Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH SISTEM FOTOGRAFI

ACARA VI

PEMOTRETAN UDARA SEDERHANA DENGAN UAV

Disusun oleh :
Nama : Ipung

NIM : 16/395667/GE/08296

Hari, Tanggal : Jumat, 26 Oktober 2017

Waktu : 09.00-11.00

Asisten : 1. Anwar Juniansah

2. Adriati Annisa Utami

LABORATORIUM PENGINDERAAN JAUH


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
I. Tujuan
1. Mengetahui wahana udara sederhana
2. Mengetahui kegiatan pemotretan udara
II. Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Laptop

III. Pendahuluan
Ada 4 hal yang sangat penting dalan kegiatan pemotretan udara berhubungan
dengan perangkatnya yaitu sensor (kamera), wahana (pesawat udara), mounting
dan navigasi. Kamera yang digunakan dalam kegiatan pemotretan dapat
digunakan kamera apa saja dengan syarat : dapat dioperasikan dalam kondisi di
udara (handal dan dapat dikontrol), sesuai dengan wahana udaranya dan cukup
terlindungi. Selain itu juga perlu diperhatikan arah pemotretannya jika dimensi
fotonya persegi panjang untuk kepentingan pemrosesan foto selanjutnya.
Wahana udara, sesungguhnya dapat menggunakan jenis apa saja, yang
terpenting adalah sesuai dengan target foto yang akan diperoleh dan dapat
diaplikasikan. Ada banyak pilihan misalnya balon udara, layangan, aeromodel
pesawat seperti fixwing, flying wing, helicopter, multirotor maupun menggunakan
pesawat udara berawak. Yang perlu diperhatikan juga adalah kondisi gerakan
pesawat dalam berbagai sumbu (anggukan, gelengan, dan gulingan) serta
kemampuan wahana seperti pergerakan, hovering, dan lain-lain. Perlu
diperhatikan pula peletakan kamera dan mountingnya tentu saja akan sedikit
banyak mempengaruhi kestabilan pesawat, sehingga hal ini perlu di uji cobakan.
Mounting, atau dudukan kamera adalah suatu perangkat khusus yang didesain
sebagai perantara antara wahana dan kamera atau sensor. Dudukan memiliki
fungsi khusus untuk posisi kamera, pengaturan arah kamera (baik manual maupun
otomatis), pereduksi getaran kamera, gyro, dan sebagainya.
Navigasi merupakan kegiatan khusus untuk memposisikan sensor dan wahana
pada kedudukannya di udara baik berupa jalur terbang, posisi hovering, dan
sebagainya. Kemampuan wahana beserta kondisi di udara menjai pekerjaan
khusus dalam menjalankan fungsi navigasinya, pilot atau operator wahana harus
memahami betul perannya dalam mengatur wahana agar hasilnya dapat sesuai
dengan target yang diharapkan. Disamping itu berkaitan dengan objek yang akan
difoto tentunya perlu diketahui :
1. Lokasi wilayah pemotretan
2. Bentuk wilayah
3. Luas wilayah
4. Kondisi dan situasi lingkungan wilayah

Tentunya hal-hal tersebut diatas akan menyesuaikan dengan formulasi-


formulasi geometri foto udara yang berlaku dalam suatu kegiatan pemotretan
udara seperti skala, fokus lensa, ketinggian, overlapping, dll. Untuk melengkapi
proses tersebut maka data pendukung lain yang perlu ada adalah peta dasar dan
atau hasil pengukuran koordinat lapangan. Selain itu yang perlu diperhatikan
adalah kondisi saat pemotretan itu sendiri, kondisi seperti apa yang diinginkan
terutama terkait dengan gerakan pesawat, keamanan udara, sudut matahari,
kebutuhan sensor dan sebagainya. Perlu diingat misi pemotretan udara banyak
tergantung beberapa hal yang perlu dalam kondisi yang mengijinkan.

