Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu prioritas industri modern saat ini adalah dengan menggunakan baja kekuatan tinggi.
Sehingga mampu memungkinkan untuk mengurangi berat unsur yang berbeda dari kendaraan, dimana
secara langsung berhubungan dengan menurunkan penggunaan bahan bakar dan polusi lingkungan.
Proyek ilmiah saat akan diarahkan ke pengembangan multifase baja struktur, memungkinkan untuk
mendapatkan kedua kekuatan tinggi dan sifat ulet. Kelompok baja austenitik adalah paduan tinggi
mangan, berkembang dalam tiga arah memenuhi kebutuhan industri otomotif dalam rentang yang sangat
luas. Kelompok pertama dari baja yang mengandung unsur C sampai 0,1 % dengan konsentrasi mangan
dari 15% sampai 20% dan berbagai konsentrasi Si dan Al dirancang dari sudut pandang penerapan TRIP
- efek. Kelompok kedua dari baja dengan konsentrasi mangan di atas 25 % dirancang dengan
memperhitungkan kemungkinan tertinggi sifat ulet dan penggunaan twinning intens mekanik ( TWIP -
Twinning Terimbas Plastisitas ) untuk matriks pengerasan. Kelompok ketiga baja dengan peningkatan
sampai konsentrasi sekitar 0,5 % karbon , dan konsentrasi variabel Mn , Al dan Si ditandai dengan
TRIPLEX.
Ditemukan bahwa proses yang mempengaruhi struktur dan sifat mekanik paduan tinggi mangan
tergantung pada energi susun (SFE / stacking fault energy ) austenit, tergantung pada komposisi kimia
dari baja dan deformasi suhu. Pengaruh penting pada sifat mekanik yang diperoleh juga memiliki laju
regangan. Dalam mengembangkan metode manufaktur juga penting untuk menentukan perilaku aliran
baja dalam kondisi panas-kerja. Penyelidikan awal pada baja mangan tinggi mengandung silikon dan
aluminium menunjukkan bahwa baja baru yang dikembangkan dicirikan oleh nilai-nilai tinggi dari
tegangan arus tetapi pada nilai-nilai yang relatif rendah dalam kurva strain max sesuai dengan nilai-nilai
maksimum aliran stres. Dalam aspek sifat kekuatan peningkatan, optimalisasi komposisi kimia dari
sudut pandang menggunakan Nb, Ti, dan V dan pembentukan mikrostruktur halus dari produk dalam
proses dikendalikan pengobatan termo-mekanis dapat muncul menjadi yang paling menarik. Unsur-
unsur tersebut yang selama panas-kerja dalam kondisi yang dipilih benar membentuk nitrida dispersif,
karbonitrida dan karbida, adalah penyebab presipitasi tambahan memperkuat untuk baja dengan matriks
austenitic dan titik yield yang relatif rendah.
BAB II
KAJIAN TEORI

Logam paduan
Logam paduan (bahasa Inggris: alloy) atau lakur adalah kombinasi, dalam larutan atau senyawa,
dua atau lebih elemen, dan paling tidak salah satunya adalah logam, dan hasilnya memiliki sifat metalik.
Logam paduan dengan dua komponen disebut paduan biner (alloy binary); 3 komponen disebut paduan
ternari; 4 komponen disebut paduan quaternari. Hasilnya adalah zat metalik dengan sifat berbeda dari
komponennya.

Logam paduan biasanya didesain untuk memiliki sifat yang lebih menguntungkan dibanding
dengan komponennya. Misalnya, baja lebih kuat dari besi, salah satu elemen utamanya;
dan kuningan lebih tahan lama dari tembaga, tapi lebih menarik dari seng.

Baja

Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa elemen lainnya,
termasuk karbon. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai
grade-nya. Elemen yang selalu ada dalam baja: karbon,mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian
kecil oksigen, nitrogen dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk
membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya : mangan, nikel, khrom, molybdenum,
boron, titanium, vanadium, dan niobium. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan
kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi
getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).

