Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI SUSUN OLEH :
III. FORMULASI
BAHAN FORMULA
Extrak Rosella 3 tetes
Asam Stearat 145
Trietanolamin 15
Lemak bulu domba 30
Parafin cair 250
Nipagin 1%
Membuat basis cream:Bahan basis krim ( Asam stearat, TEA, Lemak bulu domba, Parafin
cair ) masukan ke dalam cawan penguap lebur di atas waterbath,
Masukan basis krim ke dalam mortir panas tambahkan ekstrak rosella, nipagin dan parfum
Lakukan evaluasi beberapa uji yang sudah ditentukan uji organoleptis, uji ph, uji
homogenitas, uji daya lekat, uji daya sebar, uji daya proteksi, dan uji tipe krim
HASIL
b. Evaluasi
1. Uji Organoleptis
Krim
HASILl
2. Uji Daya Lekat
0,5 gram sediaan krim
Diamkan 1 menit
HASIL
Ditimbang dulu penutup kaca ekstensometer lalu letakkan diatas massa sediaan selama 1
menit
Diukur diameter sediaan yang menyebar dengan mengambil rata-rata diameter dari beberapa
sisi
HASIL
4. Uji Daya Proteksi
0,5 gram sediaan krim
Diambil sepotong keras saring (10x10)cm basahi dengan larutan PP sebagai indikator,
keringkan diolesi dengan sediaan pada kertas saring
Pada kertas sarimg yang lain, dibuat suatu area (2,5x2,5)cm dengan paraffin cair. Setelah
kering akan didapat areal yang dibatasi dengan paraffin tersebut.
Dilihat setelah kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan PP pada waktu 15,30,45,60
detik, 3 dan 5 menit
Jika tidak ada noda merah berarti sediaan dapat memberikan proteksi terhadap cairan
HASIL
Keterangan :
+ : Tidak memberi proteksi ( Timbul bercak merah )
++ : Memberi proteksi ( Tidak timbul bercak merah )
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali kami melakukan percobaan pembuatan krim rosella dan
melakukan evaluasinya.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar.
Nipagin berbentuk serbuk hablur,putih, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai
rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutannya larut dalam 500 bagian air,
dlam 20 bagian air mendidih, dlam 3,5 bagian etanol ( 95%) p dan dalam 3 bagian aseton p :
mudah larut dalam eter p dan dalam larutan alkali hidroksida : larut dalam 60 bagian gliserol
p panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap
jernih.
Parfum Mentol yang digunakan berbentuk cairan berwarna bening dan memiliki bau
khas.
Asam stearat / Acidum stearicum/ Asam oktadekanoat merupakan zat padat keras
mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin. Kelarutan
asam stearat mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride, kloroform dan eter. Larut
dalam etanol 95%, hexane dan propilenglikol.Praktis tidak larut dalam air. Asam stearat
merupakan bahan yang stabil terutama dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan
dalam wadah tertutup baik ditempat kering dan sejuk. Digunakan sebagai emulsifying agent;
solubilizing agent; tablet and capsule lubricant (1-3%). Trietanolamin (TEA) memiliki
sinonim Daltogen/ Tealan/ Trietilolamin, trihidroksitrietilamin / Tris(hidroksi)etilamin.
Merupakan cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga kuning pucat.
Kelarutannya campur dengan air, metanol, etanol (95%), dan aseton. Larut dalam kloroform,
larut dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter pH = 10,5 untuk larutan aqueous 0,1 N.
Kegunaan dalam formulasi terutama digunakan sebagai pH adjusting agent. Kegunaan lain
yaitu sebagai buffer, pelarut, humektan, dan polimer plasticizer. Digunakan pada konsentrasi
2-4%.
Adeps Lanae atau lemak bulu domba merupakan zat serupa lemak, liat, lengket;
kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya; bau lemah dan khas. Praktis tidak larut
dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95 %) P; mudah larut dalam kloroform dan dalam
eter P, berkhasiat sebagai zat tambahan, zat pengikat (Anonim, 1979)
Parafin liquid merupakan minyak cair kental tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa . Larut dalam aseton, benzen, kloroform, carbon disulfida eter dan petroleum eter,
tidak bercampur dengan minyak menguap dan lemak pada, praktis tidak larut dalam etanol
95%, gliserin dan air.
Aquades merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. Dapat bercampur
dengan pelarut polar. Memiliki kegunaan sebagai pelarut.
Dalam praktik, kami melakukan pembuatan sediaan krim berdasarkan formula yang
sudah di tentukan.Untuk membuat formula tersebut langkah pertama yang kami lakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan, alat yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan krim ini
adalah becker glass, batang pengaduk, spatula logam, mortir dan stamper, kaca arloji, cawan
porselen, neraca analitik, alat evaluasi sediaan.
Sedangkan bahan yang dipergunakan adalah Extrak rosella, nipagin, parfum, asam
stearat, triethanolamin, lemak bulu domba, parafin cair, dan aquadest .
Setelah alat dan bahan siap, langkah kedua adalah menimbang bahan sesuai dengan
perhitungan yang ada, dimana Extrak Rosella di ambil sebanyak 3 tetes, nipagin 1 mg, dan
parfum secukupnya. Sedangkan bahan untuk basis krim diambil asam stearat 1450 mg, TEA
150 mg, lemak bulu domba 300 mg, parafin cair 2500 mg, aquadest 10 ml.
Langkah ketiga, setelah penimbangan bahan adalah praktikan membuat basis krim
terlebih dahulu, pembuatan basis dengan cara melebur dengan cawan porselen bahan bahan
seperti asam stearat, trietanolamin, lemak bulu domba, parafin cair, dan sebagian aquades
diatas water bath. Aduk ad leleh dan homogen.
Kemudian langkah keempat adalah memulai pembuatan krim rosella, bahan pertama
yang dicampur adalah extrak rosella ditambah dengan nipagin dilarutkan dengan sebagian
aquades (sisa dari basis krim) dalam mortir, aduk ad larut dan homogen, setelah itu
tambahkan basis krim yang telah jadi kedalam campuran tersebut kedalam mortir. Kemudian
ditambahkan dengan parfum aduk ad larut dan homogen. Tempatkan pada wadah yang
sesuai.
Langkah kelima, adalah evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah
evaluasi organoleptis, daya lekat, proteksi dan daya sebar.
Evaluasi pertama adalah uji organoleptis, evalusi yang dilakukan dengan cara
mengamati sediaan sirup tersebut dengan dilihat bentuk, warna, dan bau dari sediaan krim
kloramfenikol yang dibuat tersebut. Evaluasi ini dilakukan agar mengetahui sediaan yang
dibuat sesuai dengan standar krim yang ada, dalam arti sediaan krim tersebut stabil dan tidak
menyimpang dari standar krim.
Evaluasi kedua yaitu uji daya lekat. Uji ini dilakukan untuk mengetahui lamanya daya
lekat sediaan krtim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat yang bernama alat uji daya lekat.
Cara kerja untuk melakukan uji ini adalah timbang 0,5 gram sediaan krim yang telah dibuat,
olehkan pada objek glass dan tutup dengan penutup objek glass pada alat daya lekat tersebut.
Kemudian ditambah beban 500 g, biarkan selama 1 menit. Setalah 1 menit turunkan beban
dan tarik pada alat daya lekat tersebut dan cacat lamanya waktu penurup objek glas terlepas.
Evaluasi ketiga adalah uji proteksi . Uji ini dilakukan yang pada prinsipnya untuk
mengetahui sediaan krim tersebut memberika proteksi atau tidak. Cara kerja untuk uji ini
adalah dengan membuat kertas dari kertas saring 10 cm x 10 cm kemudian dibasahi dengan
indikator pp dan dikeringkan kemudian dioleskan dengan sediaan krim yang telah dibuat.
Selanjutnya membuat areal dengan kertas saring ukuran 2,5 cm x 2,5 cm dan ditetesi dengan
parafin cair dan kemudian dikeringkan. Setelah itu letakkan kertas tersebut dikertas pertama
yang lebih besar dan tetesi dengan KOH, amati terjadi warna merahkah pada areal tersebut,
pada selang waktu 15, 30, 45, 60, 3,dan 5. Kemudian lakukan replikasi. Tujuan dari
replikasi ini adalah untuk memperoleh data yang akurat dan tepat.
