Anda di halaman 1dari 30

Keluarga Islam

Keluarga disebut ahl atau ahila yang berarti keluarga secara menyeluruh
termasuk kakek, nenek, paman, bibi dan keponakan. Dalam pengertian yang lebih
luas, keluarga dalam Islam merupakan satu kesatuan unit yang besar yang disebut
ummah atau komunitas umat Islam. Keluarga Islam adalah keluarga yang rumah
tangganya ditegakkan adab-adab Islam, baik yang menyangkut individu maupun
keseluruhan anggota rumah tangga. Keluarga Islam adalah sebuah rumah tangga yang
didirikan di atas landasan ibadah, mereka bertemu dan berkumpul karena Allah,
saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada
yang maruf dan mencegah dari yang mungkar, karena kecintaan mereka kepada
Allah swt. Keluarga Islam adalah keluarga yang rumah tangganya menjadi teladan,
panutan dan dambaan umat, mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman
dan kekayaan rohani, mereka berkhidmat kepada Allah dalam suka maupun duka,
dalam keadaan senggang maupun sempit.

Kata sakinah berasal dari bahasa Arab yang berarti tenang atau ketenangan.
Al-Jurjani mengemukakan satu definisi, yaitu adanya ketenteraman bahwa Allah
senantiasa bersifat Rahmah yang selalu dilimpahkan kepada makhluk-Nya ke dalam
hati pada saat datangnya goncangan dan cobaan. Dalam keseluruhannya sakinah
merupakan ketentraman jiwa dan ketenangan batin (al-Jurjani, t.th.:106). Sakinah
merupakan suatu ketenangan yang sering didahului oleh gejolak, karena dalam setiap
rumah tangga diwarnai dengan gejolak, bahkan kesalahpahaman, namun ia dapat
segera tertanggulangi lalu melahirkan sakinah (ketenangan). Kata Mawaddah,
memiliki arti kelapangan dada dan terhindarnya jiwa seseorang dari kehendak yang
buruk. Mawaddah artinya adalah cinta sejati, cinta tidak lengkap kecuali bila semua
unsur-unsur terpenuhi, yaitu perhatian, tanggung jawab, penghormatan, serta
pengetahuan. Cinta yang dibingkai dalam hati yang mawaddah, tidak lagi akan
memutuskan hubungan. Ini disebabkan karena hatinya begitu lapang dan terhindar
dari keburukan-keburukan. Sedangkan Rahmah adalah kasih sayang, kondisi
psikologis yang muncul di dalam hati, karena menyaksikan ketidakberdayaan,

1
sehingga mendorong yang bersangkutan untuk memberdayakannya. Karena itu,
dalam kehidupan keluarga, masing-masing suami istri rela bersusah payah demi
mendatangkan kebaikan bagi pasangannya serta menolak segala yang mengganggu
dan mengeruhkannya. (M. Quraish Shihab, 2013: 209). Dengan demikian keluarga
Islam yang sakinah, mawaddah dan rahmah adalah keluarga yang didalamnya penuh
dengan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan, akibat menyatunya pemahaman
dan kesucian hati, serta bergabungnya kejelasan pandangan dengan tekad yang kuat.

Sekedar untuk menunjukan arti penting keluarga, ada ungkapan yang menyatakan
bahwa Keluarga adalah tiang masyarakat dan sekaligus tiang negara; bahkan juga
tiang agama. Atas dasar ini, maka mudahlah difahami manakala agama Islam
menaruh perhatian sangat serius terhadap perkara keluarga. Di antara indikatornya,
dalam Al-quran dan atau Al-hadits, tidak hanya dijumpai sebutan keluarga dengan
istilah al-ahl jamaknya al-ahluna, atau dzul qurba, al-aqarib dan lainnya;
akan tetapi, juga di dalamnya dijumpai sejumlah ayat dan bahkan surat Al-quran
yang mengatur ihwal keluarga dan kekeluargaan.

Di antara surat yang menyimbolkan arti penting tentang peran keluarga dalam
kehidupan sosial adalah surat ketiga, yakni surat Ali Imran (3) yang terdiri atas: 200
ayat, 3,460 kata dan 14,525 huruf. Secara umum dan garis besar, surat Ali Imran
memuat perihal: keimanan, hukum, dan kisah di samping lain-lain. Yang menariknya
lagi surat Ali Imran ini diiringi surat An-Nisa (4), yang mengisyaratkan arti penting
bagi kedudukan seorang ibu khususnya dan kaum wanita pada umumnya dalam hal
pembentukan dan pembinaan keluarga ideal yang disimbolkan dengan Keluarga
Imran.

Masih dalam konteks peduli Al-quran terhadap peran keluarga, bisa difahami dari isi
kandungan ayat 6 surat Al-tahrim yang telah dikutibkan sebelum ini. Ayat tersebut
pada dasarnya mengingatkan semua kepala keluarga dalam hal ini Bapak dan atau Ibu
bahkan para wali, supaya membangun, membina, memelihara dan atau melindungi

2
semua dan setiap anggota keluarga yang menjadi tanggungannya dari kemungkinan
mara bahaya yang disimbolkan dengan siksaan api neraka. Sebab, dalam pandangan
Islam, berkeluarga itu tidak hanya untuk sebatas dalam kehidupan duniawi; akan
tetapi juga sampai ke kehidupan akhirat.

Karakteristik Keluarga Islam

Rasulullah saw. adalah orang yang sangat berhasil memberikan suri tauladan
yang baik bagi umatnya, mulai dari masalah memimpin umat sampai kepada
memimpin keluarga. Dalam hal memimpin keluarga misalnya, Nabi Muhammad saw.
mengajarkan kepada umatnya agar membina rumah tangga yang harmonis, keluarga
yang bahagia, yang dipenuhi dengan ketenangan dan cinta kasih, Beliau bersabda
yang artinya: Ada tiga kebahagiaan, yaitu:

(1) memiliki istri yang shalihah, bila engkau memandangnya menyenangkanmu, dan
bila engkau pergi hatimu mempercayai bahwa ia dapat menjaga dirinya dan menjaga
hartamu,

(2) kendaraan yang layak,

(3) rumah yang luas yang banyak didatangi tamu. (HR. Al-Hakim dalam kitabnya
Al-Mubarak ala al-Shahihain, II/175 No. 2684).

Dalam hadis di atas digambarkan tentang kebahagiaan manusia atau keluarga


Islam akan tercapai bila memenuhi beberapa hal, yaitu rumah yang luas, maksudnya
bukan berarti rumah yang secara fisik berukuran luas, tetapi merupakan tempat
tinggal yang memberikan kenyamanan, ketentraman, dan kelapangan hati seperti
rumah yang dimiliki oleh Rasulullah saw., kendaraan yang layak maksudnya tidak
terbatas pada mobil pribadi atau kendaraan lain, tetapi kendaraan yang bisa
menghantarkan pemiliknya ke tempat-tempat yang baik dan diridhai oleh Allah,
sedangkan istri atau suami yang shalihah dan shalih merupakan pendamping hidup
yang senantiasa beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah serta selalu
mengingatkan jika salah satu di antara keluarga melakukan kesalahan.

3
Keluarga Islam adalah keluarga yang rumah tangganya sakinah, mawadah,
dan rahmah (perasaan tenang, cinta dan kasih sayang). Perasaan itu senantiasa
melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh anggota keluarga merasakan
suasana surga di dalamnya. Baiti jannati (rumahku surgaku), demikian slogan
mereka sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw. untuk membentuk ummah yang
kuat.

Fatima Heeren dalam bukunya Women in Islam (1993), menyebutkan empat


syarat dalam membangun keluarga Islam, yaitu :

(1) keluarga Islam harus menjadikan keluarga sebagai tempat utama pembentukan
generasi yang kuat dengan cara menyediakan keluarga sebagai tempat yang aman,
sehat dan nyaman bagi interaksi antara orang tua dan anak;

(2) kehidupan berkeluarga harus dijadikan sarana untuk menjaga nafsu seksual laki-
laki dan perempuan;

(3) keluarga Islam harus menjadikan keluarga sebagai tempat pertama dalam
menanamkan nilai-nilai kemanusiaan seperti cinta dan kasih sayang;

(4) keluarga Islam harus dijadikan sebagai tempat bagi setiap anggotanya untuk
berlindung dan tempat memecahkan segala permasalahan yang dihadapi anggotanya.

Ketentuan Agama Islam dalam Pembentukan Keluarga Islam

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang anggota-anggotanya


terikat secara lahir dan batin dan terkait secara hukum karena pertalian darah dan
pernikahan. Ikatan itu menetapkan kedudukan tertentu pada masing-masing anggota
keluarga, ada hak dan kewajiban, tanggung jawab bersama, saling mengharapkan,
dan saling mengasihi. Suatu keluarga biasanya terdiri dari suami, istri dan anak-anak.
Ini merupakan keluarga inti. Keluarga yang lebih besar bisa juga tediri dari kakek,
nenek, keponakan, paman dan bibi, baik dari pihak ayah maupun ibu. Ketentuan

4
agama Islam dalam pembentukan keluarga Islam diantaranya berdasarkan firman
Allah dalam QS.30 (Al-Rum) : 21 yang artinya:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
(QS. 30: 21).

Agama Islam adalah ketentuan-ketentuan Allah yang membimbing dan


mengarahkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia berperan ketika
pemeluknya memahami, menghayati, dan mengamalkan dengan baik secara sungguh-
sungguh. Ayat di atas menunjukkan bahwa salah satu tujuan utama pernikahan adalah
menciptakan keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah antara suami, istri, anak-
anaknya serta keluarga lain, yaitu sebuah keluarga yang dicita-citakan dan diidamkan
oleh umat secara keseluruhan.

Dalam proses pembentukan keluarga Islam, ada beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan, yaitu :

a. Calon suami atau istri sama-sama orang beriman, sebagaimana dijelaskan dalam
QS. 2 (Al-Baqarah) : 221. Dalam sebuah Hadis Rasulullah saw bersabda bahwa
wanita dinikahi karena empat faktor : kecantikannya, hartanya, masabnya, dan
agamanya. Pilihlah karena agamanya, maka engkau akan beruntung.

b. Calon suami bukan mahram, artinya tidak terdapat halangan untuk menikah.

c. Calon suami dan calon istri ridha, setuju untuk menikah.

d. Memenuhi ketentuan khusus poligami dalam pernikahan poligami.

e. Calon istri tidak sedang dalam masa iddah atau dalam pinangan orang lain.

f. Calon istri tidak terikat pernikahan dengan pria lain.

5
g. Calon suami menyiapkan mahar atau mas kawin. Apabila pada waktu akad nikah
calon suami belum memiliki mahar, boleh dihutang dan dibayar setelah akad nikah
sesuai kesepakatan dengan calon istri.

h. Pada saat akad nikah dilakukan pencatatan nikah oleh Pegawai Pencatat Nikah.

Dalam proses akad nikah harus memenuhi rukun nikah, yaitu :

a. Ada calon suami dan calon istri;

b. Ada dua orang saksi;

c. Ada wali nikah;

d. Ada akad nikah, yaitu ijab dan qabul.

Tanggungjawab Kehidupan Keluarga

Apabila keluarga Islam telah terbentuk maka tugas dan tanggungjawab dalam
kehidupan keluarga Islam adalah :

a. Mendidik Keluarga Secara Islam

Setelah mampu membina keluarga dalam kehidupan secara mandiri sesuai dengan
perintah Allah, maka tugas selanjutnya adalah mendidik keluarga dan anak-anak agar
menjadi generasi penerus yang saleh. (QS.3 (Ali Imran) :9), dan juga menjadi orang-
orang yang senantiasa menjaga diri dan keluarga dari segala hal yang menjerumuskan
ke dalam api neraka. (QS.66 (Al-Tahrim) :6).

b. Berbakti kepada orang tua.

Setelah hidup mandiri dengan keluarga yang sakinah, dipenuhi dengan ketentraman
dan kebahagiaan, jangan lupa hendaknya selalu berbakti kepada orang tua yang telah
melahirkan, menyusui, merawat dan membimbing selama bertahun-tahun, sehingga
menjadi anak yang baik dan terpuji. Berbakti kepada orang tua dalam pandangan
Islam, merupakan keharusan yang selalu dijaga dengan baik. Dalam beberapa ayat

6
Al-Quran disebutkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua demikian pentingnya,
sehingga diletakkan pada posisi yang signifikan, setelah kita berbakti kepada Allah.
(QS.31 (Luqman) :14, dan QS.46 (Al-Ahqaf) :15).

Masyarakat Islam

Pengertian Masyarakat Menurut Ahli

Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan


yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.Seperti; sekolah,
keluarga,perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat.

merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya


serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan,
keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan
lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang
berkesinambungan dalam suatu masyarakat.

Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli
sosiologi dunia.

1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.

2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.

3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-


pribadi yang merupakan anggotanya.

4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia


yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di

7
suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar
kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut

. Faktor-Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai


berikut ini :

1. Berangotakan minimal dua orang.

2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru
yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota
masyarakat.

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan


satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

C. Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik

Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar
sekumpolan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.

1. Ada sistem tindakan utama.

2. Saling setia pada sistem tindakan utama.

3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.

4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia.

etiap manusia tentu mendambakan keamanan dan mereka berlomba-lomba untuk


mewujudkannya dengan segala cara yang memungkinkannya. Rasa aman ini lebih
mereka butuhkan daripada kebutuhan akan makanan. Karena itu Islam
memperhatikan hal ini dengan cara membina manusia sebagai bagian dari masyarakat
di atas akidah yang lurus disertai akhlak yang mulia. Bersamaan dengan itu,

8
pembinaan individu-individu tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa ada
wadah dan lingkungan yang baik. Dari sudut inilah kita dapat melihat nilai sebuah
keluarga.

Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam
menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-
kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan
kehancuran. Kenapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri
bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat
muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-
generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah I di muka bumi.

Bila pondasi ini kuat, lurus agama dan akhlak anggotanya, maka akan kuat pula
masyarakatnya dan terwujud pula keamanan yang didambakan. Sebaliknya, bila
ikatan keluarga tercerai-berai dan kerusakan meracuni anggota-anggotanya maka
dampaknya terlihat pada masyarakat, bagaimana kegoncangan melanda dan rapuhnya
kekuatan, sehingga tidak diperoleh rasa aman.

Dari keterangan di atas pahamlah kita kenapa musuh-musuh Allah I dari kalangan
setan jin dan manusia begitu berambisi untuk menghancurkan kehidupan keluarga.
Mereka bantu-membantu menyisipkan kebatilan ke dalam keluarga agar apa yang
diharapkan Islam dari sebuah keluarga tidak terwujud. Dan sangat disesalkan ibarat
gayung bersambut, kebatilan itu banyak diserap oleh keluarga muslim. Akibatnya
tatanan rumah tangga hancur dan dampaknya masyarakat diantar ke bibir jurang
kehancuran. Naudzubillah min dzalik!!! Kita berlindung kepada Allah dari yang
demikian.

Jauh sebelumnya Rasulullah r telah memperingatkan kita akan makar Iblis terhadap
anak Adam. Bagaimana Iblis begitu bergembira bila anak buahnya dapat
menghancurkan sebuah keluarga, memutuskan hubungan antara suami dengan istri
sebagai dua tonggak dalam kehidupan keluarga.

9
Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengirim


tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di antara mereka dengan Iblis adalah
yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya. Datang salah seorang dari mereka
seraya berkata: Aku telah melakukan ini dan itu. Maka Iblis menjawab: Engkau
belum melakukan apa-apa. Lalu datang yang lain seraya berkata: Tidaklah aku
meninggalkan dia (manusia yang digodanya) hingga aku berhasil memisahkan dia
dengan istrinya. Maka Iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya
dan memujinya dengan berkata: Ya, engkaulah. (Shahih, HR. Muslim dalam
Shahih-nya, Kitab Shifatul Qiyamah wal Jannah wan Naar, Bab Tahrisyu Asy-
Syaithan wa Batsuhu Sarayahu Li Fitnatin Naas, 17/157- Syarah An-Nawawi)

Dalam Syarah Shahih Muslim (17/157), Al-Imam An-Nawawi t menjelaskan hadits


di atas bahwa Iblis bermarkas di lautan dan dari situlah ia mengirim tentara-
tentaranya ke penjuru bumi. Iblis memuji anak buahnya yang berhasil memisahkan
antara suami dengan istrinya karena kagum dengan apa yang dilakukannya dan ia
dapat mencapai puncak tujuan yang dikehendaki Iblis.

Begitu kuat ambisi Iblis dan para setan sebagai tentaranya untuk menghancurkan
kehidupan keluarga, hingga mereka pun bersedia membantu setan dari kalangan
manusia untuk mengerjakan sihir yang dapat memisahkan suami dengan istrinya.
Allah I berfirman menyebutkan ihwal orangorang Yahudi yang biasa melakukan
pekerjaan kufur ini (sihir) guna memisahkan pasangan suami istri:

Orang-orang Yahudi itu mengikuti apa yang dibacakan para setan pada masa
kerajaan Nabi Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan
sihir). Padahal Sulaiman tidaklah kafir (mengerjakan sihir) namun setan-setan itulah
yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan
kepada dua malaikat di Babil yaitu Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak
mengajarkan sesuatu kepada seorangpun sebelum keduanya mengatakan: Kami
hanyalah ujian (cobaan) bagimu. Maka janganlah engkau kufur dengan belajar sihir.

10
Maka mereka mempelajari sihir dari keduanya yang dengan sihir tersebut mereka bisa
memisahkan antara suami dengan istrinya (Al-Baqarah: 102)

Kita berlindung kepada Allah I dari kejahatan sihir dan pelakunya!

Pembaca yang semoga dirahmati Allah I Ketahuilah, suatu keluarga baru memiliki
nilai lebih bila bangunan keluarga itu ditegakkan di atas dasar takwa kepada Allah I.

Untuk kepentingan ini, perlu dipersiapkan anggota keluarga yang shalih, tentunya
dimulai dari pasangan suami istri. Seorang pria ketika akan menikah hendaknya
mempersiapkan diri dan melihat kemampuan dirinya. Dia harus membekali diri
dengan ilmu agama agar dapat memfungsikan dirinya sebagai qawwam (pemimpin)
yang baik dalam rumah tangga.

Karena Allah telah menetapkan:

Kaum pria itu adalah pemimpin atas kaum wanita disebabkan Allah telah
melebihkan sebagian mereka (melebihkan kaum pria) di atas sebagian yang lain (di
atas kaum wanita) dan karena kaum pria telah membelanjakan harta-harta mereka
untuk menghidupi wanita. (An-Nisa: 34)

Hendaknya seorang pria menjatuhkan pilihan hidupnya kepada wanita yang shalihah
karena demikianlah yang dituntunkan oleh Nabi kita yang mulia Muhammad r.

Beliau r bersabda tentang kelebihan wanita yang shalihah:

Dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah
. (Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Ar-Radha, Bab Istihbab Nikahil
Bikr. 10/56, Syarah An-Nawawi)

Ada empat perkara yang termasuk dari kebahagiaan: istri yang shalihah, tempat
tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman.
Dan ada empat perkara yang termasuk dari kesengsaraan: tetangga yang jelek, istri
yang jelek (tidak shalihah), tunggangan yang jelek, dan tempat tinggal yang sempit.

11
(HR. Ibnu Hibban. Hadits ini dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil t dalam kitab beliau
Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain, 1/277)

Beliau mengabarkan:

Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, kedudukannya
(keturunannya), kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang memiliki
agama, taribat yadaak1. (Shahih, HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 5090, Kitab
An-Nikah, bab Al-Akfaau fid Dien, dan Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Ar-Radha,
bab Istihbab Nikahi Dzatid Dien, 10/51, Syarah An-Nawawi)

Al-Imam An-Nawawi t menyatakan bahwa yang benar tentang makna hadits di atas
adalah Nabi r mengabarkan tentang kebiasaan yang dilakukan manusia. Mereka,
ketika hendak menikah, memilih wanita dengan melihat empat perkara tersebut dan
mereka mengakhirkan pertimbangan agama si wanita. Maka hendaklah engkau wahai
orang yang meminta bimbingan memilih wanita yang baik agamanya. (Shahih
Muslim bi Syarhin Nawawi, 10/51-52)

Al-Imam An-Nawawi melanjutkan: Dalam hadits ini ada penekanan untuk bergaul/
berteman dengan orang yang memiliki agama dalam segala sesuatu karena berteman
dengan mereka bisa mengambil faedah dari akhlak mereka, barakah mereka dan
baiknya jalan hidup mereka, di samping itu kita aman dari kerusakan yang mereka
timbulkan. (10/52)