Meskipun baja sebelumnya telah diproduksi oleh pandai besi selama ribuan tahun,
penggunaannya menjadi semakin bertambah ketika metode produksi yang lebih efisien ditemukan pada
abad ke-17. Dengan penemuan proses Bessemer di pertengahan abad ke-19, baja menjadi
material produksi massal yang membuat harga produksinya menjadi lebih murah. Saat ini, baja
merupakan salah satu material paling umum di dunia, dengan produksi lebih dari 1,3 miliar ton tiap
tahunnya. Baja merupakan komponen utama pada bangunan, infrastruktur, kapal, mobil, mesin,
perkakas, dan senjata. Baja modern secara umum diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya oleh beberapa
lembaga-lembaga standar. Baja paduan diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi :

1. Baja paduan rendah (low-alloy steel), jika elemen paduannya 2.5% misalnya unsur Cr, Mn, S,Si,
P, dan lain-lain.

2. Baja paduan menengah (medium-alloy steel), jika elemen paduannya 2.5-10% misalnya unsur
Cr, Mn, Ni, S, Si,P dan lain-lain.

3. Baja paduan tinggi (high-alloy steel), jika elemen paduannya >10% misalnya unsur Cr, Mn, Ni,
S, Si,P, dan lain-lain.

Baja Paduan
Baja paduan didefenisikan sebagai suatu besi yang ditambah paduan (alloy) dengan satu atau
lebih unsur paduan seperti nikel, kromium, molibden, vanadium, mangan dan wolfram dan lain-
lain(Amanto,1999), dan sesuai dengan baja yang sifat fisis dan mekanis disesuaikan dengan kebutuhan
pasar. Misalnya bila baja ditambah dengan paduan kromium dan molibden maka menghasilkan baja
memiliki sifat kekerasan dan kenyalan yang lebih baik dan tahan terhadap panas (Amanto, 1999).
Pada umumnya baja paduan memiliki sifat yang unggul dibandingkan dengan baja karbon, diantarannya
(Amstead, 1993,):
1. Keuletan tinggi
2. Mampukerasannya bila dicelup dalam minyak maupun didinginkan di udara, kemungkinan retak
atau distorsinya akan berkurang.
3. Tahan terhadap korosi dan keausan yang tergantung pada jenis paduannya.
4. Sifat fisisnya tidak banyak berubah tetapi tahan terhadap perubahan suhu.
5. Memiliki butiran yang halus dan homogen.

Baja Mangan Tinggi


Robert Hadfield tahun 1882 menemukan Baja mangan austenitic yang mengandung 1.2% C
dan 12% Mn. Menurut Lipin (1885) baja mangan harus mengandung kadar mangan lebih dari 10 persen.
Paduan Fe Mn dengan struktur fasa austenit, andaikan komposisi Mn 12 %. Diagram fasa baja mangan
secara umum berfungsi sebagai panduan dalam menentukan temperatur kerja pada komposisi unsur yang
bervariasi dalam proses perlakuan panas yang diberikan terhadap baja.
Berdasarkan temperatur dan komposisi yang dominan akan diperoleh fasa-fasa sebagai berikut :
1. Baja dengan komposisi Mn 12 % wt pada temperature 1000 oC - 1400 oC terbentuk fasa austenit ().
Diatas temperatur 1550 oC terbentuk fasaliguid (L).
2. Komposisi Mn 12 % wt pada baja dengan temperatur 400 oC 650 oC terbentuk fasa Fe , Fe
dan karbida mangan.
3. Pada temperatur 400 oC fasa Fe lebih dominan dari fasa Fe, pada temperatur 600 oC sebaliknya
fasa Fe lebih dominan dari fasa Fe.

Rekristalisasi
Terdapat beberapa definisi tentang rekristalisasi yaitu :

1. Suatu proses dimana butir logam yang terdeformasi digantikan oleh butiran baru yang tidak
terdeformasi yang intinya tumbuh sampai butiran asli termasuk didalamnya.

2. Perubahan struktur kristal akibat pemanasan]] pada suhu kritis.

3. Terbentuknya struktur butiran baru melalui tumbuhnya inti dengan pemanasan.

Besarnya suhu rekristalisai adalah setengah sampai dengan sepertiga dari suhu logam. Banyak
hal yang menentukan keberhasilan rekristalisasi, diantaranya adalah kecocokan pelarut. Perlu ada usaha
khusus untuk menentukan pelarut yang baik untuk rekristalisasi.

Pada pengerjaan panas, suatu kenyataan yang mudah diamati bahwa logam akan bersifat lunak. Pada
kondisi ini logam dapat dibentuk dengan deformasi yang relatif besar tanpa mengalami keretakan. Kon-
disi ini dapat dijelaskan dengan adanya peristiwa pelunakan.

Deformasi pada temperatur tinggi didefinisikan secara lebih tegas sebagai pembentukan yang
dilakukan di atas temperatur rekristalisasi logam yang diproses. Dengan patokan bahwa temperature
rekristalisasi adalah sekitar 0,4 - 0,5 kali titik cair (dalam K), maka batas antara pengerjaan panas dan
pengerjaan dingin menjadi jelas.

Temperatur rekristalisasi baja adalah sekitar 500 - 723C, tembaga 250 - 400C, dan seterusnya.
Timah putih (Sn) yang dideformasi pada temperatur kamar sudah berarti diproses dengan pengerjaan
panas, meskipun tidak dengan pemanasan. Proses ini dapat dijelaskan bahwa temperatur kamar yang
25C untuk timah putih sudah di atas temperatur rekristalisasinya, yaitu : Trek = 0,5 x (253 + 273) K =
263 K = -10C. Disisi lain, proses deformasi terhadap wolfram pada temperatur 1000C masih dikatakan
proses pengerjaan dingin. Ilustrasi tersebut jelas bahwa batas bawah temperatur pengerjaan panas adalah
temperatur rekristalisasi.

Deformasi di atas temperatur rekristalisasi akan disertai oleh peristiwa pelunakan, terdiri dari
mekanisme recovery, rekristalisasi (termasuk pertumbuhan butir). Besarnya pelunakan dari masing
masing mekanisme tersebut tergantung pada jenis logam, temperatur pengerjaan, dan kecepatan proses
deformasi atau laju regangannya. Logam yang dideformasi pada temperatur tinggi akan mengalami
rekristalisasi selama proses deformasi dan setelah proses deformasi.

Masing-masing dinamai rekristalisasi dinamis dan rekristalisasi statis. Istilah rekristalisasi statis
dipakai untuk yang terjadi setelah proses deformasi dan kata dinamis dipakai untuk yang terjadi selama
berlangsungnya proses deformasi.

Sifat Mekanik Kekerasan


Kekerasan suatu material dapat didefinisikan sebagai ketahanan material tersebut terhadap gaya
penekanan dari material lain yang lebih keras. Penekanan tersebut dapat berupa mekanisme penggoresan
(scratching), pantulan, dan idensitas dari material keras terhadap suatu permukaan benda uji. Kekerasan
suatu material ditentukan oleh luas area dan kedalaman idensitas yang dihasilkan. Satuan dari hasil uji
kekerasan tersebut adalah Shore A.
Kekuatan tarik
Uji tarik adalah salah satu uji stress-strain mekanik yang bertujuan mengetahui kekuatan bahan
terhadap gaya tarik. Sampel atau benda uji dengan ukuran dan bentuk tertentu ditarik dengan beban
kontinu sambil diukur pertambahan panjangnya. Data yang didapatkan berupa perubahan panjang dan
perubahan gaya yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk grafik tegangan-regangan, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar.

