Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Metode Diskusi

Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus dimiliki oleh

seorang guru dalam suatu kegiatan pembelajaran. Metode mengajar

merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi

dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2001:740) dijelaskan bahwa yang dimaksud

dengan metode diskusi adalah cara belajar atau mengajar yang melakukan

tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai peserta

diskusi.

Namun tidak semua kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi.

Menurut Maidar dan Mukti (1991:37) diskusi pada dasarnya adalah suatu

bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil

atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan,

dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.

Sedangkan menurut Zuhairini (1983 : 89) yang dimaksud metode diskusi

ialah suatu metode didalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan

dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan

pengertian serta perubahan tingkah laku murid.

Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang

dimaksud dengan metode diskusi ialah suatu cara penyampaian materi

pelajaran dengan jalan bertukar pikiran atau mendiskusikannya, baik antara

8
guru dengan siswa ataupun sesama siswa. Seiring dengan itu, metode

diskusi berfungsi untuk merangsang murid berpikir atau mengeluarkan

pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang

tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi

memerlukan wawasan/ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik.

2.1.1. Karakteristik Metode Diskusi

Dalam penggunaan metode diskusi, bahan pelajaran harus

dikemukakan dengan topik permasalahan atau persoalan yang akan

menstimulus siswa menyelesaikan permasalahan/persoalan tersebut,

untuk menjawab permasalahan/persoalan tersebut, perlu dibentuk

kelompok yang terdiri dari beberapa siswa sebagai anggota dalam

kelompok tersebut. Kelancaran kegiatan diskusi sangat ditentukan

oleh moderator yaitu orang yang mengatur jalannya pembicaraan

supaya semua siswa sebagai anggota aktif berpendapat secara

maksimal dan seluruh pembicaraan mengarah pada

pendapat/kesimpulan bersama. Tugas utama guru dalam kegiatan ini

adalah lebih berperan sebagai pembimbing, fasilitator dan motivator

supaya interaksi dan aktivitas siswa dalam diskusi menjadi efektif.

mengatakan bahwa aktivitas siswa dalam


berdiskusi harus dibimbing, dan dapat diterapkan cara berpikir yang
sistematis dengan menggunakan logika berfikir yang ilmiah. Secara
langsung atau tidak langsung siswa akan ditempatkan sebagai obyek
sekaligus subyek dalam pembelajaran, disamping itu siswa akan
terlatih dalam kemampuan bekerja sama dan kemampuan berbahasa

2.1.2. Prosedur Metode Diskusi


Dalam metode diskusi guru membina siswa untuk belajar secara

sistematis berdasarkan pada prosedur yang harus ditempuh, dalam

pelaksanaannya metode ini perlu ditunjang oleh metode lain seperti

ceramah dan tanya jawab.

Menurut Anitah (2008:5.20) prosedur metode diskusi kelompok

yang harus ditempuh oleh guru adalah:

a. Merumuskan permasalahan sesuai dengan kurikulum yang


berlaku.
b. Mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan
mengidentifikasi
permasalahan dan menarik kesimpulan
c. Mampu mengelompokan siswa sesuai dengan kebutuhan
permasalahan dan pengembangan kemampuan siswa.
d. Menguasai permasalahan yang didiskusikan.

2.1.3. Langkah-Langkah Metode Diskusi

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan diskusi

diantaranya diuraikan oleh Karo-karo sebagai berikut:

1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan, apa


tujuan masalah itu didiskusikan dan garis besar dalam
pemecahan masalah
2. Pelajar-pelajar di bawah pimpinan guru membentuk kelompok-
kelompok diskusi.
3. Pelajar-pelajar berdiskusi dalam kelompoknya. Pada waktu
pelajaran diskusi, guru berkeliling untuk menjaga ketertiban atau
mendorong pelajar misalnya mengarahkan diskusi dan menjawab
pertanyaan,
4. Kelompok-kelompok diskusi melaporkan hasil yang telah
dicapainya, hasil-hasil yang telah dilaporkan itu ditanggapi atau
dinyatakan oleh anggota dari kelompok lain. Tanggapan atau
pertanyaan ini pada akhirnya harus ditanggapi atau dijawab
olehguru agar pelajar mengetahui mana yang benar / salah,
5. Pelajar- pelajar mencatat hasil diskusi ( Karo-karo, 1998 : 27)

2.1.4. Prinsip-Prinsip Metode Diskusi


Agar pembelajaran kelompok dapat mencapai tujuan pembelajaran

secara optimal, guru hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-

prinsip dalam berdiskusi, yaitu:

a. Adanya topik pembicaraan


b. Pembentukan kelompok
c. Saling bekerjasama
d. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru harus
memperhatikan siswa secara kelompok maupun individu.
e. Adanya motivasi dan bimbingan dari guru.
f. Adanya sumber belajar dan fasilitas belajar.
g. untuk memperkuat hasil kerja kelompok, guru harus mengadakan
latihan dan tugas (Anitah, 2008:422).

2.1.5. Keunggulan Metode Diskusi

Beberapa keunggulan penggunaan metode diskusi adalah:


a. Siswa dapat saling bertukar pikiran
b. Siswa dapat menghayati permasalahan
c. Merangsang siswa untuk berpendapat
d. Mengembangkan rasa tanggung jawab siswa
e. Membina kemampuan berbicara
f. Memahami pendapat dan pikiran orang lain
g. Memberikan kesempatan belajar siswa. (Anitah, 2008:422)

2.2. Pengertian Aktivitas Belajar

2.2.1. Pengertian Aktivitas

Sebelum peneliti meninjau lebih jauh tentang aktivitas belajar,

terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang pengertian dari

aktivitas. Menurut Poerwadarminta (2003:23), aktivitas adalah

kegiatan atau kesibukan, sedangakan menurut Nasution (2000)

Aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya

harus dihubungkan.

Aktivitas menurut Mulyono (2001 : 26), a

-
kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu

aktifitas.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah suatu

proses kegiatan yang menimbulkan perubahan-perubahan atau

pembaharuan dalam tingkah laku.

Maka keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan

salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk

belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-

ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain,

mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab

pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Seperti yang dikemukakan oleh seorang pakar pendidikan,


Trina al
yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran
adalah keakti
akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa
ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing
siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.
Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah
pada peningkatan prestasi.

2.2.2. Pengertian Belajar

Dalam seluruh proses pendidikan, bahwa kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

tujuan pencapaian proses pendidikan banyak tergantung kepada

bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa/mahasiswa

sebagai objek pendidikan.


Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh beberapa ahli

pendidikan antara lain

berarti mencari makna, makna diciptakan oleh objek didik (siswa/

mahasiswa) dari apa yang mereka lihat, mereka dengar dan dari yang

dirasakan dan alami, jadi hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman

objek dengan dunia fisik dan lingkungannya.

Menurut Slameto (2003 : 2) belajar adalah suatu usaha yang

dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

Sedangkan John (dalam Dimyati, 2006: 44) mengemukakan bahwa

belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk

dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru

sekedar pembimbing dan pengarah.

Maka dari pendapat para ahli pendidikan seperti tersebut diatas dapat

yang dilakukan oleh seseorang secara sadar dalam berinteraksi

dengan lingkungannya sehingga diperoleh kecakapan-kecakapan

yang baru yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku

didalam dirinya berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2.2.3. Pengertian Aktivitas Belajar

Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa

belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah

pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam


kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan

pembelajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas

belajar.

Menurut Poerwadarminta (2003:23), Aktivitas belajar adalah

kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar.

Rousseuau (dalam Sardiman 2004:96) memberikan penjelasan

bahwa aktivitas belajar merupakan segala pengetahuan yang harus

diperoleh dengan pengamatan sendiri penyelidikan sendiri, dengan

bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis, tanpa ada aktivitas,

proses belajar tidak mungkin terjadi.

Sardiman (2004:37) menegaskan bahwa aktivitas belajar pada

prinsipnya adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.

Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting

dalam interaksi belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran yang

melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan berdampak

baik pada hasil belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh

Djamarah (2000: 67) bahwa:

lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang

dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam

Rohani (2004: 96) menyatakan bahwa belajar yang berhasil mesti


melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun
psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota
badan, membuat suatu bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk
dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Kegiatan fisik tersebut
sebagai kegiatan yang tampak, yaitu saat peserta didik melakukan
percobaan, membuat kontruksi model, dan lain-lain. Sedangkan
peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) terjadi jika
daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi
dalam pengajaran. Ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki,
mengingat, dan se-bagainya. Kegiatan psikis tersebut tampak bila ia
sedang mengamati dengan teliti, memecahkan persoalan, mengambil
keput

Dari bebrapa definisi aktivitas belajar diatas dapat disimpulkan

bahwa Aktivitas belajar merupakan kegiatan atau kesibukan yang

dapat

menimbulkan perbuatan belajar. dengan demikian pengertian

aktivitas belajar adalah kegiatan yang mengarah kepada perbuatan

belajar yang membawa perubahan pada diri seseorang untuk

memperoleh suatu kecakapan baru. Aktivitas bagian yang sangat

penting dalam proses belajar, sebab kegiatan belajar mengajar tidak

akan terjadi apabila tidak ada aktivitas.

Kesungguhan belajar siswa adalah inti dari kegiatan belajar di

sekolah, dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya

sendiri tentang konsep-konsep IPA dengan bantuan guru. Dalam hal

ini, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran ber-

langsung dibatasi pada ruang lingkup.

2.3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya berkaitan dengan hasil yang dicapai dalam

belajar. Pengertian hasil belajar itu sendiri dapat diketahui daripendapat ahli

pendidikan.
kemampuan yang dimiliki siswa setelah i

Surachmad (1981:2) menyatakan bahwa

hasil belajar merupakan nilai hasil belajar yang menentukan berhasil

tidaknya siswa dalam belajar, hal tersebut berarti hasil belajar merupakan

hasil dari proses belajar.

Winkel (dalam Sudjana, 2009:274) menyatakan hasil belajar dibagi menjadi

tiga ranah, yaitu :

a. Kemampuan kognitif, berkenaan dengan hasil belajar Intelektual yang


terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Kemampuan afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi.
c. Kemampuan Psikomotor, berkaitan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak. Kemampuan ini terbagi kedalam tujuh
aspek, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang
terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas.

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam

memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam

belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui

prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Adapaun hasil belajar dapat diartikan prestasi diperoleh karena adanya

aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan

bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut

ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah

menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam

tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada

suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari

proses belajar.

Hasil belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam

proses belajar mengajar. Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan

dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses

belajar mengajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan

evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau

rendahnya hasil belajar siswa.

Berdasarkan pengertian belajar diatas dapat diartikan sebagai hasil belajar

yang telah dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar dan

mengajar, baik yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun

psikomotorik. Hasil yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini,

berupa hasil belajar yang berupa hasil akademik siswa setelah mengikuti

kegiatan belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

2.4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang didalamnya terkait dengan

ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas

mengenai pendidikan IPA serta ruang lingkupnya, IPA memiliki dua

pengertian yaitu dari segi pendidikan dan IPA itu sendiri.

1. Pengertian Pendidikan

hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti


pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan dan cara
komitmen manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social, serta

usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah
laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu

proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk

membentuk pribadi yang baik dan mengembangkan potensi yang ada

dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diharapkan.

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwapendidikan tidak hanya

menitik beratkan pada pengembangan pola piker saja, namun juga untuk

mengembangkan semua potensi yang ada pada diri seseorang. Jadi

pendidikan menyangkut semua aspek pada kepribadian seseorang untuk

membuat seseorang tersebut menjadi lebih baik.

2. Pengertian IPA

IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut

bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui


metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan

yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu
dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan
teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan

pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan

menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan


dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum

sehingga akan terus di sempurnakan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitar. Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

di Sekolah Dasar, meliputi bidang energi dan perubahannya, bumi dan alam

semesta, makhluk hidup dan proses kehidupan, serta benda dan sifatnya yang

sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami

fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah,

yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode

ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu

Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan

segala isinya.

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat

IPA meliputi empat unsur utama yaitu:


1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup,

serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang

dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open

ended;

2. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode

ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau

percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

3. Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;

4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan

sehari hari.

Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak

dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat

unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami

proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui

kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan

bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA

pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk,

menghafalkan konsep, teori dan hukum.

Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian.

Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam

pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan

tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan

IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta

didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta
didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di

lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi

malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam

kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan

yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana,

lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.

Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam

berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan

komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat

menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir

logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam

kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian

IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau

karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun

demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat

disajikan secara menarik, efisien, dan efektif. Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam

empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan

sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Indikator

pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan

lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di

sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan

melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.