IV. Hasil Praktikum (terlampir)


1. Tabel Wahana Pemotretan Udara

V. Pembahasan
Pemilihan wahana pemotretan udara baik menggunakan awak maupun tanpa
awak perlu memperhatikan cakupan wilayah yang akan direkam. Cakupan
wilayah yang sempit , dapat menggunakan wahana tanpa awak seperti drone.
Drone sendiri terbagi menjadi banyak jenis dimana memiliki kelebihan maupun
kekurangan masing-masing. Drone merupakan pesawat tanpa pilot. Pesawat ini
dikendalikan secara otomatis melalui program komputer yang dirancang, atau
melalui kendali jarak jauh dari pilot yang terdapat di dataran atau di kendaraan
lainnya (gunadarma.ac.id). Drone sendiri terbagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya layangan, bola lempar, balon udara Fixs wing, Flying Wing, maupun
multirotor. Aplikasi foto udara wahana yang kerap digunakan dalam foto udara
berupa Multirotor karena harganya yang dapat dijangkau dengan kriteria yang
cukup bagus.
Multirotor merupakan wahana dari drone dimana menggunakan beberapa
baling-baling dengan gerak terbang vertikal dengan gerakan maju, mundur, kanan,
maupun kiri dengan gerakan angin yang dihasilkan oleh proppeler. Multirotor
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung dari jumlah baling-baling yang
dimilikinya, antara lain quadcopter, hexacopter, dan octocopter. Ketiga jenis
multirotor tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing saat
digunakan dalam pemotretan udara. Risiko dari quadcopter adalah rentan terhadap
kerusakan apabila komponen terlalu panas dalam bekerja, sehingga terdapat
lubang ventilasi dan daya angkat lebih kecil dibanding drone jenis hexacopter dan
octocopter. Semakin banyak baling-baling yang dimiliki, semakin banyak baterai
yang yang diserap dan beban yang dibawa makin besar. Namun drone jenis hexa
dan octo memiliki kapasitas baterai yang besar sehingga seimbang dengan baterai
yang dikeluarkan. Kelebihan dari quadcopter adalah dapat digunakan untuk
memperoleh gamar dengan visual bird eye view, dudukan drone diberi lapisan
halus dibagian bawahnya agar dapat meredam goncangan, memiliki sensor
penyeimbang, sehingga stabil dalam pengambilan gambar.
Hexacopter memiliki jumlah baling-baling sebanyak 6 buah. Kelebihan dari
hexacopter jika dibandingkan dengan quadcopter adalah menyediakan ruang yang
memadai untuk berbagai sistem kontrol penerbangan, dapat membawa kamera
yang lebih berat sehingga kualitas gambar hasil pemotretan lebih bagus dan sangat
sesuai untuk pemantauan, penginderaan jarak jauh, pemetaan, pengamatan udara,
kebakaran, eksplorasi kehidupan, pemasangan kabel, pemantauan lahan, aplikasi
yang memerlukan mobilitas tinggi, pemuatan peralatan ringan dan kebutuhan.
Banyaknya rotor yang dimiliki oleh hexacopter membuat biaya perawatannya
lebih mahal.
Octocopter memiliki jumlah baling-baling sebanyak delapan buah. Kelebihan
dari wahana Octocopter, yatu dapat menjangka jarak yang cukup jauh dan waktu
yang lebih lama. Cara terbang yang lebih stabil karena rotor berjumlah lebih dari 4
sehingga perputaran dari baling-baling lebih halus. Seperti halnya hexacopter
yang memiliki banyak baling-baling, biaya perawatan dari octocopter juga mahal.
Selain itu octocoptor belum memiliki fitur yang dapat kembali sendiri pada
pemiliknya, seperti DJI4.
Fixed Wings maupun Flying wings secara umum gerak terbangnya mirip
namun perbedaanya hanya pada kerangka bentuk wahana yang berbeda. Fixed
Wing merupakan pesawat tanpa awak yang memiliki sayap seperti pesawat udara
