Anda di halaman 1dari 4

AMM DAN KHASH

PENDAHULUAN
amm adalah lafadh yang menghabiskan atau mencakup segala apa yang pantas baginya
tanpa ada pembatasan. Para Ulama berbeda pendapat tentang makna umum, apakah di
dalam bahasa ia mempunyai sighat (bentuk lafadh) khusus untuk menunjukkan atau tidak.
Sebagian besar Ulama berpendapat, didalam bahasa terdapat sighat- sighat tertentu yang
secara hakiki dibuat untuk menunjukkan makna umum dan dipergunakan secara majaz pada
selainnya. Untuk mendukung pendapatnya ini mereka mengajukan sejumlah argument dari
dalil-dalil nassiyah, ijmaiyah dan manawiyah.
Dalil nassiyah, seperti firman Allah:
.
Dan Nuh berseru kepada tuhannya seraya berkata: Ya Tuhan-ku, sesungguhnya anakku
termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah
Hakim paling adil. Allah berfirman: Hai Nuh, sesungguhnya ia tidak termasuk keluargamu
(yang dijanjikan akan diselamatkan). (Hud 11: 45-46).

PEMBAHASAN
A. DevinisiAmm
Yang dimaksud dengan Amm adalah suatu lafadh yang menunjukkan pengertian
umum menurut makna yang sebenarnya, tidak dibatasi oleh jumlah dan tidak pula
menunjukkan bilangan tertentu.
B. Tanda-tanda Amm
Tanda-tanda Amm antara lain:
1. Isim mufrod yang memakai alif lam harfiyah seperti al-Insan. Contohnya firman
Allah (103:2):
Artinya: seluruh manusia tanpa terkecuali. Dalam pada itu lafadh Allah bukan am
karena alif lamnya bukan harfiyah tetapi ismiyah.
2. Isim jamak yang memakai alif lam, contohnya firman Allah (5:63):

3. Lafadh yang di idhafahkan kepada marifat, contoh firman Allah (14:34):
.
4. Isim maushul, contoh firman Allah (2:4):
5. Isim nakirah yang didahului dafi, contoh firman Allah (92:163)
6. Isim isyarat yang memakai jawab dengan huruf istifhamiyah, contoh firman Allah
(4:123): dan firman Allah (2:214)
7. Lafadh kullun dan jamiun, contohnya firman Allah (3:185):

8. Lafadh masyara dan kaffah, contoh firman Allah (59:185): dan
firman Allah (9:36):
9. Nafyul musawah bainasy sya-isini, contohnya firman Allah (59:20):

10. Fiil Amr dalam bentuk jamak, contohnya firman Allah (2:110):

Dengan memakai huruf: la, lan, laisa dan lam. Contohnya firman Allah (60:10):
, firman Allah (3:92): , firman Allah (2:186):

Semua kata-kata diatas menentukan keumuman terkecuali dikhususkan untuk hal lain.
Banyak juga yang memberikan pengertian khusus, sehingga sebagian Ulama sulit
memperkirakan bentuk-bentuk keumuman yang tidak terkena pengkhususan.
Adapun lafadh-lafadh yang tidak menunjukkan umum, antara lain:
Pertama: Isim nakirah, lafadh rajulun (23:25), (23:38) dan lain-lain.
Kedua: Isim tatsniyah, lafadh rojulani (5:23).
Ketiga: Isim jamak, rijaalun (4:34) dan lain-lain.
Keempat: Isim adad, tsalasatu (2:196) dan lain-lain.
Kelima: Isim musytarak, lafadh quru (2:228).
Keenam: Isim musytarak, raqabatin (5:89) dan lain-lain, tidak dibatasi kurus, pandai,
dan lain sebagainya. Tetapi tetap menunjukkan seorang budak saja.

C.Macam-macamAmm
1. Amm yang tetap pada keumumannya (al-Amm al-Baqi ala Ummiyyah). Qadi
jalaludin al-abqini mengatakan: Amm seperti ini jarang ditemukan, sebab tidak satupun
lafadh Amm kecuali didalamnya terdapat takhsis. Zarkasy mengatakan bahwa Amm
demikian banyak terdapat dalam al-Quran. Ia mengajukan beberapa contoh, antara lain:
an-Nisa 4:176, al-kahfi 18:49, an-Nisa
4:23. Amm dalam ayat-ayat ini tidak mengandung kekhususan.
2. Amm yang dimaksud khusus (al-Amm al-Murad Bihi al-Khusus). Misalnya firman
Allah al-imron 3:173. yang dimaksud dengan an-
nas yang pertama adalah Nuaim bin Masud, sedang an-nas yang kedua adalah Abu
Sufyan. Kedua lafadh tersebut adalah tidak dimaksudkan untuk mengetahui untuk makna
umum.
3. Amm yang dikhususkan (al-Amm al-Makhsus). Amm seperti ini banyak ditemukan
dalam al-Quran, firman Allah:
al-Baqarah 2:187, al-imron 3:97.

D. Perbedaan antara al-Amm murad bil-khusus dengan al-Amm al-Makhsus


Perbedaan antara al-Amm murad bil-khusus dengan al-Amm al-makhsus dapat dilihat
dari beberapa segi, antara lain:

1. Yang pertama tidak dimaksudkan untuk mencakup semua satuan atau individu yang
dicakupnya sejak semula, baik dari segi cakupan makna lafadh maupun dari hukumnya.
Lafadh tersebut memang mempunyai individu-individu namun ia digunakan hanya untuk
satu atau lebih individu. Sedang yang kedua dimaksudkan untuk menunjukkan makna
umum, meliputi semua individunya, dari segi cakupan makna lafadh tidak dari segi
hukumnya. Maka lafadh an-nas dalam firman Allah: meskipun bermakna
umum tetapi tidak dimaksudkan baik secara lafadh maupun secara hokum, kecuali hanya
seorang saja. Lafadh an-nas dalam ayat Maka ia adalah lafadh
umum yang dimaksudkan untuk mencakup satuan-satuan yang terjangkau olehnya,
meskipun kewajiban haji hanya meliputi orang yang mampu diantara mereka secara
khusus.

2. Yang pertama adalah Majaz secara pasti, karena ia telah beralih dari makna aslinya dan
dipergunakan untuk sebagian satuan-satuannya saja. Sedang yang kedua, menurut
pendapat yang lebih shahih adalah hakikat. Inilah pendapat sebagian besar Ulama
SyafiI, mayoritas Ulama Hanafi dan semua Ulama Hambali. Pendapat ini dinukil pula
oleh Imam Haromain dari semua Fuqaha.
3. Qarinah bagi yang pertama pada umumnya bersifat aqliyah dan tidak pernah terpisah,
sedang qarinah bagi yang kedua bersifat lafdhiyah dan terkadang terpisah.
Dari sini, bisa diketahui perbedaan mendasar dari al-Amm al-Murad Bihi al-Khusus dan
al-Amm al-Makhsus adalah dari segi maknanya, lafadhnya serta hukumnya.

E.Khass
Khass adalah lawan kata Amm, karena ia tidak menghabiskan semua apa yang pantas
baginya tanpa pembatasan. Takhsis adalah mengeluarkan sebagian apa yang dicakup
lafadh Amm. Dan muKhassis (yang mengkususkan) adakalanya muttasil, yaitu yang
diantara Amm dengan muKhassis tidak dipisah oleh sesuatu hal, dan adakalanya
munfassil, yaitu kebalikan dari muttasil.

F.Takhsis Sunnh dengan Quran

Takhsis dapat di fahami dari ucapan Ibnu Abbas adalah teks yang dibatasi, bukan hokum
yang ditakhsisi terpaku pada realitas parsial tertentu yang menjadi sebab turunnya ayat.
Terkadang ayat al-Quran mentakhsis, membatasi, keumuman sunnah. Para Ulama
mengemukakan contoh dengan hadits riwayat Abu Waqid al-Laisi. Ia menjelaskan: Nabi
berkata:
( )
bagian apa saja yang dipotong dari hewan ternak hidup maka adalah bangkai
Hadits ini di Takhsis oleh surat an-nahl 80:
Dan (di-jadikannya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat tangga
dan perhiasan yang kamu pakai sampai waktu (tertentu). An-Nahl (16:80).

