Anda di halaman 1dari 33

MODEL PENYELESAIAN KONFLIK DI LEMBAGA ADAT

***
Kamaruddin, dkk.
Selama ini muncul klaim bahwa praktek
penyelesaian konflik yang dilakukan oleh
IAIN Ar-Raniry Aceh lembaga adat adalah mediasi tetapi pada
tataran realitasnya menunjukkan ada
perbedaan dalam prinsip dan prosedur
e-mail: yang selama ini dilakukan. Oleh karena
kamaruddin2009@yahoo.com itu tulisan ini bertujuan untuk mengetahui
macam-macam konflik yang sering
terjadi dalam masyarakat Aceh dan
Abstract melihat pola kerjasama yang dilakukan
lembaga adat dalam menyelesaikan
So far, there is a claim that the conflict konflik serta siapakah diantara mereka
resolution conducted by tradition institution is yang paling dominan dalam
mediation, but in some extend it showed the menyelesaikan konflik. Dengan
differences in principle and procedure. Based mengguna-kan metode penelitian
on the argument this article has the purposes kualitatif ditemukan bahwa lembaga adat
to know any conflict frequently broken among telah memain-kan peran yang sangat
Aceh community, the patterns of cooperation signifikan dalam menyelesaikan konflik di
of the tradition institutions, and to know the kalangan masyarakat Aceh. Meskipun
most dominant institution in resolving conflict. semua unsur lembaga adat terlibat
Applying qualitative method, it is revealed that dalam me-nyelesaikan konflik tetapi
tradition institutions took a very important part dalam proses penyelesaian konflik untuk
in resolving confling in Aceh society.
tingkat gampong, keuchik menduduki
Eventhough all elements of the tradition
institutions are involved in conflict resolution
peran yang sangat penting dan strategis.
but in the processes of conflict resolution in
gampong level, keuchik has a very important Keywords: lembaga adat, konflik,
and strategic role.
mediasi, gampong, keuchik

Walisongo, Volume
21, Nomor 1, Mei 2013
39
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
dilakukan oleh lembaga adat dalam
menyelesaikan konflik yang terjadi
dalam masyara-kat melalui proses
A. Pendahuluan mediasi. Oleh karena itu perlu adanya
usaha untuk melihat peran masing-
Lembaga adat dalam masyarakat masing unsur lembaga adat dalam
Aceh berfungsi sebagai wahana parti- menyelesaikan konflik di masyarakat.
sipasi masyarakat dalam Sehingga akan diketahui secara jelas
penyelenggaraan pemerintahan, karakteristik penyelesaian konflik yang
pembangunan, ke-masyarakatan. Hal digunakan oleh lembaga adat Aceh.
ini menunjukkan bahwa lembaga adat
di Aceh memainkan peran sebagai Sernentara itu studi lembaga adat yang
eksekutif, legislatif dan yudikatif. berkaitan dengan pola penyelesai-an
Sebagai sebuah masyarakat yang konflik berdasarkan hukurn adat Aceh
telah terbentuk oleh sejarah yang telah pernah ditulis oleh Syahrizal
panjang, peran lembaga adat dalam Abbas. Dalam tulisannya Syahrizal
masyarakat memiliki pola dan hanya menggambarkan empat bentuk
pendekatan tersendiri. Demikian juga prak-tek masyarakat Aceh dalam
halnya dalam menyelesaikan menyelesaikan sengketa, yaitu diiet,
3
masalah-masalah sosial yang terjadi sayam, suloh, peumat jaroe. Syahrizal
di masyarakat, lembaga adat telah tidak menjelaskan secara terperinci
memiliki pola dan pendekatan tentang siapa saja unsur-unsur lembaga
tersendiri yang telah diakui oIeh adat yang berperan dalam
pemerintah Republik Indonesia (Rl) menyelesaikan konflik ter-sebut. Beliau
hanya menjelaskan bahwa ulama Aceh
sebagai salah satu altematif pe-
pada masa dahulu me-
nyelesaian sengketa/konflik di tengah-
tengah masyarakat.
______________
Kajian yang berkaitan dengan
1
lembaga adat selama ini membahas Tim Peneliti IAIN Ar-Raniry dan Biro
ten-tang eksistensi Iembaga adat Keistimewaan Aceh Provinsi NAD,
Kelembagaan Adat Provinsi Nanggroe Aceh
pada masa kontemporer1 serta posisi Darussalam, (Yogyakarta: AK Group, 2006).
mereka sebagai mediator dalam
menyelesaikan konflik dan juga 2
sebagai pendukung pelaksanaan Tim Peneliti Puslit JAIN Ar-Raniry, Peran
Lembaga Adat dalam Mendukung
syariat Islam.2 Meskipun telah ada Pelaksanaan Syari 'at Islam di Aceh, (Banda
penelitian yang menjelaskan posisi Aceh: Puslit lAIN Ar-Raniry, 2009).
lembaga adat sebagai mediator
namun belum peneliti temukan pen- 3
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Perspektif
jelasan secara terperinci tentang Hukum Syari'ah, Hukum Adat, dan Hukum
peran, prosedur, dan konsep yang Nasional, (Jakarta: Kencana, 2009).
40 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
dalam masya-rakat yang dilakukan
oleh lembaga adat. baik itu konsep
ataupun prosedur yang telah
miliki peran sebagai mediator dilakukan selama ini.
dalam menyelesaikan konflik yang
timbul dalam masyarakat. Selain
itu, peneliti tidak menemukan B. Lembaga Adat Aceh
secara terperinci dalam tulisan dalam Konteks Historis
tersebut tentang bagaimana
prosedur dan konsep-konsep Eksistensi lembaga adat di Aceh telah
penyelesaian konflik yang ada sebelum Aceh masuk dalam
dilakukan lembaga adat. Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembentukan lembaga adat ini sangat
berkaitan dengan bentuk
Kajian ini dilakukan berdasarkan
pemerintahan yang berlaku pada
argumen bahwa meskipun ulama
zaman kesultanan Aceh. Pada masa
mempunyai andil dalam penyelesaian
itu unit pemerintahan otonom yang
konflik yang muncul dan berkembang
paling bawah adalah gampong.
di masyarakat Aceh, namun lembaga
Gampong disebut sebagai
adat juga memiliki peran yang sangat
persekutuan masyarakat hukum adat
signifikan dalam penyelesaian konflik.
terkecil di Aceh. Setingkat diatasnya
Bahkan pada kasus-kasus tertentu
terdapat mukim yang merupakan fe-
se-bagian masyarakat Aceh
derasi beberapa gampong.
meletakkan posisi lembaga adat lebih
Selanjutnya unit pemerintahan
tinggi tingkat-annya dibandingkan
uleebalang (ke-negerian) merupakan
lembaga pengadilan formal. Akan
federasi beberapa mukim. Sementara
tetapi konsep pe-nyelesaian konflik
setingkat di atas-nya adalah unit
yang selama ini mereka klaim sebagai
pemerintahan Sagoe yang merupakan
praktek mediasi sangat jauh berbeda
federasi dari beberapa kenegerian.
dengan teori mediasi yang ada.
Untuk level yang paling atas terdapat
Meskipun sebagian besar lembaga
adat mengklaim bahwa proses pemerintahan kesultanan.4
penyelesaian konflik yang selama ini
mereka lakukan termasuk dalam ______________
kategori mediasi namun pada tataran
realitas menunjukkan bahwa model 4
T. M. Djuned, "Adat dalam Perspektif
penyelesaian konflik yang dilakukan
Perdebatan dan Praktek Hukum" dalam
lembaga adat sangat besar Lukman Munir, (ed.), Bunga Rampai
perbedaannya. Oleh sebab itu, tulisan Menuju Revitalisasi Hukum dan Adat Aceh,
ini akan memaparkan tentang pola (Banda Aceh: Yayasan Rumpun Bambu
penyelesaian konflik yang timbul dan CSSP Jakarta, 2003), h. 36.
Walisongo, Volume 41
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
Untuk perselisihan atau konflik kecil,
seperti tagihan perdata kecil dan
kejahatan-kejahatan ringan yang
Di samping itu sistem
berlangsung antara sesama warga
pemerintahan Aceh pada masa
kampung biasanya diselesaikan
kesultanan juga memiliki lembaga-
oleh keuchik dan teungku
Iembaga adat yang berkedudukan meunasah yang dibantu oleh tuha
sebagai unit peme-rintahan unsur peut. Keuchik bertindak sebagai
kedinasan. Unit-unit pemerintahan hakim wasit atau juru damai yang
ini umumnya mengatur perihal ber-tugas mengatur jalannya
pengelolaan kegiatan unit persidangan dan memutuskan jalan
perekonomian den sosial penyelesaian bagi para pihak yang
kemasyarakatan warganya. berkonflik,7
Lembaga-Iembaga ini bersifat
otonom dan berfungsi sebagai Apabila ada salah satu dari para pihak
peng-atur pengelolaan sumber yang berkonflik menolak per-damaian
daya alam secara profesional. atau perkaranya tergolong berat,
Untuk komunitas nelayan ada maka perkara itu dibawa ke
lembaga adat yang disebut pengadilan tingkat mukim. Perangkat
dengan panglima laot, kelompok peradilan tingkat mukim ini terdiri atas
petani ada lembaga keujrun blang imeum mukim, keuchik, teungku
dan kaum peladang ada lembaga imeum dan pemuka masyarakat yang
ter-dapat dalam daerah yurisdiksinya.
peutua seuneubok.5 Pihak yang mengajukan perkara harus
menyerahkan uang jaminan (hak
Masing-masing lembaga adat ini ganceng) sebagai ongkos perkara.
mempunyai hak dan kewenangan Menurut Van Langen, sebagaimana
untuk membuat hukum dan yang dikutip Isa Sulaiman, biaya
memantau pelaksanaannya. Selain ongkos perkara
itu masing-masing lembaga adat
juga memiliki kewenangan untuk ______________
membentuk sejenis peradilan
sebagai badan pelaksanaan dan 5
Ibid., h. 37.
6
penegakan hukum di wilayahnya. 6 Ibid., h. 37.
Hal ini menunjukkan bahwa
berbagai permasalahan konflik yang 7
M. Isa Sulaiman, "Tinjauan Historis
timbul dalam masyarakat Aceh pada
Peradilan Adat di Aceh", dalam M. Isa
masa itu diselesaikan berdasarkan Sulaiman dan H.T. Syamsuddin, (ed.),
dimana sumber konflik itu muncul. Pedoman Umum Adat Aceh: Peradilan dan
Hukum Adat (Banda Aceh: MAA Provinsi
NAD, 2007-2008), h. 2.
42 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
Pada masa pemerintahan kolonial
Belanda, status gampong sebagai
persekutuan masyarakat hukum adat
(hak balee) adalah satu sukee dan peradilannya tetap dipertahankan
(seperempat) dari setiap empat sebagai sebuah lembaga formal
ringgit nilai harta yang dalam sistem pemerintahan kolonial.
8 Dalam hal ini peradilan gampong
dlpersengketakan.
menggunakan Hukum Adat sebagai
dasar hukum dalam memutuskan
Adapun aturan hukum yang dipakai
perkara. Namun demikian putusannya
oleh Iembaga-Iembaga pengadiJan
tetap bersifat perdamaian sesuai
adat di atas berlandaskan syariah
dengan prinsip-prinsip penyelesaian
Islam, adat Meukuta alam, Sarakata
peradilan gampong. Bagi pihak yang
Sultan Syamsul Alam dan kebiasaan
9 tidak puas terhadap putusan peradilan
adat yang berlaku. Namun demikian gampong dapat mengajukan lagi
menurut Snouck dalam praktek perkaranya kepada peradilan
hukum yang berlaku temyata
meusapat.13
keputusan yang diambil lebih
berpedoman kepada hukum adat
ketimbang hukum syariah.10 Peradilan meusapat bukan
berkedudukan pada tingkat gampong
akan tetapi pada wilayah yang lebih
Dengan demikian penyelesaian konflik luas di atasnya. Peradilan ini diketuai
yang dilakukan oleh lembaga adat
oleh konteler (kepala wilayah)
secara berjenjang merupakan bagian
bersangkutan yang berjumlah 21 buah
dari perangkat peradilan kerajaan yang
formal. Di masa itu peradilan
di seluruh Aceh. Susunan anggotanya
merupakan bagian integral dari terdiri atas tiga orang hulubalang
perangkat kerajaan di mana peradilan senior (ter-masuk panglima sagoe),
agama terintegrasi dengan peradilan seorang ulama dan seorang juru tulis.
adat. Hakim peradilan tersebut Proses per-
dipegang oleh penguasa adat secara ______________
berjenjang dari bawah hingga sultan.11
Dengan kata lain peradilan gampong 8
Ibid., h. 2.
yang diselenggarakan oleh unit 9
Ibid., h. 3.
pemerintahan gampong merupakan C. Snouck Hurgronje, The Achehnese, W.S.
bentuk peradilan formal dan legal pada O'Sullivan, (terj.), Vol. I, (Leyden: E.J. Brill, 1906).
masa kesultanan Aceh berkuasa. Oleh
sebab itu orang dipilih dan diangkat M. Isa Sulaiman, "Tinjauan Historis", h. 7.
untuk menduduki posisi dalam
pemerintahan harus diseleksi dari T. M. Juned, "Membedah Adat", h. 38.
orang-orang yang ahli dari bidang
hukum dan kemasyarakatan.12 Ibid., h. 39.