sedangkan Flying wings bentuknya menyerupai versa wings, dimana sayapnya
sampai ke belakang. Fixed wing memiliki sayap kokoh dan memiliki airfoil
sehingga dapat mengangkat pesawat maju. Daya dorong dari fixed wing
dihasilkan dari pembakaran internal. Kelebihan dua wahana tersebut adalah
struktur yang sederhana sehingga perawatannya tidak terlalu mahal. Terbang lebih
tinggi dengan waktu lebih lama sehingga dapat digunakan untuk survey yang
lebih luas dan dapat membawa sensor kamera lebih besar sehingga gambar yang
dihasilkan bagus. Karakteristk penerbangannya dapat secara alami (penambahan
ban) maupun dilempar oleh asisten pilot. Kelemahan dari wahana ini yaitu
perlunya landasan pacu untuk lepas landas maupun mendarat.Namun kelemahan
ini dapat diatasi dengan adanya VTOL ( Vertikal Take Off or Landing).
Helicopter dan pesawat juga merupakan wahana yang biasanya digunakan
untuk pemotretan udara. Pemotretan udara menggunakan dua wahana ini
memerlukan biaya yang sangat besar. Namun wilayah yang menjadi cakupan
cukup luas jika dibandingkan dengan wahana diatas. Wahana tersebut dapat
dipasangi kamera metrik sehingga format FU yang dihasilkan standard dan
kualitas foto yang dihasilkan lebih bagus. Ketinggian dapat mudah diatur karena
pilot berada dalam pesawat dan sedikit pengaruh angin terhadap hasil pemotretan.
Kelemahan menggunakan wahana ini adalah perizinan yang rumit dan biaya yang
dikeluarkan sangat besar termasuk perawatan dari pesawat dan helicopter sendiri
serta sewa tempat untuk garasi (apabila memiliki pesawat pribadi).
Wahana yang digunakan untuk pemotretan udara tidak selalu mahal, beberapa
wahana yang dapat dibuat sendiri atau harganya dapat dijangkau adalah layang-
layang, dan bola lempar. Layang-layang yang digunakan untuk dijadikan wahana
harus memiliki ukuran yang besar agar dapat membawa sensor yang digunakan
untuk memotret. Wahana layang-layang memiliki keunggulan dari beberapa sisi,
antara lain harganya yang terjangkau dapat dibuat sendiri karena strukturnya yang
sederhana. Namun pemotretan menggunakan wahana layang-layang, hasil
pemotretannya sangat bergantung pada angin, dan mudah rusak.
Bola lempar dapat digunakan untuk pemotretan udara dengan sudut dapat
mencapai 3600. Jarak yang ditempuh oleh bola lempar adalah 0 hingga 1 meter.
Bola lempar lebih mengutamakan ketinggian daripada jarak karena fungsinya
hanya terbatas untuk memotret pada titik tertentu dengan melemparkannya keatas.
Teknik ini memiliki risiko yang tinggi, apabila pengguna saat melemparkan ke
atas tetapi tidak dapat menangkapnya ketika turun, sensor akan pecah karena
hantaman yang keras. Selain itu diperlukan waktu yang lama untuk memotret
wilayah yang luas, karena wahana ini digunakan untuk wilayah yang sempit dan
mendapatkan sudut yang hampir 360.
VI. Kesimpulan
1. Wahana udara untuk kegiatan pemotretan dapat menggunakan drone. Drone
dapat dibedakan menjadi banyak jenisnya antara lain layang-layang, bola
lempar yang dipasangi sensor, fixs wing, flying wing dan multirotor.
2. Kegiatan pemotretan foto udara dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa hal seperti wahana yang akan digunakan, luas wilayah yang akan
diliput, skala, jumlah foto yang akan dihasilkan, jumlah jalur terbang, tinggi
terbang dan parameter lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Gunadarma.ac.id. tanpa tahun. DRONE. Diakses melalui laman :


emirul.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/46041/DRONE.pdf. Oleh Ipung
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai