Bab I: 1.1 Latar Belakang
Bab I: 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
Terlebih bila Anda sedang hamil, karena ibu yang sistem imunnya
kurang baik, sering kali mengalami kegagalan dalam kehamilannya. Baik itu
keguguran, kehamilan dengan berat badan bayi rendah, kehamilan prematur
(kurang bulan), keracunan kehamilan (preeklampsia atau eklampsia), ataupun
kematian bayi di dalam kandungan, tentulah hal ini tidak Anda inginkan.
1
Penelitian dari Potter (1992) menyebutkan terjadinya kegagalan awal
dari kehamilan 40% disebabkan karena faktor kekebalan tubuh, 6% karena
faktor kromosom, 5% karena abnormalitas fungsi reproduksi, 10% karena
penyakit sistemik dari ibu, 29% karena gangguan hormon, sedangkan 10%
karena faktor yang tidak diketahui (unexplained).
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan
instan. Hal ini berdampak juga pada pola makan. Sarapan di dalam
kendaraan, makan siang serba tergesa, dan malam karena kelelahan tidak ada
nafsu makan. Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara,
kurang berolahraga, dan stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan
menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak
orang yang masih muda mengidap penyakit degeneratif.
Kondisi stres dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak seimbang,
dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan
kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh sering kali
terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia
produktif.
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan umum dan khusus dari pembuatan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Sistem Imun
2. Untuk mengetahui Penggolongan antibodi, Peran dan karakteristik
3. Untuk mengetahui Perkembangan Imunologi janin
4. Untuk mengetahui Sistem Imun Pasif pada Janin
5. Untuk mengetahui Tahap-tahap sistem imun pada janin dalam kandungan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Dapat dijadikan pegangan atau referensi yang menunjang tentang
imunologi pada janin dalam kandungan
2. Dapat menambah pengetahuan tentang imunologi pada janin dalam
kandungan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
menjembatani f agosit dan sel sasaran. Penting dalam pertahanan terhadap
bakteri dan pengaktifan sistem komplemen melalui jalur klasik.
b. IgM
Molekul IgM bergabung dalam kelompok lima "pentamer IgM"
sehingga cenderung menggumpalkan antigen yang menjadi sasaran
fagosit dan sel NK. Merupakan molekul besar sehingga tidak dapat berdif
usi keluar aliran darah. Merupakan aktivator kuat sistem komplemen,
penting dalam respon imun terhadap bakteri. Antibodi pertama yang
diproduksi disaat tubuh menghadapi suatu antigen baru.
c. IgA
Sebagian besar dalam sekresi, misalnya air liur, air mata, keringat,
dan air susu terutama kolostrum. Menyatu dalam kelompok yang terdiri
atas dua atau tiga molekul. Melindungi tubuh dengan melekat ke patogen
dan mencegah perlekatan patogen ke rongga tubuh. Tidak dapat
mengaktif kan komplemen atau menembus plasenta.
d. IgE
Ekornya berlekatan dengan reseptor di sel mast sehingga berperan
dalam peradangan akut, respon alergi dan hipersensitivitas. Tempat
pengikatan untuk antigen di parasit yang lebih besar, misalnya cacing dan
flukes. Sebagian orang memiliki IgE untuk protein lingkungan yang tidak
berbahaya misalnya serbuk sari, kutu debu rumah, dan penisilin.
e. IgD
Jarang disintesis, hanya sedikit yang diketahui tentang fungsinya.
Berukuran besar, hanya dapat ditemukan di darah. Mungkin terlibat
dalam stimulasi sel B oleh antigen.
5
menetap sampai beberapa minggu. Proses kelahiran sendiri, mulai dari
pecahnya kantong amnion yang tersegel dan seterusnya akan membuat janin
terpacar dengan mikroorganisme baru. Candida alicans, gonococcus dan
herpes virus dapat dijumpai pada vagina. Pada kasus infeksi herpes yang
diketahui, pelahiran pervaginam tidak diperbolehkan. Begitu lahir, bayi
cenderung akan bertemu dengan Staphylococcus aureus, suatu
mikroorganisme dimana resisten bayi tehadapnya sangat kecil.