Walisongo, Volume 43
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
peradilan berke-dudukan di Kutaraja
dengan cabang-cabangnya pada tiap-
tiap daerah ber-sangkutan dan
sidangan biasanya berlangsung di umumnya orang-orang yang berafiliasi
ibukota wilayah atau di tempat dengan PUSA.16
kedudukan hulubalang yang berada
dalam daerah yurisdiksi
bersangkutan. Pengadilan meusapat Lembaga peradilan yang dibentuk
bertugas mengadili perkara diantara pada masa pemerintahan Jepang
orang bumi putera Aceh saja. terus berlanjut pada zaman revolusi
Peradilan ini juga menggunakan adat kemerdekaan dengan sedikit
sebagai dasar pijakan hukum dalam mengalami penyesuaian. Selanjutnya
memutuskan perkara, tetapi pada tahun 1951 pemerintah Republik
keputusannya dapat mengikat para Indonesia melakukan uniformisasi
hukum, pengadilan adat dan
pihak.14
pengadilan swapraja yang sudah ada
sebelumnya dihapuskan dan
Peradilan sejenis peradilan gampong digantikan dengan susunan organisasi
di Aceh, oleh pemerintahan kolonial, pengadilan yang baru.17 Demikian
kemudian dibentuk secara seragam di juga halnya dengan pengadilan
seluruh wilayah nusantara. Peradilan gampong terus berfungsi hingga tahun
jenis ini disebut dinamakan 1970 meskipun dalam beberapa hal
dorpjustitie (peradilan desa) dan telah berubah akibat peralihan
hakimnya disebut hakim perdamaian pemerintahan. Gampong dan
desa. Peradilan desa diberi perangkatnya masih berfungsi seperti
kekuasaan mengadili semua perkara asli yang diatur dalam hukum adat.
perdata dan pidana kecil pada tingkat Kerusakan paling parah dalam sistem
pertama dan kepada hakim di peradilan gampong yang sudah turun
pengadilan landraad, dilarang temurun ber-kembang dalam
mengadili sebuah perkara apabila masyarakat Aceh terjadi setelah
belum dibawa atau diputuskan oleh diberlakukannya Undang-Undang
peradilan desa.15 Nomor 5 Tahun 1979 (UU tentang
Pemerintahan Desa). Dengan
Selanjutnya pada masa pemerintah
militer Jepang, lembaga peradilan yang ______________
berlaku pada masa kolonial Belanda
mengalami sedikit perubahan. Para
hakim berasal dari cendekiawan di M. Isa Sulaiman, "Tinjauan Historis", h. 3.
daerah. Militer Jepang melakukan
sedikit reformasi guna memperluas T. M. Juned, "Mernbedah Adat", h. 39.

partisipasi sosial dan sekaligus


membatasi ke-kuasaan hulubalang M. Isa Sulaiman, "Tinjauan Historis", h. 6.
yang sebelumnya nyaris absolut. Pusat
Ibid., h. 6.
44 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
Pemberlakuan UU Otonomi Daerah
telah membuka peluang dan
kesempatan masyarakat adat di
Undang-undang tersebut, telah berbagai daerah untuk mengembalikan
menghilangkan bentuk sistem peran adat dalam kehidupan sosial dan
pemerintahan gampong dan pemerintahan lokal.20
menggantikannya dengan sistem
pemerintahan desa.18 Upaya untuk merevitalisasi lembaga
Sistem pemerintahan desa telah adat pada masa reformasi dimulai
menghapus kedudukan gampong dengan cara menjalin komunikasi antar
se-bagai persekutuan masyarakat daerah yang difasilitasi oleh be-berapa
hukum adat dan karena itu lembaga swadaya masyarakat yang ada
warganya tidak lagi merasa terikat di Indonesia. Melalui komuni-kasi ini
dengan gampong-nya. Hal ini tetjadi lahir sebuah gerakan yang disebut
karena pemerintahan desa dengan gerakan masyarakat adat. Pada
tanggal 21 Maret 1999 masyarakat adat
memasukkan struktur lembaga- di seluruh Indonesia melaku-kan
lembaga baru yang masih asing kongres yang pertama di Jakarta.
bagi warganya ke dalam sistem Kongres pertama masyarakat adat ini
pemerintahan pada tingkat telah berhasil mendeklarasikan bahwa
gampong. Sejak itu masyarakat tanggal 17 Maret dijadikan sebagai Hari
terombang-ambing antara nilai-nilai Kebangkitan Masyarakat Adat
lama dengan nilai-nilai baru. Nusantara. Melalui kongres ini pula ber-
Keadaan ini telah menjadikan usahahasil menyepakati beberapa keputusan
penegakan hukum pada tingkat sebagai berikut:21
gam-pong menjadi lemah.19 ______________

T. M. Juned, "Membedah Adat", h. 40.


Lengsernya pemerintah Soeharto pada
tahun 1998 telah dijadikan sebagai
Ibid., h. 40.
momentum untuk kebangkitan lembaga
adat di Indonesia. Beberapa daerah
menggunakan kesempatan ini sebagai Leena A vonius dan Sehat Ihsan Shadiqin,
"Revitalisasi Adat di Indonesia dan Aceh", dalam
awal untuk menguatkan kembali lem- Leena Avonius dan Sehat lhsan Shadiqin, (ed.),
baga adat yang pernah berlaku di Adat dalam Dinamika Politik Aceh, (Banda Aceh:
daerahnya masing-masing. Sehingga ICAIOS dan ARTI, 2010), h. 9.
masa pemerintahan Orde Reformasi
merupakan babak baru bagi daerah- Keputusan masyarakat Adat ini dikutip dari
daerah untuk memiliki kewenangan tulisan Rosnidar Sembiring, "Kedudukan
dalam mengatur sistem pemerintahan Hukum Adat dalam Era Reformasi",
dan pe-ngelolaan keuangan sendiri http://library.usu.ac.idldownioadlfhlperdata-
sebagaimana yang diatur dalam rosnidar.pdf. akses 11 lanuari 2011, h. 5.
Undang-Undang Otonomi Daerah.
Walisongo, Volume 45
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat

Keputusan yang dihasilkan dari


Adat adalah sesuatu yang bersifat kongres Masyarakat Adat ini
menunjuk-kan bahwa masyarakat
luhur dan menjadi landasan
Adat selama ini telah mengalami
kehidup-an Masyarakat Adat yang ketertindasan, khususnya pada masa
utama; rezim Orde Baru berkuasa di
Indonesia. Akan tetapi pada masa
Adat di Nusantara ini sangat Orde Reformasi, Masyarakat Adat
majemuk, karena itu tidak ada tidak mau kehilangan peluang karena
tempat bagi kebijakan Negara kesempatan untuk menrevitalisasi
yang berlaku seragam sifatnya; lembaga adat sangat berkaitan
dengan pemberlakuan UU Otonomi
Daerah.
Jauh sebelum negara berdiri,
Masyarakat Adat di Nusantara telah
Untuk daerah Aceh usaha revitalisasi
ter-lebih dahulu mampu lembaga adat mengalami keter-
mengembangkan suatu sistem lambatan dibanding daerah-daerah
kehidupan sebagai-mana yang lain di Indonesia. Hal ini terjadi karena
diinginkan dan dipahami sendiri. konflik bersenjata yang terus berlanjut
Oleh sebab itu Negara harus pasca pencabutan kebijakan DOM
menghormati kedaulatan telah menyebabkan banyak efek
Masyarakat Adat ini; terhadap kebijakan pemerintah RI
dibawah rezim reformasi tidak dapat
Masyarakat adat pada dasarnya dilaksanakan termasuk kebijakan
terdiri dari makhluk manusia yang penerapan otonomi daerah. Namun
lain oleh sebab itu, warga demikian bukan berarti usaha
masyarakat Adat juga berhak atas revitalisasi lembaga adat di daerah
kehidupan yang layak dan pantas Aceh tidak dilakukan sama sekali.
Usaha untuk menghidupkan kembali
menurut nilai-nilai sosial yang
lembaga adat telah mulai dirintis sejak
berlaku. Untuk itu seluruh tindakan tahun 1999. Undang-Undang No. 44
negara yang keluar dari kepatutan tahun 1999 tentang Keistimewaan
kemanusiaan universal dan tidak Aceh menegaskan kembali bahwa
sesuai dengan rasa keadilan yang Aceh memiliki keistimewaan di bidang
dipahami oleh Masyarakat Adat adat, agama dan pendidikan. Penye-
harus segera diakhiri. lenggaraan keistimewaan tersebut
menurut pasal 3 ayat (2) meliputi: (1)
Atas dasar rasa kebersamaan Pe-nyelenggaraan kehidupan
senasib dan sepenanggungan beragama; (2) Penyelenggaraan
Masyarakat Adat Nusantara wajib kehidupan adat;
untuk saling bahu membahu demi
terwujudnya ke-hidupan (3) Penyelenggaraan pendidikan; (4)
Masyarakat Adat yang layak dan Peran ulama dalam penetapan
kebijak-
berdaulat.
46 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
seharusnya perlu mendapat perhatian
yang sama dengan MPU menjadi
termarjinalisasi.
an daerah. Undang-undang ini
telah memberikan ruang bagi
Perhatian pemerintah daerah Aceh
masyarakat Adat lokal untuk untuk merevitalisasi lembaga adat
bangkit dan memberlakukan mulai tampak pasca
kembali adat yang pernah ada penandatanganan kesepahaman
dalam masyarakat Aceh.22 perdamaian (MoU Helsinki) tahun
2005. Selanjutnya nota kesepahaman
Dua tahun kemudian pemerintah MoU Helsinki dijabarkan dalam
pusat memberikan legitimasi yang Undang Undang Pemerintahan Aceh
lebih luas lagi kepada keistimewaan (UU-PA) Nomor 11 Tahun 2006.
provinsi Aceh dengan keluamya Dalam UU-PA ini disebutkan bahwa
Undang-Undang nomor 18 tahun lembaga Adat yang ada dalam masya-
2001 tentang otonomi khusus bagi rakat Aceh harus difungsikan dan
provinsi Aceh. Kebijakan ini telah berperan sebagai wahana partisipasi
melahirkan tiga lembaga baru di Aceh masyarakat dalam penyelenggaraan
yaitu Majelis Per-musyawaratan Pemerintahan Aceh.
Ulama (MPU) yang membidangi
masalah agama Islam; Majelis Untuk pelaksanaan pasal-pasal UU-PA
Pendidikan Daerah (MPD) yang tentang Adat pemerintah Aceh telah
mengurus masalah pendidikan dan dikeluarkan beberapa regulasi di tingkat
Majelis Adat Aceh (MAA) yang provinsi, yaitu, Qanun Nomor 9 Tahun
mengurus masalah adat. MAA yang 2008 tentang Pembinaan Kehidupan
Adat dan Adat istiadat dan Qanun
berdiri sekarang ini merupakan
Nomor 10 Tahun 2008 tentang Lembaga
perubahan dari LAKA (Lembaga Adat
Adat. Kedua qanun ini meng-indikasikan
dan Kebudayaan Aceh) yang telah keseriusan pemerintah Aceh untuk
lebih dulu berdiri. menghidupkan kembali adat dan
perangkatnya yang pernah berlaku
Undang-undang tentang otonomi dalam masyarakat Aceh dan lembaga
khusus ini belum mampu dilaksana- Adat ini menjadi bagian yang tidak
kan secara keseluruhan oleh terpisahkan dari pemerintahan Aceh.23
pemerintah daerah Aceh dikarenakan
konflik yang terus melanda daerah
______________
Aceh. Sehingga pada saat itu
pemerintah Aceh lebih terfokus untuk
membangun sistem syari'at Islam dan Leena Avonius dan Sehat Ihsan Shadiqin,
"Revitalisasi Adat," h. 13.
menguatkan MPU. Keadaan ini telah
menyebabkan posisi MAA yang Ibid., h. 15-16.
Walisongo, Volume 47
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
penyelesaian masalah-masalah sosial
kemasyarakatan. Adapun unsur-unsur
lembaga adat di Aceh pada masa
Implikasi dari penetapan UU-PA dan
sekarang adalah (1) Majelis Adat
Qanun tentang Lembaga Adat telah
Aceh; (2) imeum mukim; (3) imeum
menimbulkan konsekuensi logis pada
chik; (4) keuchik; (5) tuha peut; (6)
pemerintah kabupaten di seluruh
tuha lapan; (7) imeum meunasah; (8)
Aceh untuk menghidupkan kembali
keujruen blang; (9) panglima laot; (10)
lembaga adat yang pernah hidup di
pawang glee/uteun; (11) petua
wilayah-nya masing-masing. Setiap
seuneubok; (12) haria peukan; dan
kabupaten diwajibkan untuk
(13) syahbanda. Secara terinci
menyusun qanun mukim sendiri
pengertian dan ruang lingkup kegiatan
sebagai wujud dari pemerintahan
masing-masing lembaga adat,
Adat di daerahnya. Dalam qanun
sebagai berikut:
mukim akan diatur mengenai
kelembagaan adat yang juga
mencakup lembaga Keujruen blang, Majelis Adat Aceh
Panglima Laot, Pawang Glee, Petua
Seuneubok, Haria Peukan dan Majelis Adat Aceh adalah majelis
lembaga-Iembaga adat lainnya. penyelenggara kehidupan adat di
Bahkan diharapkan lembaga mukim
Aceh yang struktur
bisa masuk dan menjadi bagian dari
birokrasi pemerintahan Aceh yang kelembagaannya sampai ke
tingkat gampong.
membawahi beberapa gampong.24

Imeum Mukim
Peran dan Kedudukan
Lembaga Adat dalam Imeum mukim adalah orang yang
Penyelesaian Konflik di dipercayakan sebagai pemangku adat
di kemukiman atau sering disebut juga
Masyarakat dengan kepala mukim. Ke-mukim-an
merupakan bentuk pemerintahan yang
Dalam Qanun Aceh Nomor 10 Tahun berada di atas gampong dan juga
2008 disebutkan bahwa lembaga adat
dalam masyarakat Aceh berfungsi
sebagai wahana partisipasi masyara-
______________
kat dalam penyelenggaraan
24
pemerintahan, pembangunan, Ibid., h. 16.
pembinaan ma-syarakat, dan
48 Walisongo, Volume 21, Nomor 1, Mei
2013
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
Keuchik juga bertugas untuk menjaga
keamanan, kerukunan, ketentraman,
dan ketertiban masyarakat. Ibrahim
sebagai badan federal dari beberapa
Alfian menganalogikan keuchik
gampong. Seorang imeum mukim
sebagai bapak/ayah gampong
ber-tugas mengawasi pelaksanaan
karena besamya tanggung jawab
adat di tiap-tiap kemukiman, dan
yang dipercayakan kepadanya untuk
mempunyai kewenangan dalam
pe-ngendalian dan pemeliharaan
menindak tegas masyarakat yang
pemerintahan serta adat di tingkat
melanggar adat di wilayah ke-mukim-
an. Selain itu, dia juga bertugas gampong.26
menyelesaikan sengketa tapal batas
antar gampong dan masalah-masalah Tuha Peut
perselisihan yang terjadi antar
masyarakat gampong dalam ke- Tuha peut adalah suatu lembaga
mukim-annya.25 permusyawaratan di tingkat gampong.
Badan ini berfungsi untuk memberikan
Imeum Chik nasihat dan pertimbangan kepada
Keuchik pada setiap pengambilan
keputusan dalam rangka menjalankan
Imeum chik adalah imeum masjid
pada tingkat ke-mukim-an. Imeum pemerintahan gampong.27 Lembaga
chik bertugas untuk memimpin ini disebut dengan Tuha peut karena
kegiatan-kegiatan masyarakat di jumlah mereka sebanyak empat orang
mukim yang ber-kaitan dengan yang terdiri dari unsur pemerintahan,
bidang agama Islam dan pelaksanaan agama, tokoh adat dan cerdik pandai
syari' at Islam. yang berada di gampong.28

Keuchik/Geuchik ______________

Keuchik/geuchik adalah kepala Tim Peneliti, Kelembagaan Adat, ... , h. 76.


persekutuan masyarakat adat
gampong. Keuchik tidak hanya Ibid., h. 76.

