetap basah dan bersih dari gulma.
Setelah berkecambah, maka bibit dapat dipindahkan ke dalam polibag berisi media tanah gembur
yang subur yang dicampur dengan pupuk kandang. Polibag yang sudah berisi bibit tanaman harus
diletakkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari. Pemeliharaan dalam polibag adalah
menjaga agar media tumbuhnya tetap basah, tidak tergenang, dan bersih dari gulma. Agar tidak
tergenang, bagian bawah polibag diberi lubang untuk jalan keluar air siraman/ air hujan. Pemupukan
dengan TSP dan urea masing-masing sekitar 1 gram pada awal musim hujan dan 1 gram pada akhir
musim hujan. Setelah bibit tanaman mempunyai 3-5 batang cabang, maka bibit ini dapat dipindahkan ke
lapangan.
Perbanyakan secara klonal (vegetatif) lebih diutamakan karena lebih mudah, cepat, dan tanaman
baru pun memiliki sifat-sifat seperti induknya sehingga keseragaman tanaman dapat dikendalikan.
Perbanyakan secara klonal dapat dilakukan dengan cangkok ataupun okulasi (tempelan).
Untuk perbanyakan dengan cangkok sebagaimana cara pencangkokan biasa, hanya saja ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: dalam memilih cabang yang akan dicangkok harus berasal
dari pohon induk yang pertumbuhannya baik, rimbun, bebas dari hama dan penyakit, serta produktif;
umur pohon induk berkisar antara 12 -15 th; cabang yang akan dicangkok sudah berkayu tetapi tidak
terlalu tua atau terlalu muda; waktu pencangkokan pada musim hujan atau pada musim kemarau
dengan penyiraman teratur; jika pencangkokan dengan pembalut plastik maka bagian atas dan bawah
harus biberi lubang kecil untuk saluran penyiraman dan drainase. Cangkokan siap dipindah tanam
setelah satu bulan atau jika akar yang muncul telah berubah warna menjadi cokelat tua.
Cara okulasi atau penempelan atau budding dapat mengurangi persentase pohon jantan yang
muncul. Yaitu dengan menggunakan entrys (mata tunas) dari cabang pohon betina yang berproduksi
tinggi. Yang perlu diperhatikan untuk melakukan okulasi yaitu: besar calon batang atas dan batang
bawah (under stump) tidak jauh berbeda; umur batang bawah minimal 1 tahun; entrys diambil dari
cabang yang lurus dari pohon yang telah berproduksi; satu atau dua minggu sebelum pengambilan
cabang entrys, sebagian daunnya dipangkas untuk merangsang pertumbuhan mata tunas; pisau okulasi
juga harus tajam dan bersih.
IV. PENANAMAN
Penanaman bibit pala dilakukan pada awal musim hujan untuk mencegah agar bibit tidak mati
kekeringan.
Bibit tanaman yang berasal dari biji dan sudah mempunyai 3-5 cabang biasanya sudah mampu
beradaptasi dengan kondisi lingkungan sehingga pertumbuhannya dapat berlangsung baik. Penanaman
dengan biji dilakukan dengan melepas polibag kemudian memasukkan bibit ke dalam lubang tanam
(permukaan tanah pada lubang tanam dibuat sedikit lebih rendah dari permukaan lahan kebun). Setelah
itu, lubang disiram dengan air supaya media tumbuh mejadi basah.
Penanaman bibit pala dari okulasi dapat dilakukan seperti menanam bibit pala yang berasal dari
biji. Sedangkan untuk bibit pala dari cangkokan, sebelum ditanam terlebih dulu dilakukan perompesan
daun untuk mencegah penguapan yang terlalu cepat. Lubang tanam perlu dibuat lebih dalam agar
setelah dewasa tanaman tidak roboh karena sistem perakaran yang tidak memiliki akar tunggang.
Setelah bibit ditanam, lubang tanam harus segera disiram.
