Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MATERIAL TEKNIK
UJI TARIK
Disusun oleh :
2011
LEMBAR PENGESAHAN
1.
2.
(Veni verlestari)
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
ii
2.3 Kekuatan Luluh .........................................................................................................10
iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iv
6.Prinsip dasar uji tarik ..................................................................................................19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.Perhitungan ...................................................................................................................25
2.Jawaban pertanyaan.................................................................................................... 27
v
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah sifat mekanik.
Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat mekanik
merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material,
contohnya untuk dibentuk dan dilakukan proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik
pada suatu logam harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu pengujian
yang dilakukan adalah pengujian tarik.
Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi dan sifat-
sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam pembuatan konstruksi sebuah
jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk menerima beban diatasnya. Material juga harus
elastis agar pada saat terjadi pembebanan standar atau berlebih tidak patah. Salah satu contoh
material yang sekarang banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau umum adalah logam.
Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari logam
tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat dari sifat mekanik logam
tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan pengujian-pengujian terhadap sampel
dari material.
Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik dari
material, sehingga dapat dlihat kelebihan dan kekurangannya. Material yang mempunyai sifat
mekanik lebih baik dapat memperbaiki sifat mekanik dari material dengan sifat yang kurang
baik dengan cara alloying. Hal ini dilakukan sesuai kebutuhan konstruksi dan pesanan.
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material
dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan dari pengujian
tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data
kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material
terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran
sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah
kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi
informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi
bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu material,
khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari hasil pengujian tarik
adalah sebagai berikut:
1.Kekuatan tarik
6.Ketangguhan.
Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai mahasiswa metalurgi
hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya kurva tegangan regangan kita
dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus elastisitas, ketangguhan,
dan lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita juga harus mengetahui dampak pengujian terhadap
sifat mekanis dan fisik suatu logam. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka
kita dapat data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kekuatan bahan logam melalui
pemahaman dan pendalaman kurva hasil uji tarik.
Batasan masalah dalam percobaan ini yaitu melakukan pengujian pada sampel yang
berbentuk pelat dan kawat sampai sampel tersebut putus. Dari hasil pengujian yang diperoleh,
mencari berapa besar yield strength, tensile strength dan persentase elongasinya.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab. Bab I menjelaskan mengenai latar
belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, sistematika penulisan. Bab II menjelaskan
mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat dari percobaan yang dilakukan,
Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian, Bab IV menjelaskan mengenai data
percobaan, Bab V menjelaskan mengenai pembahasan dan Bab VI menjelaskan mengenai
kesimpulan dari percobaan. Selain itu juga di akhir laporan terdapat lampiran yang memuat
contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas serta terdapat juga blangko percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland, 1985]. Hasil
yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk
karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur
ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua arah sumbunya.
Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama besarnya.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material.
Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan pembebanan uniaxial sehingga
spesimen uji mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian
tarik relatif sederhana, murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang
perlu diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan dimensi
spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638.
Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau retak pada
daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar
retak dan patahan terjadi di daerah gage length.
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat,
spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan
menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang
kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan bahan yang di uji.
Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan estndar baku pengujian.
Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari
pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang
diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam persamaan
2.1 berikut:
s= P/A0
Keterangan ;
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah regangan linier rata-
rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian
dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2 berikut.
Keterangan ;
e : Besar regangan
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan
tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk
menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau
titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah
parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus elastisitas.
Persamaannya dituliskan dalam persamaan
Keterangan ;
e : regangan
: Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk mengimbangi
penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik (sebanding dengan beban F)
yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana
pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban
yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada
suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa
beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan benda uji mulai
mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas penampang lintang lebih cepat
daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan
untuk mengubah bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada
persamaan (1) akan berkurang hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa sifat
mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:
1. Kekuatan tarik
6. Ketangguhan.
2.2 Kekuatan Tarik
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh
(Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan tarik
maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang
lintang awal benda uji.
Keterangan :
Su = Kuat tarik
Pmaks = Beban maksimum
A0 = Luas penampang awal
Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik,
tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan
kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.
Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali
kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk berapa
lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi
dengan faktor keamanan yang sesuai.
1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala regangan
2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan beberapa
ratus dislokasi.
3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa
terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan
bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga suatu
batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan
mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa (10-4 inci/inci),
batas elastik lebih besar daripada batas proporsional. Penentuan batas elastik memerlukan
prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang
membosankan.
Keterangan ;
Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik
menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis
mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil
deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini adalah
kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva
tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan tertentu.
Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002
atau 0,001)
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji diberi
pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban ditiadakan maka
benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada saat
dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji
(proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan
metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena
metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau batas
proporsional.
Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat diberikan
penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran keuletan dilakukan
untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:
1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi
patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai kemampuan logam
untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.
s = tegangan
= regangan
Uo = xx
UT su ef
atau
Keterangan;
Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas penampang lintang.
Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga sumbu yang terjadi pada benda uji
tarik saat terjadi patah. Karena data yang diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh,
maka tegangan patah sejati sering tidak tepat nilai
BAB III
METODE PERCOBAAN
2. Jangka sorong
3. Meteran
3.2.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
2. Mengkur panjang awal (Lo) atau gage length dan luas penampang irisan benda uji.
3. Mengukur benda uji pada pegangan (grip) atas dan pegangan bawah pada mesin uji
tarik.
4. Nyalakan mesin uji tarik dan lakukan pembebanan tarik sampai benda uji putus.
5. Mencatat beban luluh dan beban putus yang terdapat pada skala.
6. Melepaskan benda uji pada pegangan atas dan bawah, kemudian satukan keduanya
seperti semula.
Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, didapatkan data-data berikut,dengan
spesimen uji adalah wire dan strip.
Benda
Uji T S So Lo Fy Fm YS TS %EL
Standar
WIRE 2.2
=
25%
46.5676
PLATE 0.36
=
64%
25.5419
Keterangan :
4.2 Pembahasan
Pada percobaan uji tarik ini, menggunakan bahan alumunium berbentuk pelat dan
kawat. Proses pengujiannya adalah dengan cara memasangkan specimen pada alat uji tarik.
Dengan gaya yang sudah ditentukan pengujian dilakukan sampai terjadi fracture dan dapat
diketahui UTS dan tegangan luluhnya.
4.2.1 Uji tarik kawat logam
Berdasarkan hasil pengujian tarik pada bahan kawat yang dilakukan, didapatkan grafik
sebagai berikut:
Dari gambar 7, titik yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi
plastis berada pada nilai 303.94 N/mm dapat diketahui bahwa nilai yang berada pada tittik
tersebut menunjukkan kekuatan luluh (yield strength), . Sedangkan nilai kekuatan tarik (tensile
strength), yaitu merupakan titik akhir pengujian tarik yang ditandai dengan perpatahan berada
pada nilai 2620 N/mm.
Pengujian yang sudah dilakukan mendapat perbedaan data yang dapat dibandingkan
dari kedua jenis specimen yaitu specimen uji berbentuk kawat dan specimen uji berjenis pelat
atau strip. Pada pengujian antara dua specimen ini terlihat bahwa kekuatan tarik makasimum
kawat lebih besar dibandingkan kekuatan tarik maksimum pada pelat, tetapi kekuatan luluh
pada kawat lebih rendah dibandingkan kekuatan luluh pada pelat.Faktor penyebab ini adalah
perbedaan dimensi terutama dimensi standar yang digunakan berbeda-beda.
Pada perlakuan awal dari kedua specimen pun berbeda.Pada kawat merupakan hasil
dari proses ektrusi (penarikan), yang menyebabkan sifat dari specimen uji menjadi lebih keras.
Pada bahan pelat merupakan hasil dari proses pengerolan, yang mempunyai sifat lebih ulet dari
kawat.
Dari kurva hasil uji tarik dapat diperoleh keterangan bahwa bahan yang berbentuk pelat
lebih ulet dari pada bahan yang berbentuk kawat. Sebaliknya, bahan yang berbentuk kawat
lebih keras dari pada bahan yang berbentuk pelat
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa
kesimpulan, antara lain :
1. Pada uji coba ini kita menguji ketahanan bahan materialnya sejauh mana pertambahan
panjangnya dan bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tarikan, berdasarkan hasil
percobaan dan dari grafik kurva uji tarik, plat mengalami perpanjangan lebih kecil dari kawat
dikarnakan luas penampang kawat lebih kecil dibanding plat
2. Jenis material yang berbeda, dengan perlakuan yang didapatkannya berbeda dan
komposisinya yang berbeda akan menyebabkan nilai kekuatannya berbeda pula dan kurva hasil
uji tariknya juga berbeda.