memiliki otoritas dalam bidang


pemerintahan, seperti penyelenggara Nab Bahany As, dkk, Menuju Kemandirian
pemerintahan gampong, tetapi juga Gampong, (Banda Aceh: Yayasan Pugar
bertugas untuk melestari-kan adat dan AIPRD LOGICA, 2009), h. 8.
Tim Peneliti, Kelembagaan Adat ... , h. 78.
istiadat dan hukum adat. Selain itu
Walisongo, Volume 49
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
di bidang pengaturan dan
penggunaan air irigasi untuk
persawahan. Lem-baga ini bertuugas
Tuha Lapan mempertahankan Hukum Adat di
bidang pertanian. Selain bertugas
Tuha lapan adalah lembaga adat mengelola lingkungan di wilayah
yang terdapat pada tingkat mukim persawahan, keujruen blang juga
dan gampong dan bertugas sebagai bertugas untuk menindak pelanggaran
penasihat imeum mukim dan keuchik hukum adat dan menyelesaikan
dalam menjalankan pemerintahannya sengketa yang timbul di wilayah
dengan sebaik-baiknya. Lembaga ini kewenangannya.31
terdiri dari unsur-unsur Pemerintah,
Agama, tokoh Adat, tokoh
masyarakat, cerdik pandai, pemuda, Panglima Laot
perempuan dan kelompok organisasi
masyarakat.29 Panglima laot adalah orang yang
memimpin adat istiadat atau kebiasaan
yang berlaku di bidang penangkapan
Imeum Meunasah ikan di laut. Selain itu lembaga ini juga
bertugas mengatur tempat/areal
Imeum meunasah adalah orang penangkapan ikan, penambatan perahu
dan menyelesaikan sengketa bagi hasil.
yang memimpin kegiatan-kegiatan Kekuasaan panglima laot hanya berlaku
masyarakat di gampong yang di wilayah laut meliputi semua aspek
berkenaan dengan bidang agama kehidupan di laut. Tugas panglimat laot
Islam, pe-laksanaan dan tidak hanya sekedar melakukan
penegakan syari'at Islam. pengaturan tetapi juga memberikan
Hubungan antara keuchik dan sanksi
imeum meunasah sangat erat.
Sehingga imeum meunasah dapat ______________
dianalogikan sebagai ibu
Ibid., h.79.
gampong.30
Ibid., h. 77.
Keujruen Blang
M. Saleh Suhaidy, Buku Pegangan Teungku
Keujruen blang adalah orang yang Imeum Meunasah, (Banda Aceh: Dinas
Syari'at Islam Provinsi NAD, 2007), h. 16.
membantu keuchik dan imeum mukim
50 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
retribusi pasar gampong. Keberadaan
lem-baga haria pekan sangat penting
karena dapat menumbuhkan pasar-
pada setiap pelanggaran adat dan pasar strategis bagi perkembangan
sebagai hakim perdamaian ketika lalu lintas jual beli barang-barang
terjadi persengketaan di ekonomi rakyat. Selain itu lembaga ini
32 dibutuhkan dalam rangka mengatur
wilayahnya bertugas.
kehidupan ekonomi pasar, mengawas
penipuan yang terjadi di pasar dan
10. Pawang Glee/Uteun menetramkan para konsumen dari
segala bentuk kejahatan di pasar.34
Pawang glee/uteun adalah orang
yang memimpin dan mengatur
13. Syahbanda
adat istiadat yang berkenaan
dengan pengelolaan dan
pelestarian lingkungan hutan. Syahbanda adalah orang yang
memimpin dan mengurus
tambatan perahu lalu lintas keluar
11. Petua Seuneubok dan masuk perahu di bidang
angkutan laut dan sungai. Pada
Peutua seuneubok adalah orang masa lalu tugas syahbanda tidak
yang memimpin dan mengatur hanya terbatas pada manajemen
ketentuan-ketentuan yang pelabuhan, tetapi juga bertugas
berkaitan dengan pembukaan untuk mencegah terjadinya
lahan untuk per-tanian dan pelanggaran-pelanggaran di
perkebunan. Dalam hal ini,
pelabuhan.35
lazimnya pelopor yang membuka
tanah mati untuk menjadi lahan
pertanian langsung diangkat ______________
33
sebagai peutua seuneubok.
Ibid., h. 16-17.

12. Haria Pekan Tim Peneliti, Kelembagaan Adat ... , h. 85.

Ibid., h. 85-86.
Haria pekan adalah orang yang
mengatur ketertiban, keamanan, dan
M. Saleh Suhaidy, Buku Pegangan Teungku Imeum
ke-bersihan pasar serta mengutip Meunasah, h. 19.
Walisongo, Volume 51
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat

Segala persoalan yang berkaitan


Sebagian besar lembaga adat dengan konflik dalam masyarakat
tersebut berada di tingkat gampong, akan diselesaikan terlebih dahulu di
36
mukim dan sebagian kecil di tingkat tingkat gampong. Jika konflik
provinsi dan kabupaten/kota. tersebut tidak dapat diselesaikan pada
Lembaga adat yang berada di tingkat tingkat gampong maka kasus tersebut
gampong adalah keuchik, tuha peut, akan dibawa ke tingkat mukim. Pada
tuha lapan dan imeum meunasah. tingkat mukim ini kasus yang
Lembaga adat tingkat mukim meliputi diselesaikan selain kasus limpahan
imeum mukim, imeum chik,dan tuha dari gampong juga kasus yang
lapan. Sedangkan lembaga adat berkaitan dengan konflik antar
keujruen blang, pang-lima laot, gampong dan konflik yang terjadi
pawang glee/uteun, petua seuneubok,pada perangkat pemerintahan
haria peukan dan syahbanda ada gampong yang tidak memungkinkan
yang berada di tingkat gampong dan bagi mereka menyelesaikan sendiri.37
ada juga di mukim tetapi lembaga ini
hanya memiliki kewenangan pada Pada tingkatan gampong, lembaga
wilayah yang khusus. Sedang adat menduduki posisi yang penting
lembaga adat tingkat provinsi dan dalam menyelesaikan permasalahan
kabupaten/kota adalah Majelis Adat konflik yang muncul dalam
Aceh yang me-naungi semua masyarakat. Lembaga adat memiliki
lembaga adat lainnya. wewenang untuk menetapkan
perceraian dan dapat mengeluarkan
Sebagaimana yang telah disebutkan surat keterangan cerai. Padahal
di atas bahwa lembaga adat tidak berdasarkan peraturan yang ada
hanya berfungsi sebagai menyatakan bahwa perceraian tidak
penyelenggara aktivitas pemerintahan sah jika dilakukan di luar peng-adilan
tetapi juga bertanggung jawab untuk agama. Namun wewenang ini
menyelesaikan konflik yang terjadi di dilakukan oleh lembaga adat dengan
wilayah ke-wenangannya. Untuk tujuan untuk kemaslahatan
gampong, lembaga adat yang masyarakat.
memiliki kewenangan pada wilayah ini
adalah keuchik, tuha peut, dan imeum
meunasah. Unsur-unsur lembaga
______________
adat inilah yang berwenang untuk
menjalankan segala fungsi dan peran Wawancara Azwir, sekretaris gampong
Panteriek, 31 Juli 2010.
yang tercantum dalam Qanun tentang
Lembaga Adat.
Wawancara Asnawi, 40 tabun, Mukim Siem, 11 Agustus
2010.
52 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
Di samping itu lembaga adat yang
terdapat dalam masyarakat Aceh
sekarang ini juga merupakan badan
Keadaan ini menunjukkan bahwa yang otonom. Dimana lembaga
masih ada lembaga adat di memiliki kewenangan untuk
beberapa wilayah Aceh yang menyelesaikan segala permasalahan
menjalankan peran dan fungsinya berdasarkan hukum adat yang berlaku
seperti pada masa se-belum dalam masyarakat. Walaupun
kemerdekaan. Dimana pada masa demikian jika ada para pihak yang
itu lembaga adat memiliki ke- tidak puas dengan solusi yang
wenangan untuk menyelesaikan diputuskan oleh lembaga adat di
segala permasalahan yang timbul di tingkat gampong maka pihak yang
daerah kewenangannya, termasuk berkonflik dapat mengajukan
permasalahan perceraian. Tradisi inipermasalahannya ke tingkat mukim.
masih terus dilakukan oleh Jika kasus itu tidak dapat diselesaikan
sebagian masyarakat Aceh pasca pada tingkat mukim maka para pihak
kemerdekaan walaupun telah dapat membawa permasalahan ini ke
dikeluarkan peraturan yang pengadilan.
menganggap perceraian di luar
pengadilan formal adalah tidak sah. Prosedur yang dilakukan lembaga
adat dalam menyelesaikan per-
sengketaan dalam masyarakat tidak
Fakta ini menunjukkan bahwa peran
sama dengan yang dilakukan oleh
dan fungsi lembaga adat pada masa
peng-adilan formal. Lembaga
kini telah mengalami perubahan yang
peradilan formal memiliki tiga
sangat signifikan. Pada masa dulu
tingkatan dalam me-nyelesaikan
lembaga adat di tingkat gampong
permasalahan konflik, yaitu untuk
memiliki kewenangan yang luas
tingkat pertama adalah peng-adilan
dalam menyelesaikan segala
umum, tingkat kedua disebut dengan
permasalahan yang timbul baik itu
banding dan tingkat ketiga adalah
yang berkaitan de-ngan kasus
kasasi. Dengan kata lain, para pihak
perdata atau pun pidana. Bahkan
yang tidak puas dengan peng-adilan
hasil keputusan penyelesaian-nya
tingkat pertama dapat mengajukan
dianggap sah dan memiliki kekuatan
banding ke pengadilan tinggi dan
hukum. Akan tetapi pada masa se-
sekiranya belum puas dapat
karang keputusan lembaga adat
mengajukan kasasi ke Mahkamah
dalam menyelesaikan permasalahan
Agung.
di-anggap sah namun tidak memiliki
kekuatan hukum. Sehingga kalau ada
yang melanggar keputusan yang telah Selain itu hubungan antara lembaga
disepakati maka hukuman yang adat tingkat gampong, mukim,
mungkin diberikan berupa sanksi kabupaten/kota dan provinsi hanya
sosial. bersifat koordinatif atau konsultatif,

Walisongo, Volume 53
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
Dalam menyelesaikan konflik yang
terjadi dalam masyarakat, lembaga
adat gampong, dalam hal ini keuchik
sehingga putusan terhadap sengketa
atau kepala dusun cenderung
yang menjadi wewenang gampong atau
mukim bersifat final. Sekiranya ada para bersikap pasif. Keuchik atau kepala
pihak yang merasa tidak senang dusun tidak akan mendatangi
dengan putusan tersebut harus masyarakat yang sedang berkonflik
membawanya ke pengadilan. Hubungankecuali apabila telah datang orang
koor-dinatif dan konsultatif tersebut yang melaporkan masalah tersebut.
terjadi dalam bentuk lembaga adat Orang yang melaporkan kasus
tingkat gampong berkonsultasi dengan tersebut, boleh jadi adalah para pihak
lembaga adat mukim dan dengan yang berkonflik, keluarga dari pihak
Majelis Adat Aceh untuk tingkat yang berkonflik, atau warga gampong
kabupaten/kota dan Provinsi. Dengan yang mengetahui masalah tersebut.
demikian masing-masing tingkat Oleh karena lembaga adat tidak
lembaga adat bersifat otonom dan bersikap pro-aktif dalam
independen sesuai dengan menyelesaikan sengketa yang terjadi
tingkatannya, seperti diatur dalam dalam masya-rakat maka ada
Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2008 beberapa kasus sengketa yang
pasal 3. dibiarkan begitu saja tidak
diselesaikan. Hal ini terjadi karena
Untuk daerah Kabupaten Aceh Tengah kasus konflik/sengketa tidak pernah
orang yang bertanggung jawab di-laporkan kepada keuchik sehingga
menyelesaikan konflik yang muncul
kasus ini redam dengan sendirinya.39
dalam masyarakat adalah kepala
dusun. Walaupun ada beberapa kasus
konflik yang dilaporkan langsung Akan tetapi tidak pada semua kasus
kepada Geucik tetapi penyelesaiannya lembaga adat gampong bersikap pasif
tetap diserahkan kepada kepala dusun. dalam menyelesaikan konflik yang
Apabila kepala dusun tidak mampu terdapat dalam masyarakat. Untuk
menyelesaikannya, maka kasus itu kasus-kasus tertentu mereka
akan dilimpahkan kepada geucik. langsung mendatangi para pihak
Apabila geucik juga tidak mampu untuk me-
menyelesaikannya, maka kasus ini akan
diselesaikan geucik dengan cara
memanggil semua aparatur lembaga ______________
Desa untuk menyelesaikan masalah
tersebut bersama-sama. Namun Wawancara, Geuchik Jongok Bathen, 16 Juli
penyelesaian konflik pada tingkatan ini 2010.
hampir tidak pernah terjadi.38
Wawancara, SafrizaI, 33 tahun, Keuchik Meunasah
Gamping Klieng Cot Aron, 3 Agustus
2010.
54 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
pelaporan kasus sengketa yang
dilaporkan kepada keuchik ataupun
kepala dusun belum ada pencatatan
nyelesaikan permasalahan tersebut yang baku/resmi, seperti meng-
tanpa menunggu laporan dari warga. haruskan pelapor untuk mengisi form A,
Biasanya kasus-kasus itu berkaitan B, C dan sebagainya.41
dengan tuduhan mencuri, mesum,
tabrak-an, atau perkelahian antar
warga. Sementara konflik yang Dengan demikian keuchik merupakan
berkaitan dengan konflik perkawinan, unsur lembaga adat yang me-miliki
KDRT, warisan, dan kepemilikan otoritas dalam menyelesaikan konflik
tanah diselesaikan oleh lembaga adat yang terjadi dalam masyarakat
apabila ada pihak yang melaporkan, kabupaten Aceh Besar dan kota
baik itu salah satu dari pihak yang Banda Aceh. Hal ini dapat dilihat pada
berkonflik maupun kedua pihak yang prosedur pelaporan yang
berkonflik. menunjukkan bahwa keuchik adalah
orang yang pertama bertanggung
jawab untuk menyelesaikan konflik
Adapun prosedur dalam pelaporan yang terjadi di masyarakat. Apabila
kasus konflik/sengketa yang terjadi di kasus itu dianggap besar
masyarakat adalah dengan cara
permasalahannya maka keu-chik akan
melapor ke kepala dusun dan ada juga
langsung ke keuchik. Untuk desa di
mengundang ketua tuha peut, imeum
Aceh tengah prosedur dalam pelaporan meunasah untuk menyelesai-kan
adalah melalui kepala dusun terlebih kasus tersebut. Akan tetapi apabila
dahulu kemudian baru dilaporkan ke kasus itu berkaitan dengan hukum
keuchik. Sedangkan untuk desa yang Islam, seperti pembagian harta
terdapat di Aceh Besar prosedurnya warisan, harta bersama, atau
melalui keuchik bukan kepala dusun, perceraian maka keuchik akan
walaupun ada juga warga yang melapor menyerahkan permasalahan tersebut
pada kepala dusun.40 Demikian juga pada imeum meunasah setelah
dengan desa yang terdapat di Kota terlebih dahulu membuka pertemuan
Banda Aceh maka setiap kasus konflik antara para pihak dan un sur lembaga
dilaporkan kepada keuchik. Pelaporan adat yang diundang.
pada keuchik tidak ditentukan
tempatnya karena masyarakat Aceh
menganggap keuchik tidak hanya
______________
sebagai pemimpin formal tetapi juga
informal. Sehingga kebanyakan kasus Wawancara, Muhajir, 27 tahun, Sekdes Desa
Miruek Lam Reudop, 28 Juli 2010.
sengketa konflik yang terjadi dalam
masyarakat sering dilaporkan langsung
Wawancara, Yufrizal, Keuchik Gampong Lam Jamee, 5
ke rumah keuchik bukan di kantor September 2010.
keuchik. Sedangkan teknis pencatatan
Walisongo, Volume 55
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
perdamaian gampong, keuchik
karena jabatannya duduk di sidang
sebagai ketua majelis dan
Berbeda halnya dengan
perangkat desa lainnya menjadi
kabupaten Aceh Tengah, geuchik
anggota majelis. Sedangkan
tidak memiliki otoritas yang besar
sekretaris gampong menjadi
dalam menyelesaikan konflik yang panitera. Anggota majelis sidang
terjadi dalam masya-rakat. tidak selalu dalam jumlah yang
Otoritas penyelesaian konflik tetap, tetapi senantiasa dapat
dalam masyarakat Aceh Tengah bertambah dan berkurang sesuai
berada di tangan kepala dusun. kebutuhan dan berkaitan dengan
Walaupun ada kasus konflik atau kasus yang dihadapi.43 Oleh karena
sengketa yang dilaporkan kepada itu orang-orang yang menduduki
geuchik namun wewenang untuk posisi lembaga adat harus melalui
menyelesaikan per-masalahan proses seleksi dan orang yang
tetap pada kepala dusun. Geuchik dipilih adalah orang yang memiliki
hanya memiliki wewenang untuk keahlian atau pengetahuan dalam
menyelesaikan konflik jika konflik bidang hukum dan kemasyarakatan.
itu tidak dapat diselesaikan oleh
kepala dusun.42 Hal ini menunjukkan bahwa keuchik
karena jabatannya sebagai kepala
gampong, dalam melaksanakan proses
Meskipun otoritas keuchik berbeda- penyelesaian konflik selalu memegang
beda di tiga kabupaten daerah posisi sebagai ketua majelis
penelitian berlangsung, namun orang persidangan. Sebagai ketua yang
yang bertanggung jawab penuh untuk melaksanakan tugas kehakiman maka
menyelesaikan kasus persengketaan keuchik haruslah mempunyai
adalah kepala pemerintahannya, baik pengetahuan yang relative luas
itu di tingkat mukim, gampong, dibandingkan perangkat pemerintah
ataupun dusun. Otoritas keuchik gampong lainnya. Untuk itu ada
dalam me-nyelesaikan permasalahan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh
pada masa sekarang ini tidak jauh seorang keuchik, adalah sebagai
berbeda dengan otoritas keuchik ______________
pada masa dulu. Dimana dalam
beberapa literature menyatakan Wawancara, Geuchik Jongok Bathen, 16 Juli
bahwa posisi keuchik dalam 2010.
menyelesaikan kasus persengketa-an
dapat disebut sebagai hakim T. Ibrahim El Hakimy, "Hakim Perdamaian Desa
perdamaian desa/gampong. sebagai Ujung Tombak Pencipta Kerukun-an
dan Ketertiban Masyarakat Gampong," dalam M.
Isa Sulaiman dan HT. Syamsuddin, Pedoman
Dalam kaitan dengan hakim Umum Adat Aceh..., h. 24.
56 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
tetapi jika kasus sengketa/konflik yang
dilaporkan itu termasuk dalam kategori
kasus berat maka keuchik akan
berikut:44 (1) kuat ilmu agamanya mendiskusikan terlebih dahulu kasus
(meu agama), (2) arif dan bijaksana,tersebut dengan unsur lembaga adat
(3) penduduk asli (asoe lhok), (4) lainnya. Dalam hal ini keuchik akan
orang yang berada (ureung na). mengajak imeum meunasah atau tuha
peut untuk mendiskusikan kasus yang
ada.
Dengan terpenuhi syarat-syarat
tersebut di atas, maka dapat
Tahapan selanjutnya adalah keuchik
diharapkan keuchik akan tetap
atau unsur lembaga adat lainnya
berwibawa seperti halnya keuchik
mendatangi para pihak secara
pada tempo dulu. Ke-wibawaan
terpisah untuk mengetahui akar
keuchik ini penting dijaga dan
permasalahan yang menimbulkan
dipertahankan, karena dia adalah
konflik. Selain itu lembaga adat juga
kepala pelaksana pemerintahan di
menanyakan ke-sediaan dari para
unit terbawah dan sekaligus
pihak untuk berdamai. Setelah
sebagai hakim ketua perdamaian di
keuchik dan lembaga adat
tingkat gampong/desa.
menganalisis permasalahan yang
terjadi maka keuchik dan unsur
Tahap-tahap Penyelesaian lembaga adat lainnya mengundang
Konflik yang Dipraktekkan para pihak yang berkonflik untuk
bertemu dalam satu tempat
Lembaga Adat
pertemuan.45 Akan tetapi ada juga
kebijakan yang diambil oleh keuchik
Ada beberapa tahap yang dilakukan
dan unsur lembaga adat untuk tidak
lembaga adat dalam menyelesaikan
konflik yang timbul dalam masyarakat. mempertemukan para pihak secara
Untuk tahapan awal yang dilakukan langsung pada suatu tempat.
oleh lembaga adat gampong dalam
menyelesaikan konflik setelah adanya Pertemuan antara para pihak yang
laporan dari para pihak atau salah satu berkonflik biasanya dilakukan di
pihak yang bersengketa kepada geuchikmasjid atau meunasah dan biasanya
adalah dengan cara menganalisis dihadiri oleh keuchik, imeum
terlebih dahulu kasus itu, apakah kasus meunasah,
ini dapat diselesaikan oleh keuchik
sendiri ataukah perlu dibantu oleh
______________
lembaga adat lainnya. Apabila kasus
sengketa ini dianggap kasus yang Ibid., h. 27.
ringan maka kasus sengketa ini akan
diselesaikan sendiri oleh keuchik. Akan Wawancara M. Yunus Ishaq, 58 tahun, Keuchik
Gampong Tanjung Selamat, 29 Juli 2010.
Walisongo, Volume 57
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
para pihak hanya mendengarkan
nasihat dan solusi yang telah dibuat oleh
perangkat gampong (lembaga adat
ketua tuha peut, sekretaris desa, dan gampong). Para pihak tidak diberikan
para pihak yang berkonflik. Akan lagi kesempatan untuk tanya-jawab
tetapi untuk kasus-kasus tertentu karena dikhawatirkan akan terjadi
pertemuan tidak dilakukan di tempat perdebatan. Setelah mendengarkan
terbuka. Seperti, penyelesaian kasus nasihat dan keputusan dari lembaga
KDRT yang mengambillokasi bukan di adat, para pihak di-persilakan untuk
tempat umum atau fasilitas publik. berjabat tangan sambil meminta maaf
Biasanya tempat pertemuan untuk seeara lisan. Kemudian aeara
kasus KDRT mengambil tempat di dilanjutkan dengan penandatangan
rumah keuchik; kantor desa, atau surat pernyataan perdamaian yang telah
tempat lainnya yang disepakati oleh ditulis diatas kertas. Dalam hal ini
para pihak. Adakalanya penyelesaian keuchik meminta para pihak untuk
kasus juga dilakukan di tempat- menandatangani surat tersebut di atas
tempat lain, misalnya di sawah, materai dan juga meminta tanda tangan
dari imeum meunasah, ketua tuha peut
lapangan bola, warung kopi atau
tempat mana saja yang dan sekretaris desa sebagai saksi.47
memungkinkan untuk dilakukan
diskusi. Walaupun penyelesaian Keuchik bertugas sebagai orang yang
memfasilitasi dan bertanggung jawab
kasus pada tempat-tempat ini lebih
terhadap jalannya pertemuan
terkesan informal tetapi dampak yang
dihasilkan terkadang lebih tersebut. Setelah keuchik membuka
berpengaruh ketimbang penye- pertemuan tersebut, kemudian
lesaian yang dilakukan secara mempersilakan pihak penggugat dan
formal.46 tergugat untuk menyampaikan
keinginan dan harapan mereka
terhadap per-masalahan yang ada.
Ada beberapa macam mekanisme Selanjutnya untuk kasus-kasus
pertemuan penyelesaian konflik tertentu, seperti kasus mawaris,
yang berlaku dalam masyarakat keuchik akan memberikan
Aceh. Bentuk-bentuk mekanisme kesempatan pada Tgk Imeum untuk
pertemuan penyelesaian konflik memaparkan tentang aturan-aturan
adalah sebagai berikut: pembagian harta warisan. Kemudian