Masalah agama ini juga harus menjadi pertimbangan seorang wanita ketika ia
memutuskan untuk menerima pinangan seorang pria. Karena, pria yang shalih ini bila
mencintai istrinya maka ia akan memuliakannya. Namun bila tidak, maka ia tidak
akan menghinakannya. Dan hal ini harus menjadi perhatian wali si wanita karena
Rasulullah r bersabda:

Apabila datang kepada kalian (para wali wanita) orang yang kalian ridha agama dan
akhlaknya (untuk meminang wanita yang di bawah perwalian kalian) maka
nikahkanlah laki-laki itu. Jika tidak kalian lakukan hal itu, niscaya akan terjadi fitnah

12
di muka bumi dan terjadi kerusakan yang merata. (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dll
dari Abu Hurairah z. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami
no. 270)

Di antara yang dijadikan Islam sebagai tujuan berumah tangga dan dibentuknya
sebuah keluarga adalah untuk memperbanyak umat Muhammad r. Karena itu ketika
datang seorang pria menghadap beliau dan mengatakan: Aku mendapatkan seorang
wanita yang memiliki kecantikan dan keturunan namun ia tidak dapat melahirkan
(mandul), apakah boleh aku menikahinya? Rasulullah r menjawab: Jangan
menikahinya. Kemudian pria tadi datang menghadap Nabi untuk kedua kalinya dan
mengutarakan keinginannya untuk menikahi wanita tersebut, namun beliau
melarangnya. Kemudian ia datang lagi untuk ketiga kalinya, maka beliau r bersabda:

Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang lagi subur (banyak anaknya). Karena
aku akan berbangga-bangga dengan banyaknya kalian di hadapan umat-umat yang
lain. (HR. Abu Dawud dan An-Nasai. Dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-
Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain, 2/211)

Bila setiap muslim memperhatikan dan melaksanakan dengan baik apa yang
ditetapkan dan digariskan oleh syariat agamanya, niscaya ia akan mendapati hidupnya
lurus dan tenang, termasuk dalam kehidupan berkeluarga. Dan dia benar-benar dapat
merasakan tanda kekuasaan Allah I sebagaimana dalam firman-Nya:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian pasangan-


pasangan kalian dari diri-diri (jenis) kalian sendiri agar kalian merasa tenang dengan
keberadaan mereka dan Dia menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang mau berfikir. (Ar-Rum: 21)

13
Pengertian Masyarakat Islam

Sebagai agama besar yang dianut oleh satu milyar lebih umat manusia, Islam telah
membentuk masyarakat yang kuat dalam tatanan yang penting dan teratur yang
disebut dengan masyarakat Islam. Islam adalah agama wahyu terakhir yang
disebarkan oleh Nabi Muhammad saw. Beliau menyebarkan agama ini sehingga
banyak orang yang masuk Islam dan menjadikan umat Islam menjadi umat yang kuat
dalam masyarakat yang aman, tertib dan tentram. Agama Islam menjadikan orang-
orang yang menganutnya menjadi sebuah masyarakat Islam yang sangat erat.
Pengertian dari masyarakat Islam itu sendiri adalah masyarakat yang seluruh atau
sebagian besar anggotanya merupakan orang-orang Islam dan berpedoman pada
akidah dan hukum Islam. Menurut Muhammad Quthb, bahwa masyarakat Islam
adalah suatu masyarakat yang segala sesuatunya bertitik tolak dari Islam dan tunduk
pada sistematika Islam. Berangkat dari hal tersebut di atas, maka suatu masyarakat
yang tidak diliputi oleh suasana Islam, corak Islam, bobot Islam, prinsip Islam,
syariat dan aturan Islam serta berakhlak Islam, bukan termasuk masyarakat Islam.
Masyarakat Islam bukan hanya sekedar masyarakat yang beranggotakan orang Islam,
sementara syariat Islam tidak ditegakkan di atasnya, meskipun mereka shalat, puasa,
zakat dan haji. Lebih jauh lagi bahwa masyarakat Islam bukanlah masyarakat yang
melahirkan suatu jenis Islam khusus untuk dirinya sendiri, diluar ketetapan Allah
yang telah dijelaskan oleh Rasulullah saw. Atas dasar itulah, masyarakat Islam harus
menjadikan segalah aspek hidupnya, prinsip-prinsipnya, amal perbuatannya, nilai
hidupnya, jiwa dan raganya, hidup dan matinya terpancar dari sistem Islam. Oleh
karena itu, kekuasaan yang mengatur kehidupan manusia haruslah kekuasaan yang
mengatur adanya manusia itu sendiri. Dengan demikian, tetaplah Allah saja yang
mempunyai kekuasaan tertinggi, sehingga masyarakat Islam senantiasa diperintah dan
diatur oleh pola syariat-Nya. Dalam pandangan Muhammad Quthb bahwa
masyarakat Islam adalah masyarakat yang berbeda dengan masyarakat lain. Letak
perbedaanya yaitu, peraturan-peraturannya khusus, undang-undangnya yang Qurani,
anggota-anggotanya yang beraqidah satu, aqidah islamiyah dan berkiblat satu.

14
Sedangkan menurut Mahdi Fadhlullah bahwa yang dimaksud dengan masyarakat
Islam adalah satu-satunya masyarakat yang tunduk kepada Allah dalam segala
masalah dan memahami bahwa makna ibadah itu tidak cukup dengan melakukan
syiar-syiar keagamaan seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lainnya, karena itu
hanya bentuk ibadah nyata. Dari pengertian di atas, terdapat kejelasan bahwa yang
menjadi dasar pengikat masyarakat Islam adalah rasa iman kepada Allah. Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa yang mengikat masyarakat Islam adalah dasar
persamaan aqidah, bukan didasarkan atas ikatan jenis bangsa, tanah air, warna kulit,
maupun bahasa. Masyarakat Islam inilah yang memiliki watak dan adat istiadat yang
terpadu walaupun terdiri dari beberapa suku bangsa, warna kulit, dan bahasa. Ia tetap
memiliki dan menjalin ikatan yang kuat berupa tali persaudaraan yang mengakar dari
nilai-nilai agama Islam.

Dalam kehidupan manusia, agama merupakan hal yang sangat vital. Manusia
membutuhkan agama karena manusia lemah dan memiliki banyak keterbatasan.
Manusia memerlukan sosok yang kuat diatas segalanya sebagai tempat bersandar
yaitu Tuhan. Karena keterbatasan manusia mencakup semua aspek terutama yang
berkaitan dengan spiritual dan metafisik, manusia mencari sumber yang dianggap
akurat, yaitu agama.