G. Sah berhujjah dengan Amm

Sesudah ditakhsis terhadap sisanya


Para Ulama berbeda pendapat tentang sah-tidaknya berhujjah dengan lafadh Amm
sesudah ditakhsis terhadap sisanya. Pendapat yang dipilih oleh ahli ilmu menyatakan, sah
berhujjah dengan Amm terhadap makna yang termasuk dalam ruang lingkupnya yang di
luar kategori yang dikhususkan. Mereka mengajukan argumentasi berupa ijma dan dalil
aqli.
Salah satu dalil ijma adalah bahwa Fatimah r.a menuntut kepada Abu Bakar hak waris
dari ayahnya berdasarkan keumuman, an-nisa 4:11.
maka ayat ini ditakhsis dengan orang kafir dan orang yang membunuh. Namun tidak
seorang sahabatpun yang mengingkari keabsahan hujjah Fatimah, padahal apa yang
dilakukan Fatimah ini cukup jelas dan mashur, karenanya hal demikian dipandang ijma.
Oleh karena itu dalam berhujjah bagi ketidakbolehannya Fatimah akan ahli waris beralih
hujjah sabda Nabi Muhammad SAW: ) (

H.Cakupankhitab

Para Ulama berbeda pendapat tentang khitab (seruan) yang ditujukan secara khusus
kepada Nabi Muhammad SAW, seperti al-ahzab
33:1, dan al-Maidah 5:41.
1. Segolongan Ulama berpendapat, mencakup seluruh umat karena Rasulullah adalah
panutan (qudwah) mereka.
2. Golongan lain berpendapat, tidak mencakup mereka karena sighatnya menunjukkan
kakhususan bagi Rasulullah.
Disamping itu, mereka juga tidak sependapat mengenai khitab Allah dengan Ya
ayyuhan-nas, misalnya an-Nisa(4:1). Menurut
pendapat shahih, khitab tersebut mencakup Rasulullah juga mengingat maknanya yang
umum, meskipun khitab itu sendiri datang melalui lisannya untuk disampaikan orang lain
(umat).
Ulama lain memberikan garis pemisah. Jika disertai kata qul (katakanlah) maka ia
tidak mecakup Rasul. Karena secara lahir khitab tersebut untuk disampaikan. Misalnya
al-araf 7:158. Dan jika tidak disertai dengan qul maka ia
mencakup Rasulullah.
Demikian juga terjadi silang pendapat tentang khitab yang ditujukan kepada manusia
atau kepada orang-orang mukmin. Misalnya
al-hujarat 49:13,
al-Maidah 5:90. menurut pendapat terpilih khitab jenis pertama mencakup
pula (disamping orang mukmin) orang kafir, hamba sahaya dan perempuan. Sedang
khitab jenis kedua hanya mencakup dua golongan terakhir disamping orang mukmin laki-
laki.
PENUTUP
Amm merupakan suatu lafadh yang menunjukkan pengertian umum menurut makna yang
sebenarnya, tidak dibatasi oleh jumlah dan tidak pula menunjukkan bilangan tertentu.
Sedangkan Khass adalah lawan kata Amm itu sendiri. Amm itu adakalanya al-Amm al-
Baqi ala Ummiyyah, al-Amm al-Murad Bihi al-Khusus dan al-Amm al-Makhsus.
Perbedaan al-Amm al-Murad Bihi al-Khusus dan al-Amm al-Makhsus. Jika al-Amm al-
Murad Bihi al-Khusus makna lafdhiahnya khusus, sifat maknanya metaforis, perangkat
takhsisnya rasional bersambung dan hukumnya khusus. Sedang al-Amm al-Makhsus adalah
makna lafdhiahnya umum, sifat maknanya hakiki, perangkat takhsisnya terpisah dan
hukumnya khusus. Tentang cakupan khitab yang ditujukan khusus kepada Nabi Muhammad
SAW disini para Ulama berbeda pendapat, adakalanya yang berpendapat bahwa ini
mencakup seluruh umat dan ada pula yang berpendapat tidak, karena sighatnya menunjukkan
kekhususan pada Rasulullah SAW.
http://abdurrahmanbinsaid.wordpress.com/2008/12/03/mengkaji-ilmu-al-quran-bab-vii-2/

Anda mungkin juga menyukai