Untuk mengimbangi status imunologi yang belum berkembang dengan
baik pada bayi baru lahir, maka pengawasan antenatal yang cermat,
pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan inf eksi atau terapi untuk
mengatasi inf eksi, teknik-teknik melahirkan yang aseptik tanpa memasukkan
mikroorganisme dan perawatan yang cermat dengan memperhatikan segala
aspek dalam penanganan bayi baru lahir, semuanya ini merupakan tindakan
yang sangat penting.
6
efektif dari sekitar usia gestasi 20 minggu, tetapi aktivitasnya meningkat
pesat sejak usia gestasi 34 minggu. Ibu akan menghasilkan respons imun
terhadap antigen yang ia temui dengan menghasilkan IgG, yang dapat
melewati plasenta. Bahkan kadar IgG ibu rendah, IgG akan tetap di salurkan
melalui plasenta. Hal ini berarti janin akan mendapat imunisasi pasif terhadap
patogen yang besar ditemukan di lingkungan setelah lahir. Imunitas pasif ini
memberikan perlindungan temporer penting pascanatal sampai sistem bayi
sendiri matang dan menghasilkan sendiri antibodi.
7
16 - 17 Makrofag di hati Sel B Terbentuk sel T
telah matur dan terbentuk di dalam darah
neutrofil beredar dalam jumlah dan jaringan
ke seluruh tubuh yang besar di limfoid,
limpa, darah, penyusunan
dan sumsum kembali reseptor
tulang sel T
Pada saat lahir, bayi mempunyai sistem imun naif yang membutuhkan
paparan antigen asing agar berkembang secara normal. Imunitas yang didapat
dari ibu tidak dapat memberikan efek proteksi terhadap seluruh infeksi dan
hanya bertahan beberapa saat. Konsep inilah yang dipakai dalam vaksinasi.
Pada bayi aterm yang lahir dari ibu dengan kondisi yang baik, antibodi
spesifik ini dapat umumnya menetap sampai 18 bulan. Pada bayi preterm,
perkembangan sistem imun menunggu maturasi sistem imun, tidak bisa
dipercepat. Oleh karena itu, respon imun pada bayi yang preterm berbeda
dengan bayi aterm, tergantung usia kehamilan pada saat bayi tersebut
dilahirkan.
8
BAB III
PENUTUP
3.5 Kesimpulan
Pada saat di dalam rahim, janin menunjukkan respon imun spesifik yang
rendah terhadap antigen makanan dan inhalan. Limfosit T muncul pada usia
kehamilan 13 minggu. Prekursor sel T mulai teraktivasi pada usia kehamilan
18-22 minggu. Antibodi IgG ibu meningkat dan ditransfer ke janin pada usia
kehamilan 20 minggu ke atas.
3.2 Saran
Sistem imun merupakan hal yang sangat penting bagi tubuh kita.
Terganggunya sistem imun akan menimbulkan masalah kesehatan bagi kita.
Oleh karena itu, kita perlu mengembangkan pengetahuan tentang imunitas ini
demi terjaganya kesehatan, terutama tugas kita sebagai bidan yang tidak
hanya sekedar mengobati tapi juga melakukan langkah preventif/pencegahan.
Salah satunya dengan cara meningkatkan daya imunitas.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nestlenutrition-institute.org/country/id/resources/Library/Free/NNI-
Pediatric-Updates/Pediatric-Small-Gestational
Age/Documents/dr%20Nia_Immunology%20Pattern%20in%20Infant%20Born%
20with%20Small%20for%20Gestational%20Age.pdf
file:///G:/IMUNOLOGI%20%C2%AB%20DUNIA%20KEDOKTERAN%20dokterkecil.
htm
10