Kata agama itu sendiri, menurut pakar bahasa Indonesia masih ambigu, apakah
terambil dari gabungan dua kata a yang berati tidak dan gama yang berati kacau,
atau terambil dari bahasa Indo-Germani yang melahirkan kata go, gein, gang yang
berarti agama yang artinya jalan lurus menuju surga. Lain halnya dengan Al-Quran,
di dalam Al-Quran agama itu disebut din. Ia tersusun dari tiga huruf dal, ya dan
nun. Menurut ahli bahasa Arab, semua kata yang terdiri dari tiga huruf tersebut
menggambarkan hubungan antara dua pihak, yang satu lebih tinggi dari yang lain.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan agama adalah kepercayaan kepada


Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan manusia. Syaikh Muhammad Syaltut menyatakan bahwa agama

15
merupakan ketentuan ilahi yang menetapkan prinsip-prinsip umum untuk menata
urusan manusia guna mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di
akhirat, memberi petunjuk kepada kebaikan, kebenaran dan keindahan, serta
memantapkan kedamaian dan ketentraman bagi manusia seluruhnya.

Membaca uraian buku ini, pembaca semakin disadarkan bahwa apa yang ada dalam
Al-Quran bersifat holistik alias menyeluruh dalam mengatur kehidupan manusia,
mulai dari aturan yang bersifat aqidah, muamalah, urusan keduniaan, dan hubungan
antar manusia. Misalkan, hubungan antara anak dan orang tua, hubungan guru dan
murid, hubungan atasan dan bawahan, hingga hubungan bisnis.

Ada beberapa alasan mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia
diantaranya; pertama, agama merupakan sumber moral. Kedua, agama sebagai
petunjuk kebenaran. Ketiga, agama sumber informasi metafisika. keempat, agama
sebagai pembimbing rohani manusia. Namun demikian, dari sekian banyak fungsi
agama ada yang lebih penting untuk dikaji yaitu peran agama di dalam kehidupan
manusia. Sebenarnya sejauh mana peran agama ikut andil dan mempengaruhi
kehidupan individu, masyarakat, bangsa dan negara.

M.Qurais Shihab pakar tafsir Indonesia menuangkan ide, gagasan dan pemikiran
tentang peran agama lewat karya besarnya yang berjudul Secercah Cahaya Ilahi.
Buku ini mengulas peran agama dalam kehidupan pribadi dan sosial masyarakat
lengkap dengan argumentasi ilmiah serta berpegang pada dua dasar sumber primer
agama Islam, Al-Quran dan Sunnah. Karena sifat uraian yang singkat dan pendek
pada sub-sub judul terkadang tidak mencantumkan ayat Al-Quran secara ekplisit,
namun demikian tidak mengurangi intisari dan makna yang terkandung karena
disampaikan dengan bahasa yang ringan, renyah dan mudah dicerna.

Buku ini sangat lengkap mengulas peran agama dalam kehidupan manusia, mulai dari
peran agama dalam mengasah jiwa induvidu serta membimbing manusia mengenal
Sang Pencipta untuk sabar, optimis dan memahami sunnatullah (hukum alam),

16
sampai peran agama dalam keluarga, masyarakat dan negara serta pengembangan
SDM dan pengelolaan kekuasaan.

berbicara berkaitan peran agama dalam negara, ia menyatakan bahwa agama sangat
menekankan perlunya kehadiran pemerintah demi menata kehidupan masyarakat.
Bahkan demi terlaksananya ajaran agama itu sendiri, Nabi SAW. bersabda,
Pemerintah yang aniaya lebih baik dari kekacauan. Memang keduanya tidak baik,
tetapi dalam sekian banyak keburukan, harus ada pilihan. (Hal:76)

Indonesia yang menganut falsafah Pancasila, memberikan posisi yang amat penting
bagi semua agama yang dianut masyarakatnya. Banyak negara mengorbankan agama
demi sekularisme, atau mengorbankan kepentingan masyarakat yang majemuk ketika
memilih salah satu agama dalam menata kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat. (Hal:75)

Sedangkan menurut penulis buku ini, peran agama dalam kehidupan masyarakat
adalah melakukan kontrol sosial, amar maruf nahi munkar. Muncul pertanyaan,
bagaimana peran agama dalam menata kehidupan masyarakat dan bagaimana
menjembatani substansi agama dan kehidupan moden?

Di sinilah M. Qurais Shihab menawarkan jawaban yang logis dan menyeluruh yang
tertuang dalam buku ini. Buku ini cocok sekali sebagai pegangan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara karena memuat nilai-nilai yang disaring dari al-Quran
dan Sunnah.

Karakteristik Masyarakat Islam

Masyarakat Islam memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dengan


masyarakat non Islam, yaitu:

a. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang ber-Tauhid, artinya beriman kepada


Allah Yang Maha Esa. Dasar Ketauhidan ini tidak mengurangi toleransi, kebebasan
yang diberikan oleh Islam kepada individu dalam beragama.

17
b. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terbuka berdasarkan pengakuan pada
kesatuan umat dan cita-cita persaudaraan sesama manusia. Islam menganggap
rasisme, sukuisme, kastaisme, dan dinastiisme sebagai suatu hal yang mengingkari
ketentuan Allah dan berkhianat terhadap sesama umat manusia.

c. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terpadu, integratif, dimana agama


menjadi perekat yang menyatukannya. Masyarakat yang demikian hanya mungkin
terbina, apabila mengikuti prinsip-prinsip keseimbangan dalam segala aspek
kehidupan mereka. Karena itu masyarakat yang terpadu merupakan masyarakat yang
seimbang.

d. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang dinamis dan progresif, karena manusia
ditugaskan sebagai khalifah Allah di muka bumi. Mereka diperintahkan untuk
mewujudkan shibghah Allah dan keagungan serta kemuliaan-Nya (al-Asma al-
Husna). Dengan demikian, ia seharusnya berfungsi secara dinamis dan progresif
dalam menciptakan sarana dan prasarana bagi wujudnya kesejahteraan manusia, lahir
dan batin dalam segala aspeknya.

e. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang demokratis, baik secara spiritual, sosial,
ekonomi, maupun demokrasi politik. Islam membentuk lembaga keilmuan dan
menghapus feodalisme spiritual. Menjadikan ilmu pengetahuan dan takwa sebagai
hak setiap orang untuk mencapai kesempurnaan kehidupan pribadinya. Islam
menciptakan kesetaraan sosial dengan menghilangkan perbedaan berdasarkan ras,
bangsa, suku, dinasti dan lainnya. Ia menciptakan sestem ekonomi dengan berbagai
hukum dan kelembagaan, sehingga memberikan perhatian dan kesempatan yang adil
bagi semua anggota masyarakat untuk menjamin kehidupan yang layak dan
seimbang.

f. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang berkeadilan, yang membentuk semua


aspek dari keadilan sosial baik di bidang moral, hukum, ekonomi, dan politik yang
telah ditetapkan dalam aturan dan kelembagaan yang telah disepakati. g. Masyarakat
Islam adalah masyarakat yang berwawasan ilmiyah, terpelajar, karena sangat