V. PENGELOLAAN TANAMAN
Pengelolaan tanaman saat belum menghasilkan (TBM) dan saat telah menghasilkan (TM) meliputi
penanaman pohon pelindung sebelum pindah tanam; penyulaman jika bibit yang telah dipindah tanam
ternyata mati atau abnormal; penyiangan mulai 60-90 HST (hari setelah tanam), pemupukan dengan
pupuk organik dan anorganik secara melingkar; serta pengendalian organisme pengganggu terutama
gulma, yaitu dengan penggunaan herbisida sesuai dosis anjuran.
Mengenai pohon pelindung, seumur hidupnya tanaman pala membutuhkan pohon pelindung
sebagai pemecah angin yang dapat mengganggu penyerbukan, dan juga sebagai pelindung dari sinar
matahari yang berlebihan saat tanaman masih muda. Penanaman pelindung di awal tanam penting
untuk mencegah pertumbuhan abnormal, yaitu pertumbuhan memanjang ke atas dan tertundanya fase
generatif. Setelah berumur 4-5 tahun, tanaman pala sudah membutuhkan sinar matahari lebih banyak
untuk dapat berproduksi sehingga penjarangan pohon pelindung harus dilakukan. Penjarangan ini juga
penting untuk mencegah terjadinya persaingan di dalam menyerap unsur hara antara tanaman pala
dengan tanaman pelindung. Pohon pelindung yang baik adalah pohon yang daunnya tidak terlalu
rimbun serta tahan terhadap hempasan angin seperti pohon kelapa, duku, rambutan dan jenis pohon
buah-buahan lainnya.
Sedangkan mengenai organisme pengganggu selain gulma yang sering menyerang tanaman pala
adalah penggerek batang (Batocera hercules) penyebab lubang dan bubuk batang, kumbang penggerek
buah (Areoceum foriculatus), rayap penyebab bercak batang dan akar, dan cendawan Coryneum
myristicae penyebab penyakit pecah buah dan bercak buah. Pengendalian penggerek batang dengan
pestisida sistemik, penggerek buah dengan menyegerakan pengeringan buah pasca panen, rayap
dengan penyemprotan pestisida ke saluran-saluran sarang melalui batang dan akar, sedangkan
cendawan dicegah dengan membuat saluran drainase yang baik atau melakukan pengasapan belerang
di bawah pohon serta penyemprotan fungisida jika telah terserang cukup berat.
DAFTAR PUSTAKA
Marks, S. and Pomeroy J. 1995. International trade in nutmeg and mace: issues andptions for Indonesia. Bull.
Indo Economic Studies 3:103-118.
Marzuki, I. 2007. Karakteristik produksi, proksimat atsiri pala Banda. Makalah Pada Seminar Nasional
Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah
Kepulauan. BPTP Maluku 29-30 Oktober 2007.
Ojechi, B.O., Souzey J.A., and Akpomedaye D.E. 1998. Microbial stability of mango (Mangifera indica L.) juice
preserved by combined application of mild heat and extracts of two tropical spices. J. Food Protection
6:725-727.
Purseglove, J.W., E.G. Brown, S.L. Green, and S.R.J. Robbins. 1995. Spices. Longmans, New York.
Rusli, Meika Syahbana. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
Stecchini, M.L., Sarais I., and Giavedoni P. 1993. Effect of essential oils on Aeromonas hydrophyla in a culture
medium and in cooked pork. J. Food Protection 5: 406- 409.
Susanto, A.N. dan S. Bustaman. 2006. Data dan Informasi Sumberdaya Lahan Untuk Mendukung
Pengembangan Agribisnis Di Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku. Penerbit BPTP Maluku.
Please Rate
Parent Category: Info Teknologi Created: Friday, 19 June 2015 08:26 Written by Administrator Hits: 5183
Print
Email
fShare
11
inShare
Oleh : Idawanni
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multiguna karena setiap
bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri makanan dan minuman. Biji beserta
fulinya juga merupakan bahan ekspor hasil perkebunan yang cukup penting. Indonesia
merupakan negara pengekspor biji pala dan fuli terbesar di pasaran dunia. Sampai saat ini
diperkirakan 85% kebutuhan pala di pasaran dunia berasal dari Indonesia dan sisanya dipenuhi
dari negara lainnya seperti Grenada, India, Srilangka dan Papua Newgini (Bachmid, 2008).
Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan dipasaran dunia karena memiliki aroma yang khas
dan memiliki rendemen minyak yang tinggi. Buah ini dikenal sebagai tanaman rempah yang
memiliki nilai ekonomis dan multiguna. Setiap bagian tanaman, mulai dari daging, biji, hingga
tempurung pala dapat dimanfaatkan untuk industri makanan, minuman maupun kosmetika.
Tanaman pala sebagai salah satu tanaman perkebunan, yang dapat menghasilkan devisa yang
cukup besar (Sunanto, 1993).
Tinggi pohon pala dapat mencapai 20 m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun. Akibat
nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditas
perdagangan yang penting sejak masa lampau. Istilah pala juga dipakai untuk biji pala yang
diperdagangkan (Rismunandar, 1990).
Tumbuhan ini berumah dua (Dioecious) dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat pada
individu/pohon yang berbeda. sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Untuk
menentukan populasi tanaman dengan perbandingan jenis kelamin jantan dan betina optimum
pada pertanaman pala harus menunggu sampai tanaman berbunga ( 5 tahun). Dari 100 biji pala
yang ditanam rata-rata terdapat 55 pohon betina, 40 pohon jantan dan 5 pohon yang
hermaphrodite.
Daun pala berbentuk elips langsing, buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning,
berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila
masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna
merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat.
Di Provinsi Aceh daerah penghasil minyak pala bersentral di Aceh Selatan. Di daerah Tapaktuan
ini terdapat beberapa perusahaan atau industri penyulingan minyak pala dan merupakan salah
satu industri yang tumbuh dan berkembang karena banyaknya buah pala yang terdapat di
Kabupaten Aceh Selatan tersebut. Kualitas tanaman pala asal Aceh dan Maluku menjadi
primadona dan digemari oleh masyarakat internasional. Kedua daerah itu telah dikenal
mengembangkan tanaman pala sejak berabad lalu. Salah satu penyebab Maluku dan Aceh
diserang oleh Belanda, karena kedua daerah ini menyimpan cadangan pala yang melimpah dan
rempah-rempah lainnya, seperti cengkeh dan lain-lainnya.
Di Aceh Selatan, pala jenis myristica fragans paling banyak dibudidayakan. Pala jenis ini
memiliki kualitas ekonomi lebih tinggi dan harga jual lebih mahal di pasaran internasional. Data
dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Aceh Selatan menyebutkan bahwa di tahun 2001
Aceh Selatan mampu menghasilkan 4.937 ton pala dengan devisa sedikitnya Rp 6,5 milyar.
Dari tahun 1995 sampai 2000 rata-rata terjadi penurunan produksi 320 ton setiap tahun. Pada
tahun 2005, produksi pala hanya mencapai 4.321 ton, dan tahun 2011 hanya terjadi sedikit
peningkatan produksi yaitu menjadi 4.650.
Adapun distribusi penghasil pala serta luas lahan yang dimiliki untuk komoditi ini masing-
masing kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut:
2. Aceh Singkil 64 12
4. Aceh Tenggara 43 8
5. Aceh Timur 1 -
6. Aceh Barat 64 15
8. Pidie 109 10
9. Bireun 150 25
Tabel di atas menunjukkan produksi pala tahun 2011 terbesar dihasilkan oleh Kabupaten Aceh
Selatan, seluas 14.183 Ha, dengan produksi 4.650 ton. Di bawahnya menyusul Kabupaten Aceh
Barat Daya (Abdya) dengan luas lahan 4.683 Ha dengan total produksi 319 ton per tahun.
Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun telah
berproduksi secara menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat dan pada umur 25
tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala terus berproduksi sampai umur 6070 tahun.
Buah pala dapat dipetik (dipanen) setelah cukup masak (tua), yaitu sekitar 67 bulan sejak mulai
bunga dengan tanda-tanda buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian dari buah tersebut
tersebut mulai merekah (membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi
fuli warna merah. Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3 hari,
maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya akan jatuh di tanah.
