Anda di halaman 1dari 5

Kesatuan Mahasiswa Penyelamat Pendidikan

Aksi Damai Menyikapi Polemik PPDB SMA Negeri 2 Medan

Kesatuan Mahasiswa Penyelamat Pendidikan (KMPP) telah melakukan investigasi dan mengumpulkan
berbagai data dan fakta terkait polemic Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA Negeri 2 Medan
tahun 2017. Sebagaimana yang kita ketahui, polemik terjadi pada sebanyak 180 siswa SMA Negeri 2
Medan yang berstatus sebagi siswa tambahan.

Berikut ini adalah sejumlah data dan fakta yang telah kami kumpulkan hingga saat ini:

- 180 siswa kelas tambahan tersebut bukan merupakan siswa ilegal sebagaimana yang diberitakan
oleh banyak media. Sebaliknya, 180 siswa kelas tambahan tersebut masuk melalui jalur
tambahan yang resmi dibuka oleh pihak SMA Negeri 2 Medan, hal ini juga telah disampaikan
oleh Kepala SMA Negeri 2 Medan, Sutrisno.
- Tidak ada proses suap-menyuap yang terjadi pada proses penerimaan 180 siswa kelas tambahan
tersebut. Siswa-siswa tersebut melalui orangtua/walinya hanya mengeluarkan biaya
pendaftaran ke SMA Negeri 2 Medan sebagaimana siswa lainnya.
- Berdasarkan point ke 1 dan 2 di atas, maka sangat tidak pantas 180 siswa kelas tambahan
tersebut dikatakan sebagai siswa siluman. Adapun menurut kami, pihak-pihak yang menyebut
180 siswa kelas tambahan tersebut telah melanggar UU No 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
- Hingga saat ini, pihak SMA Negeri 2 Medan ikut mengupayakan 180 siswa kelas tambahan
tersebut untuk dapat aktif mengikuti proses belajar mengajar. Sebab, Kepala SMA Negeri 2
Medan telah menyebutkan bahwa 180 siswa kelas tambahan tersebut merupakan siswa yang
baik, berprestasi, dan tidak menyalahi aturan apapun untuk masuk ke SMA Negeri 2 Medan.
- Status 180 siswa kelas tambahan tersebut adalah anak-anak yang berdomisili tidak jauh atau
dekat dari lokasi SMA Negeri 2 Medan. Sesuai Permendikbud No.17 tahun 2017 tentang PPDB,
anak yang masuk dalam kategori zonasi (dekat dengan SMA Negeri) memiliki prioritas (penilaian
tambahan) untuk bersekolah di sekolah tersebut.
- 432 siswa di luar 180 siswa kelas tambahan yang terdaftar sebagai siswa yang diterima dalam
PPDB SMA Negeri 2 Medan tahun 2017 tersebut, memiliki Nilai Ebtanas Murni (NEM) atau Surat
Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) yang lebih rendah dari 180 siswa kelas tambahan
tersebut.
- SMA Negeri 2 Medan memiliki fasilitas berlebih sebanyak 5 kelas. Artinya 180 siswa tersebut
tidak dapat ditolak dari SMA Negeri 2 Medan, sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI No. 3 Tahun 2017.
- Dinas Pendidikan Sumatera Utara yang seyogyanya memiliki tanggung jawab dalam persoalan
sejenis ini, terkesan buang badan dan tak mau ambil pusing. Bahkan, Dinas Pendidikan
Sumatera Utara terkesan menafikan data dan fakta yang telah disampaikan di atas.
- Keputusan Dinas Pendidikan Sumatera Utara yang mengeluarkan 180 siswa kelas tambahan
tersebut dari SMA Negeri 2 Medan pasti merusak anak sebagai generasi bangsa.
Oleh karena itu, kami sebagai mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap selamatnya anak dan
pendidikan di Sumatera Utara, khususnya Medan, menuntut:

- Selamatkan 180 siswa kelas tambahan tersebut. Jangan sampai ada keputusan-keputusan dari
pihak terkait yang dapat melanggar haknya sebagai anak.
- Dinas Pendidikan Sumatera Utara tidak boleh semena-mena mengeluarkan 180 siswa kelas
tambahan tersebut karena dapat merusak psikologi dan moral anak, serta masa depannya
sebagai generasi penerus bangsa.
- Pemprovsu bersama DPRD Sumut menyelesaikan persolan 180 siswa kelas tambahan di SMA
Negeri 2 Medan dengan sebaik-baiknya, tanpa mencederai dan melanggar haknya sebagai anak.
- Mengajukan persoalan ini ke Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan agar status dan nasibnya
sebagai siswa SMA Negeri 2 Medan benar-benar inkrah.
- Usut tuntas penjahat pendidikan di intra SMA Negeri 2 Medan, Komite SMA Negeri 2 Medan,
Dinas Pendidikan Sumut, dan Pemprovsu karena telah mencoreng nama baik pendidikan di
Sumatera Utara.
- Ambil tindakan tegas terhadap oknum-oknum yang terlibat baik di intra SMA Negeri 2 Medan,
Komite SMA Negeri 2 Medan, Dinas Pendidikan Sumut, dan Pemprovsu.
- Dinas Pendidikan Sumut harus menjamin hak dan kenyamanan 180 siswa kelas tambahan
tersebut dalam mengikuti proses belajar mengajar di SMA Negeri 2 Medan.
- Segera bentuk Pansus di DPRD Sumut untuk mengusut tuntas persoalan PPDB di SMA Negeri 2
Medan.
- Jika tuntutan-tuntutan di atas tidak diakomodir, dan pihak-pihak tertentu tetap ngotot
mengeluarkan 180 siswa kelas tambahan tersebut, maka seluruh pihak itu akan melanggar UU
No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 Ayat (2), Pasal 1 Ayat (12), Pasal 3, Pasal
4, Pasal 9, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 49 dan UUD 1945 Pasal 31.

Demikian data, fakta, dan tuntutan kami terhadap polemik PPDB di SMA Negeri 2 Medan untuk
ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya.

Ttd.

Dian Rahmad Fadly Dalimunthe

Pimpinan Aksi KMPP


UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Pasal 1 ayat 2

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-

haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.

Pasal 1 ayat 12

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi

oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara.

Pasal 3

Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang

berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Pasal 4
Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.

Pasal 9

ayat (1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan

pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Pasal 20

Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab

terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.

Pasal 21

Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi

setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa,

status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan/atau mental.

Pasal 22

Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan

prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak.


Pasal 49

Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya

kepada anak untuk memperoleh pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai