Anda di halaman 1dari 15

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : Tn. Arsad
2) Umur : 42 Tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Alamat : jl. Mutiara
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan : PNS
7) Tanggal Pemeriksaan : 2 november 2017

II. ANAMNESIS
1) Keluhan Utama : Terdapat benjolan di punggung belakang sebelah
kiri dan terasa nyeri.

2) Riwayat penyakit sekarang :


Seorang laki-laki umur 42 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUD undata dengan keluhan terdapat benjolan berwarna
kemerahan di punggung belakang sebelah kiri dan terasa nyeri
yang dialami sejak dua minggu yang lalu. Awalnya muncul
gelembung kecil yang berisi nanah dan lama-kelamaan membesar.
Gelembung tersebut hanya muncul dan membesar di satu daerah
yaitu di daerah punggung belakang sebelah kiri. Benjolan tersebut
terasa kenyal, memiliki dua mata dan berbatas tegas.

3) Riwayat penyakit dahulu:


Sebelumnya pasien juga pernah muncul gelembung berisi
cairan di daerah tangah setelah memakan ikan asin. Riwayat alergi
makanan (+) (ikan asin), riwayat alergi obat (-).

1
4) Riwayat penyakit keluarga:
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit serupa
dengan pasien. Riwayat DM (+), riwayat Hipertensi (+)

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
1. Keadaan umum : Sakit sedang
2. Status Gizi : Baik
3. Kesadaran : Komposmentis

Tanda-tanda Vital

TD : 120/90 mmHg

Nadi : 78 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit.

Suhu : 36,8oC

Status Dermatologis

Ujud Kelainan Kulit :

1. Kepala : tidak terdapat ujud kelainan kulit


2. Leher : tidak terdapat ujud kelainan kulit
3. Wajah : tidak terdapat ujud kelainan kulit
4. Ketiak : tidak terdapat ujud kelainan kulit
5. Dada : tidak terdapat ujud kelainan kulit
6. Punggung : terdapat nodus yang berisi pus yang berdiamater
4 cm berwarna kemerahan.
7. Perut : tidakterdapatujudkelainankulit.
8. Selangkangan: : tidakterdapatujudkelainankulit
9. Ekstremitas Atas : tidak terdapat ujud kelainan kulit
10. Ekstremitas bawah : tidak terdapat ujud kelainan kulit

2
IV. GAMBAR

Gambar 1: Pada punggung terdapat nodul yang berisi pus yang


berdiamater 4 cm berwarna kemerahan

V. RESUME
Seorang laki-laki umur 42 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUD undata dengan keluhan terdapat benjolan berwarna
kemerahan di punggung belakang sebelah kiri dan terasa nyeri yang
dialami sejak dua minggu yang lalu. Awalnya muncul gelembung kecil
yang berisi nana dan lama-kelamaan membesar. Gelembung tersebut
hanya muncul dan membesar di satu daerah yaitu di daerah punggung
belakang sebelah kiri. Benjolan tersebut terasa kenyal dan memiliki dua
mata dan berbatas tegas.

Sebelumnya pasien juga perna muncul gelembung berisi cairan di


daerah tangan setelah memakan ikan asin. Riwayat alergi makanan (+)

3
(ikan asin). Pasien memiliki riwayat DM dan Hipertensi.. Pasien datang
dengan keadaan umum sakit sedang, status gizi baik, dan kesadaran
komposmentis.

Hasil pemeriksaan fisik :

Didapatkan ujud kelainan kulit berupa nodus eritema di punggung


belakang sebelah kiri, berisi pus dan berbatas tegas.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ ANJURAN PEMERIKSAAN


A. Darah rutin
B. Pemeriksaan histologis
C. Pewarnaan gram
D. Kultur bakteri

VII. DIAGNOSIS KERJA


Furunkel

VIII. DIAGNOSIS BANDING


1. Kista Epidermal
2. Hidradenitis Suppuratif
3. Sporotrikosis

IX. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
- Hindari faktor pencetus
- Tetap menjaga higinitas
- Mencegah gosokan atau garukan
- Kompres air hangat

4
Medikamentosa:

Fusycom Cream 2 x sehari


Cefadroxil 2x500 mg

Tindakan bedah :

Tindakan bedah Scaple

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad fungtionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubiaad bonam

Quo ad Cosmetikam : dubia ad bonam

5
PEMBAHASAN

Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan


sekitarnya. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. Jika lebih dari
satu tempat disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang, dan daya tahan tubuh
yang kurang. Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada folikel rambut di
kulit (folikulitis), kemudian menyebar kejaringan sekitarnya.Karbunkel adalah
satu kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi oleh Staphylococcus
aureus, yang disertai oleh keradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan
dibawahnya termasuk lemak bawah kulit.

Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat data spesifik
yang menunjukkan prevalensi furunkel. Furunkel umumnya terjadi pada anak-
anak, remaja sampai dewasa muda frekuensi terjadinya antara pria dan wanita.

Permukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh karena iritasi, tekanan,
gesekan, hiperhidrosis, dermatitis, dermatofitosis, dan beberapa faktor yang lain,
sehingga kerusakan dari kulit tersebut dipakai sebagai jalan masuknya
Staphylococcus aureus maupun bakteri penyebab lainnya. Penularannya dapat
melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita. Furunkulosis dapat menjadi
kelainan sistemik karena faktor predisposisi antara lain, alcohol, malnutrisi,
diskrasia darah, iatrogenic atau keadaan imunosupresi termasuk AIDS dan
diabetes mellitus.

Didapatkan keluhan utama dan keluhan tambahan pada perjalanan dari


penyakit furunkel. Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam waktu singkat
membesar kemudian membentuk nodula eritematosa berbentuk kerucut.
Kemudian pada tempat rambut keluar tampak bintik-bintik putih sebagai mata
bisul. Nodus tadi akan melunak (supurasi) menjadi abses yang akan memecah
melalui lokus minoris resistensi yaitu di muara folikel, sehingga rambut menjadi
rontok atau terlepas. Jaringan nekrotik keluar sebagai pus dan terbentuk fistel.

6
Karena adanya mikrolesi baik karena garukan atau gesekan baju, maka kuman
masuk ke dalam kulit. Beberapa faktor eksogen yang mempengaruhi timbulnya
furunkel yaitu, musim panas (karena produksi keringat berlebih), kebersihan dan
hygiene yang kurang, lingkungan yang kurang bersih. Sedangkan faktor endogen
yang mempengaruhi timbulnya furunkel yaitu, diabetes, obesitas, hiperhidrosis,
anemia, dan stres emosional.

Mula-mula nodul kecil yang mengalami keradangan pada folikel rambut,


kemudian menjadi pustule dan mengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus
keluar dengan meninggalkan sikatriks. Awal juga dapat berupa macula
eritematosa lentikular setempat, kemudian menjadi nodula lentikular setempat,
kemudian menjadi nodula lentikuler-numular berbentuk kerucut.

Nyeri terjadi terutama pada furunkel yang akut, besar, dan lokasinya di hidung
dan lubang telinga luar. Bisa timbul gejala kostitusional yang sedang, seperti
panas badan, malaise, mual. Furunkel dapat timbul di banyak tempat dan dapat
sering kambuh. Predileksi dari furunkel yaitu pada muka, leher, lengan,
pergelangan tangan, jari-jari tangan, pantat, dan daerah anogenital.

Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan klinis,

pemeriksaan bakteriologi dari sekret Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan

berisi pus. Supurasi terjadi setelah kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui

saluran keluar tunggal (single follicular orifices). Furunkel yang pecah dan kering

kemudian membentuk lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah

dan sembuh perlahan dengan granulasi.

Furunkel biasanya menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan histologis dari


furunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan
lemak subkutan. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang
dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram
S.aureus akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif)

7
bergerombol seperti anggur, dan tidak bergerak. Kultur pada medium agar MSA
(Manitot Salt Agar) selektif untuk S.aureus. Bakteri ini dapat memfermentasikan
manitol sehingga terjadi perubahan medium agar dari warna merah menjadi
kuning. Kultur S. aureus pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar
(6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan. Uji
sensitivitas antibiotik diperlukan untuk penggunaan antibiotik secara tepat.

Diagnosa banding yang paling utama dari furunkel adalah kista epidermal yang

mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami inflamasi dapat dengan

tiba-tiba menjadi merah, nyeri tekan dan ukurannya bertambah dalam satu atau

beberapa hari sehingga dapat menjadi diagnosa banding furunkel. Diagnosa

banding ini dapat disingkirkan berdasarkan terdapatnya riwayat kista sebelumnya

pada tempat yang sama, terdapatnya orificium kista yang terlihat jelas dan

penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak

sedap sedangkan pada furunkel mengeluarkan material purulen.

b. Hidradenitis Suppurativa

Hidradenitis suppurativa (apokrinitis) sering membuat salah diagnosis

furunkel. Berbeda dengan furunkel, penyakit ini ditandai oleh abses steril dan

sering berulang. Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan furunkel yaitu

pada aksila, lipat paha, pantat atau dibawah payudara. Adanya jaringan parut yang

lama, adanya saluran sinus serta kultur bakteri yang negatif memastikan diagnosis

penyakit ini dan juga membedakannya dengan furunkel.

c. Sporotrikosis

Merupakan kelainan jamur sistemik, timbul benjolan-benjolan yang berjejer


sesuai dengan aliran limfe, pada perabaan terasa kenyal dan terdapat nyeri tekan

8
Pada furunkel di bibir atas pipi dan karbunkel pada orang tua sebaiknya dirawat

inapkan. Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotor dikompres dengan

solusio sodium chloride 0,9%. Bila lesi telah bersih, diberi salep natrium fusidat

atau framycetine sulfat kassa steril.

Antibiotik sistemik mempercepat resolusi penyembuhan dan wajib

diberikan pada seseorang yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik

diberikan selama tujuh sampai sepuluh hari. Lebih baiknya, antibiotik diberikan

sesuai dengan hasil kultur bakteri terhadap sensitivitas antibiotik.

Tabel 1. Antibiotik Sistemik

Antimicrobial Agent Dosing (PO Unless Indicated), Usually

For 7 to 14 Days

Natural penicillins

Penicillin V 250500 mg tid/qid for 10 days

Penicillin G 600,0001.2 million U IM qd for 7 days

Benzathine penicillin G 600,000 U IM in children 6 years, 1.2

million units if 7 years, if compliance is a

problem

Penicillinase-resistant penicillins

Cloxacillin 250500 mg (adults) qid for 10 days

Dicloxacillin (drug of choice) 250500 mg (adults) qid for 10 days

Nafcillin 1.02.0 g IV q4h

9
Oxacillin 1.02.0 g IV q4h

Aminopenicillins

Amoxicillin 500 mg tid or 875 mg q12h

Amoxicillin plus clavulanic acid 875/125 mg bid; 20 mg/kg per day tid for

(Betha-lactamase inhibitor) 10 days

Ampicillin 250500 mg qid for 710 days

Cephalosporins

Cephalexin (drug of choice) 250-500 mg (adults) qid for 10 days; 4050

mg/kg per day (children) for 10 days

Cephradine 250500 mg (adults) qid for 10 days; 4050

mg/kg per day (children) for 10 days

Cefaclor 250500 mg q8h

Cefprozil 250500 mg q12h

Cefuroxime axetil 125500 mg q12h

Cefixime 200400 mg q1224h

Erythromycin group

Erythromycin ethylsuccinate 250500 mg (adults) qid for 10 days; 40

mg/kg per day (children) qid for 10 days

Clarithromycin 500 mg bid for 10 days

Azithromycin Azithromycin: 500 mg on day 1, then 250

10
mg qd days 25

Clindamycin 150-300 mg (adults) qid for 10 days; 15

mg/kg per day (children) qid for 10 days

Tetracylines

Minocycline 100 mg bid for 10 days

Doxycycline 100 mg bid

Tetracycline 250500 mg qid

Miscellaneous agents

Trimethoprim-sulfamethoxazole 160 mg TMP + 800 mg SMX bid

Metronidazole 500 mg qid

Ciprofloxacin 500 mg bid for 7 days

Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA)

dapat diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam. Pilihan lain adalah

tetrasiklin, namun obat ini berbahaya untuk anak-anak. Terapi pilihan untuk

golongan penicilinase-resistant penicillin adalah dicloxacilin Pada penderita yang

alergi terhadap penisilin dapat dipilih golongan eritromisin. Pada orang yang

alergi terhadap -lactam antibiotic dapat diberikan vancomisin.

Tindakan insisi dapat dilakukan apabila telah terjadi supurasi. Higiene

kulit harus ditingkatkan. Jika masih berupa infiltrat, pengobatan topikal dapat

diberikan kompres salep iktiol 5% atau salep antibotik. Adanya penyakit yang

11
mendasari seperti diabetes mellitus, harus dilakukan pengobatan yang tepat dan

adekuat untuk mencegah terjadinya rekurensi.

Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi

berkurang. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi.

Pasien dengan furunkel yang berulang memerlukan evaluasi dan penanganan

lebih komplek.

Tabel 2. Manajemen furunkulosis atau karbunkel rekuren

Evaluasi penyebab yang mendasari dengan teliti

- Proses sistemik

- Faktor-faktor predisposisi yang terlokalisasi spesifik: paparan zat industri (zat

kimia, minyak).

- Higiene yang buruk.

- Sumber kontak Staphylococcus: infeksi piogenik dalam keluarga, olahraga

kontak seperti gulat, autoinokulasi.

- Stahphylococcus aureus dari hidung : disini tempat dimana penyebaran

organisme ke tempat tubuh yang lain.terjadi. Frekuensi dari bawaan nasal

bervariasi : 10%-15% pada balita 1 tahun, 38% pada mahasiswa, 50% pada

dokter RS dan siswa militer.

Perawatan kulit secara umum: tujuannya adalah mengurangi jumlah S.aureus

pada kulit. Perawatan kulit pada kedua tangan dan tubuh dengan air dan sabun

adalah penting. Sabun antimikrobial yang mengandung providone iodine atau

benzoyl peroxide atau klorheksidin 4% dapat digunakan untuk mengurangi

kolonisasi stafilokokus pada kulit.. Handuk yang terpisah harus digunakan dan

12
secara hati-hari dicuci dengan air panas sebelum digunakan.

Jenis Pakaian : pakaian yang menyerap keringat, ringan dan longgar harus

digunakan sesering mungkin. Sejumlah besar stafilokokus sering berada pada

seprai dan pakaian dalam pasien dengan furunkulosis atau karbunkel dan dapat

menyebabkan reinfeksi pada pasien dan infeksi pada anggota keluarganya.

Pakaian secara terpisah dicuci dalam air hangat dan diganti tiap hari.

Pertimbangan umum: beberapa pasien tetap memiliki siklus lesi rekuren.

Kadang-kadang, masalah dapat diperbaiki atau dihilangkan dengan menyuruh

pasien agar tidak melakukan pekerjaan rutin regular. Terutama pada individu

dengan stres emosional dan kelelahan fisik. Liburan selama beberapa minggu,

idealnya pada iklim sejuk atau kering akan membantu dengan cara menyediakan

istirahat dan juga menyisihkan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan

program perawatan kulit.

Pertimbangkan hal yang bertujuan eliminasi S.aureus (yang `peka methicillin

maupun yang resisten methicillin) dari hidung (dan kulit) :

- Penggunaan salep lokal pada vestibulum nasalis mengurangi S.aureus pada

hidung dan secara sekunder mengurangi sekelompok organisme pada kulit,

sebuah proses yang menyebabkan furunkulosis rekuren. Pemakaian secara

intranasal dari salep mupirocin calcium 2% dalam base paraffin yang putih dan

lembut selama 5 hari dapat mengeliminasi S.aureus pada hidung sekitar 70%

pada individu yang sehat selama 3 bulan. Resistensi stafilokokus terhadap

mupirocin hanya didapatkan pada 1 dari 17 pasien. Profilaksis dengan salep

asam fusidat yang dioleskan pada hidung dua kali sehari setiap minggu keempat

13
pada pasien dan anggota keluarganya yang merupakan karier strain infeksius

S.aureus pada hidung (bersamaan dengan pemberian antibiotik anti-stafilokokus

peroral selama 10-14 hari pada pasien) telah terbukti dengan beberapa

keberhasilan.

- Antibiotik oral (misalnya rifampin 600 mg PO tiap hari selama 10 hari) efektif

dalam mengeradikasi S.aureus untuk kebanyakan nasal carrier selama periode

lebih dari 12 minggu. Penggunaan rifampin dalam jangka waktu tertentu untuk

mengeradikasi S.aureus pada hidung dan menghentikan siklus berkelanjutan

dari furunkulosis rekuren adalah beralasan pada pasien yang dengan pengobatan

lain gagal. Namun, strain yang resisten rifampin dapat muncul dengan cepat

pada terapi seperti itu. Penambahan obat kedua (dikloxacillin bagi S.aureus

yang peka methicillin; trimethoprim-sulfametaxole, siprofloksasin, atau

minoksiklin bagi S.aureus yang resisten methicillin) telah digunakan untuk

mengurangi resistensi rifampin dan untuk mengobati furunkulosis rekuren.

Prognosis baik sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis


menjadi kurang baik apabila terjadi rekurensi. Umumnya pasien mengalami
resolusi, setelah mendapatkan terapi yang tepat dan adekuat. Beberapa pasien
mengalami komplikasi bakteremia dan bermetastasis ke organ lain. Beberapa
pasien mengalami rekurensi, terutama pada penderita dengan penurunan
kekebalan tubuh.

14
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Djuanda, A. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Fakultas
Kedokteran. Jakarta: Universitas Indonesia.

[2]
Siregar, RS. Saripati. 2013. Penyakit Kulit 2th ed. Jakarta :EGC

[3]
Sukmawati, 2016.Buku Panduan Ilmu Penyakit Dan Kelamin; Jakarta

[4]
Emmy S. Sjamsoe, 2015. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia, Sebuah
Panduan Bergambar; Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai