Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hingga saat ini dalam proses pembelajaran di kelas masih banyak
ditemukan pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar,
bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya.
Masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah saat mengajar, sehingga
mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan.
Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh
guru. Contohnya dalam pembelajaran kimia, sampai saat ini asumsi bahwa kimia
itu sulit ternyata masih melekat dalam dunia pendidikan, padahal berbagai model
pembelajaran telah diciptakan untuk membantu guru untuk meningkatkan hasil
belajar kimia peserta didik. Hanya saja masih banyak guru belum memanfaatkan
model-model pembelajaran tersebut, padahal dengan penggunaan model
pembelajaran yang tepat pada pembelajaran kimia, akan membantu guru dalam
membuat peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan salah satu metodologi yang diciptakan
dunia pendidikan dalam rangka menuju ketercapainya suatu perubahan. Pada
pelaksanaan model pembelajaran tentunya melibatkan pembelajar (guru) dan
peserta didik (peserta didik). Seorang guru adalah seorang yang profesionalis
dalam menjalankan fungsi-fungsinya dengan menggunakan metodologi untuk
membelajarkan peserta didik dengan cara yangtidak konstan, artinya seorang guru
itu harus berinovasi dan menciptakan perubahan baik pada dirinya serta pada
peserta didiknya
Menurut Tan (dalam Rusman, 2012), Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran
karena pada model ini kemampuan berpikir peserta didik betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga peserta didik dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan, mengasah, menguji, dan mengembangkan

1
2

kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Selain itu salah satu model


pembelajaran yang juga dapat digunakan yaitu pembelajaran berbasis proyek,
menurut Sumarni (dalam Lestari, 2015), model pembelajaran berbasis proyek
dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dan lebih percaya diri dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Chiang dan Lee (2016), setelah
melakukan penelitian tentang model project based learning (PjBL), hasilnya
menunjukkan PjBL bisa memfasilitasi pemecahan masalah kemampuan peserta
didik SMK. Hal ini tidak hanya mencerahkan pendidikan umum, tetapi juga
mendorong pendidikan kejuruan. Jika guru SMA bisa merancang lebih banyak
kegiatan PjBL selama mengajar, para peserta didik akan mendapatkan
kemampuan pemecahan masalah dan memindahkan kemampuan untuk situasi
praktis yang mungkin mereka hadapi di masa depan.
Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua pendidik (guru)
memahami konsep dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) dan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) ini.
Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya keinginan dan motivasi untuk
meningkatkan kualitas keilmuan maupun karena kurangnya dukungan sistem
untuk meningkatkan kualitas keilmuan tenaga pendidik.
Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas lebih rinci tentang
kedua model pembelajaran tersebut, yaitu Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) dan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari makalah
ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran problem based learning dan
project based learning?
2. Bagaimana prinsip dasar dari model pembelajaran problem based learning dan
project based learning?
3

3. Bagaimana sintaks atau langkah-langkah dalam model pembelajaran problem


based learning dan project based learning?
4. Bagaimana karakteristik dari model pembelajaran problem based learning dan
project based learning?
5. Apa Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran problem based learning
dan project based learning ?
6. Bagaimana contoh penerapan model pembelajaran problem based learning
dan project based learning dalam pembelajaran kimia?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang pengertian, prinsip dasar,
sintaks atau langkah-langkah, karakteristik, keunggulan dan kelemahan, serta
contoh pengaplikasian dari model pembelajaran problem based learning dan
project based learning.

D. Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai informasi tambahan bagi penulis selanjutnya yang juga menulis
makalah yang berkaitan dengan kedua model pembelajaran ini (PBL dan
PjBL);
2. Sebagai informasi tambahan bagi peneliti yang melakukan penelitan berkaitan
dengan kedua model pembelajaran ini (PBL dan PjBL);
3. Makalah ini dapat menjadi masukan bagi guru-guru khususnya guru kimia
untuk menerapkan model pembelajaran PBL dan PjBL dalam proses
pembelajaran kimia untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)


1. Teori Belajar yang melandasi Problem Based Learning (PBL)
Menurut Rusman (2014), teori belajar yang melandasi Problem Based
Learning (PBL) yaitu:
a. Teori Belajar Bermakna dari David Ausubel
Ausubel membedakan antara belajar bermakna (meaningfull learning)
dengan belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna merupakan proses
belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang
sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan bila
seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak
berhubungan dengan yang telah diketahuinya. Kaitan dengan PBL dalam hal
mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh
peserta didik.

b. Teori Belajar Vigotsky


Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan
pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu
berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah
dimilikinya kemudian membangun pengertian baru. Ibrahim dan Nur (2009: 19)
Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu
terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik.
Kaitan dengan PBL dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki oleh peserta didik mealui kegiatan belajar dalam interaksi
sosial dengan teman lain.
5

c. Teori Belajar Jerome S. Bruner


Metode penentuan merupakan metode dimana peserta didik menemukan
kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia,
dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari
pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

2. Prinsip Dasar Dan Defenisi Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning yang (selanjutnya disebut PBL) berakar dari
keyakinanJohn Dewey dalam (Abidin. 2014) bahwa guru harus mengajar dengan
menarik naluri alami peserta didik untuk menyelidiki. Dan menciptakan. Dewey
menulis bahwa pendekatan utama yang seyogyanya digunakan untuk setiap mata
pelajaran di sekolah adalah pendekatan yang mampu merangsang pikiran peserta
didik untuk memperoleh segala keterampilan belajar yang bersifat nonskolastik.
Berdasarkan keyakinan ini, pembelajaran hendaknya senantiasa dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari peserta didik karena konteks lamiah ini memberikan
sesuatu yang dapat dilakukan peserta didik, bukan sesuatu yang harus dipelajari,
sehingga hal ini akan secara alamiah menuntut peserta didik berpikir dan
mendapatkan hasil belajar yang alamiah pula.
Berdasarkan dengan uraian diatas, Delisle menyatakan dalam (Abidin.
2014) bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk
membantu guru mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah pada peserta didik selama mereka mempelajari materi
pembelajaran. Model ini memfasilitasi peserta didik untuk berperan aktif di dalam
kelas melalui aktivitas memikirkan stuasi kontekstual, memecahkan masalah, dan
menyajikan solusi masalah tersebut.
Kemendikbud (2013) memandang PBL suatu model pembelajaran yang
menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara
berkeompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang
diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada
6

pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum


peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah
yang harus dipecahkan. Sejalan dengan hal ini, PBL dilakukan dengan adanya
pemberian rangsangan berupa masalah-maslaah yang kemudian dilakukan
pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah
keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.
Menurut Savery (2006) mendefenisikan Problem Based Learning (PBL)
sebagai model pembelajaran yang terfokus pada peserta didik, dengan tujuan
mendorong untuk melaksanakan penelitian, mengintegrasikan teori dengan
praktek terhadap dunia nyata, serta pengaplikasisan pengetahuan dan keterampilan
dalam menemukan sebuah solusi tepat terhadap sebuah masalah yang terdefinisi.
Sedangkan Rusman (2014) berpendapat bahwa problem based learning
merupakan model pembelajaran yang dapat meransang peserta didik untuk belajar
berfikir kritis serta keterampilan pemecahan masalah dengan mengaitkan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran yang dipelajari.
Melalui PBL, keterampilan dalam memecahkan masalah dapat lebih
meningkat. Hal ini akan memberikan sumbangsih yang positif terhadap
keterampilan berpikir kritis, tingkat pemahaman yang lebih komprehensif
mengenai materi dan belajar lebih banyak peserta didik. Dengan kata lain, suatu
strategi yang lebih menitik beratkan kepada peserta didik sebagai centerd lebih
memiliki nilai positif untuk membangun keterampilan berpikir kritis,
keterampilan pemberian alasan rasional, serta dapat meningkatkan kreativitas dan
kemandirian dari peserta didik itu sendiri (Sri Wahyuni, 2010).
Menurut Graaf (2003), Model pembelajaran PBL didasarkan pada latar
belakang, harapan, dan minat peserta didik. Hal ini baik bagi peserta didik agar
termotivasi untuk belajar lebih giat dengan model PBL daripada dengan metode
pengajaran konvensional. Secara umum, peserta didik menghabiskanlebih banyak
waktu pada studi mereka ketika belajar dengan model PBL dibandingkan dengan
model konvensionall.partisipasi peserta didik jauh lebih sedikit di konvensional,
dimana peserta didik tidak berpartisipasi pada rumusan masalah.
7

