Anda di halaman 1dari 4

2.

11
MIKROBA PENGAKUMULASI LOGAM
BERAT
Rasti Saraswati & Erny Yuniarti

Penggunaan pestisida, pupuk fosfat dalam kegiatan pertanian serta


pembuangan limbah industri, emisi asap kendaraan bermotor dan bahan
bakar minyak bumi menyebabkan kontaminasi logam berat pada tanah dan
perairan. Beberapa logam berat esensial sebagai unsur mikro, namun pada
konsentrasi tinggi toksik bagi organisme dengan membentuk senyawa
kompleks dalam sel.
Mikroba pada habitat situs terkontaminasi logam berat mengembang-
kan beberapa mekanisme toleransi terhadap logam berat, yaitu dengan
cara efflux, kompleksasi atau reduksi logam berat atau menggunakan
logam berat sebagai penerima terakhir elekron pada respirasi anaerob.
Mekanisme toleransi terhadap logam seperti tembaga, seng, arsenik,
kromium, kadmium, and nikel telah diidentifikasi dan digambarkan dengan
detail. Sebagian besar mekanisme toleransi mikroba terhadap logam adalah
dengan cara efflux metal ke luar sel (Spain, 2003).
Mekanisme toleransi mikroba terhadap logam berat dengan cara
kompleksasi meliputi produksi polisakarida ekstraselular yang memiliki sifat-
sifat anion yang berfungsi sebagai bioakumulator yang efisien, produksi
metabolit organik yang memiliki sifat pengkelat dan membentuk kompleks
dengan logam (Aspergillus niger, Penicilium spinulosum dan Verticillium
psalliotae), presipitasi, serta kristalisasi ekstraselular oleh bakteri pereduksi
sulfat sehingga membentuk deposit sulfida yang kaya akan logam, dan
pembentukan metalotheonin (protein kaya sistein dalam sel dapat mengikat
logam) yang berfungsi untuk detoksifikasi, penyimpanan, dan regulasi ion
logam dalam sel (Gadd, 1990).
Mikroba yang toleran logam berat dengan mekanisme selain efflux
disebut sebagai mikroba pengakumulasi logam berat. Bakteri ini dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang disebabkan
oleh logam berat. Bakteri, kapang, ganggang, dan ragi mampu
mengakumulasi logam berat Ag, Au, Cd, Co, Cu, Fe, Ni, U, Zn (Gadd &
White, 1993; Dave, 1994). Pseudomonas, Thiobacillus, Bacillus, dan bakteri
penambat N2 dilaporkan mampu mengakumulasi logam berat (Mullen,
1989). Di dalam tanah, sel-sel mikroba baik mati maupun hidup dan
produknya dapat merupakan bioakumulator logam berat yang sangat
efisien.

96
Dalam subbab ini diuraikan teknik isolasi dan uji kemampuan mikroba
pengakumulasi logam berat.

2.11.1 Prinsip

Isolat-isolat bakteri mikroba pengakumulasi logam berat (MPLB)


diisolasi dari situs-situs terkontaminasi logam berat dengan metode Pumple
et al. (1995). Suspensi contoh diinokulasikan pada media PEG (pepton
glukosa ekstrak ragi) dan setelah waktu inkubasi tertentu pada suhu
ruang dilapisi dengan medium nutrient agar (NA) yang mengandung logam
tertentu dengan berbagai konsentrasi. Koloni yang tumbuh diberi gas H2S
dalam desikator. Koloni mikroba pengakumulasi logam berat adalah koloni
yang berwarna hitam. Warna hitam disebabkan terbentuknya senyawa
logam sulfur yang berwarna hitam. Kemampuan MPLB mengakumulasi
logam diujikan kembali pada media cair PEG yang mengandung logam
tertentu dengan konsentrasi terukur. Pengurangan logam dalam supernatan
dianalisis dengan AAS (atomic absorption spectrophotometer) pada
panjang gelombang 248,5 nm.

2.11.2 Isolasi dan Seleksi Mikroba Pengakumulasi Logam Berat


(Pumpel et al., 1995)

Alat
- Botol gelap bertutup
- Wadah larutan stok logam berat
- Cawan Petri
- Neraca analitik
- Autoklaf
- Microwave
- Labu Erlenmeyer 250 ml
- Pipet mikro
- Tips
- Eppendorf
- AAS
- Desikator

Bahan
- Filter mikro 0,22 m
- H2S
- Media PEG (pepton glukosa ekstrak ragi)

97
Larutkan 4 g pepton, 2 g glukosa, 1 g ekstrak ragi, dan 15 g
bakto agar dalam 1.000 ml akuades. Sterilisasi media dengan
autoklaf pada suhu 121C, 0,1 MPa, selama 15 menit.
- Media nutrient agar (NA)
- Larutan stok AgNO3 1.000 ppm
- Larutan stok Pb(NO3)2 1.000 ppm
- Larutan stok Cd(NO3) 1.000 ppm
- Larutan stok Cu(NO3) 1.000 ppm
- Larutan stok MnSO4.7H2O 1.000 ppm
- Larutan stok FeSO4.7H2O 1.000 ppm
- Larutan stok ZnSO4.7H2O 1.000 ppm
- Larutan stok Co(NO3) 1.000 ppm
Sterilisasi larutan logam dengan cara filtrasi menggunakan filter mikro
0,22 m.

Prosedur
11) Isolasi
- Encerkan 10 g contoh tanah dengan larutan glukosa 0,1% lalu
inkubasi pada inkubator goyang selama 2 jam, kemudian lakukan
seri pengenceran hingga 1.000 kali.
- Inokulasi masing-masing hasil pengenceran sebanyak 100 l ke
dalam medium agar cawan pepton glukosa ekstrak ragi (PGE)
dengan metode cawan sebar lalu inkubasi pada pada suhu 300C,
RH 60 % diruang gelap selama 2-3 hari.
- Remajakan koloni yang tumbuh pada media agar PGE sebanyak
dua ulangan lalu inkubasi lagi seperti kondisi semula.
- Setelah koloni tumbuh dan berdiameter 2-4 mm, lalu tuangkan
medium NA yang mengandung Pb dan Cd (Pb(NO3)2 dan Cd(NO3)2
pada permukaan medium PGE yang telah ditumbuhi MPLB.
- Kemudian inkubasi biakan agar cawan yang telah dilapisis media
NA yang mengandung logam Pb atau Cd selama 2-3 hari.
- Beri koloni mikroba (bakteri, Khamir) yang tumbuh dengan gas H2S
dalam desikator selama 10 menit. Bakteri yang mampu
mengakumulasi logam berat ditunjukkan dengan ciri-ciri koloni
bewarna gelap. Untuk logam lain dilakukan dengan prosedur yang
sama.
- Isolasi koloni yang mampu mengakumulasi logam berat dari
medium agar ke PGE yang baru. Selanjutnya karakterisasi MPLB
terhadap karakter fisiologi, biokimia, dan DNA. Selanjutnya, mikroba
unggul dalam mengakumulasi logam berat akan diidentifikasi
jenisnya.
12) Uji kemampuan akumulasi logam berat

98
- Inokulasi mikroba (109 sel ml-1) pengakumulasi logam berat pada
media cair PGE dengan berbagai pH yang mengandung logam
yang terukur.
- Kocok biakan pada inkubator penggoyang selama 5 (lima) hari.
Panen biakan yang telah tumbuh dengan cara sentrifusasi pada
kecepatan 5.000 rpm selama 10 menit pada suhu 4C.
- Ukur kandungan logam supernatan menggunakan AAS pada
panjang gelombang 248,5 nm. Pengurangan konsentrasi logam
merupakan kemampuan reduksi logam berat oleh mikroba. Sebagai
kontrol digunakan supernatan dari media logam tanpa mikroba.

DAFTAR PUSTAKA

Dave, S.R. 1994. Biosorption of heavy metal. Proch.Acad. Environ. Biol.


3(1): 21-24.
Gadd, G.M. 1990. Metal tolerance. p 178-210. In C. Edward (Ed.).
Microbiology of extreme environments. Mcgraw-Hill. New York.
Gadd, G.M. & C. White. 1993. Microbial treatament of metal pollution-
working biotechnology. Trends in Biotechnology 3 (2): 353-359.
Mullen, M.D., D.C. Wolf, F.G. Ferris, T.J. Beveridge, C.A. Fleming, & G.W.
Bailey. 1989. Bacterial sorption of heavy metal. Apll. Environ.
Microbial. 55: 3143-3149.
Pumpel, T., Pernfu, B. Pigher, L. Diels, & F. Schiner. 1995. A rapid
screening method for the isolation of metal-accumulating
microorganisms. Ind. Microbiol J. 14: 213-217.
Spain, A. 2003. Implications of microbial heavy metal tolerance in the
environment. Reviews in Undergraduate Research 2: 1-6.

99

Anda mungkin juga menyukai