Anda di halaman 1dari 5

Nama : lukman hakim

Kelas : ak-3a-2014
NIM : 31420480
Dosen : endra herdiansyah

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah


(KDPPLK Syariah)
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah
(KDPPLK Syariah) merupakan pengaturan akuntansi yang memberikan konsep
yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan atas transaksi
syariah.
Berbeda dengan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) pada SAK
umum yang mengacu kepada transaksi konvensional, KDPPLK Syariah memberikan
konsep dasar paradigma, asas transaksi syariah, dan karakteristik transaksi syariah.

[Sejarah KDPPLK Syariah]


KDPPLK ini pertama kali disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007 dan masih berlaku hingga saat ini.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-
B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya
dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya kepada Dewan Standar
Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.

[Paradigma Transaksi Syariah]


Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta
dicipta oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan
hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara
material dan spiritual (al-falah).
Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak
sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Paradigma
ini akan membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter tata kelola
yang baik (good governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik
Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat
manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan
interaksi vertikal dengan Tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama
makhluk. Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi
syariah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder entitas yang
melakukan transaksi syariah. Akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-
nilai moral dalam interaksi sesama makhluk agar hubungan tersebut menjadi saling
menguntungkan, sinergis dan harmonis.

[Asas Transaksi Syariah]


Berdasarkan KDPPLK Syariah, transaksi syariah berdasarkan pada prinsip:
a. Persaudaraan (ukhuwah) esensinya merupakan nilai universal yang menata
interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara
umum dengan semangat saling tolong menolong. Transaksi syariah menjunjung
tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga
seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain. Ukhuwah
dalam transaksi syariah berdasarkan prinsip saling mengenal (taaruf), saling
memahami (tafahum), saling menolong (taawun), saling menjamin (takaful), saling
bersinergi dan beraliansi (tahaluf).
b. Keadilan (adalah) esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai
posisinya. Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip
muamalah yang melarang adanya unsur:
1) riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun
fadhl);
2) kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan);
3) maysir (unsur judi dan sikap spekulatif);
4) gharar (unsur ketidakjelasan); dan
5) haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional
yang terkait).
c. Kemaslahatan (maslahah) esensinya merupakan segala bentuk kebaikan dan
manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta
individual dan kolektif.
d. Keseimbangan (tawazun) esensinya meliputi keseimbangan aspek material dan
spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial,
dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi syariah tidak
hanya menekankan pada maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk
kepentingan pemilik (shareholder). Sehingga manfaat yang didapatkan tidak hanya
difokuskan pada pemegang saham, akan tetapi pada semua pihak yang dapat
merasakan manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi.
e. Universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk
semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku, agama,
ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil
alamin).
[Karakteristik Transaksi Syariah]
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigm dan asas transaksi syariah
harus memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut:

1. transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
2. prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
(thayib);
3. uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan
sebagai komoditas;
4. tidak mengandung unsur riba;
5. tidak mengandung unsur kezaliman;
6. tidak mengandung unsur maysir;
7. tidak mengandung unsur gharar;
8. tidak mengandung unsur haram;
9. tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena
keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang
melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al ghunmu bil
ghurmi (no gain without accompanying risk);
10. transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta
untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak
diperkenankan
menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak menggunakan
dua transaksi bersamaan yang berkaitan (taalluq) dalam satu akad;
11. tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui
rekayasa penawaran (ihtikar); dan
12. tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).

[Tujuan dan Peranan]


Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para penggunanya. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk
digunakan
sebagai acuan bagi:

1. penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya;


2. penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah
yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah;
3. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum; dan
4. para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan syariah. Meliputi: investor, pemilik dana qardh, pemilik dana syirkah
temporer, pemilik dana titipan, pembayar dan penerima ZIS &wakaf, pengawas
syariah, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat
[Bentuk Laporan Keuangan]

1. Posisi Keuangan Entitas Syariah (dalam Neraca)


2. Informasi Kinerja Entitas Syariah (dalam Laporan Laba-Rugi)
3. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah
4. Informasi lain
5. Catatan dan Skedul Tambahan

[Asumsi Dasar]

1. Dasar Akrual

Pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang
bersangkutan.

2. Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas
syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan.

[Karakteristik Kulaitatif Laporan Keuangan]


Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai.Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu:

1. Dapat Dipahami
2. Relevan
3. Keandalan
4. Dapat dibandingkan

[Unsur-Unsur Laporan Keuangan]


Sesuai karakteristik maka laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi:

1. komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan


komersial:
2. laporan posisi keuangan;
3. laporan laba rugi;
4. laporan arus kas; dan
5. laporan perubahan ekuitas.
6. komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan
sosial:
7. laporan sumber dan penggunaan dana zakat; dan
8. laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
9. komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan
tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.

[Pengukuran Unsur Laporan Keuangan]

1. Biaya Historis
2. Biaya Kini
3. Nilai Realisasi/penyelesaian

Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas syariah dalam penyusunan


laporan keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar
pengukuran yang lain. Misalnya, persediaan biasanya dinyatakan sebesarnilai
terendah dari biaya historis atau nilai realisasi bersih (lower of cost or net realizable
value), atau akuntansi dana pensiun menilai aset tertentu berdasarkan nilai wajar
(fair value).

Anda mungkin juga menyukai