Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi makhluk hidup. Air yang
digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas,
air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan; yang dapat ditinjau dari
aspek fisika, kimia, dan biologi. Adanya perkembangan industri dan pemukiman dapat
mengancam kualitas air bersih, sehingga diperlukan upaya perbaikan baik secara sederhana
maupun modern. Pengolahan air merupakan salah satu upaya untuk memperoleh air bersih
untuk kebutuhan rumah tangga, instansi pendidikan maupun untuk kebutuhan industri.
Dalam memenuhi kebutuhan produksi suatu industri yang semakin bertambah dan
berkembang pesat diperlukan suatu sistem yang dapat menunjang kebutuhan produksi
tersebut. Salah satu proses yang biasanya dilakukan dalam suatu industri yaitu proses
pemurnian atau pemisahan dalam pengolahan untuk menghasilkan suatu produk. Pengolahan
air dengan pemurnian atau pemisahan tersebut dapat dilakukan secara fisika, kimia dan
biologi, ketiga proses tersebut saling berkesinambungan untuk memperoleh kualitas air yang
memenuhi standar. Pada praktikum ini dilakukan proses pengolahan air limbah secara fisika,
yaitu proses filtrasi.
Pengolahan air secara fisika merupakan salah satu tahap dari pengolahan air dengan
tujuan dapat mengurangi zat padat yang terkandung dalam air. Maksud dari zat padat
tersebut ialah zat padat terlarut, tersuspensi atau koloid, sehingga dapat dicapai kualitas air
yang memenuhi syarat kualitas air secara fisika. Secara umum, proses filtrasi adalah proses
yang digunakan pada pengolahan air bersih untuk memisahkan bahan pengotor (partikulat)
yang terdapat dalam air dengan menggunakan filter.
1.2 Tujuan
Setelah praktikum dilakukan di laboratorium, mahasiswa dapat :
1. Menentukan ukuran media filter yang sesuai untuk proses filtrasi;
2. Menentukan laju optimum pada proses filtrasi;
3. Menentukan efisiensi penurunan konsentrasi; dan
4. Menghitung kapasitas penurunan konsentrasi terhadap volume media filter.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filtrasi
Filtrasi adalah pengurangan zat/bahan padatan dalam fluida (gas dan cair) dengan melalui
media penyaring (filter). Dalam industri, filtrasi meliputi operasi mulai dari penyaringan
sederhana hingga pemisahan yang lebih kompleks.
Proses filtrasi umumnya digunakan untuk mengurangi partikel yang tersuspensi
(suspended solids) yang dapat diendapkan (seatable). Kualitas hasil filtrasi umumnya
dinyatakan dalam satuan kekeruhan (turbidity). Semakin kecil nilai kekeruhan, maka air
tersebut semakin jernih atau sebaliknya, semakin besar nilai kekeruhan, maka air tersebut
semakin keruh. Hasil filtrasi akan membentuk filter-cake yang menempel dibagian atas
media filter.
Umumnya filtrasi digunakan pada pengolahan air (water treatment), pengolahan air
limbah (waste water treatment) dan pengolahan air langsung minum (dari proses Reverse
Osmoses/RO).
Ukuran partikel 25 150 m 0.2 4 mm 2 6 mm
Nama Microstraining Macrostraining Fine screening
Operasi Gravitasi atau vakum Gravitasi Gravitasi
Media filter dapat umumnya berupa pasir silica, zeolit dan karbon aktif yang dalam
penggunaanya dapat ditempatkan secara terpisah atau digabung. Ukuran media filter sangat
berpengaruh pada proses filtrasi, semakin kecil ukuran filtrasi, proses filtrasi semakin
baik/air yang dihasilkan semakin jernih.
Pada saat operasi, fluida mengalilr dari atas ke bawah melalui kolom berisi media filter,
sehingga fluida yang keluar dari fiolter mempunyai kualitas relatif lebih jernih dari pada
sebelum melalui media filter. Pada suatu saat media filter akan mengalami kejenuhan
(saturated), sehingga perlu diregenerasi dengan menggunakan air bersih (aliran dari bawah
ke atas).
2.2 Filtrasi Media Butiran
Secara umum filtrasi adalah proses yang digunakan pada pengolahan air limbah untuk
memisahkan bahan pengotor (partikulat) yang terdapat dalam air. Pada prosesnya air
merembes dan melewati media filter sehingga akan terakumulasi pada permukaan filter dan
terkumpul sepanjang kedalaman media yang dilewatinya.