3. Faktor penyebab terjadinya nilai diantara dua specimen uji tersebut adalah dimensi
yang berbeda dan perlakuan yang berbeda pula
5.2 Saran
Setelah melakukan praktikum di hari yang lalu penulis menyarankan agar alat yang di
gunakan (mesin uji tarik) untuk uji tarik harus di lengkapi dengan monitor yang mana langsung
menampilkan kurva hasil uji tarik. Sehingga kesalahan praktikan dalam membuat kurva uji
tarik dapad di minimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Askeland., D. R., 1985, The Science and Engineering of Material, Alternate Edition, PWS
Engineering, Boston, USA
Dieter, E. George, 1993, Metalurgi Mekanik, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
http://www.calce.umd.edu/general/facilities/hardness_ed_.htm
http://www.geology.csupomona.edu/alert/mineral/hardness.htm
http://www.gordonengland.co.uk/hardness.htm
Tim Laboratorium metalurgi, 2009, Panduan Praktikum Laboratorium Metalurgi II,
Cilegon: FT. Untirta.
LAMPIRAN
Lampiran I. Perhitungan
Benda
Uji T S So Lo Fy Fm YS TS %EL
Standar
WIRE 2.2
=
25%
46.5676
PLATE 0.36
=
64%
25.5419
Keterangan :
1. Logam pelat
1. Buat grafik hasil uji tarik, hubungan antara kekuatan () dengan regangan () dari data
hasil pengujian tarik untuk specimen berdiamerer 1,5 inch berikut :
Tabel II.1 Data Hasil Pengujian Tarik
0 2.000
1000 2.001
3000 2.003
5000 2.005
7000 2.007
7500 2.030
7900 2.080
8000 2.120
Jawab :
Jawab :
Kuat luluh
Didapatkan dengan cara metode offset, yaitu pada tegangan sekitar 37500 psi dan pada
regangan sekitar 1,5 x 10-5.
Kuat tarik (tensile strength)
3. Berdasarkan hal diatas berapakah beban yang diperlukan untuk menghasilkan tegangan
25000 psi pada spesimenberdiameter 1 in dan 2 in ?
Jawab :
Jawab :
Dari hasil pengujian tarik yang telah dilakukan dapat digunakan sebagai acuan untuk
mendesain suatu produk. Dalam hasil pengujian tarik diperoleh nilai kekuatan suatu bahan,
yang dimana terdapat nilai kekuatan luluh dan kekuatan tarik maksimumnya. Nilai dari kuat
luluh dan kuat tarik tersebut dapat digunakan sebagai gambaran akan kekuatan logam tersebut.
5. Gambarkan dan jelaskan bentuk kurva uji tarik dari material lunak dan material getas. Dan
sebutkan contoh jenis materialnya! Apa perbedaan dari kedua bentuk kurva tersebut ?
Jawab:
Gambar 9 Kurva uji tarik untuk material ulet
Pada daerah getas memiliki daerah elastis dan plastis yang kecil karena untuk material
getas memiliki kemampuan untuk berdeformasinya kecil, baik deformasi elastis maupun
plastis. contohnya pada baja AISI 4130. Dan untuk yang ulet memiliki daerah elastis dan
plastis yang besar karena kemampuan untuk berdeformasinya tinggi, baik deformasi elastis
maupun plastis. Contohnya pada baja HSS.
6. Apa yang dimaksud dengan metode offset dalam kurva uji tarik? Dan dalam keadaan yang
bagaimana metode ini digunakan?
Jawab :
Metode offset merupakan metode untuk menentukan daerah kekuatan luluh suatu bahan
dari hasil pengujian tarik. Metode ini dilakukan dengan cara menarik garis sejajar dengan
daerah elastis pada kurva hasil uji tarik, dimana garik tersebut merupakan 2 % daerah
elastisnya. Metoda offset digunakan bila dalam grafik hasil uji tarik tidak dicantumkan daerah
luluhnya.
7. Gambarkan secara lengkap ukuran spesimen uji yarik sesuai dengan standar API !
Jawab :
berdasarkan API
8.Selain kekuatan, jelaskan sifat mekanik lain yang bisa ditentukan dengan uji tarik
Jawab :
Keuletan
Keuletan bisa terbaca dari besarnya daerah elastis dan plastas, serta dari patahan yang terjadi
pada material. Dan dari persentase elongasinya.
Ketangguhan
Ketangguhan dapat teramati dari kemampuan bahan untuk menahan beban sampai patah.
Dalam kurva bisa dilihat dari besar daerah elastis dan plastisnya.