Mengacu pada beberapa defenisi di atas, Mohammad Jauhar (2011)


menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan seluruh
rangkaian aktivitas yang bertujuan membantu peserta didik mengembangkan
keterampilan berfikir dan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang
otentik dan menjadi pelajar yang mandiri.
Problem based learning ini, peserta didik yang telah dikelompokkan diajak
untuk bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah yang telah ditentukan oleh
peserta didik dan guru, dimana model pembelajaran berbasis masalah dilandasi
oleh teori belajar konstruktivis (Trianto, 2008).
Jonassen (dalam Scott 2007 ) menyatakan bahwa: Problem-based learning is
a constructivist approach to instruction that revolves around a real-world,
ill-structured problem.
Mohammad Nur (2011) mengemukakan hasil (outcome) dari Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat berupa : 1) keterampilan memecahkan masalah, 2)
keterampilan belajar yang diarahkan diri sendiri, 3) kemampuan memilih dan
menggunakan sumber daya yang sesuai, 4) berfikir kritis, 5) dasar pengetahuan
yang dapat diukur, 6) kemampuan kinerja, 7) memotivasi diri sendiri, 8)
kemampuan dalam bekerja tim 9) keterampilan berkomunikasi, 10) berfikir
proaktif.
Penerapan pembelajaran berbasis masalah pada proses pembelajaran di
kelas dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik, yang dapat ditandai
dengan adannya perubahan pola pikir peserta didik berdasarkan tingkatan
kognitif. Dimana terjadi perubahan kemampuan bertanya dan menjawab peserta
didik yang mengalami peningkatan dari sebelumnya berpikir tingkat rendah
(pengetahuan, pemahaman dan aplikasi) menjadi berpiir tingkat tinggi (analisis,
sintesis, dan evaluasi). (Muchamad, 2008).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, PBL merupakan model
pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong peserta
didik untuk belajar aktif, mengonstruksi pengetahuan, dan mengintegrasikan
konteks belajar di sekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah. Model
ini menempatkan situasi bermasalah sebagai pusat pembelajaran, menarik dan
8

mempertahankan minat peserta didik, yang keduanya digunakan agar peserta


didik mampu mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu secara multi
perspektif. Dalam praktiknya, peserta didik terlibat secara langsung dalam
memecahkan masalah, mengidentifikasi akar masalah dan kondisi yang
diperlukan untuk menghasilkan solusi yang baik, mengejar makna dan
pemahaman dan menjadi pembelajar mandiri.

3. Ciri-ciri Problem Based Learning (PBL)


Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow Min Liu (2005)
menjelaskan karakteristik dari PBL, yaitu :
a. Learning is student-centered
Proses PBL lebih terpusat kepada peserta didik sebagai si pembelajar.
Teori yang mendukung model PBL yaitu konstruktivisme dimana peserta didik
dipacu untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.
b. Authentic problems form the organizing focus for learning
Penyajian masalah pada peserta didik adalah masalah yang otentik dengan
tujuan mempermudah peserta didik memahami masalah tersebut serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
c. New information is acquired through self-directed learning
Peserta didik berusaha sendiri untuk mencari alternatif lain misalnya dari
buku atau informasi lainnya, ketika peserta didik belum mengetahui dan
mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya saat proses
pemecahan masalah.
d. Learning occurs in small groups
Pelaksanaan PBL dibuat kelompok kecil, sehingga dapat terjadi interaksi
ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara
kolaborative. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan
penetapan tujuan yang jelas.
9

e. Teachers act as facilitators.


Pada pelaksanaan PBL, peran guru hanya sebagai fasilitator. Tetapi guru
harus selalu memantau perkembangan aktivitas peserta didik serta mendorong
peserta didik agar mencapai target yang hendak dicapai.
Terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai bentuk Pembelajaran
Berbasis Masalah. Menurut Rusman (2014) alur proses pembelajaran berbasis
masalah yaitu:
1) Mengenal masalah
2) Analisis masalah
3) Pertemuan dan laporan
4) Penentuan solusi dan refleksi
5) Kesimpulan, integrasi dan evaluasi.

4. Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL)


Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan


Orientasi peserta didik logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau cerita
kepada masalah untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap-2 Guru mendorong peserta didik mendefenisikan dan


Mengorganisasi peserta mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
didik untuk belajar masalah tersebut

Tahap-3 Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan


Membimbing informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
penyelidikan individual mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
maupun berkelompok
Tahap-4 Guru memantu peserta didik dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan
menyajikan hasil karya model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya
Tahap-5
Menganalisis dan Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi
mengevaluasi proses atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
pemecahan masalah mereka gunakan.
(Mohammad Jauhar, 2011: 89-90)
10

David Johnson and Johnson mengemukakan 5 langkah strategi PBL


melalui kegiatan kelompok:
a. Mendefenisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu
yang mengandung isu konflik, agar peserta didik menjadi megerti masalah
yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru dapat meminta argumen dan
penjelasan peserta didik mengenai isu-isu hangat yang menarik untuk
dipecahkan;
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan penyebab masalah yang terjadi
dan menganalisis faktor yang dapat menghambat maupun faktor yang
mendukung dalam penyelesaian masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan
membentuk diskusi kelompok kecil dan sebagai hasilnya peserta didik dapat
mengurutkan tindakan yang menjadi prioritaas yang bisa dilakukan sesuai
dengan jenis penghambat yang diperkirakan;
c. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas. Melalui tahap ini semua peserta didik
didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi mengenai
kemungkinan dari setiap tindakan yang dapat dilakukan;
d. Menentukan dan menerapakan strategi pilihan, yaitu pengambilan
keputusan mengenai strategi yang dapat dilakukan;
e. Melakukan evaluasi, terdiri atas dua yaitu evaluasi proses adalah evaluasi
terhadap semua proses pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi hasil adalah
evaluasi terhadap akibat dari penerapan startegi yang diterapkan
(Sanjaya, 2008).
Terdapat tiga komponen yang berperan sentral dalam PBL adalah sajian
bahan ajar yang berupa masalah, interaksi antarkomunitas kelas, dan intervensi
guru. agar ketiga komponen ini dapat menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan maka diperlukan persiapan dan perencanaan pembelajaran yang
memadai serta diperlukan pengetahuan yang cukup dan pandangan positif guru
mengenai pembelajaran berpaham konstruktivisme (Tatang Herman 2007).
11

5. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning (PBL)


Dalam pelaksanaannya, PBL tentunya memiliki kelebihan dan
kelemahannya. Berikut ini adalah kelebihan dan kekuranag dari PBL.
a. Kelebihan PBL
1) Peserta didik didorong memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam
situasi nyata;
2) Peserta didik mempunyai kemampuan dalam membangun pengetahuan
sendiri melalui proses belajar.
3) Pembelajaran terpusat pada masalah, sehingga tidak perlu mempelajari materi
yang tidak ada hubungannya dengan materi yang dipelajari. Dengan tujuan
meringankan beban peserta didik dengan menghafal atau menyimpan
informasi;
4) Terbentuk aktivitas ilmiah melalui kerja kelompok;
5) Membiasakan peserta didik memanfaatkan sumber-sumber pengetahuan
seperti: perpustakaan, internet, wawancara dan observasi;
6) Peserta didik mampu menilai kemajuan belajarnya sendiri;
7) Peserta didik mampu melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi
atau presentasi hasil pekerjaan mereka;
8) Dapat mengatasi kesulitan belajar peserta didik secara individual melalui
kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

b. Kelemahan PBL
1) Penerapannya tidak untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan
aktif dalam menyajikan materi dan lebih cocok untuk pembelajaran yang
menuntut kemampuan tertentuyang terkait dengan pemecahan masalah;
2) Kesulitan dalam pembagian tugas untuk kelas dengan tingkat keragaman
peserta didik yang tinggi;
3) Tidak semua jenjang pendidikan cocok untuk diterapkan PBL. Misalnya di
sekolah dasar karena masalah kemampuan bekerja dalam kelompok, tetapi
hanya untuk mahapeserta didik perguruan tinggi atau paling tidak sekolah
menengah;
12

4) Membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga dikhawatirkan tidak dapat


mencakup seluruh konten yang diharapkan walapun PBL berfokus pada
masalah bukan konten materi;
5) Kinerja guru yang mampu mendorong aktivitas peserta didik dalam
kelompok secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi
peserta didik dengan baik sangat dibutuhkan;
6) Sumber yang dibutuhkan biasanya tidak tersedia dengan lengkap
Melalui beberapa pemaparan mengenai pembelajaran berbasis masalah
diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses penerapan PBL tidaklah mudah,
untuk itu agar pembelajaran berbasis masalah berhasil, maka dibutuhkan kinerja
guru yang lebih kompeten untuk mendorong peserta didik terlibat aktif dalam
proses menemukan dan memecahkan masalah berkaitan dengan konteks dunia
nyata, sehingga kemampuan berfikir kritis peserta didik dapat terpacu dan aktif
dalam diskusi.

6. Penerapan Problem Bassed Learning (PBL)


Pelaksanaan penerapan PBL dalam pembelajaran meembutuhkan waktu
atara 70-140 menit yang berlangsung dalam 1-3 kali pertemuan. Untuk efektivitas
pelaksanaannya, jadwal pembelajaran dilaksanakan 2 kali dalam seminggu.
Dalam implementasinya guru dan peserta didik harus memiliki kemampuan
berpikir kritis, berpikir kreatif, terampil berkomunikasi dan memiliki semangat
dan motivasi berkerja baik sebagai individu maupun secara kooperatif. Selama
penerapan model, guru harus mencatat berbagai aktivitas dan hasil kerja peserta
didik untuk mengatur dan mengikat pola berpikir dan pola kebiasaan belajar serta
mencoba mempengaruhi peserta didik secara psikologis agar nereka terbiasa
beraktivitas dengan baik. Sebagai tambahan, guru juga harus memberikan
dorongan kepada peserta didik yang kurang bersemangat beraktivitas sehingga
peserta didik mampu membangun prespektif pada masalah yang dibahasnya
(Abidin. 2014)
Dalam mengimplementasikan PBL, ada beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan guru yaitu: (1) sajian bahan ajar berupa masalah harus bisa
13

mendorong dan merangsang terjadinya konflik kognitif di dalam diri peserta


didik, (2) tidak perlu memberikan bantuan kepada peserta didik secara cepat,
dengan tujuan agar perkembangan aktual peserta didik maksimal, pemberian
intervensi yang harus diminimalisir dan ketika benar-benar dibutuhkan peserta
didik, (3) harus mengetahui pengetahuan siap peserta didik (prior knowledge)
serta mempertimbangkan berbagai alternatif solusi masalah yang berada dalam
koridor pengetahuan peserta didik unuk menghasilkan intervensi yang lebih
maksimal (Tatang Herman, 2007:55).
PBL sering digunakan oleh mahapeserta didik dalam melakukan penelitian
untuk menguji pengaruh PBL terhadap hasil belajar peserta didik, salah satu
contoh penerapan PBL dalam pelajaran kimia yang dilakukan oleh mahapeserta
didik UNHALU jurusan PMIPA/Kimia yaitu La Rudi dan La Ode Ibrahim dalam
penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Multimedia Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Kimia Peserta didik Kelas Xi I Sma Negeri 9 Kendari, pada
penelitian PBL diterapkan pada materi latutan penyangga. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Hasil belajar kimia peserta didik kelas XI IA1 SMA Negeri
9 Kendari pada materi pokok larutan penyangga dapat ditingkatkan dengan media
berbasis multimedia melalui penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning. Hal ini ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh setiap individu cenderung
mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II sebesar 20.83% dari 68%
menjadi 84,75%.

B. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)


1. Pengertian Project Based Learning
Project based learning adalah pembelajaran yang berpusat pada pesera
didik melalui kegiatan penelitian untuk menyelesaikan suatu proyek pembelajaran
tertentu. Boss & Kraus (2007) dalam Abidin (2014) mendefinisikan project based
learning sebagai model pembelajaran yang menekankan aktivitas peserta didik
dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan
14

mengaplikasi pengetahuan mereka dalam mengerjakan suatu proyek untuk


menghasilkan sebuah produk otentik tertentu.
Selanjutnya, Helm & Katz (2001) menyatakan bahwa project based
learning merupakan model pembelajaran yang secara mendalam menggali nilai-
nilai dari suatu topic tertentu yang sedang dipelajari. Dari pengertian ini, Helm &
Katz memfokuskan pembelajaran pada pemberian proyek penelitian kepada
peserta didik. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesisi
dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktifitas secara nyata. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta
didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek
(materi) dalam kurikulum. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah
topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

2. Prinsip Dasar Project Based Learning


Prinsip dasar Project Based Learning, guru dibutuhkan pada setiap tahapan
pembelajaran. Reaksi utama yang diharapkan dari guru adalah mengusahakan
membangkitkan kemampuan kritis, kreatif, dan produtif peserta didik sebagai alat
proses berpikir. Lebih khusus reaksi guru yang diperlukan dalam implementasi
model ini ialah (1) guru harus menciptakan suasana kooperatif bukan kompetitif,
(2) guru harus meningkatkan kesadaran peserta didik untuk membuat rumusan
hasil kajian yang terbuka untuk sebuah perbaikan, dan (3) mencari keunikan
peserta didik dan menilai peserta didik dengan cara transparan dan berbagai
macam penilaian.

3. Karakteristik Project Based Learning


Pendapat Thomas dalam Sofyan (2006 : 298) dalam (Maryani & Laila)
menyatakan ada lima kriteria pembelajaran berbasis proyek yaitu keterpusatan
15

(centralita), berfokus pada pertanyaan atau masalah, investigasi konstruktif atau


desain, otonomi peserta didik, dan realisme. Sedangkan Kemendikbud (2013)
dalam (Maryani & Laila) membagi pembelajaran berbasis proyek menjadi delapan
karakteristik, yaitu :
a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik
c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan
atau tantangan yang diajukan
d. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan
e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinu
f. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan
g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif
h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan

4. Sintaks Pembelajaran Project Based Learning


Sintaks dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut.
Gambar 2.1 Sintaks Project based Learning
16

Berdasaran gambar di atas, dapat dijelaskan kembali bahwa tahapan model


Project Basic Learning adalah sebagai berikut :
1. Praproyek. Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru diluar jam
pelajaran. Pada tahap ini guru merancang desripsi proyek, menentukan batu
pijakan proyek, menyiapa proyek dan berbagai sumber belajar, dan
menyiapkan kondisi pembelajaran
2. Fase 1 : Mengidentifikasi Masalah
Pada tahap ini peserta didik melakukan pengamatan terhadap obyek
tertentu. Berdasarkan pengamatannya tersebut peserta didik
mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah dalam bentuk
pertanyaan
3. Fase 2 : Membuat Desain dan Jadwal Pelaksanaan Proyek
Pada tahap isi peserta didik secara kolaboratif baik dengan anggota
kelompok ataupun dengan guru mulai merancang proyek yang akan mereka
buat, menentukan penjadwalan pengerjaan proyek, dan melakukan aktivitas
persiapan lainnya
4. Fase 3 : Melaksanakan Penelitian
Pada tahap ini peserta didik melakukan kegiatan penelitian awal sebagai
modal dasar bagi produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan kegiatan
penelitian tersebut peserta didik mengumpulkan data dan selanjutnya
menganalisis data tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang relevan
dengan penelitian yang dilakukan
5. Fase 4 : Menyusun Draf/Prototipe Produk
Pada tahap ini peserta didik mulai membuat produk awal sebagaimana
rencana dan hasil penelitian yang dilakukannya
6. Fase 5 : Mengukur, Menilai, dan Memperbaiki Produk
Pada tahap ini peserta didik melihat kembali produk awal yang dibuat,
mencari kelemahan, dan memperbaiki produk tersebut. Dalam praktiknya,
kegiatan mengukur dan menilai produk dapat dilakukan dengan meminta
pendapat atau kritik dari anggota kelompok lain ataupun pendapat guru
17

7. Fase 6 : Finalisasi dan Publikasi Produk


Pada tahap ini peserta didik melakukan finalisasi produk. Setelah diyakini
sesuai dengan harapan, produk dipublikasikan
8. Pascaproyek
Pada tahap ini guru menilai, memberikan penguatan, masukan, dan saran
perbaikan atas produk yang telah dihasilkan peserta didik

5. Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning


a. Kelebihan
1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks.
4) Meningkatkan kolaborasi.
5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
10) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
18

b. Kelemahan
1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.
4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
6) Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