2.3 Medium Filter


Apabila air olahan mempunyai padatan dengan ukuran seragam, saringan yang
digunakan adalah single medium. Sebaiknya bila ukuran padatan beragam, digunakan saring
dual medium atau three medium. Penyaringan air olahan yang mengandung padatan beragam
dari ukuran besar sampai kecil/halus. Penyaringan dilakukan dengan cara membuat saringan
bertingkat, yaitu saringan kasar, saringan sedang sampai saringan halus.(Ira,2012)
Untuk merancang system penyaringan ini perlu penelitian terlebih dahulu terhadap
beberapa faktor sebagai berikut:
1. Jenis limbah padat (terapung atau tenggelam)
2. Ukuran padatan: ukuran yang terkecil dan ukuran yang terbesar
3. Perbandingan ukuran kotoran padatan besar dan kecil
4. Debit air olahan yang akan diolah
Bentuk dan jenis saringan bermacam-macam. Penyaringan bahan padatan kasar
menggunakan saringan berukuran 5 -20 mm, sedangkan padatan yang halus (hiperfiltrasi)
dapat menggunakan saringan yang lebih halus lagi. Saringan ini diusahakan mudah diangkat
dan dibersihkan.
Bahan untuk penyaringan kasar dapat terbuat dari logam tahan karat seperti stainless
steel, kawat tembaga, batu kerikil, btu bara, karbon aktif. Penyaringan untuk padatan yang
halus dapat menggunakan kain polyester atau pasir.
Jenis saringan yang biasa digunakan adalah saringan bergetar, barscreen racks, dan
bak penyaringan saringan pasir lambat. Jenis saringan yang banyak digunakan adalahsaringan
bak pasir dan batuan. Saringan pasir menggunakan batu kerikil dan pasir. Pasir yang baik
untuk penyaringan adalah pasir kuasa.
Jenis saringan menurut konstruksinya dibedakan menjadi saringan miring, saringan
pembawa, saringan sentrifugal dan drum berputar. Kecepatan penyaringan dikelompokan
menjadi tiga:
Single medium: saringan untuk menyaring air yang mengandung padatan dengan ukuran
seragam
Dual medium: saringan untuk menyaring air limbah yang didominasi oleh dua ukuran padat
Three medium: saringan untuk menyaring air limbah yang mengandung 3 ukuran padatan
Gambarnya seperti berikut ini:

Ukuran filter dibagi menjadi:


Pasir sangat kasar (very coarse sand) : 2 1 mm
Pasir kasar (coarse sand) : 1 0,5 mm
Pasir sedang (medium sand) : 0,5 0,25 mm
Pasir halus (fine sand) : 0,25 0,1 mm
Pasir sangat halus (very fine sand) : 0,1 0,05 mm
Sistem aliran air olahan dalam system filtrasi terdiri dari beberapa macam. Penentuan
aliran ini memperhatikan sifat dari limbah padat yang akan difiltrasi. Sistem aliran tersebut
dibagi menjadi empat system, yaitu aliran horizontal, aliran gravitasi, aliran dari bawah ke
atas dan aliran ganda.
2.4 Faktor faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Proses Filtrasi
Dalam proses filtrasi terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak faktorfaktor
yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi pula kualitas air hasil filtrasi, efisiensinya,
dan sebagainya. Faktorfaktor tersebut adalah debit filtrasi, kedalaman media, ukuran dan
material, konsentrasi kekeruhan, tinggi muka air, kehilangan tekanan, dan
temperatur.(Bagus,2013)
1) Debit Filtrasi
Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien. Sehingga
proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna, akibat adanya aliran air yang terlalu cepat
dalam melewati rongga diantara butiran media pasir. Hal ini menyebabkan berkurangnya
waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan disaring.
Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga antar butiran menyebabkan
partikelpartikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos.

2) Konsentrasi Kekeruhan
Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi. Konsentrasi kekeruhan air
baku yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media atau akan
terjadi clogging. Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi seberapa besar konsentrasi
kekeruhan dari air baku (konsentrasi air influen) yang boleh masuk. Jika konsentrasi
kekeruhan yang terlalu tinggi, harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu, seperti misalnya
dilakukan proses koagulasi flokulasi dan sedimentasi.

3) Temperatur
Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan difiltrasi, menyebabkan massa
jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis dari air akan mengalami
perubahan. Selain itu juga akan mempengaruhi daya tarik menarik diantara partikel halus
penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuran besar partikel yang akan
disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi daya adsorpsi. Akibat dari keduanya ini, akan
mempengaruhi terhadap efisiensi daya saring filter.
Menurut Griswidia (2008) yang dikutip dari jurnal Penentuan Setting Level Optimal Media
Penjernih Air Terhadap Tingkat Kekeruhan dan Kandungan Fe dengan Metode Full Factorial
22 dan Principal Component Analysis oleh Sudarmono (2010), temperatur berpengaruh
terhadap kekentalan, aktifitas biologi, dan reaksi kimia.
Pengaruh Temperatur terhadap Kekentalan
Jika temperatur air semakin tinggi, maka kekentalan air akan semakin rendah sehingga
gaya gesek air akan lebih cepat melalui celah tersebut dengan demikian akan
memperpendek waktu filtrasi.
Temperatur terhadap Aktifitas Biologi
Temperatur air dapat mempengaruhi kecepatan metabolism bakteri dalam air, apabila
temperatur mencapai optimum untuk perkembangbiakan bakteri, maka bakteri akan
bertambah dengan cepat.
Pengaruh Temperatur terhadap Reaksi Kimia
Apabila temperatur semakin tinggi, maka reaksi kimia akan semakin cepat, sebaliknya
apabila temperatur semakin rendah maka reaksi kimia akan semakin lambat. Temperatur
yang baik yaitu antara 20-300C, temperatur akan mempengaruhi kecepatan reaksi-reaksi
kimia.

4) Kedalaman media, ukuran, dan material


Pemilihan media dan ukuran merupakan keputusan penting dalam perencanaan bangunan
filter. Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya pengaliran dan daya saring. Media
yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan
waktu pengaliran yang lama. Lagipula ditinjau dari segi biaya, media yang terlalu tebal
tidaklah menguntungkan dari segi ekonomis. Sebaliknya media yang terlalu tipis selain
memiliki waktu pengaliran yang pendek, kemungkinan juga memiliki daya saring yang
rendah. Demikian pula dengan ukuran besar kecilnya diameter butiran media filtrasi
berpengaruh pada porositas, laju filtrasi, dan juga kemampuan daya saring, baik itu
komposisisnya, proporsinya, maupun bentuk susunan dari diameter butiran media. Keadaan
media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan menimbulkan variasi dalam ukuran rongga
antar butir. Ukuran pori sendiri menentukan besarnya tingkat porositas dan kemampuan
menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku. Lubang pori yang terlalu besar akan
meningkatkan rate dari filtrasi dan juga akan menyebabkan lolosnya partikel halus yang akan
disaring. Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus akan meningkatkan kemampuan
menyaring partikel dan juga dapat menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh
partikel halus yang tertahan) terlalu cepat.

5) Tinggi Muka Air Di Atas Media dan Kehilangan Tekanan


Keadaan tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap besarnya debit atau laju
filtrasi dalam media. Tersedianya muka air yang cukup tinggi diatas media akan
meningkatkan daya tekan air untuk masuk kedalam pori. Dengan muka air yang tinggi akan
meningkatkan laju filtrasi (bila filter dalam keadaan bersih). Muka air diatas media akan naik
bila lubang pori tersumbat (terjadi clogging) terjadi pada saat filter kotor. Untuk melewati
lubang pori, dibutuhkan aliran yang memiliki tekanan yang cukup. Besarnya tekanan air yang
ada diatas media dengan yang ada didasar media akan berbeda di saat proses filtrasi
berlangsung. Perbedaan inilah yang sering disebut dengan kehilangan tekanan (headloss).
Kehilangan tekanan akan meningkat atau bertambah besar pada saat filter semakin kotor atau
telah dioperasikan selama beberapa waktu. Friksi akan semakin besar bila kehilangan tekanan
bertambah besar, hal ini dapat diakibatkan karena semakin kecilnya lubang pori (tersumbat)
sehingga terjadi clogging.

2.5 Uji Kekeruhan


Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik,
kekeruhan juga dapat mewakili warna. Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan
dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan warna air tergantung pada
warna air yang memasuki badan air.(Sudarmono,2010)
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya
cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan
disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya
lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organic yang berupa plankton dan
mikro organism lain. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan turbiditas, yang setara dengan
1mg/liter SiO2. Peralatan yang pertama kali digunakan untuk mengukur turbiditas atau
kekeruhan adalah Jackson Candler Turbidimeter, yang dikalibrasi dengan menggunakan
silika. Kemudian, Jackson Candler Turbidimeter dijadikan sebagai alat baku atau standar
bagi pengukuran kekeruhan. Satu Unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter dinyatakan
dengan satuan 1 JTU. Pengukuran kekeruhan dengan menggunakan Jackson Candler
Turbidimeter bersifat visual, yaitu membandingkan air sampel dengan standar. Selain dengan
menggunakan Jackson Candler Turbidimeter, kekeruhan sering diukur dengan metode
Nephelometric. Pada metode ini, sumbercahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas
cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur dengan
menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standar. Satuan kekeruhan yang
diukur dengan menggunakan metode Nephelometric adalah NTU (Nephelometric Tubidity
Unit). Satuan JTU dan NTU sebenarnya tidak dapat saling mengkonversi, akan tetapi Sawyer
dan MC Carty (1978) mengemukakan bahwa 40 NTU setara dengan 40 JTU.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan


3.1.1. Alat
Alat yang dibutuhkan untuk praktikum ialah sebagai berikut.
No Nama Alat Jumlah
1 Turbidimeter 1 set
2 TDS- meter 1 set
3 pH- meter 1 set
4 Alat titrasi 1 set
Alat filtrasi berupa kolom filter berisi media filter pasir kwarsa yang berfungsi
menyaring atau memindahkan bahan tersuspensi dalam air sedangkan alat
turbidimeter berfungsi mengukur nilai kekeruhan air yang memiliki satuan NTU
(Nephelometry Turbidity Unit).
3.1.2. Bahan
Bahan yang dibutuhkan untuk praktikum ialah sebagai berikut.
1. Bentonit (powder)
2. pasir silika
3. karbon aktif
4. zat organik (berwarna)
5. flokulant (polimer)
3.2. Prosedur Kerja
Mengisi bak umpan dengan air yang mengandung zat/bahan tersuspensi atau zat organik
tertentu sekitar 100 liter (ditentukan oleh pembimbing)

Memposisikan umpan berada di atas kolom filtrasi atau dapat dilengkapi dengan pompa umpan

Memastikan semua kran dalam keadaan terbuka

Mengalirkan cairan yang mengandung zat/bahan tersuspensi atau zat organik (konsentrasi
tertentu) ke dalam kolom bagian atas dengan debit tertentu.

Mencatat waktu yang diperlukan pada saat cairan melalui media filter sampai saat cairan keluar
dari kolom.

Mengukur volume filtrat (efluen) dan konsentrasi zat organik pada setiap periode tertentu.

Mencatat konsentrasi efluen pada setiap periode tertentu.

Menghentikan percobaan bilamana konsentrasi dalam aliran efluen mulai meningkat.

Menggambarkan kurva hubungan antara terhadap volume efluen konsentrasi efluen.

Menentukan konsentrasi dan volume breaktrough secara grafis

Menghitung kapasitas media filter dari percobaan tersebut.

Menganalisa dan membahas hasil percobaan yang telah dilakukan.

Memberikan saran untuk percobaan tersebut.


3.3 Skema Alat

Gambar 3.1 Skema kerja alat


Keterangan:
a : Tangki larutan umpan (Feed Tank)
b : Pompa peristaltik
c : Bak Filtrasi
d : Tangki penampung umpan (Filtrat Tank)

3.4 Keselamatan Kerja


1. Menggunakan jas lab dan sepatu tertutup.
2. Menggunakan sarung tangan dan kaca mata pengaman pada saat bekerja dengan zat
kimia yang dapat membahayakan.
3. Mengoperasikan alat dengan benar sesuai SOP.
4. Tidak bercanda/bergurau sewaktu praktikum
BAB IV
DATA PENGAMATAN

4.1 Pengamatan Kuantitatif


Berat Bentonit/kapur = gram (1/2 % dari volume)
Debit air = Liter/jam
Volume kolom Filtrasi = Liter
Volume Bak Filtrasi =
Volume Pasir Silika/ Karbon aktif = Liter
Kekeruhan Awal = NTU
pH Awal =

Tabel 4.1 Tabel Data Pengamatan

No Waktu Kekeruhan Konsentrasi, TDS Volume Filtrat Efisiensi


(menit) (NTU) (mg/l) (liter) Penurunan
Konsentrasi
1 0
2 10
3 20
4 30
5 40
6 50
7 60
8 70
9 80
10 90
11 100
12 110
13 120
Rata - rata
DAFTAR PUSTAKA
Ainur, Rohmah dkk. 2013.Pengenalan Alat Analisa Tingkat Kekeruhan Air Dengan
Turbidimeter.Jakarta
Brault, Water Treatment Handbook, Six Edition, Vol.1, Degremont,1991.
Cassiopeia, Ira P.2012.Laporan Filtrasi dalam http://www.scribd.com.
Rahayu, E.S. 2015. Jobsheet Praktikum Filtrasi Media Butiran. Bandung: Politeknik Negeri
Bandung
Howard et.all., Environmental Engineering, Mc Graw Hill Publishing Company, 1985.
Ramdani, Bagus.2013.Makalah Filtrasi dalam http://www.scribd.com.
Selintung, Mary & Syahrir, Suryani.2012.Studi Pengolahan Air Melalui Media Filterpasir
Kuarsa (Studi Kasus Sungai Malimpung . Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unhas
diunduh pada http://download.portalgaruda.org/article.php?article=94479&val=2170 tanggal
5 September 2017
Susumu Kamamura, Integrated Design of Water Treatment Faciliti, John Wilwy and Sons, 1991
Sudarmono.2010.Penentuan Setting Level Optimal Media Penjernih Air Terhadap Tingkat
Kekeruhan dan Kandungan Fe dengan Metode Full Factorial 22 dan Principal Component
Analysis. Teknik Industri UNS. Surakarta.
Wesley Eckenfelder, Principles of Water Quality Management, CBI PublishingCompany, 1980.
Glynn Henry et.all,, Environmental Science and Engineering, Secon Edition , Prentice

Anda mungkin juga menyukai