18
menekankan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Nabi Muhammad saw. telah
menetapkan pencarian ilmu sebagai kewajiban bagi setiap muslim, dan menuntut
ilmu walau ke tempat yang jauh sekalipun. Kehidupan seperti ini, akan menjadi
pondasi yang kokoh bagi kehidupan masyarakat modern, bukan sebagai masyarakat
yang hanya pandai meniru budaya asing.

h. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang disiplin. Allah telah menetapkan


segenap ajaran-Nya berdasarkan aturan-aturan dan batas-batas yang terang, yang
berkaitan langsung dengan kedisiplinan baik dalam bidang ibadah maupun
muamalah.

i. Masyarakat Islam menentukan pada kegiatan keumatan yang memiliki tujuan yang
jelas dan perencanaan yang sempurna, menggunakan menejemen yang rasional dan
efektif, serta dilakukan dengan disiplin yang tinggi dalam melaksanakan prinsip-
prinsip kehidupan dan kemasyarakatan.

j. Masyarakat Islam membentuk persaudaraan yang tangguh, menekankan kasih


sayang antara sesama. Penduduk negeri atau masyarakat digambarkan sebagai
keluarga besar, yang kaya dan kuat melindungi yang miskin dan lemah, sebaliknya
yang miskin dan lemah hormat kepada yang kaya dan kuat, saling memerintahkan
kebaikan dan mencegah kemungkaran.

k. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang sederhana, yang berkesinambungan.


Islam mengutuk kesenangan duniawi yang berlebihan, melarang mengeluarkan dan
menghamburkan harta secara boros dan sia-sia, memerintahkan anggota masyarakat
agar tidak mengikuti nafsu yang bersifat hewani.

Ketentuan Agama Islam Dalam Pembentukan Masyarakat Islam

Masyarakat Islam dibentuk berdasarkan ajaran dan tata nilai Islam, yang mengandung
arti bahwa prinsip-prinsip dasar yang membentuk dan membina masyarakat itu
adalah nilainilai luhur ajaran agama Islam. Masyarakat ini berorientasi pada pondasi
tauhid, karena itu, falsafah sosialnya didasarkan pada sistem nilai yang paling utama.

19
Masyarakat itulah yang mampu mempraktikkan sanksi-sanksi yang murni dalam
upaya menegakkan kebenaran, keadilan, kasih sayang serta pelayanan masyarakat
yang dibentuk berdasarkan etika Ketuhanan Yang Maha Esa yang bertopang pada:

(a) mentaati perintah Allah yang dicerminkan dengan kasih sayang terhadap sesama
anggota masyarakat;

(b) bersyukur terhadap rahmat dan nikmat Allah, segala puji bagi-Nya semata, yang
dicerminkan pada upaya mewujudkan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat
material dan spiritual, berlandaskan pada kaidah-kaidah moral yang mulia;

(c) rasa dekat dengan Tuhan yang dicerminkan dalam perasaan takut pada larangan-
Nya yang akan membentuk sikap dan jiwa yang adil dan bertanggungjawab,
menghindari tingkah laku curang dan menolak kejahatan dalam anggota masyarakat
(Departemen Agama RI, 1997: 50). Masyarakat Islam dibentuk dan dibina
berdasarkan azas dan prinsip dasar etika kemulian manusia. Semua anggota
masyarakat diarahkan untuk melaksanakan kebaikan sehingga meraih kemuliaan lahir
dan batin, di dunia maupun akhirat. Dalam QS. 49 (AlHujurat): 133 Allah berfirman,
yang artinya:

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. 49: 13)

Untuk mencapai kemuliaan itu, memerlukan pembentukan kekuatan iman bagi setiap
individu anggota masyarakat, yang apabila disebut asma Allah, merasakan dan
menghayati sifat-sifat keagungan dan kemuliaan-Nya, bertambahlah keimanan
mereka, dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. Mereka adalah anggota
masyarakat yang mendirikan shalat dengan khusyu dan menafkahkan sebagian rizki
yang mereka miliki. Kemuliaan manusia, mengharuskan setiap orang menghormati
orang lain dalam segala interaksi sosialnya. Manusia lain perlu dihargai dan diberikan
hak-haknya sebagai anggota masyarakat secara adil, atas dasar persamaan derajat di

20
hadapan Tuhannya. Takwalah yang menentukan derajat seseorang dan status
kedudukannya dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Pengaruh kebudayaan Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia antara lain pada
bidang-bidang berikut.

a. Bidang Politik

Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak


Hindu-Buddha. Tetapi, setelah masuknya Islam, kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu-Buddha mengalami keruntuhan dan digantikan peranannya oleh kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam, seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka, dan lainnya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti
halnya para wali. Jika rajanya meninggal, tidak dimakamkan di candi tetapi
dimakamkan secara Islam.

b. Bidang Sosial

Kebudayaan Islam tidak menerapkan aturan kasta seperti kebudayaan Hindu.


Pengaruh Islam yang berkembang pesat membuat mayoritas masyarakat Indonesia
memeluk agama Islam. Hal ini menyebabkan aturan kasta mulai pudar di masyarakat.

Nama-nama Arab seperti Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Musa, Ibrahim, Hasan,
Hamzah, dan lainnya mulai digunakan. Kosakata bahasa Arab juga banyak
digunakan, contohnya rahmat, berkah (barokah), rezeki (rizki), kitab, ibadah, sejarah
(syajaratun), majelis (majlis), hikayat, mukadimah, dan masih banyak lagi.

Begitu pula dengan sistem penanggalan. Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia,
masyarakat Indonesia sudah mengenal kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai
pada tahun 78 M. Dalam kalender Saka ini, ditemukan nama-nama pasaran hari
seperti legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam, Sultan

21
Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan
peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).

c. Bidang Pendidikan

Pendidikan Islam berkembang di pesantren-pesanten Islam. Sebenarnya, pesantren


telah berkembang sebelum Islam masuk ke Indonesia. Pesantren saat itu menjadi
tempat pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, mata
pelajaran dan proses pendidikan pesantren berubah menjadi pendidikan Islam.

Pesantren adalah sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal bersama
untuk belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang disebut kiai. Asrama
siswa berada di dalam kompleks pesantren. Kiai juga tinggal di kompleks pesantren.

d. Bidang Sastra dan Bahasa

Persebaran bahasa Arab lebih cepat daripada persebaran bahasa Sanskerta karena
dalam Islam tak ada pengkastaan. Semua orang dari raja hingga rakyat jelata dapat
mempelajari bahasa Arab. Pada mulanya, memang hanya kaum bangsawan yang
pandai menulis dan membaca huruf dan bahasa Arab. Namun selanjutnya, rakyat
kecil pun mampu membaca huruf Arab.

Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat pada batu nisan di daerah
Leran Gresik, yang diduga makam salah seorang bangsawan Majapahit yang telah
masuk Islam. Dalam perkembangannya, pengaruh huruf dan bahasa Arab terlihat
pada karya-karya sastra. Bentuk karya sastra yang berkembang pada masa kerajaan-
kerajaan Islam di antaranya sebagai berikut.

Hikayat, cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah.
Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Contoh hikayat yang
terkenal adalah Hikayat Amir Hamzah.

Babad, kisah pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya
Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.

22
Suluk, kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk
Wijil, Suluk Malang Sumirang, dan lainnya.

Syair, seperti Syair Abdul Muluk dan Gurindam Dua Belas.

e. Bidang Arsitektur dan Kesenian

Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid
dan istana. Ada perbedaan antara masjid-masjid yang dibangun pada awal masuknya
Islam ke Indonesia dan masjid yang ada di Timur Tengah. Masjid di Indonesia tidak
memiliki kubah di puncak bangunan. Kubah digantikan dengan atap tumpang atau
atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, tiga tingkat atau lima tingkat
serupa dengan arsitektur Hindu. Contohnya, Masjid Demak dan Masjid Banten.

23
ituasi Barat dan Muslim Terkini

Pengobatan yang harus diresepkan untuk sebuah benua besar, namun tidak beruntung,
sebuah negara terkenal, namun malang, dan orang mulia yang berpikiran tinggi tanpa
pelindung maupun teman, adalah persatuan Islam.

Abad ke-20 merupakan periode waktu di mana semua bangsa Yahudi dan Kristen
bersatu dan semua negara-negara Muslim terpecah belah, hancur dan terpuruk.

Masyarakat Eropa telah melancarkan perang di antara mereka sendiri yang disebut
"'Perang, Seratus Tahun, Perang Tiga Puluh Tahun " dan "Perang Sepuluh Tahun".
Dengan cara yang sama, dua perang dunia di mana jutaan orang kehilangan nyawa
mereka terjadi sebagian besar di antara orang-orang Eropa. Negara-negara Eropa
yang berperang satu sama lain untuk waktu yang lama, mengubur kapak mereka dan
mendirikan "Uni Eropa" kemudian. Mereka menghapuska perbatasan dan visa satu
sama lain.

Negara-negara Barat membentuk Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Pakta


Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di arena politik dan militer.

Selain itu, sementara mengacu ke Amerika kita mengatakan 'Amerika' Serikat dan ke
Inggris kita mengatakan 'Kerajaan Serikat (UK).

Selain itu, sementara orang-orang Yahudi telah hidup tersebar di seluruh dunia
selama berabad-abad, mereka datang bersama-sama termotivasi oleh gagasan
Zionisme selama abad 20. Mereka menjadi kekuatan politik dan ekonomi meskipun
mereka hanya memiliki populasi dua puluh juta.

Sedangkan umat Islam, meskipun ada banyak kesamaan umum yang mengikat umat
Islam satu sama lain, mereka tidak mampu untuk membangun persatuan Islam di
antara mereka sendiri karena imperialisme Eropa dan rezim yang menindas.

24
Dari awal abad ke-16 sampai akhir abad ke-20 sebagian besar negara Muslim dijajah
oleh bangsa Eropa. Hanya Ottoman yang bertahan untuk waktu yang lama dan
akhirnya kerajaan mereka runtuh pada akhir Perang Dunia I.

Pada akhir Perang Dunia II, negara-negara Islam sebagian besar meraih kemerdekaan
namun mereka diperintah oleh rezim yang menindas yang merupakan boneka dari
Eropa. Banyak dari pemerintahan terkenal kini telah dirobohkan oleh protes publik
yang dikenal sebagai Arab Spring. Peristiwa ini telah menghapus hambatan untuk
persatuan Islam sampai tingkat tertentu.

Di tahun-tahun mendatang, kekuatan baru akan muncul di bumi dengan penyatuan


1,5 miliar umat Islam, yang merupakan seperlima dari populasi dunia, dan yang
memiliki potensi ekonomi yang besar.

Perlunya dan Pentingnya Persatuan:

Kaum muslimin harus bersatu sehingga dapat dilindungi dari serangan dan
penindasan oleh musuh-musuh mereka. Imam Badiuzzaman mengatakan mengenai
masalah ini:

"Jika tiga 1 ini tidak bersatu, mereka hanya akan memiliki nilai 3. Tetapi jika mereka
bersatu, mereka akan memperoleh nilai 111. Empat 4 yang terpisah akan menjadi 16.
Tetapi jika mereka bersatu dalam persaudaraan sejati, sepanjang baris yang sama
untuk pemenuhan tugas yang sama, mereka akan memiliki nilai kekuatan 4444.
Sejarah mencatat berbagai peristiwa yang menjadi saksi fakta bahwa 16 orang yang
mengorbankan diri dalam persaudaraan sejati telah memperoleh kekuatan moral lebih
dari 4000 orang. Hal ini karena setiap individu dalam persatuan sejati dan tulus juga
dapat melihat dengan mata saudara-saudara lainnya, dan mendengar dengan telinga
mereka. Hal ini seolah-olah masing-masing dari sepuluh orang dalam solidaritas dan
kesatuan sejati memiliki nilai dan kekuatan melihat dengan dua puluh mata, berpikir
dengan sepuluh intelek, mendengar dengan dua puluh telinga, dan bekerja dengan dua
puluh tangan. "(21st Gleam)

25
Telah diketahui bahwa dalam sejarah bahkan ketika suku-suku paling primitif
dihadapkan dengan musuh asing, mereka lupa tentang perselisihan internal di antara
mereka dan bersatu melawan musuh itu. Masyarakat dan negara yang mengklaim
berbakti pada Islam harus mengabaikan ketegangan sederhana dan kecil di antara
mereka sendiri dan harus mengadopsi strategi umum terhadap musuh-musuh mereka
yang menyerang mereka sebagai front bersatu.

Wahai orang beriman! Apakah kalian tahu berapa banyak musuh yang berada di
posisi menyerang umat Islam? Ada lebih dari seratus unit yang seperti lingkaran
yang mengelilingi satu sama lain. Sementara kita harus berkoordinasi dan
bekerjasama dalam menghadapi serangan mereka, bukankah tidak pantas bagi
moralitas umat Islam mengadakan keberpihakan kompetitif dan fanatisme antagonis
di antara mereka sendiri, yang membuatnya lebih mudah bagi mereka untuk
menyerang dan membuka pintu bagi mereka untuk menyerang tanah pribadi kaum
muslimin?

Unit-unit musuh ini terdiri dari tujuh puluh jenis musuh yang memandang Anda
dengan kemarahan dan keserakahan dan mengambil posisi agresif terhadap kalian,
termasuk orang-orang yang tidak beriman di kalangan umat Islam yang merupakan
musuh-musuh Islam, dan para pembuat kebijakan luar negeri dari negara-negara
non-Muslim. Dalam menghadapi semua musuh ini, senjata yang paling efektif adalah
persaudaraan Islam. Jadi sekarang adalah waktu untuk bangun dan menyadari fakta
bahwa itu benar-benar bertentangan dengan hati nurani dan kesadaran Islam untuk
membiarkan benteng Islam dirobohkan dan dihancurkan oleh permusuhan dan alas
an sederhana.

Dinyatakan dalam hadits bahwa "Sufyan dan Dajjal, tokoh tokoh berbahaya dan
mengerikan yang memimpin pusat konspirasi dan bid'ah, akan menghancurkan umat
manusia dan memperbudak kaum Muslim dengan mengambil keuntungan dari
perselisihan dan pertikaian umat Islam dan umat manusia".

26
Situasi kita saat ini tidak terlalu jauh berbeda dengan yang dijelaskan di sini dalam
hadits.

Bidang bidang Persatuan:

Kerja sama yang akan dilakukan kaum muslimin dalam bidang ilmiah, ekonomi dan
politik adalah dasar yang paling penting yang akan menyelamatkan mereka dari
bencana yang kini mereka alami. Untuk itu, semua Muslim, sebagai individu,
masyarakat, asosiasi atau bangsa, harus membuat kesatuan ini menjadi tujuan mereka,
dan mereka harus menolak segala sesuatu yang mungkin membahayakan kesatuan
ini.

Kesatuan dalam hal Ilmu dan Pengetahuan

Kerjasama dalam hal ilmu, pengetahuan dan pendidikan harus dijalin antara negara-
negara Muslim. Dulu buku-buku karya para cendekiawan muslim, misalnya Ibnu
Sina (Avicenna), diajarkan di universitas-universitas Barat. Sekarang situasinya
adalah kebalikannya. Pusat-pusat ilmu pengetahuan dan teknologi adalah Eropa dan
Amerika.

Kaum Muslim bisa membalikkan situasi saat ini dengan mendiagnosis dan
memecahkan masalah mereka di bidang sains dan teknologi dengan mendirikan
universitas internasional, pusat penelitian dan think tank.

Persatuan Ekonomi:

Negara-negara Islam harus membentuk suatu kesatuan ekonomi di antara mereka


sendiri.

Banyak negara Islam adalah koloni negara-negara Barat selama ratusan tahun.
Sumber daya mereka dieksploitasi oleh Barat dan mereka tetap miskin. Faktor utama
di balik kekayaan Barat adalah kegiatan kolonisasi yang mereka lakukan selama
ratusan tahun. Ziya Pasha, seorang negarawan Utsmani yang mengagumi Eropa,

27
mengatakan dalam puisinya 140 tahun yang lalu: "Saya melakukan perjalanan di
mana ketidakpercayaan mendominasi dan aku melihat kota yang indah dan rumah-
rumah yang megah / saya bepergian ke negeri Islam dan melihat semua bangunan
hancur." Saat ini, situasinya tidak berbeda. Kita harus berhati-hati terhadap
ketergantungan politik, budaya dan ekonomi atas negara Barat, yang hanyalah versi
yang berbeda dari sistem penjajahan lama dalam penyamaran baru.

Kaum Muslim memiliki banyak potensi dalam hal sumber daya. Sebagian besar
cadangan minyak dunia berada di tanah Muslim. Kerjasama ekonomi, ekspor dan
impor akan menyelamatkan mereka dari ketergantungan pada negara-negara Barat.

Kesatuan Politik dan Militer:

Dulu, umat Islam adalah kekuatan terbesar dalam politik dunia. Misalnya, supremasi
sultan sultan Ottoman dalam diplomasi berlangsung selama 150 tahun.Tapi hari ini
situasi adalah kebalikan.

Israel menindas Palestina, Amerika mengintervensi dan menempati Afghanistan dan


Irak, dan Suriah membunuh massal rakyatnya, tetapi negara-negara Muslim dengan
populasi gabungan 1,5 miliar tidak dapat berbuat apa-apa. Kerja sama politik dan
militer kaum Muslim yang bisa dicapai antara mereka sendiri dapat menempatkan
mereka ke posisi tertinggi lagi yang pernah mereka miliki dalam sejarah.

Imam Badiuzzaman berbicara sebagai berikut dalam Khotbah Damaskus yang ia


sampaikan 100 tahun yang lalu:

"Wahai saudara-saudaraku di dalam masjid ini dan orang-orang di masjid besar dunia
Islam yang akan datang lima puluh tahun kemudian! Jangan berpikir bahwa saya
telah naik ke mimbar ini untuk memberikan pelajaran. Saya naik ke mimbar ini
untuk menuntut hak-hak kami dari kalian. Yakni, kepentingan dan kebahagiaan di
dunia dan akhirat dari negara-negara kecil seperti Kurdi tergantung pada negara-
negara terkemuka yang dominan seperti kalian bangsa Arab dan Turki. Karena

28
kelembaman kalian dan kelelahan kalian, kami,, saudara kecil kalian yang tak
berdaya bersama-sama dengan masyarakat Islam lainnya, menderita.

Terutama, wahai bangsa Arab yang besar yang benar-benar terjaga dan akan terjaga!
Saya menegosiasikan kata-kata ini pertama dengan kalian karena kalian adalah
penguasa dan imam dari semua komunitas Islam dan kalian adalah pejuang Islam.
Kemudian bangsa Turki yang besar membantu kalian dalam tugas suci ini. Untuk
alasan ini jika kalian goyah dalam tugas kalian, ini adalah tanggung jawab besar pada
kalian dan sebuah dosa. Tapi loyalitas dan perilaku berbakti dalam hal ini akan
menghasilkan banyak kebaikan untuk Anda. Kami harapkan dari rahmat ilahi bahwa
masyarakat Arab akan bersatu padu dengan satu sama lain dan membentuk serikat
besar seperti Amerika Serikat, dan membangun kesatuan besar di kalangan Muslim
di setengah atau di sebagian besar dunia, seperti di masa lalu, dengan membebaskan
mereka dari penawanan. Jika akhir dunia tidak datang sebelum ini, generasi
mendatang akan melihatnya, insya Allah. "

Secara singkat, kesatuan yang akan dibentuk oleh negara-negara Islam di antara
mereka sendiri akan menyelamatkan mereka dari penindasan dan tirani negara-negara
lain. Selain itu, kita bisa mengatakan bahwa kesatuan seperti itu juga akan
memberikan kedamaian bagi masyarakat non-Muslim lainnya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Kaelany HD., MA.2010 Islam Agama Universal.Jakarta:Pepustakaan


Nasional:Midada Rahma Press

Al Muyasar, 2007, Al Quran Dan Terjemahannya, Bandung, Sinar Baru Algesindo,

Mujilan, Drs., M.Ag., dkk, 2009, Sistem Evaluasi Pembelajaran Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Departemen Agama
RI 112
Mujilan, Drs, MA dan Dr. Nurwahidin, MA. MPK Pendidikan Agama Islam
(Mahasiswa Universitas Indonesia),Jakarta, Midada Press, 2013

Abdul Mujib, M.Ag. dan Jusuf Mudzakir, M.Si., Nuansa-nuansa Psikologi Islam,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001
Darwis Hude, M., Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi manusia di
dalam A-Quran, Jakarta : Erlangga, 2006

30

Anda mungkin juga menyukai