Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI

PEMBUATAN KRIM ROSELLA

TANGGAL PRAKTIKUM 3 JUNI 2017

DI SUSUN OLEH :

DWI YULIA ZEN NIM 107115033

HANA KORSELINA IP NIM 107115042

KUSWANTI NIM 107115038

EFRIE TIA MARDIANA NIM 107115050

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYAH CILACAP


PERCOBAAN XII
PEMBUATAN KRIM ROSELLA
I. TUJUAN
Setelah mengikuti paktikum ini mahasiswa di harapkan dapat mengetahui bagaimana
proses pembuatan krim rosella beserta ujinya.

II. DASAR TEORI


Menurut formularium nasional krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi
kental mengandung air tidak kurang dari 60%, dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Krim adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut dalam
bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah
padat yang mempunyai konsistensi relatif cair yang diformulasikan sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk
yang terdiri dari emulsi minyak dalam air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih
ditunjukkan untuk penggunaan kosmetika (Depkes RI, 1995).
Penggolongan krim
Krim terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika.
Ada dua tipe krim, yaitu :
1. Tipe M/A atau O/W
Krim m/a (vanishing cream) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas.
Pembuatan krim m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis
lemak yang ampifil) yang umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk
beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih popular.Contoh : vanishing
cream.
Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,
melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing creamsebagai pelembab (moisturizing)
meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
2. Tipe A/M atau W/O,
Yaitu minyak terdispersi dalam air.Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M
yang spesifik seperti adeps lane, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam
dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, misal Ca.
Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda-beda.Jika emulgator tidak
tepat, dapat terjadi pembalikan fasa.
Contoh : cold cream.
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin
dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold
cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
Kelebihan & kekurangan sediaan krim
Kelebihan sediaan krim, yaitu :
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.
Kekurangan sediaan krim, yaitu :
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas
2. Mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu system campuran
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan
penambahan salah satu fase secara berlebihan.
Bahan-bahan penyusun krim
Formula dasar krim, antara lain :
1. Fase minyak, yaitu bahan obat dalam minyak, bersifat asam
Contoh : asam asetat, paraffin liq, octaceum,cera, vaselin, dan lain-lain.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Natr, Tetraborat (borax, Na. Biborat), TEA, NAOH, KOH, gliserin, dll.
Bahan bahan penyusun krim, antara lain :
Zat berkhasiat
Minyak
Air
Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan
sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan
emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil alcohol, trietanolalamin
stearat, polisorbat, PEG.
Bahan bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain :
1. Zat pengawet Untuk meningkatkan stabilitas sediaan
2. Bahan pengawet sering digunakan umumnya metal paraben 0,12 0,18 % propel paraben
0,02 0,05 %.
3. Pendapur untuk mempertahankan PH sediaan
4. Pelembab
5. Antioksidan untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak
jenuh.
Pemerian bahan
1. Rosella
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai bunga berwarna cerah, Kelopak
bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan
bunga raya/sepatu. Bunganya keluar dari ketiak daun dan merupakan bunga tunggal,
yang berarti pada setiap tangkai hanya terdapat 1 (satu) bunga. Bunga ini mempunyai 8-
11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm, yang pangkalnya saling berlekatan dan
berwarna merah. Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai bunga oleh masyarakat.
Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman terkadang
juga dibuat extrak.
2. Nipagin (Metil Parabean)
Metil paraben adalah bahan yang mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
dari 101,0% C8H8O3.
Pemerian serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, agak
membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton, jika didinginkan
larutan tetap jernih.Metil paraben ini mempunyai fungsi sebagai zat tambahan dan zat
pengawet (Anonim, 1979).
3. Parfum
Parfum yang digunakan untuk membuat krim kelompok kami menggunakan Mentol
berbentuk Cairan bening bau khas.
4. Asam Stearat / Acidum stearicum / Asam oktadekanoat
Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat mirip
lemak lilin .
Kelarutannya mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride, kloroform dan eter.Larut
dalam etanol 95%, hexane dan propilenglikol.Praktis tidak larut dalam air.Stabilitas
asam stearat merupakan bahan yang stabil terutama dengan penambahan antioksidan.
Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat kering dan sejuk.Penggunaan
asam stearat.
5. Trietanolamin
Sinonim : Daltogen, TEA, Tealan, trietilolamin, trihidroksitrietilamin,
tris(hidroksi)etilamin.
Pemerian :cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga kuning
pucat.
Kelarutan: Campur dengan air, metanol, etanol (95%), dan aseton. Larut dalam
kloroform, larut dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter pH = 10,5 untuk
larutan aqueous 0,1 N.
Stabilitas: Trietanolamin dapat berubah menjadi berwarna coklat jika terkena paparan
cahaya dan udara. Oleh karena itu, selama penyimpanan harus terlindung dari cahaya dan
disimpan dalam wadah tertutup rapat
Fungsi : Dalam formulasi terutama digunakan sebagai pH adjusting agent. Kegunaan
lain yaitu sebagai buffer, pelarut, humektan, dan polimer plasticizer. Digunakan pada
konsentrasi 2-4%.
6. Adeps Lanae
Merupakan zat serupa lemak, liat, lengket, kuning muda atau kuning pucat, agak tembus
cahaya, bau lemah dank has. Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) P, mudah larut dalam kloroform dan dalam eter P, berkhasiat sebagai zat
tambahan, zat pengikat.
7. Paraffin Cair
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral; sebagai
zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10
bpj.Pemerian dari parafin cair adalah cairan kental, transparan, tidak berfluorosensi;
tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa. Kelarutan dari
bahan ini adalah praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam
kloroform P dan dalam eter P (Anonim, 1979).
8. Aquadest
Aquadest adalah cairan jernih yang diperoleh melalui proses destilasi (penyulingan) air
ledeng. Aquadest biasa digunakan sebagai pelarut pada sediaan farmasi non-parenteral.

III. FORMULASI
BAHAN FORMULA
Extrak Rosella 3 tetes
Asam Stearat 145
Trietanolamin 15
Lemak bulu domba 30
Parafin cair 250
Nipagin 1%

IV. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Cawan porselen
2. Kaca Arloji
4. Mortir dan stamper
5. Gelas ukur
6. Waterbath
8. Stopwatch
9. Alat evaluasi sediaan
B. BAHAN
1. Extrak Rosella
2. Nipagin
3. Parfum
4. Asam stearate
5. Trietanolamin
6. Lemak bulu domba
7. Paraffin cair
8. Aquadest
V. CARA KERJA
a. Cara Pembuatan krim rosella

Siapkan Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum

Semua bahan di timbang sesuai kebutuhan

Membuat basis cream:Bahan basis krim ( Asam stearat, TEA, Lemak bulu domba, Parafin
cair ) masukan ke dalam cawan penguap lebur di atas waterbath,

Aduk ad homogen dan melebur

Masukan basis krim ke dalam mortir panas tambahkan ekstrak rosella, nipagin dan parfum

Aduk hingga terbentuk krim

Masukan dalam pot salep yang sesuai

Lakukan evaluasi beberapa uji yang sudah ditentukan uji organoleptis, uji ph, uji
homogenitas, uji daya lekat, uji daya sebar, uji daya proteksi, dan uji tipe krim

HASIL
b. Evaluasi
1. Uji Organoleptis
Krim

Diamati sediaan krim yang meliputi :


Bentuk
Warna
Rasa
Bau

HASILl
2. Uji Daya Lekat
0,5 gram sediaan krim

- Diletakkan pada objek glass pada alat uji daya


Ditambah beban 500gram

Diamkan 1 menit

Setelah 1 menit beban diturunkan

HASIL

Ditarik beban 65gram, catat waktunya.

3. Uji Daya Sebar


0,5 gram sediaan krim

Diletakkan ditengah alat ekstensometer

Ditimbang dulu penutup kaca ekstensometer lalu letakkan diatas massa sediaan selama 1
menit

Diukur diameter sediaan yang menyebar dengan mengambil rata-rata diameter dari beberapa
sisi

Ditambahkan 50gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit


Dicatat diameter sediaan yang menyebar

Ditambahkan beban 50gram lagi diamkan selama 1 menit


Dicatat diameter sediaan yang menyebar

HASIL
4. Uji Daya Proteksi
0,5 gram sediaan krim

Diambil sepotong keras saring (10x10)cm basahi dengan larutan PP sebagai indikator,
keringkan diolesi dengan sediaan pada kertas saring

Pada kertas sarimg yang lain, dibuat suatu area (2,5x2,5)cm dengan paraffin cair. Setelah
kering akan didapat areal yang dibatasi dengan paraffin tersebut.

Ditempelkan kertas saring (no.3) diatas kertas saring sebelumnya (no.2)


Dibasahi areal ini dengan larutan KOH(0,1)

Dilihat setelah kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan PP pada waktu 15,30,45,60
detik, 3 dan 5 menit

Jika tidak ada noda merah berarti sediaan dapat memberikan proteksi terhadap cairan

HASIL

VI. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN

1. Extrak Rosella = 3 tetes


2. Asam Stearat = 145 x 5000 mg = 1450 mg
500
3. Trietanolamin = 15 x 5000 mg = 1450 mg
500
4. Lemak bulu domba = 30 x 5000 mg = 1450 mg
500
5. Parafin Cair = 250 x 5000 mg = 1450 mg
500
6. Nipagin = 0,1 x 5000 mg = 1450 mg
500
7. Aquadest = 10 ml
VII. HASIL
1. Uji Organoleptis
Bentuk : Semi Padat
Bau : Tidak berbau
Warna : Kecoklatan
Rasa : Pahit
2. Uji Ph
Berdasarkan uji ph yang di lakukan terhadap krim rosella menunjukan bahwa ph krim
adalah 5.
3. Uji Daya Lekat
Replikasi Hasil Cetak
I 3,35
II 4,28
Rata-rata 3,81

4. Uji Daya Sebar


Tanpa Beban 50 g 100 g
R1 1 Cm 1,5 Cm 1,5 Cm
R2 1 Cm 1 Cm 1,5 Cm
R3 1 Cm 1,5 Cm 2 Cm
R4 1 Cm 1,5 Cm 1,5 Cm
X 1 Cm 1,375 Cm 1,625 Cm

Maka luas lingkaran yang di hasilkan adalah :


a) Tanpa beban
LO = II. R2
= 3,14 . 12
= 3,14 Cm2
b) Beban 50 g
LO = II. R2
= 3,14 . 1,3752
= 5,93 Cm2
c) Beban 100 g
LO = II. R2
= 3,14 . 1,625 2
= 8,291 Cm2
5. Uji Daya Proteksi
15 detik 30 detik 45 detik 60 detik 3 menit 5 menit
Rep 1 + ++ ++ ++ ++ ++
Rep 2 + ++ ++ ++ ++ ++
Rep 3 + ++ ++ ++ ++ ++

Keterangan :
+ : Tidak memberi proteksi ( Timbul bercak merah )
++ : Memberi proteksi ( Tidak timbul bercak merah )

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali kami melakukan percobaan pembuatan krim rosella dan
melakukan evaluasinya.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar.
Nipagin berbentuk serbuk hablur,putih, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai
rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutannya larut dalam 500 bagian air,
dlam 20 bagian air mendidih, dlam 3,5 bagian etanol ( 95%) p dan dalam 3 bagian aseton p :
mudah larut dalam eter p dan dalam larutan alkali hidroksida : larut dalam 60 bagian gliserol
p panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap
jernih.
Parfum Mentol yang digunakan berbentuk cairan berwarna bening dan memiliki bau
khas.
Asam stearat / Acidum stearicum/ Asam oktadekanoat merupakan zat padat keras
mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin. Kelarutan
asam stearat mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride, kloroform dan eter. Larut
dalam etanol 95%, hexane dan propilenglikol.Praktis tidak larut dalam air. Asam stearat
merupakan bahan yang stabil terutama dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan
dalam wadah tertutup baik ditempat kering dan sejuk. Digunakan sebagai emulsifying agent;
solubilizing agent; tablet and capsule lubricant (1-3%). Trietanolamin (TEA) memiliki
sinonim Daltogen/ Tealan/ Trietilolamin, trihidroksitrietilamin / Tris(hidroksi)etilamin.
Merupakan cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga kuning pucat.
Kelarutannya campur dengan air, metanol, etanol (95%), dan aseton. Larut dalam kloroform,
larut dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter pH = 10,5 untuk larutan aqueous 0,1 N.
Kegunaan dalam formulasi terutama digunakan sebagai pH adjusting agent. Kegunaan lain
yaitu sebagai buffer, pelarut, humektan, dan polimer plasticizer. Digunakan pada konsentrasi
2-4%.
Adeps Lanae atau lemak bulu domba merupakan zat serupa lemak, liat, lengket;
kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya; bau lemah dan khas. Praktis tidak larut
dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95 %) P; mudah larut dalam kloroform dan dalam
eter P, berkhasiat sebagai zat tambahan, zat pengikat (Anonim, 1979)

Parafin liquid merupakan minyak cair kental tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa . Larut dalam aseton, benzen, kloroform, carbon disulfida eter dan petroleum eter,
tidak bercampur dengan minyak menguap dan lemak pada, praktis tidak larut dalam etanol
95%, gliserin dan air.