Evaluasi keempat adalah uji daya sebar. Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya
sebar yang dapat ditempuh sediaan krim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat
ekstensometer, cara kerja yang dilakukan adalah dengan menimbang 0,5 g kemudian
diletakkan ditengah alat dan sebelumnya timbang tutup eksentensometer yang akan
digunakan. Setelah itu letakkan penutup kaca tersebut ditengah massa dan catat diameter
sediaan yang menyebar dengan mengambil panjang rata-rata diameter. Kemudian tambahkan
dengan beban 50 g diamkan 1 menit dan catat diameter sediaan yang menyebar. Lalu
tambahkan lagi dengan 50 g, biarkan 1 menit dan catat diameternya seperti sebelumnya.
Berdasarakan masing masing uji diperoleh hasil sebagai berikut :
Uji organoleptis sediaan krim kloramfenikol yaitu bentuknya setengah padat, bau
mentol, warna : kecoklatan, dan rasa pahit.
Uji daya lekat dengan 2 kali replikasi pengujian yang diperoleh hasil dengan rata-rata
3,81 detik untuk daya lekat dari krim rosella terhadap alat penguji.
Uji daya proteksi pada krim kloramfenikol dilakukan dengan 3 kali replikasi
pengujian pula, untuk menimimalisir terjadinya kesalahan perolehan data. Yakni pada
rentang waktu antara 15 detik pada kertas saring menimbulkan noda merah tetapi setelah
detik ke 30 noda merah menghilang hingga menit ke 5 sehingga menandakan bahwa krim
roesella ini mampu memberikan daya proteksi terhadap suatu cairan.
Uji daya sebar, dengan 3 kali replikasi pengujian yang diperoleh terhadap luas
pemukaan krim kloramfenikol pada alat ekstensometer dengan tanpa beban adalah 3,14 cm2 ,
beban 50 gram adalah 5,93 cm2, serta pada beban 100 gram adalah 8,291 cm2 .Berarti krim
kloramfenikol mampu menyebar dengan cukup luas dipermukaan kulit jika digunakan.
Pada praktikum pembuatan dan sediaan krim rosella ini menggunakan zat aktif extrak
rosella yang mana berkhasiat sebagai antioksidan. Bahan tambahan lainya yang digunakan
adalah nipagin yang mana berkhasiat sebagai pengawet (anonim, 1979). Bila dalam resep
krim diencerkan (dilarutkan) dalam air, dapat pula ditumbuhi jamur. Untuk mencegah krim
tidak menjadi busuk ditambah nipagin sebagai pengawet (Moh. Anief, 1998). Maksud busuk
disini adalah agar krim tidak cepat rusak dan krim menjadi awet. Penambahan nipagin yang
dianjurkan adalah 0,1% - 0,2% (Moh. Anief, 1998. Hal 112)
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan krim adalah :
1. Kelarutan
Perhatikan kelarutan dari zat aktif yang akan dipakai dalam pembuatan. Apakah
mudah larut, atau sukar larut.
2. Kestabilan
Perhatikan zat aktif yang digunakan apakah stabil dan dapat digunakan dalam
pembuatan sediaan. Zat aktif yang dipergunakan untuk pembuatan sediaan adalah zat tersebut
tidak mengalami perubahan fisika ataupun kimia bila dilarutkan dalam pelarut. Karena dalam
hal pembuatan sediaan setengah padat (krim) ada pelarut-pelarut tertentu yang digunakan.
IX. KESIMPULAN
Dalam praktikum pembuatan krim rosella ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan krim rosella dengan menggunakan formula yang
sudah di tentukan
2. Krim adalah sediaan bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
3. Krim rosella yang dibuat bentuknya setengah padat, bau mentol, warna sediaan
kecoklatan, krim kloramfenikol tersebut homogen, daya lekatnya adalah 3,81 detik , krim
kloramfenikol dapat memberikan proteksi pada suatu cairan, dan mampu menyebar
hingga 8,291 cm2 pada permukaan
4. Dalam pembuatan krim rosella harus memperhatikan kestabilan dan kelarutan zat aktif
(rosella).
X. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.Departemen Kesehatan RI
Anonim.1997.Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan RI
Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada University press.
Anonim.2007.Kapita Selekta Dispensing I.Yogyakarta.fakultas Framsai UGM.
http://id.wikipedia.org diakses 7 juni 2017 pada jam 21.22 WIB.
http://rizkiafarmacist.blogspot.co.id/2013/04/laporan-praktikum-teknologi-farmasi.html dia
akses 6 Juni 2017 pada jam 13.24 WIB.