6. Penerapan Model Project Based Learning


Pelaksanaan penerapan PjBL dalam pembelajaran membutuhkan waktu
antara 140-200 menit yang berlangsung dalam 1-4 jam kali pertemuan. Untuk
efektivitas pelaksanaannya, jadwal pembelajaran dilaksanakan 2 kali dalam
seminggu. Dalam implementasinya guru dan peserta didik harus memiliki
kemampuan kreatif yang tinggi, terbuka menerima pendapat orang lain, dan
memilii semangatb bekerja baik secara individu maupun secara kooperatif.
Selama penerapan model, guru harus mencatat berbagai aktivitas dan hasil kerja
peserta didik untuk mengatur dan mengikat pola kebiasaan belajar serta
mencobamempengaruhi peserta didik secara psikologis agar mereka terbiasa
beraktivitas dengan baik. Sebagai tambahan, guru juga harus memberikan
dorongan kepada peserta didik yang kurang bersemangat beraktivitas sehingga
peserta didik mampu membangun perspektif yang segar pada masalah yang
dibahasnya.
Adapun mata pelajaran yang dapat digunakan model pembelajaran PjBL
salah satunya materi Asam Basa. Karena pada model PjBL ini membuat
projek-projek yang menghendaki peserta didik untuk (1) memecahkan masalah
nyata dan isuisu yang memiliki kepentingan untuk orang lain; (2) secara aktif
terlibat dalam pembelajaran mereka dan me-milih halhal penting selama
19

projek; (3) menunjukkan secara nyata bahwa mereka telah belajar konsep-
konsep kunci dan keterampilan. Projek memberikan kesempatan bagi peserta
didik untuk menghasilkan bukti yang dapat diamati bahwa mereka telah
menguasai standar kurikuler ketat karena mereka menerapkan pembelajaran
mereka dan memecahkan masalah di tangan. Projek dan pameran juga
memberikan bukti yang luas dari proses kerja dan pembelajaran berlangsung
sendiri.
Materi Larutan Asam dan Basa menjadi dasar bagi materi selanjutnya
seperti Titrasi AsamBasa, Larutan Penyangga, dan Hidrolisis Garam. Jadi
dapat dikatakan bahwa materi Larutan Asam dan Basa merupakan konsep
kunci untuk memahami materi selanjutnya sehingga pembelajaran diharapkan
bisa memberikan pengalaman belajar yang bertahan lebih lama dalam memori
peserta didik. Materi pokok Larutan Asam dan Basa meliputi konsep asam
dan basa, konsep pH dan pOH, kesetimbangan larutan asam dan basa
(dibatasi larutan dalam air), reaksi asam dengan basa (reaksi penetralan), dan
penerapan konsep pH. Projek pembuatan indikator asam dan basa dari bahan
alam serta pembuatan alat uji larutan elektrolit untuk mengetahui kekuatan
asam dan basa dapat membuat peserta didik aktif.
20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada rumusan masalah dari makalah ini, maka dapat
disimpulkan :
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Project Based Leraning)
Berdasarkan beberapa pendapat ilmuwan, Problem Based Learning
merupakan model pembelajaran yang menempatkan situasi bermasalah sebagai
pusat pembelajaran, menarik dan mempertahankan minat peserta didik, yang
keduanya digunakan agar peserta didik mampu mengungkapkan pendapatnya
tentang sesuatu secara multi perspektif. Barrow Min Liu (2005) menjelaskan
karakteristik dari PBL yaitu Learning is student-centered , Authentic problems
form the organizing focus for learning, New information is acquired through self-
directed learning , Teachers act as facilitators and Learning occurs in small
groups. Menurut Mohammad Jauhar (2011: 89-90), sintaks PBL terdiri atas 5
tahap yaitu Tahap (1) Orientasi peserta didik kepada masalahh, Tahap (2)
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar, Tahap (3) Membimbing penyelidikan
individual maupun berkelompok, Tahap (4) Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya dan Tahap (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
Adapun salah satu kelebihan dari PBL yaitu Peserta didik mempunyai
kemampuan dalam membangun pengetahuan sendiri melalui proses belajar dan
kelemahannya adalah penerapan PBL membutuhkan waktu yang tidak sedikit
sehingga dikhawatirkan tidak dapat mencakup seluruh konten yang diharapkan
walapun PBL berfokus pada masalah bukan konten materi. PBL dapat diteramkan
dalam berbagai bidang ilmu, salah satunya ilmu kimia, beberapa guru maupun
peneliti telah menerapkan PBL dalam pembelajaran kimia yang ternyata dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
21

2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)


Berdasarkan pendapat beberapa ilmuwan, project based learning dapat
diartikan sebagai pembelajaran yang berpusat pada pesera didik melalui kegiatan
penelitian untuk menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu. Prinsip dasar
Project Based Learning, guru dibutuhkan pada setiap tahapan pembelajaran yang
bertugas membangkitkan kemampuan kritis, kreatif, dan produtif peserta didik
sebagai alat proses berpikir. Adapun karakteristik project based learning menurut
Thomas dalam Sofyan (2006 : 298) dalam (Maryani & Laila) menyatakan ada
lima kriteria pembelajaran berbasis proyek yaitu keterpusatan (centralita),
berfokus pada pertanyaan atau masalah, investigasi konstruktif atau desain,
otonomi peserta didik, dan realisme.
Ada 8 tahapan dalam pelaksaaan project based learning yaitu diawali
dengan praproyek, mengidentifikasi masalah, membuat desain dan jadwal
pelaksanaan proyek, melaksanakan penelitian, menyusun draf/ prototipe produk,
mengukur, menilai, dan memperbaiki produk, finalisasi dan publikasi produk,
terakhir yaitu pascaproyek. Salah satu kelebihan dari project based learning adalah
menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks
dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. Namun kelemahannya
membutuhkan biaya yang cukup banyak. Salah satu contoh penerapannya dalam
pelajaran kimia yaitu pada materi asam basa. Projek pembuatan indikator asam
dan basa dari bahan alam serta pembuatan alat uji larutan elektrolit untuk
mengetahui kekuatan asam dan basa dapat membuat peserta didik aktif.

B. Saran
Untuk pembaca maupun yang akan membuat makalah dengan materi yang
sama hendaknya mengulas dan mencari referensi lebih banyak mengenai model
pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) dan model pembelajaran
berbasis proyek (Project based learning).
22

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum


2013. Bandung: PT. Refika Aditama

Afcariono, Muchamad. 2008. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk


Meningkatkan kemampuan Berpikir Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi.
Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol 3, No. 2, Maret 2008.

Burris, Scott. 2007. Effect Of Instructional Strategy On Critical Thinking And


Content Knowledge: Using Problem-Based Learning In The Secondary
Classroom. Journal of Agricultural Education Volume 48, Number 1, pp.
106-116.

Chiang, C.L. and Lee, H. 2016. The Effect of Project-Based Learning on Learning
Motivation and Problem-Solving Ability of Vocational High School
Students. International Journal of Information and Education Technology,
Vol. 6, No. 9, September 2016.

Graaff, D.E., Kolmos,A. 2003. Characteristics of Problem-Based Learning. Int. J.


Engng Ed. Vol. 19, No. 5, pp. 657662.

Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Jurnal Educationist, Vol. 1, No. 2, 2007, ISSN 1907-8838.

Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi Paikem dari Behavioristik Sampai


Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Lestari, R., dkk. 2015. Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Artikel
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Chemistry in Education,
ISSN NO 2252-6609, April 2015

Maryani, Ika & Laila Fatmawati. 2015. Pendekatan Scientific dalam


Pembelajaran di Sekolah Dasar : Teori dan Praktik. Yogyakarta. :
Deepublish.

Mohammad, Nur. 2011. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:


Pusat SAINS dan Matematika UNESA.
23

Rudi, Ibrahim. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia


Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IA1 SMA Negeri 9 Kendari.
MIPMIPA, Vol. 12, No. 2, Agustus 2013 : 127 136 .

Rusman, 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru Edisi Kedua. Bandung : PT Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran: (Berorientasi Standar Proses

Savery, J. R. 2006. Overview of problem based learning: Definitions and


distinctions. The interdisciplinary journal of problem-based learning. 1(1).
9-20.

Shobirin, Maas. 2016. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah


Dasar. Yogyakarta : Deepublish.

Wahyuni. 2010. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Berorientasi


Chemo-Entrepreneurship Pada Praktikum Kimia Fisika. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia.Vol . 4, No.1, 2010, Hlm 484-496. Jurusan Kimia
Fmipa Universitas Negeri Semarang.
24

Anda mungkin juga menyukai