Aquades merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Dapat bercampur
dengan pelarut polar. Memiliki kegunaan sebagai pelarut.

Untuk pembuatan Sediaan krim, sebelumnya praktikan melalukan identifikasi bahan-


bahan yang tersedia dalam laboratorium yang dapat dijadikan sediaan krim. Extrak rosella
dipilih untuk zat aktif dalam krim. sebagai zat aktif dalam pembuatan sediaan krim.

Dalam praktik, kami melakukan pembuatan sediaan krim berdasarkan formula yang
sudah di tentukan.Untuk membuat formula tersebut langkah pertama yang kami lakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan, alat yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan krim ini
adalah becker glass, batang pengaduk, spatula logam, mortir dan stamper, kaca arloji, cawan
porselen, neraca analitik, alat evaluasi sediaan.
Sedangkan bahan yang dipergunakan adalah Extrak rosella, nipagin, parfum, asam
stearat, triethanolamin, lemak bulu domba, parafin cair, dan aquadest .
Setelah alat dan bahan siap, langkah kedua adalah menimbang bahan sesuai dengan
perhitungan yang ada, dimana Extrak Rosella di ambil sebanyak 3 tetes, nipagin 1 mg, dan
parfum secukupnya. Sedangkan bahan untuk basis krim diambil asam stearat 1450 mg, TEA
150 mg, lemak bulu domba 300 mg, parafin cair 2500 mg, aquadest 10 ml.
Langkah ketiga, setelah penimbangan bahan adalah praktikan membuat basis krim
terlebih dahulu, pembuatan basis dengan cara melebur dengan cawan porselen bahan bahan
seperti asam stearat, trietanolamin, lemak bulu domba, parafin cair, dan sebagian aquades
diatas water bath. Aduk ad leleh dan homogen.
Kemudian langkah keempat adalah memulai pembuatan krim rosella, bahan pertama
yang dicampur adalah extrak rosella ditambah dengan nipagin dilarutkan dengan sebagian
aquades (sisa dari basis krim) dalam mortir, aduk ad larut dan homogen, setelah itu
tambahkan basis krim yang telah jadi kedalam campuran tersebut kedalam mortir. Kemudian
ditambahkan dengan parfum aduk ad larut dan homogen. Tempatkan pada wadah yang
sesuai.
Langkah kelima, adalah evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah
evaluasi organoleptis, daya lekat, proteksi dan daya sebar.
Evaluasi pertama adalah uji organoleptis, evalusi yang dilakukan dengan cara
mengamati sediaan sirup tersebut dengan dilihat bentuk, warna, dan bau dari sediaan krim
kloramfenikol yang dibuat tersebut. Evaluasi ini dilakukan agar mengetahui sediaan yang
dibuat sesuai dengan standar krim yang ada, dalam arti sediaan krim tersebut stabil dan tidak
menyimpang dari standar krim.
Evaluasi kedua yaitu uji daya lekat. Uji ini dilakukan untuk mengetahui lamanya daya
lekat sediaan krtim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat yang bernama alat uji daya lekat.
Cara kerja untuk melakukan uji ini adalah timbang 0,5 gram sediaan krim yang telah dibuat,
olehkan pada objek glass dan tutup dengan penutup objek glass pada alat daya lekat tersebut.
Kemudian ditambah beban 500 g, biarkan selama 1 menit. Setalah 1 menit turunkan beban
dan tarik pada alat daya lekat tersebut dan cacat lamanya waktu penurup objek glas terlepas.
Evaluasi ketiga adalah uji proteksi . Uji ini dilakukan yang pada prinsipnya untuk
mengetahui sediaan krim tersebut memberika proteksi atau tidak. Cara kerja untuk uji ini
adalah dengan membuat kertas dari kertas saring 10 cm x 10 cm kemudian dibasahi dengan
indikator pp dan dikeringkan kemudian dioleskan dengan sediaan krim yang telah dibuat.
Selanjutnya membuat areal dengan kertas saring ukuran 2,5 cm x 2,5 cm dan ditetesi dengan
parafin cair dan kemudian dikeringkan. Setelah itu letakkan kertas tersebut dikertas pertama
yang lebih besar dan tetesi dengan KOH, amati terjadi warna merahkah pada areal tersebut,
pada selang waktu 15, 30, 45, 60, 3,dan 5. Kemudian lakukan replikasi. Tujuan dari
replikasi ini adalah untuk memperoleh data yang akurat dan tepat.
Evaluasi keempat adalah uji daya sebar. Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya
sebar yang dapat ditempuh sediaan krim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat
ekstensometer, cara kerja yang dilakukan adalah dengan menimbang 0,5 g kemudian
diletakkan ditengah alat dan sebelumnya timbang tutup eksentensometer yang akan
digunakan. Setelah itu letakkan penutup kaca tersebut ditengah massa dan catat diameter
sediaan yang menyebar dengan mengambil panjang rata-rata diameter. Kemudian tambahkan
dengan beban 50 g diamkan 1 menit dan catat diameter sediaan yang menyebar. Lalu
tambahkan lagi dengan 50 g, biarkan 1 menit dan catat diameternya seperti sebelumnya.
Berdasarakan masing masing uji diperoleh hasil sebagai berikut :
Uji organoleptis sediaan krim kloramfenikol yaitu bentuknya setengah padat, bau
mentol, warna : kecoklatan, dan rasa pahit.
Uji daya lekat dengan 2 kali replikasi pengujian yang diperoleh hasil dengan rata-rata
3,81 detik untuk daya lekat dari krim rosella terhadap alat penguji.
Uji daya proteksi pada krim kloramfenikol dilakukan dengan 3 kali replikasi
pengujian pula, untuk menimimalisir terjadinya kesalahan perolehan data. Yakni pada
rentang waktu antara 15 detik pada kertas saring menimbulkan noda merah tetapi setelah
detik ke 30 noda merah menghilang hingga menit ke 5 sehingga menandakan bahwa krim
roesella ini mampu memberikan daya proteksi terhadap suatu cairan.
Uji daya sebar, dengan 3 kali replikasi pengujian yang diperoleh terhadap luas
pemukaan krim kloramfenikol pada alat ekstensometer dengan tanpa beban adalah 3,14 cm2 ,
beban 50 gram adalah 5,93 cm2, serta pada beban 100 gram adalah 8,291 cm2 .Berarti krim
kloramfenikol mampu menyebar dengan cukup luas dipermukaan kulit jika digunakan.
Pada praktikum pembuatan dan sediaan krim rosella ini menggunakan zat aktif extrak
rosella yang mana berkhasiat sebagai antioksidan. Bahan tambahan lainya yang digunakan
adalah nipagin yang mana berkhasiat sebagai pengawet (anonim, 1979). Bila dalam resep
krim diencerkan (dilarutkan) dalam air, dapat pula ditumbuhi jamur. Untuk mencegah krim
tidak menjadi busuk ditambah nipagin sebagai pengawet (Moh. Anief, 1998). Maksud busuk
disini adalah agar krim tidak cepat rusak dan krim menjadi awet. Penambahan nipagin yang
dianjurkan adalah 0,1% - 0,2% (Moh. Anief, 1998. Hal 112)
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan krim adalah :
1. Kelarutan
Perhatikan kelarutan dari zat aktif yang akan dipakai dalam pembuatan. Apakah
mudah larut, atau sukar larut.
2. Kestabilan
Perhatikan zat aktif yang digunakan apakah stabil dan dapat digunakan dalam
pembuatan sediaan. Zat aktif yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan adalah zat tersebut
tidak mengalami perubahan fisika ataupun kimia bila dilarutkan dalam pelarut. Karena dalam
hal pembuatan sediaan setengah padat (krim) ada pelarut-pelarut tertentu yang digunakan.

IX. KESIMPULAN
Dalam praktikum pembuatan krim rosella ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan krim rosella dengan menggunakan formula yang
sudah di tentukan
2. Krim adalah sediaan bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
3. Krim rosella yang dibuat bentuknya setengah padat, bau mentol, warna sediaan
kecoklatan, krim kloramfenikol tersebut homogen, daya lekatnya adalah 3,81 detik , krim
kloramfenikol dapat memberikan proteksi pada suatu cairan, dan mampu menyebar
hingga 8,291 cm2 pada permukaan
4. Dalam pembuatan krim rosella harus memperhatikan kestabilan dan kelarutan zat aktif
(rosella).

X. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.Departemen Kesehatan RI
Anonim.1997.Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan RI
Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada University press.
Anonim.2007.Kapita Selekta Dispensing I.Yogyakarta.fakultas Framsai UGM.
http://id.wikipedia.org diakses 7 juni 2017 pada jam 21.22 WIB.
http://rizkiafarmacist.blogspot.co.id/2013/04/laporan-praktikum-teknologi-farmasi.html dia
akses 6 Juni 2017 pada jam 13.24 WIB.

Anda mungkin juga menyukai