PENDAHULUAN
1
Konsep inovasi dalam sektor publik mulai dipraktikkan di berbagai negara
berkembang karena adanya perkembangan teknologi canggih yang pesat. Konsep
inovasi di negara berkembang lebih banyak dikaitkan dengan pengadopsian atau
penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) ke dalam sistem
administrasi publik oleh pemerintah (Marieta et al., 2010). Dengan adanya
kemajuan teknologi yang dibawa dan dikenalkan dari negara maju, menyebabkan
adanya perubahan yang terlihat dari sistem pelayanan yang mulai begeser menjadi
lebih modern (Ramseook et al., 2010). Proses inovasi dalam sektor publik di
negara berkembang juga melalui penciptaan ide atau gagasan baru, tetapi lebih
banyak melalui proses adopsi inovasi yang sudah ada (Tomas dan Jankovic, 2014,
Akenroye, 2012, dan Stasishyn dan Ivanov, 2013). Di beberapa negara
berkembang, inovasi dianggap sebagai penggunaan teknologi yang canggih ke
dalam administrasi publik yang dikenal sebagai konsep e-government (Al-Khouri,
2011).
Di Indonesia konsep inovasi dalam sektor publik sudah dilakukan
diberbagai sektor, antara lain sektor pendidikan, kesehatan, lingkungan,
infrastruktur, pertanian, dan lain sebagainya. Inovasi dalam sektor publik di
Indosesia telah mengubah karakteristik organisasi publik yang rigid, kaku, dan
cenderung status-quo menjadi sistem yang lebih luwes dan dinamis (Suwarno,
2013, Zakso, 2012 dan Kuipers et al., 2014). Hal yang perlu diperhatikan oleh
pemerintah dalam berinovasi seperti halnya inovasi yang dilakukan oleh sektor
swasta yaitu penyesuaian dengan budaya organisasi, selain itu juga harus
memperhatikan dinamika yang terjadi pada masyarakat (Suwarno, 2013).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Inovasi
Menurut Bambang (2015) menjelaskan bahwa hal terpenting dalam inovasi
adalah proses difusi inovasi atau penyebarannya. Dimana cepat atau lambatnya
suatu inovasi dapat diterima tergantung pada kemampuan suatu inovasi dapat
diketahui oleh orang lain. Berbagai upaya dilakukan inovator untuk dapat
memperkenalkan suatu inovasi kepada orang lain. Untuk bisa diterima dan
diterapkan oleh banyak orang, maka inovator harus dapat mengidentifikasi
berbagai kebutuhan yang diperlukan orang lain. Suatu inovasi harus dapat
memperlihatkan berbagai kelebihan dan manfaat yang ada dalam inovasi.
Seharusnya suatu inovasi memiliki kelebihan dan manfaat yang lebih banyak
dibandingkan dengan keadaan dan kondisi sebelumnya. Penerapan suatu inovasi
diharapkan dapat memperbaiki kondisi dan kebutuhan orang lain menjadi lebih
baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Selain itu suatu inovasi untuk
dapat diadopsi oleh masyarakat mutlak harus dapat disebarkan dengan
mengkominkasikannya kepada masyarakat luas dengan berbagai cara
(Rahayuningtyas dan Sofiah, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa e-health
is the use of information and communication technologies (ICT) in support of
health and helath-related field, including health-care service, health
surveillance, health literature, and health education, knowledge and research.
Penekanan konsep e-health yaitu pemanfaatan TIK pada pelayanan kesehatan,
dimana dalam perkembangannya masih difokuskan pada pelayanan medis pasien
yang hanya dapat diakses pada rumah sakit pusat dan rumah sakit swasta dan
oleh pihak tertentu karena untuk mengaksesnya memerlukan biaya yang tidak
murah.
3
2.2. Manajemen Kesehatan
2.2.1. Definisi
Secara klasik, manajemen adalah ilmu atau seni tentang penggunaan
sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen merupakan ilmu terapan yang
penerapannya disesuaikan dengan ruang lingkup fungsi organisasi, bentuk kerja
sama manusia di dalam organisasi, dan ruang lingkup masalah yang dihadapi. Di
bidang kesehatan, manajemen diterapkan untuk mengatur perilaku staf yang
bekerja di dalam organisasi (institusi pelayanan) kesehatan untuk menjaga dan
mengatasi gangguan kesehatan pada individu atau kelompok masyarakat secara
efektif, efisien, dan produktif (Muninjaya, 2012).