Keuchik bertugas sebagai pimpinan ______________


dalam pertemuan tersebut. Setelah
keuchik membuka acara tersebut Wawancara, Yufrizal, Keuchik Gampong Lam
kemudian mempersilakan teungku Jamee, 5 September 2010.
imeum untuk memberi nasihat kepada
para pihak. Dalam pertemuan tersebut Wawancara M. Yunus Ishaq, 58 tahun, Keuchik
Gampong Tanjung Selamat, 29 Juli 2010.
58 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
bersama biasanya dibuat apabila para
pihak memintanya dan surat itu
ditandatangani oleh kuchik, tuha peut,
biasanya akan ada penolakan atau
dan para pihak yang ber-
info-info baru yang muneul dari para
konflik/bersengketa. Apabila para
pihak tentang masalah yang akan
pihak tidak setuju dengan tawaran
diselesaikan. Setelah itu pihak
penye-lesaian maka kasus ini
gampong berusaha untuk
dianggap belum selesai dan para
memfasilitasi tereapainya suatu
pihak boleh mencari penyelesaian
keputusan yang disepakati seeara
dengan cara lain, yaitu dengan
bersama-sama. Selanjutnya
mengajukan permasalahan itu ke
keputusan yang telah disepakati itu
pihak kepolisian.
ditulis dan kemudian ditandatangani
oleh para pihak dan saksi-saksi yang
turut dalam pertemuan itu. Biasanya Proses persidangan adalah
saksi-saksi dalam pertemuan ini pelaksanaan persidangan dalam
adalah bagian dari unsur lembaga menyelesai-kan perkara. Pada
adat. Namun jika ada dari para pihak tahapan ini terdapat beberapa
yang tidak setuju dengan keputusan prosedur yang ditempuh tergantung
yang telah diambil maka kasus kepada kasus-kasus yang dihadapi.
tersebut tidak lagi menjadi Secara umum prosedur ter-sebut
kewenangan gampong untuk dapat dibagi kepada empat, yaitu:
menyelesaikannya.48
Konflik Perkawinan dan KDRT
Keuchik bertugas sebagai pemimpin
dalam pertemuan itu. Setelah keuchik Pada sidang ini, lembaga adat
membuka pertemuan kemudian tahap menghadirkan kedua belah pihak
selanjutnya adalah men-dengarkan secara bersamaan. Musyawarah
pemaparan masalah dari kedua belah biasanya dilaksanakan di tempat
pihak. Tahap selanjutnya keuchik tertutup, seperti rumah keuchik; para
memberi kesempatan kepada para pihak, rumah imeum gampong atau di
hadirin untuk memberi masukan dan tempat lain yang dapat menjaga
saran terhadap permasalahan yang kerahasiaan. Kecuhik sebagai
dihadapi oleh para pihak. Kemudian pimpinan lembaga adat gam-pong
keuchik atau tuha peut memberikan membuka rapat secara resmi dan
nasihat dan tawaran solusi kepada memimpin rapat sampai selesai atau
para pihak. Apabila tawaran solusi
diterima oleh kedua belah pihak,
maka konflik dianggap telah berhasil ______________
diselesaikan. Mengenai surat
pemyataan hasil kesepakatan 48
Wawancara Tgk. H. Sa'id Budiman, Teungku
Imeum Gampong Peunyeurat, 1 Agustus 2010.
Walisongo, Volume 59
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
Pembagian Harta Warisan

menyerahkan pimpinan rapat Berbeda dengan konflik perkawinan dan


kepada salah satu unsur lembaga KDRT, sidang pertama dihadiri oleh
pelapor, keuchik, sekretaris, tuha peut
adat se-kiranya dianggap lebih dan kadang kala termasuk ahli, seperti
mengerti tentang perkara. ahli bidang agama. Pimpinan sidang
adalah keuchik atau orang lain yang
Tata cara persidangan adalah ditunjuk oleh keuchik. Mengenai tempat
dengan meminta masing-masing sidang dilakukan di tempat privat,
seperti rumah keuchik atau ruang publik,
pihak menyempaikan persoalan
seperti meunasah. Pada sidang ini
yang dihadapi secara bergantian, aparat gampong mendengar penjelasan
diselingi dengan eksplorasi pelapor tentang permasalahan yang
permasalahan secara mendalam hadapi, berdasarkan penjelasan
secara terpisah, seperti dalam tersebut aparat gampong mengetahui
kamar khusus. Selanjutnya unsur akar konflik. Pada sidang berikutnya
lembaga adat memberi menghadirkan pihak terlapor.
pertimbangan dan jalan keluar
untuk dilaksanakan, yang diikuti Pada sidang kedua ini, aparat desa
dengan pemberian nasihat kepada menyampaikan permasalahan yang
para pihak. Nasihat tersebut disampaikan pelapor/penggugat dan
biasanya diberikan oleh unsur tokoh kemudian meminta tanggapan dari
agama. Setelah sidang masing- pihak terlapor/tergugat. Pada sidang
masing pihak memberi tanggapan ini aparat gampong juga menanyakan
terhadap putusan yang telah kesediaan pihak tergugat untuk
diberikan. bcrdamai.49 Berdasarkan informasi
dari kedua belah pihak, aparat
gampong sebagai lembaga adat
Pasca sidang, para pihak yang
menganalisis per-masalahan dan
menerima putusan lembaga adat memutuskan hukumnya. Pembacaan
disudahi dengan upacara putusan disampaikan pada sidang
bersalaman dan saling pemberian tersendiri yang dihadiri oleh para
maaf. Sedang bagi yang tidak pihak yang turut dihadiri oleh keluarga
setuju dengan putusan tersebut, kedua belah pihak dan masyarakat
kepada mereka dianjurkan untuk umum.
menempuhjalur peradilan. ______________
49
Pembagian Harta Bersama, Wawancara M. Yunus Ishaq, 58 tahun, Keuchik
Gampong Tanjung Seiamat, 29 Juli 2010
Pemeliharaan Anak dan
60 Walisongo, Volume 21, Nomor 1, Mei
2013
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
Pasca sidang para memberi
tanggapan atas keputusan
Pasca pembacaan putusan, kedua lembaga adat. Sekiranya setuju,
pihak diberi kesempatan untuk me- mereka menantangani surat
nanggapi hasil putusan tersebut, baik kesepakatan ditambah saksi dan
berupa persetujuan atau penolakan. membayar uang sidang. Sekiranya
Apabila kedua belah setuju, maka
tidak setuju, seperti di atas,
mereka harus menandatangani surat
perjanjian damai yang dikuatkan kepada mereka disarankan
dengan tanda tangan para saksi. menempuh jalur hukum dan tidak
Selanjutnya para pihak membayar biaya membayar biaya sidang.
perkara yang telah disepakati.
Sekiranya hasil putusan tersebut tidak
disepakati, maka kepada kedua belah
Perkara Tindak Pidana
pihak disaran-kan untuk menempuh
jalur peradilan dan tidak dikenakan Khusus untuk tidak pidana, sidang
biaya persidangan. dipimpin langsung oleh keuchik.
Tempat sidang biasanya dilaksanakan
Sengketa Batas Tanah di meunasah atau kantor keuchik.
Mengenai waktu menyesuaikan
dengan jenis kejahatan yang
Penyelesaian sengketa batas tanah dilakukan. Untuk kasus perbuatan
tidak jauh berbeda dengan penye- mesum, sidang dilaksanakan
lesaian masalah harta bersama, manakala kasus ditemu-kan, begitu
pemeliharaan anak dan pembagian juga penganiayaan. Sidang tindak
harta warisan. Perbedaannya hanya pidana ini biasanya dilaksana-kan
terletak pada beberapa hal, yaitu sekali saja, dengan menghadirkan
pelaksanaan sidang diikuti oleh seluruh pelaku dan korban. Bentuk
kedua belah pihak secara persidangan dilaksanakan berupa
bersamaan, artinya tidak di-lakukan introgasi yang mendalam oleh
sidang kaukus. Kedua, sidang anggota lembaga adat dan tuntutan
dilaksanakan di tempat perkara. pengakuan bersalah dari pelaku.
Ketiga pihak-pihak yang menghadiri Selanjutnya kepada korban diminta
sidang relatif terbatas pada para untuk menerima pengakuan bersalah
pelaku dan memberi memaatkan.
pihak bersama anggota lembaga
Setelah pemberian maaf dari korban,
adat.
dilanjutkan dengan musyawarah
pelaksanaan perdamaian secara adat.
Walisongo, Volume 61
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
ciptaan Allah. Manusia tidak berhak
untuk merusak atau melukai anggota
tubuh, tanpa alasan syara' yang sah.
Selain itu perkara tindak pidana Oleh karena itu sayam merupakan
yang berupa sengketa-sengketa bentuk kompensasi yang bertujuan
berdarah memiliki cara untuk melindungi dan memberikan
penyelesaian yang berbeda. Ada penghormatan terhadap ciptaan Allah
beberapa cara yang ditempuh berupa tubuh manusia.51
dalam pelaksanaan perdamaian
sengketa-sengketa berdarah, b. Diiet
adalah sebagai berikut:
Kata diiet berasal dari istilah bahasa
a. Sayam Arab, yaitu diyat yang artinya pengganti
jiwa. Di 'iet adalah sebagai bentuk
Sayam adalah bentuk kompensasi kompensasi atau ganti rugi yang
diserahkan kepada pelaku pidana atau
berupa harta yang diberikan oleh
keluarganya kepada korban atau
pelaku pidana terhadap korban atau
keluarga korban (ahli waris) dalam
ahli waris korban, khusus untuk yang
tindak pidana pembunuhan.52
berkaitan dengan rusak atau tidak
Pembayar-an diiet dalam penyelesaian
berfungsinya anggota tubuh. Filosofi
sengketa berdarah ini dilakukan setelah
sayam bagi masyarakat Aceh di-ketahui dengan jelas pelakunya dan
bersumber dari adagium yang sudah tingkat kemaafan yang diberikan korban
dikenal lama, yaitu: luka fa sipat atau keluarga korban. Jika kemaafan
darah fa sukat (luka seseorang harus telah diberikan, maka para pemangku
diukur lebarnya dan darah yang adat akan mengkompromikan dan
keluar dari seseorang pun harus bermusyawarah dengan pelaku dan ahli
diukur banyaknya). Maknanya adalah waris tentang jumlah diiet yang harus
luka akibat penganiayaan atau dibayar pelaku pidana.53 Pembayaran
kekerasan harus diper-hitungkan, ______________
demikian pula darah yang mengalir
juga harus diperhitungkan.50 Syahrizal, Mediasi, h. 261.