Pala dipanen biji dan salut bijinya (Arillus), dalam perdagangan salut biji pala dinamakan fuli,
atau dalam bahasa Inggris disebut mace. Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah
dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian
dalam, biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang
biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala.
Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau
kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar. Minyaknya juga dipakai sebagai campuran
parfum atau sabun.
Manfaat pala tidak hanya dari bijinya saja. Daging buahnya yang berair dan berasa asam yang
selama ini juga telah dimanfaatkan dalam industri rumah tangga sebagai makanan ringan. Begitu
pula dengan selubung biji pala yang berwarna merah, biasanya dijadikan bahan campuran ketika
mengolah minyak pala.
Selain sebagai rempah-rempah, tanaman pala juga banyak manfaat lainnya seperti kulit, batang,
daun, fuli, biji, daging buah pala.
Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan kino hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar,
sedangkan kulit batang dan daun tanaman pala dapat menghasilkan minyak atsiri
b. Fuli
Fuli adalah benda yang menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala,
disebut bunga pala. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual di dalam negeri. Fuli ini
sebaiknya dijemur pada panas matahari yang tidak terlalu panas selama beberapa jam, kemudian
diangin-anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli itu kering. Warna fuli yang
semula merah cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua dan akhirnya menjadi jingga.
Dengan pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal (tidak rapuh) dan
berkualitas tinggi sehingga nilai ekonomisnya pun tinggi pula.
Fuli ini juga bisa menghasilkan minyak atsiri dengan cara menyuling fuli. Minyak atsiri ini
warnanya jernih dan mudah menguap. Minyak fuli juga dapat dipakai sebagai obat rubefacien
dan minyak gosok balsam untuk penghangat kulit.
c. Biji pala
Dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk
angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu dan
obat muntah-muntah. Lemak yang dikeluarkan oleh minyak pala sebagian besar diolah di Eropa
dan diperdagangkan sebagai Volatile oil of nutmeg. Minyak digunakan untuk membuat minyak
wangi, parfum dan sabun di Eropa, isi biji pala juga dibuat serbuk untuk bumbu masakan Barat
dan Timur Tengah.
d. Daging buah
Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi
makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, selai pala, sirup pala, Manmelade daging
buah pala yang masih muda.
Jenis Pala
5) Myristica Sucedona BL
Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica fragrans, sebab jenis pala ini
mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya. Disusul jenis Myristica argentea
dan Myristica fattua. Jenis Myristica specioga, Myristica sucedona, dan Myristica malabarica
produksinya rendah sehingga nilai ekonomisnya pun rendah pula.
Pemasaran
Jalur pemasaran pala sangat sederhana. Dimulai dari petani, kemudian ke pedagang pengumpul
di tingkat kecamatan, baru kemudian dibawa ke pedagang besar, biasanya di ibukota kabupaten.
Sebelum dibawa ke Medan dalam bentuk minyak atsiri Pala (nutmeg oil), buah pala masuk ke
pabrik penyulingan pala yang banyak terdapat di ibukota kabupaten seperti Tapaktuan atau
Blang Pidie.
Peluang Usaha
Peluang usaha di sektor ini dapat dibagi dalam 3 (tiga) jenis, yaitu pada bidang pembukaan
perkebunan baru, bidang pemrosesan lanjutan dari minyak pala dan bidang pemasaran/trade.
Karena margin yang dinikmati oleh perantara selama ini cukup besar, maka usaha di bidang
pemasarannya menjadi cukup menarik. Namun karena produksi minyak pala yang dihasilkan
dari Aceh masih relatif kecil untuk memenuhi permintaan pasar internasional, maka usaha di
bidang ini juga menjadi sangat terbatas karena sudah adanya pemain lama yang masih aktif. Oleh
sebab itu untuk membuat industri ini lebih menarik, maka pembukaan perkebunan pala yang
baru sangat disarankan untuk memperbesar volume produksi pala di Aceh. Setelah itu baru
pemrosesan minyak pala dan pembuatan produk turunannya baik yang berasal dari bunga,
daging buah dan biji pala dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bachmid, 2008. Seks Rasio Pala di Blok Kebun Percobaan PT. Banda Permai