Model Pembelajaran IPA di SDN 1 Pasar Baru melalui Metode Diskusi


Model pembelajaran di SDN 1 Pasar Baru melalui metode diskusi hampir

sama dengan pengajaran klasikal tetapi dalam hal ini jumlah siswa yang

berbeda. Pembelajaran klasikal terdari dari prasiswa dalam satu kelas,

sedangkan metode diskusi siswa yang belajar dalam satu kelas terbagi dalam

beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 siswa.

Dalam pelaksanaannya terjadi interaksi siswa dengan guru maupun siswa

dengan siswa. metode diskusi sebagai pilihan mengajar bertujuan untuk: (1)

meningkatkan interaksi antara sis-wa-siswa serta siswa-guru; (2)

meningkatkan hubungan personal; dan (3) meningkatkan keterampilan siswa

dalam berpikir, serta berbicara menyampaikan pendapat di muka umum.

Diskusi dapat dibedakan menjadi diskusi kelompok dan diskusi kelas.

Biasanya diskusi terjadi dengan diawali adanya permasalahan. Permasalahan

yang akan didiskusikan dapat dilontarkan guru secara lisan pada awal

pembelajaran atau dalam bentuk tertulis dalam LKS. Permasalahan yang

diberikan dapat sama untuk semua kelompok ataupun berbeda-beda. Hasil

diskusi kelompok umumnya didiskusikan dalam diskusi kelas.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penggunaan metode diskusi,

sebaiknya guru menelaah terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai melalui

pelaksanaan diskusi, serta memilih topik-topik yang sekiranya dapat di-

kembangkan melalui metode ini. Selain itu dukungan dan perhatian guru

pada pelaksanaan diskusi dapat berupa menyiapkan suasana kelas untuk

pelaksanaaan diskusi yang efektif serta menyiapkan dan menggunakan

format penilaian dalam pelaksanaaan diskusi.


Dalam proses pembelajaran IPA berisi struktur kurikulum tingkat sekolah.

Yang disusun berdasarkan kebutuhan siswa dan sekolah terkait dengan

upanya pencapaian standar kopetensi kelulusan ( SKL ) merupakan acuan

utama bagi pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Kurikulum KTSP di SD/MIN meliputi

a) Silabus pembelajaran tematik untuk SD kelas rendah kelas I , II , III

b) Silabus mata pelajaran untuk untuk SD kelas tinggi kelas IV , V , VI

c) Silabus muatan lokal dan mata pelajaran lain ( jika ada )

d) Silabus keagamaan ( kusus MI )

Dengan terstruktur kurikulum yang ada diharapkan siswa memahami potensi

yang ada didalam diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan

menimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Hasil belajar pada umumnya

meliputi :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.

2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa meliputi kontraksi belajar yang

bersifat jelas, jujur, dan positif.

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesimpulan siswa belajar atas

inisiatif sendiri.

4. Mendorong siswa untuk berfikir kreatif.

5. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran

siswa.

6. Memberi kesempatan murid untuk maju sesuai dengan evaluasi yang

berkaitan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.


Dalam pembelajaran IPA, dengan model pembelajaran diskusi dapat

dilaksanakan dengan langkah-lagkah sebagai berikut ;

a. Guru membagi siswa dalam satu kelas menjadi beberapa kelompok yang

terdiri dari 4 kelompok.

b. Guru menyampaikan/menyajikan materi pelajaran mengenai lingkungan

sehat dan lingkungan tidak sehat

c. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu

kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari

kelompok lainnya.

d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara

koperatif berisi jawaban.

e. Setelah selesai diskusi, ketua menyampaikan hasil pembahasan

kelompok.

f. Guru memberikan penyajian singkat sekaligus memberi kesimpulan.

g. Pengajaran diakhiri dengan evaluasi, kesimpulan dan tugas rumah.

Adapun salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar IPA

adalah sebagai berikut :

1. Dalam diri siswa belum siap untuk mengikuti proses belajar dengan

baik.

2. Kurangnya ketersediaan media pembelajaran.

3. Ganguan dari luar ( meliat keluar, di ganggu teman ).

4. Siswa beranggapan bahwa belajar matematika itu susah.

5. Siswa kelas rendah kebanyakan keinginan masih bermain dari pada

belajar.
2.5. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut :

IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Pasar Baru Kecamatan Kedondong

Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran

Anda mungkin juga menyukai