Anda di halaman 1dari 5

1.

PENDAHULUAN

Titik didih suatu cairan adalah temperatur dimana tekanan uap cairan tersebut menjadi
sama dengan tekanan atmosfer yaitu 760 mmHg. Karena tekanan uap solven akan turun
jika ditambahkan padanya suatu solut yang tidak mudah menguap maka larutannya
harus dipanaskan sampai temperatur yang lebih tinggi dari pada titik solven murni agar
tekanan uap larutan tersebut sama dengan tekanan uap solven murni (Moechtar, 1989).

Pada waktu mendidih tersebut ternyata tekanan uap cairan sama dengan tekanan di luar.
Kalau pemanasan dilanjutkan cairan akan berubah menjadi uap, tanpa perubahan
temperatur. Bila tekanan di luar tepat 1 atm maka temperatur di mana cairan itu
mendidih disebut titik didih normal (Sukmariah & Kamianti, 1990).

Panas adalah energi yang berpindah dan tidak dapat diperhitungkan sewaktu
menghitung perpindahan energi sebagai kerja secara makroskopik. Sedangkan
temperatur adalah sifat dari zat, apabila temperatur suhu benda lebih tinggi dan benda
yang kedua, perpindahan energi sebagai panas akan berlangsung dari benda pertama ke
benda kedua (Sunjaya, 1984).

Bila tekanan uap sama dengan tekanan barometer maka temperatur yang bersangkutan
dinamakan titik didih, dan bila tekanan ini sama dengan 1 atm maka temperatur tersebut
dinamakan titik didih normal (standard) (Respati, 1981).

Beberapa sifat koligatif yang berhubungan dengan larutan encer, tergantung pada
jumlah partikel atau molaritas solut dalam suatu larutan. Salah satu dari sifat di atas
adalah peningkatan titik didih (Petrucci, 1989).

Titik didih merupakan suatu sifat yang dapat digunakan untuk memperkirakan secara
tak langsung berapa kuatnya gaya tarik antara molekul dalam cairan. Cairan yang gaya
tarik antar molekulnya kuat, titik didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tarik lemah,
titik didihnya rendah (Brady, 1978).
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kenaikan titik didih dari larutan
gula, untuk mengetahui titik didih air pada tekanan udara 1 atm, untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan titik didih.

2. MATERI dan METODA

2.1 Materi
2.1.1 Bahan
Pada praktikum ini digunakan bahan-bahan : sukrosa dan aquades.

2.1.2 Alat
Alat-alat yang digunakn adalah sebagai berikut : erlenmeyer berserta tutupnya,
termometer, gelas arloji, pengaduk, lampu bunsen, kaki tiga, timbangan analitik.

2.2 Metoda
Erlenmeyer diisi dengan 200 ml aquades. 5 gram sukrosa di timbang dalam gelas arloji
sebanyak 3 kali. Aquades 200 ml tadi dididihkan dengan api bunsen dalam erlenmeyer.
Saat air mendidih suhunya di ukur dengan menggunakan termometer. Kemudian 5 gram
sukrosa ditambahkan ke dalam erlenmeyer, di aduk hingga larut, dididihkan dan suhu
titik didihnya di ukur dengan termometer kemudian di catat. Selanjutnya ditambahkan
lagi 5 gram sukrosa ke dalam erlenmeyer (5 gr + 5 gr), diaduk hingga larut, dididihkan,
suhu titik didihnya di ukur dengan termometer, kemudian di catat. Ditambahkan lagi 5
gram sukrosa ke dalam erlenmeyer (5 gr + 5 gr + 5 gr), di aduk hingga larut, dididihkan,
suhu titik dididihnya di ukur dengam termometer dan di catat.

3. HASIL PENGAMATAN

A. Pengamatan kenaikan titik didih


No. Percobaan TC (C) T (C)
1. - 100C 0
2. 5 gr 102C 2
3. 5 gr 104C 2
4. 5 gr 106C 2
Hasil perhitungan
No. Percobaan Td
1. 5 gr 0,072361
2. 10 gr 0,14472
3. 15 gr 0,21708

4. PEMBAHASAN

Pengukuran air yang mendidih mula-mula mempunyai suhu 100. Kemudian ditambahi
sukrosa masing-masing 5 gr sebanyak 3 kali berturut-turut. Titik didih yang diukur
semakin naik . Yang paling akhir mencapai 106C. Suhu / temperatur yang naik
disebabkan karena air dipanaskan secara terus menerus tanpa berhenti. Karena
ditambahkan / dilarutkan suatu zat, di dalam percobaan ini adalah sukrosa, maka titik
didihnya mencapai lebih dari 100C. Suatu larutan mendidih pada suhu / temperatur
yang lebih tinggi dari pelarutnya (air) (Sukardjo, 1989).

Pada pemanasan air baik yang masih murni (belum tercampur) dengan air yang telah di
tambah dengan sukrosa, mendidihnya air ditandai dengan adanya gelembung-
gelembung, hal ini disebabkan karena tekanan uapnya cukup tinggi sehingga terjadi
penguapan di berbagai tempat di dalam zat cair (Moechtar, 1989).

Oksidasi merupakan perubahan kimia di mana ada penambahan bilangan oksidasi.


Sukrosa mengalami oksidasi, zat tersebut mengandung atom C yang bilangan
oksidasinya bertambah.

Ada beberapa percobaan yang tidak sesuai, antara lain disebabkan karena pada waktu
mengukur suhu dengan termometer, kita langsung mencelupkan termometer ke dalam
Erlenmeyer yang dipanaskan di atas api bunsen, padahal hal ini tidak diperbolehkan,
karena kita bukannya mengukur larutan tetapi malah mengukur suhu erlenmeyer dan
suhu api yang berasal dari bunsen tersebut.
5. KESIMPULAN

Titik didih adalah temperatur di mana zat cair dan gas bersama dalam
kesetimbangan dalam tekanan yang ditentukan yaitu 1 atm.
Jenis zat yang dilarutkan tidak mempengaruhi kenaikan titik didih.
Titik didih zat cair pada tekanan 1 atm adalah 100C.
Panas dapat menyebabkan sukrosa meleleh tapi lelehnya sukrosa pada zat cair tidak
mempengaruhi kenaikan titik didih zat cair tersebut.
Kenaikan titik didih dipengaruhi oleh tingginya tekanan, gaya tarik menarik antar
molekul zat, adanya ikatan hidrogen antar molekul zat dan adanya konsentrasi zat.
Zat cair yang mendidih ditandai dengan adanya gelembung-gelembung pada seluruh
zat cair yang dipanaskan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Moechtar. (1989). Farmasi Fisika. Gadjah Mada University Pers. Yogyakarta.

Petrucci, R. H & Suminar. (1987). Kimia Dasar Jilid II. Erlangga. Jakarta.

Respati. (1981). Dasar-Dasar Ilmu Kimia. Gadjah Mada University Pers. Yogyakarta.

Sukardjo. (1989). Kimia Fisika. PT. Bina Aksara. Jakarta.

Sukmariah & A. Kamianti. (1990). Kimia Kedokteran. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Sunjaya, A. (1984). Dasar-Dasar Thermodinamika. M2S. Bandung.

LAMPIRAN

1. Td = gr / Mr . 1000 / V . Kd
= 5 gr / 180 . 1000 / 200 . 0,521
= 0,072361
2. Td = gr / Mr . 1000 / V . Kd
= 10 gr / 180 . 1000 / 200 . 0,521
= 0,14472
3. Td = gr / Mr . 1000 / V . Kd
= 15 / 180 . 1000 / 200 . 0,521
= 0,21708

Anda mungkin juga menyukai