Keadaan ini menunjukkan bahwa Ibid.


masyarakat Aceh memberikan peng-
hargaan dan perlindungan yang tinggi Nab Bahany As, Menuju Kemandirian, h. 17.
terhadap tubuh manusia sebagai
Syahrizal, Mediasi, h. 256.
62 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
pihak yang berkonflik. Kegiatan ini
difasilitasi oleh keuchik, imeum
meunasah, dan tokoh adat
diiet biasanya dilakukan dalam
suatu upacara adat yang Iainnya.55
didalamnya terdiri dari kegiatan
peusijuek dan peumat jaroe. Namun apabiJa korban tidak
menerima hasil putusan lembaga
c. Peusijuek adat, maka kasus tersebut
diserahkan kepada korban untuk
melaporkannya kepada aparat
Peusijuek adalah aktivitas yang
kepolisian dan selanjutnya
harus dilakukan setelah
menempuh jalur penyelesaian se-
disepakatinya keputusan
penyelesaian konflik berdarah cara hukum nasional.
dengan cara sayam dan diiet.
Prosesi peusijuek merupakan tradisi E. Prinsip-prinsip Penyelesaian
yang diwariskan oIeh para Sultan Konflik dalam Masyarakat Aceh
Aceh yang memiliki kekuasaan dan
kebesaran. Prosesi ini dilakukan Proses penyelesaian konflik yang
dengan tujuan untuk berlaku dalam masyarakat Aceh
mempertahankan tali silaturrahmi bervariasi antara satu gampong
dan saling kunjung mengunjungi dengan gampong yang lain.
serta bertutur kata yang man is dan Keragaman model penyelesaian
sopan.54 konflik ini sangat dipengaruhi oIeh
keahlian dan penge-tahuan keuchik
setempat tentang teori penyelesaian
d. Peumat Jaroe konflik. Hal ini terjadi karena keuchik
memiliki peran dan kedudukan yang
Peumat jaroe (bersalaman) adalah penting dalam pe-nyelesaian konflik
aktivitas yang dilakukan setelah pada tingkat gampong. Walaupun
prosesi peusijuek. Peumat jaroe tidak dapat dipungkiri bahwa ulama
merupakan simbol perbaikan imeum meunasah atau tuha peut juga
hubungan antara para pihak yang memiliki peran dalam
bersengketa, dengan harapan
konflik diantara mereka dapat ______________
segera berakhir. Bersalaman
(peumat jaroe) menjadi awal dari Ibid., h. 259.
jalinan silaturrahmi antara para
Ibid., h. 266.
Walisongo, Volume 63
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
pemotongan kambing ini dilaksanakan
di meunasah dengan mengundang
pihak yang bersengketa dan
proses penyelesaian konflik masyarakat. Bentuk lain dari sanksi
namun keberadaannya itu sangat adat berupa sangsi administrasi
tergantung pada jenis kasus yang gampong dimana aparatur pemerintah
ada. gampong akan menge-sampingkan
pemenuhan kebutuhan orang (yang
Meskipun tidak ada mekanisme melanggar perdamaianl kesepakatan)
penyelesaian konflik yang baku dalam dalam berbagai kegiatan yang ada di
masyarakat Aceh namun konsep gampong, karena di-anggap tidak mau
penyelesaian konflik yang selama ini bekerjasama. Dengan kata lain pihak
ber-jalan didasarkan pada beberapa yang melanggar keputusan tidak akan
prinsip, yaitu: kebersamaan, diikutsertakan dalam berbagai
musyawarah, prinsip ta meujeut-jeut kegiatan gampong. Selain itu unsur
(saling rela dan saling pengertian), perangkat gampong tidak akan
prinsip keadilan. menghadiri acara-acara yang
diselenggarakan oIeh pihak pelanggar
Kekuatan keputusan atau kecuali dalam haI fardhu kifayah.56
kesepakatan yang dibuat oleh Tindakan pengucilan ini dilakukan
lembaga adat dalam menyelesaikan sampai pihak yang melanggar
kesepakat-an damai menyadari
konflik dapat dibagi dua, yaitu
bahwa tindakannya salah dan mau
mengikat dan tidak mengikat. mengakui kembali kesepakatan yang
Keputusan yang bersifat mengikat telah dibuat.
harus dilaksanakan oleh para pihak
dan diberi sanksi bagi yang tidak
Sedangkan keputusan yang bersifat
melaksanakannya. Biasanya tidak mengikat diberikan kebebasan
putusan yang mengikat ini adalah kepada para pihak untuk
keputusan yang berkaitan dengan melaksanakannya atau
urusan publik, seperti kasus mengabaikannya. Sanksi bagi yang
pencurian, pelanggaran adat yang mengabaikannya hanya sebatas ketidak
telah mengganggu ketertiban sediaan lembaga adat menangani kasus
gampong, dan lain-lain. yang sama untuk kedua kalinya.
Biasanya setelah pem-
Ada beberapa bentuk sanksi adat
seperti melakukan acara peusijuk ______________
pada pihak yang melanggar. Setelah
itu dilanjutkan dengan acara 56
Wawancara Tgk. Hasyim Idris, 68 tahun,
memotong kambing yang dilakukan tokoh masyarakat Gampong Miruk
oleh pihak yang melanggar. Acara Lamredeup, 2 Agustus 2010.
64 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
tingkat gampong.

bacaan keputusan telah Keberhasilan masyarakat Aceh dalam


diberitahukan kepada para pihak menyelesaikan konflik pada tingkat
gampong ini sangat berkaitan dengan
yang tidak setuju dengan metode yang digunakan selama ini.
keputusan Iembaga adat Metode penyelesaian konflik dalam
dipersilakan menempuh jalur masyarakat Aceh yang dipraktekkan
peradilan. Hal ini biasanya berlaku selama ini sering diklaim sebagai
bagi kasus yang bersifat privat penyelesaian konflik dengan metode
atau kasus yang tidak melibatkan mediasi. Akan tetapi berdasarkan
urusan publik. fakta di lapangan menunjukkan bahwa
praktek mediasi yang dilakukan
lembaga adat lebih mirip dengan
Adapun biaya yang dipungut oleh
penyelesai-an konflik yang dilakukan
lembaga adat dalam menyelesaikan
dalam pengadilan atau arbitrase.
suatu kasus tidak ditentukan tarifnya,
tetapi untuk kasus harta warisan
biayanya ditentukan 2.5 % dari jumlah Walaupun proses penyelesaian
harta yang diselesaikan. Pembayaran konflik yang dilakukan oleh
biaya penyelesaian kasus biasanya lembaga adat lebih mirip dengan
dibebankan kepada orang yang pengadilan atau yang sering
melapor-kan perkara.57 Bahkan ada disebut dengan peng-adilan adat
beberapa kasus yang diselesaikan namun dalam pelaksanaannya
tanpa dipungut bayaran pada para sangat jauh berbeda. Keputusan
pihak.58 yang dihasilkan berdasarkan
prinsip keadilan komunal bukan
Berdasarkan proses penyelesaian keadilan benar atau salah. Prinsip
konflik yang dilakukan oleh lembaga keadilan komunal ini telah
adat dalam masyarakat Aceh tampak menyebabkan keputusan yang
bahwa model penyelesaian konflik di
disepakati tidak merugikan kedua
kalangan masyarakat Aceh memiliki
karakteristik yang sangat berkaitan
belah pihak. Atau dengan kata lain
dengan falsafah hidup masyarakat keputusan yang diambil lebih
Aceh. Falsafah hidup masyarakat mengarah kepada win-win solution
Aceh yang komunal ini dapat dilihat bukan win-lose solution.
pada prinsip-prinsip yang dianut
masyarakat Aceh ketika ______________
menyelesaikan permasalahan
sengketa/konflik. Prinsip-prinsip ini Wawancara Amiruddin, 63 tahun, tokoh adat
pula yang menyebabkan banyak Gampong Miruk Lamredeup, 2 Agustus 2010.
persengketaan yang muncul di
masyarakat dapat diselesaikan pada Wawancara Asnawi, 40 tahun, Mukim Siem, 11 Agustus
2010.
Walisongo, Volume 65
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
dilaksanakan secara mumi dalam
masyarakat Aceh yang selama ini
menjunjung tinggi nilai-nilai komunal.
Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat Aceh memiliki konsep
pe-nyelesaian konflik tersendiri Oleh karena itu mediasi sebagai
yang berbeda dengan teori resolusi alternatif penyelesaian konflik dalam
konflik. Di mana pada satu sisi ada masyarakat Aceh dapat dimaknai
beberapa prosedur yang dilakukan sebagai suatu metode penyelesaian
oleh lembaga adat dalam konflik yang didasarkan pada
menyelesaikan konflik mirip dengan prinsip-prinsip kebersamaan,
prosedur penyelesaian konflik di musyawarah, keadilan, dan
pengadilan atau arbitrase. Akan pengorbanan. Sehingga keputusan
tetapi disisi yang lain, khususnya yang dihasilkan adalah keputusan
pada produk yang dihasilkan atau yang tidak merugikan pihak
keputusan yang disepakati oleh manapun.
para pihak lebih mirip dengan
mediasi. Sehingga konsep F. Kesimpulan
penyelesaian konflik yang dilakukan
oleh lembaga adat Aceh dapat Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dikategorikan sebagai penyelesaian model penyelesaian konflik yang
konflik dengan mediasi yang dilakukan oleh lembaga adat dalam
disesuaikan dengan tradisi dan masyarakat Aceh tidak termasuk
kultur masya-rakat Aceh. dalam kategori penyelesaian konflik
dengan menggunakan model
Konsep mediasi masyarakat Aceh ini penyelesaian mediasi secara teori.
tidak sama secara prinsip dan Dimana proses penyelesaian konflik
prosedur dengan teori mediasi yang dilakukan lembaga adat
resolusi konflik. Hal ini terjadi karena cenderung seperti peradilan tetapi
teori mediasi resolusi konflik yang hakim yang memutuskan perkara itu
diperkenalkan selama ini merupakan diambil dari perangkat pemerintah
model penyelesaian konflik yang gampong atau mukim.
lazim dilakukan oleh masyarakat
Barat yang men-junjung tinggi nilai- Walaupun proses penyelesaian konflik
nilai individual. Sehingga prinsip- di Aceh berbentuk peradilan adat
prinsip dan prosedur pe-nyelesaian tetapi prinsip dan prosedur yang
konflik yang dilakukan sangat sesuai dilakukan sangat berbeda dengan
dengan karakteristik masyarakat peradilan negara. Dimana proses
barat. Sehingga penyelesaian konflik penyelesaian konflik di gampong
yang selama ini dipraktekkan dilakukan dengan
masyarakat barat tidak dapat
66 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
adat yang kemudian disepakati para
pihak yang berkonflik. Praktek ini agak
mirip dengan praktek penyelesaian
prinsip musyawarah dan keadilan
dengan model arbitrase.
komunal sedang peradilan Negara
cen-derung bukti dan hukum yang
berlaku. Keadilan yang dihasilkan Meskipun praktek yang dijalankan
oleh per-adilan negara pun mirip dengan model arbitrase, namun
berdasarkan benar atau salah. Hal ini keputusan yang dihasilkan oleh
menunjukkan bahwa praktek yang lembaga adat diterima para pihak atas
mereka lakukan bukan termasuk dasar prinsip ta meujeut-jeut yang
praktek mediasi karena berdasarkan artinya saling rela dan saling pe-
prosedur dan konsepnya sangat ngertian. Prinsip ini berbeda dengan
berbeda dengan teori mediasi. keputusan yang dihasilkan dalam
arbitrase adalah menguntungkan satu
pihak dan merugikan pihak yang lain
Jika dilihat pada aspek siapa pihak
(win-lose solution). Akan tetapi agak
ketiga yang berhak ditunjuk untuk
mirip dengan prinsip mediasi yaitu
menyelesaikan konflik maka praktek
kedua belah pihak sama
yang dilakukan oleh lembaga adat
mendapatkan kemenangan (win-win
selama ini cenderung mirip dengan
solution).
peradilan Negara karena orang yang
berkewajiban untuk menyelesaikan
konflik sudah ditetapkan. Sedangkan Dengan demikian model penyelesaian
dalam arbitrase dan mediasi pihak konflik yang dilakukan oleh lembaga
ketiga ditunjuk oleh para pihak yang adat tidak termasuk dalam kategori
ber-konflik untuk membantu dalam model penyelesaian konflik dengan
menyelesaikan masalah. Sementara cara litigasi, arbitrase, dan mediasi.
pe-nyelesaian konflik yang dilakukan Akan tetapi model penyelesaian
oleh lembaga adat ditunjuk oleh salah konflik yang dilakukan oleh lembaga
satu pihak yang berkonflik. Kemudian adat dalam masyarakat Aceh memiliki
keuchik sebagai salah satu unsur prosedur dan konsep tersendiri yang
lembaga adat akan menemui atau berbeda dengan konsep resolusi
memanggil pihak lain yang berkonflik/ konflik yang ada. Konsep
bersengketa. penyelesaian konflik dalam
masyarakat Aceh dapat peneliti
masukkan dalam kategori konsep
Dalam konsep mediasi keputusan
mediasi versi masyarakat Aceh, yaitu
yang diambil berdasarkan kesepakat-
penyelesaian konflik yang bertujuan
an para pihak yang berkonflik.
untuk menghasilkan keputusan yang
Sementara dalam penyelesaian
tidak merugikan para pihak yang
konflik yang dilakukan oleh lembaga
berkonflik berdasarkan prosedur dan
adat, keputusan yang dibuat lembaga
prinsip-prinsip komunal.[w]
Walisongo, Volume 67
21, Nomor 1, Mei 2013
Kamaruddin, dkk. Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat
Press, 2009.

Hurgronje, C.Snouck, The Achehnese,


W.S. O'Sullivan, (terj.), Vol. I, Leyden: E.J.
Brill,
BIBLIOGRAFI
1906.

Indro Surono, Penetrasi


Achmad Gunaryo, Konflik dan Kelembagaan dan Stagnasi
Pendekatan Terhadapnya, dalam Pedesaan, Wacana, No. 9/ Juli -
buku M. Mukhsin Jamil, (ed.), Agustus 1997.
Mengelola Konflik Membangun
Damai, Semarang: WMC IAIN James P. Spradley, Metode Etnografi,
Terj. Misbah Zulfa Elizabeth, Yogyakarta:
Walisongo, 2007.

Amin Ramly, Legitimasi Kekuasaan Tiara Wacana, 2006.


Pemerintah dan Adat (Studi tentang
Ketaatan Masyarakat Desa Kraybill, Ronald S., Evans, Alice
terhadap Pemerintah dan Adat) di Frazer dan Evans, Robert A., Peace
Kec. Seram Barat Kabupaten Skills Panduan Mediator, terj. A.
Seram Bagian Barat, paper diskusi Supratiknya, Yogyakarta: Kanisius,
2002.
Legitimasi Kekuasaan Pemerintah
dan Adat, 14 Agustus 2008.
Kressel, Kenneth Mediation Revisited,
dalam Morton Deutsch, et.al., (ed.), The
A vonius, Leena dan Sehat Ihsan Handbook of Conflict Resolution Theory
Shadiqin, Revitalisasi Adat di and Practice, USA: Jossey-Bass.
Indonesia dan Aceh, dalam Leena
Avonius dan Sehat Ihsan Shadiqin,
McCollum, Sean, Managing Conflict
(ed.), Adat dalam Dinamika Politik
Resolution, Newyork: Chelsea House
Aceh, Banda Aceh: ICAIOS dan ART!,
2010.
Publisher, 2009.
Burton, John and Dukes, Frank,
Conflict: Practices in M. Isa Sulaiman, Tinjauan Historis
Management, Settlement and Peradilan Adat di Aceh, dalam M.
Resolution, London: Macmillan Isa
Press, 1990.
Muslih MZ, Pengantar Mediasi:
Eka Hendry Ar, Sosiologi Konflik: Telaah Teori dan Praktek, dalam M.
Kritis Seputar Konjlik dan Perdamaian, Mukhsin Jamil, (ed.), Mengelola
Konjlik Membangun Damai,
Pontianak: STAIN Pontianak Semarang: WMC lAIN Walisongo,
2007.
68 Walisongo, 2013
Volume 21, Nomor 1, Mei
Model Penyelesaian Konflik di Lembaga Adat Kamaruddin, dkk.
Hukum Adat, dan Hukum
Nasional, Jakarta: Kencana 2009.
M. Yahya Harahap, Hukum Acara
Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, Tim Peneliti lAIN Ar-Raniry dan Biro
2007. Keistimewaan Aceh Provinsi NAD,

Nora Doherty and Marcelas Guyler, The Kelembagaan Adat Provinsi


Essential Guide to Workplace Mediation Nanggroe Aceh Darussalam,
and Conjlict Resolution. London and Yogyakarta: AK Group, 2006.
Philadelphia: Kogan Page, 2008.
Tim Peneliti Puslit lAIN Ar-Raniry, Peran
Rosnidar Sembiring, Kedudukan Lembaga Adat dalam Mendukung
Hukum Adat dalam Era Reformasi, Pelaksanaan Syari'at Islam di Aceh, Banda
http://library.usu.ac.idldownloadlfh/perda Aceh: Puslit lAIN Ar-Raniry, 2009.
ta-rosnidar.pdf, 11 Januari 2011.
Tim Penulis, Ensiklopedi Indonesia
Sholihan, Memahami Konflik, dalam
Seri Geografi Indonesia, Jakarta:
buku M. Mukhsin Jamil, (ed.),
Mengelola Konflik Membangun Damai, Ichtiar Baru - Van Hoeve, 1999.
Semarang: WMC lAIN Walisongo, 2007.
T. M. Juned, Membedah Adat dan
Soerjono Soekanto, Struktur dan Hukom Masyarakat Aceh, dalam
Proses Sosial Suatu Pengantar Lukman Munir, (ed.), Bunga Rampai
Menuju Revitalisasi Hukom dan Adat
Sosiologi Pembangunan, Jakarta: Aceh,
Rajawali, t.th.
Banda Aceh: Yayasan Rumpun
Sutoro Eko, Mempertegas Posisi Politik
dan Kewenangan Desa, makalah Bambu dan CSSP Jakarta, 2003.
dalam Sarasehan Nasional Menggagas
Desa Masa Depan, Jakarta 3-4 Juli __________, Adat dalam Perspektif
2006. Perdebatan dan Praktek Hukum dalam
Lukman Munir, (ed.), Bunga Rampai
Menuju Revitalisasi Hukom dan Adat
__________, Masa Lalu, Masa Aceh, Banda Aceh: Yayasan Rumpun
Kini, dan Masa Depan Otonomi Bambu dan CSSP Jakarta, 2003.
Desa, IRE'S Insight,
Workingpaper/11February/2008. __________, Penerapan Sistem dan
Asas-asas Peradilan Hukum Adat dalam
Sulaiman dan HT. Syamsuddin, Penyelesaian Perkara (Sebagai upaya
(ed.), Pedoman Umum Adat Aceh, Menggapai Kedamaian dan Ketertiban
Masyarakat), dalam Isa Sulaiman dan
Banda Aceh: MAA Provinsi NAD, m. Syamsuddin, (ed.),
2007-2008.
Pedoman Umum Adat Aceh:
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Peradilan dan Hukum Adat, Banda
Perspektif Hukum Syari'ah, Aceh: MAA Provinsi NAD, 2008.
Walisongo, Volume 69
21, Nomor 1, Mei 2013
70 Walisongo, Volume 21, Nomor 1, Mei 2013

Anda mungkin juga menyukai