Untuk semua bahan, pada tahap sangat awal uji tarik, hubungan antara beban atau gaya yang
diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau
linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke, yaitu rasio
tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan seperti persamaan 1 sampai dengan 3.3
Pengujian dilakukan sampai sampel uji patah, maka pada saat yang sama diamati pertambahan panjang
yang dialami sampel uji. Kekuatan tarik atau tekan diukur dari besarnya beban maksimum yang
digunakan untuk memutuskan atau mematahkan spesimen bahan dengan luas awal. Hasil pengujian
adalah grafik beban versus perpanjangan (elongasi).
= F/A ...................................................... (1) E= / ................................................. (3)
keterangan: = tegangan keterangan : E = Modulus elastisitas
F = gaya tarikan = tegangan
A = luas penampang. = regangan
= L/L .............................................. (2)
keterangan: = regangan
L = pertambahan panjang
L = panjang awal
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada baja mangan tinggi austenitic yang mengandung 0,04 % C ; 27,5 % Mn
; 4,18 % Si ; 1,96 % dan Al dengan penambahan unsur mikro Nb = 0,033 % dan Ti = 0,009 % . Dengan
konsentrasi sangat rendah : P = 0,002 % dan S = 0,017 % . Mencair yang diwujudkan dalam Balzers
VSG - 50 tungku vakum induktif . Batang logam dengan massa sekitar 25kg dibiarkan terbuka kemudian
dilakukan penempaan rataan dengan lebar 220 mm dan ketebalan 20 mm . Kemudian , sampel silinder
10x12mm dibuat . Untuk menentukan pengaruh suhu pada pertumbuhan butir baja , sampel solusi
dipanaskan dalam air dari suhu austenisasi berkisar 900-1.100 C.

Penentuan proses pengendalian kekerasan dilakukan di tes kompresi axisymetrical terus menerus
menggunakan Gleeble 3800 thermo - mekanik simulator.

Tegangan - regangan didefinisikan dalam rentang suhu 850-1050 C dengan laju regangan dari
10s - 1 . Tergantung pada beban yang mungkin untuk diterapkan, penting untuk menentukan - kurva
untuk berbagai nilai pengurangan . Dalam tujuan tersebut di atas , urutan strain berlaku untuk varian
berturut deformasi yang sama : 4x0.29 , 4x0.23 4x0.19 dan (Gambar 1 ) . Deformasi bertingkat juga
diwujudkan dengan kompresi di Gleeble 3800 simulator. Pengelasan sampel dengan mati dan
mengurangi gesekan pada mati - permukaan kontak sampel , sangat tipis tantalic foil ditutupi dengan
pelumas berbasis nikel diperkenalkan antara permukaan kontak. Identifikasi mikro evolusi dilakukan
melalui pendinginan sampel dalam air dalam tahap berturut-turut deformasi dan setelah isotermal
memegang sampel untuk waktu sampai 64s dalam suhu finishing deformasi 850 C.
Investigasi metalografi spesimen bersama dengan penentuan ukuran butir dan sebagian kecil dari
rekristalisasi austenit dilakukan pada LEICA MEF4A mikroskop optik . Fraksi rekristalisasi austenit
yang metallographically didefinisikan dalam jarak 1 /3 dari radius dari pusat sampel . Dalam rangka
untuk mengungkapkan struktur austenitic, sampel terukir dalam larutan asam nitrat dan klorida.
Identifikasi komposisi fase baja dalam keadaan awal dicapai dengan menggunakan X - ray analisis fasa
dengan bantuan X'Pert PRO difraktometer dan detektor jalur X'Celerator . Lampu dengan Co anoda
bekerja di tegangan 40 kV dan 30mA saat digunakan .
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Baja (diakses pada 22 April 2014)

http://lnnano.cnpem.br/laboratories/cpm/facilities/gleeble/ (diakses pada 22 April 2014)

http://id.wikipedia.org/wiki/Rekristalisasi (diakses pada 22 April 2014)

https://www.academia.edu/4771977/kristalisasi_dan_rekristalisasi (diakses pada 22 April 2014)

Anda mungkin juga menyukai