Sehat adalah suatu keadaan optimal, baik jasmani maupun rohani serta
sosial ekonomi, dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau
kelemahan fisik dan mental saja (WHO, 1946). Di Indonesia pengertian sehat
dituangkan dalam UU Pokok Kesehatan RI No.9 tahun 1960 (Herlambang &
Murwani, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Manajemen Kesehatan dan
Rumah Sakit, manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk
mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui program kesehatan (Herlambang & Murwani,
2012).
Sesuai dengan tujuan sistem kesahatan, yakni peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, maka manajemen kesehatan tidak dapat
disamakan dengan manajemen niaga yang lebih berorientasi pada upaya mencari
keuntungan berupa uang untuk pemilik perusahaan (profit oriented) melainkan
manajemen kesehatan berorientasi memberikan manfaat pelayanan secara optimal
pada masyarakat (benefit oriented) oleh karena organisasi kesehatan lebih
mementingkan pencapaian kesejahteraan umum (Herlambang & Murwani, 2012)..
2.2.2. Fungsi
Fungsi-fungsi dalam manajemen kesehatan sama dengan fungsi-fungsi
dalam manajemen perusahaan, yaitu (Herlambang & Murwani, 2012) :
4
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen. Perencanaan
kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan
yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-
langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
Dengan perencanaan dapat mengetahui : tujuan yang ingin dicapai; jenis
dan struktur organisasi yang dibutuhkan; jenis dan jumlah staf yang diinginkan
dan uraian tugasnya; sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang
diperlukan; bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
Terdapat lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan
sebuah perencanaan dalam manajemen kesehatan, yaitu: (a) analisa situasi; (b)
mengidentifikasi masalah dan prioritasnya; (c) menentukan tujuan program; (d)
mengkaji hambatan dan kelemahan program; (e) menyusun rencana kerja
operasional.
5
3. Fungsi Pelaksanaan dan Pembimbingan (Actuating)
Pada fungsi ini lebih mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Beberapa hal yang dapat
menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia dalam organisasi yaitu :
peran kepemimpinan (leadership), motivasi staf, kerja sama antar staf, dan
komunikasi yang lancer antar staf.
Adapun tujuan fungsi pelaksanaan dan pembimbingan adalah: (1)
menciptakan kerjasama yang lebih efisien; (2) mengembangkan kemampuan dan
keterampilan staf; (3) menumbuhkan rasa menyukai dan memiliki pekerjaan; (4)
mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi prestasi
kerja staf; (5) membuat organisasi berkembang secara dinamis.
6
Fungsi-fungsi manajemen diatas dapat dilihat pada Gambar 2.1. Meskipun
keempat fungsi manajemen tersebut terpisah satu sama lain, teteapi sebagai
sebuah proses, keempatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
berhubungan satu sama lain. Jika tujuan organisasi belum tercapai, pimpinan
organisasi harus menganalisis kelemahan pelaksanaan salah satu atau beberapa
fungsi manajemen tersebut (Muninjaya, 2012).
7
efisien, produktif, dan bermutu (Muninjaya, 2012).
Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi
kesehatan di Indonesia, seperti Kantor Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan
di daerah, Rumah Sakit, dan Puskesmas, dan jajarannya. Untuk memahami
penerapan manajemen kesehatan di Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, dan
Puskesmas perlu dilakukan kajian proses penyusunan rencana tahunan
Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan di daerah. Khusus untuk tingkat
Puskesmas, penerapan manajemen dapat dipelajari melalui perencanaan yang
disusun setiap lima tahunan (Herlambang & Muwarni, 2012).
8
dan 33 tahun 2004) tentang pemerintah daerah dan perimbangan keuangan pusat
dan daerah, dana pembangunan kesehatan berasal dari tiga sumber yaitu
(Muninjaya, 2012) :
1. Pemerintah (APBN), yang disalurkan ke daerah dalam bentuk DAU ( Dana
Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus). Dengan diberlakukannya
otonomi daerah, porsi dana sector kesehatan yang bersumber dari APBN
menurun. Pemerintah pusat juga masih tetap membantu pelaksanaan program
kesehatan melalui bantuan dana dekonsentrasi, khususnya untuk
pemberantasan penyakit menular.
2. APBD yang bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah), baik yang
bersumber dari pajak maupun penghasilan badan usaha milik Pemda.
Mobilisasi dana kesehatan juga bisa bersumber dari masyarakat dalam bentuk
asuransi kesehatan, investasi pembangunan sarana pelayanan kesehatan oleh
pihak swasta dan biaya langsung yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk
perawatan kesehatan. Dana pembangunan kesehatan yang diserap dari
berbagai sektor harus dibedakan dengan dana sektor kesehatan yang diserap
oleh dinas kesehatan.
3. Bantuan luar negeri, dapat dalam bentuk hibah (grant) atau pinjaman (loan)
untuk investasi atau pengembangan pelayanan kesehatan.
9
2.3.2 Teori Sistem Pelayanan Kesehatan
Teori sistem pelayanan kesehatan meliputi: (S Notoatmodjo, 2007)
1. Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk
berfungsinya sebuah sistem, seperti system pelayanan kesehatan, maka
masukan dapat berupa potensi masyarakat, tenaga kesehatan, sarana
kesehatan dan lain-lain.
2. Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk
menjadikan sebuah hasil yang diharapkan dari system tersebut, sebahaimana
contoh dalam system pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud proses
adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan kasehatan.
3. Output
Hasil berupa layanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien serta
dapat di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien sembuh
dan sehat optimal.
4. Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil bari sistem, yang terjadi
relatif lama waktunya. Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam system
pelayanan kesehatan , maka dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat
dan mengurangi angka kesakitan dan kematian karena pelayanan terjangkau
oleh masyarakat.
5. Umpan Balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi
dari sebuah system yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Umpan balik dalam system pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga
kesehatanyang juga dapat menjadikan input yang selalu meningkat.
6. Lingkungan
Lingkungan disini adalah semus keadaan diluar system tetati dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana dalam system pelayanan
kesehatan, lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan strategis, atau
10
situasi kondisi social yang ada di masyarakat seperti institusi di luar
pelayanan masyarakat.
11
1. Rawat Jalan
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat
pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau
mendadak dan kronis yang memungkinkan tidak terjadi rawat inap.
2. Institusi
Lembaga ini merupakan pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam
memberikan berbagai tingkat kesehatan seperti rumah sakit, pusat
rehabilitasi, dan lain lain.
3. Community Based Agency
Bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien
sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek rawat keluarga
dan lain lain.
4. Hospice
Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang di
fokuskan pada klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan biasanya
digunakan dalam home care.
12
dilakukan di lingkup puskesmas dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga
diantaranya mengenal masalah kesehatan secara dini, mengambil keputusan,
menanggulangi keadaan secara darurat bila terjadi kecelakaan, memberikan
pelayanan keperawatan dasar.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan makalah ini adalah:
1. Menurut World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Penekanan
konsep e-health yaitu pemanfaatan TIK pada pelayanan kesehatan, dimana
dalam perkembangannya masih difokuskan pada pelayanan medis pasien
yang hanya dapat diakses pada rumah sakit pusat dan rumah sakit swasta
dan oleh pihak tertentu karena untuk mengaksesnya memerlukan biaya yang
tidak murah.
2. Fungsi Manajemen Kesehatan Pada umumnya, fungsi manajemen dalam
suatu organisasi meliputi: Planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Actuating, Controlling (monitoring) atau pengawasan
dan pengendalian.
3. Sistem Pelayanan Kesehatan adalah sebuah konsep dimana konsep ini
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan
kesehatan menurut Prof. Dr. Soekitjo Notoatmojo pelayanan kesehatan adalah
sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
pelayanan prefentif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan)
dengan sasaran masyarakat. Dan menurut Level dan Loomba pelayanan
kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
sama dalam waktu organisasi dalam memelihara dan menigkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan dari makalah kami, karena terbatasnya waktu, pengetahuan, dan
kurangnya rujukan yang berhubungan dengan makalah kami.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
MAKALAH TENTANG INOVASI DALAM
MANAJEMEN KESEHATAN
DI SUSUN
OLEH :
16
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini,
untuk melengkapi makalah ini dengan judul INOVASI DALAM MANAJEMEN
KESEHATAN.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
sekalian untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga tugas makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penyusun pada
khususnya.
Penulis
17i
DAFTAR ISI
18
ii