Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

LARAS DAN RAGAM BAHASA,


SERTA RAGAM ILMIAH

RAGAM BAHASA
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai
prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah
(karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat
menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa
resmi.

Media pengantarnya atau sarananya


Ragam lisan.
Ragam tulis.

Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat
menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau
memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang
nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan
nonformal lainnya.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat
berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita
temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga
dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.

Ragam bahasa baku dapat berupa


ragam bahasa baku tulis dan
ragam bahasa baku lisan.

Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar,
semi standar dan nonstandar.

Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan
tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga
memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan
perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi,
1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan
berdasarkan :
topik yang sedang dibahas,
hubungan antarpembicara,
medium yang digunakan,
lingkungan, atau
situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar
penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
penggunaan kata tertentu,
penggunaan imbuhan,
penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
penggunaan fungsi yang lengkap.

Ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan

ragam bahasa ilmiah


ragam hukum
ragam bisnis
ragam agama
ragam sosial
ragam kedokteran
ragam sastra.

LARAS BAHASA
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya

Macam-macam laras bahasa


Laras ilmiah
Laras sastra (puisi, cerpen, novel, dll.)
Laras jurnalistik (berita, editorial, iklan, dll.)
Laras hukum
Laras kedokteran

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa
yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang
betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa
yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang
diucapkan bahasa yang baku.
CIRI-CIRI RAGAM ILMIAH
CENDEKIA,
LUGAS,
JELAS,
FORMAL,
OBJEKTIF,
KONSISTEN,
BERTOLAK DARI GAGASAN,
RINGKAS DAN PADAT.

CENDEKIA
Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama,
sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh
pembaca.
LUGAS
Paparan bahasa yang lugas akan menghindari kesalah-pahaman dan kesalahan
menafsirkan isi kalimat dapat dihindarkan.
Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari.
JELAS
Gagasan akan mudah dipahami apabila (1) dituangkan dalam bahasa yang jelas dan
(2) hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas.
Kalimat yang tidak jelas, umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
FORMAL
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal.
Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata,
bentukan kata, dan kalimat.
OBJEKTIF
Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak,
tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
KONSISTEN
Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan sesuai dengan kaidah maka
untuk selanjutnya digunakan secara konsisten.
BERTOLAK DARI GAGASAN
Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan.
Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan
penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
RINGKAS DAN PADAT
Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur
bahasa.
Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang
terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.
Dalam dunia akademik atau ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah
ragam ilmiah yang memiliki ciri khas, yakni cendekia, lugas dan jelas, menghindari
kalimat yang fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas, padat,
dan konsisten.
Ciri-ciri ragam bahasa ilmiah
1. Struktur kalimat jelas dan bermakna lugas;
2. Struktur wacana bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah;
3. Singkat, berisi analisis, dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap;
4. Cermat dalam menggunakan unsur baku, ejaan, bentuk, kata, kalimat, paragraf,
wacana;
5. Cermat dan konsisten menggunakan penalaran: topik, deskripsi teori, data, analisis,
dan simpulan
6. Menggunakan istilah khusus dalam bidang tertentu
7. Objektif, terbuka, menghindari bentuk persona, dan ungkapan subjektif;
8. Konsisten dalam pembahasan
Ragam bahasa pidato
1. Etika ilmiah
2. Ketentuan lembaga atau kampus
3. Kemampuan personal
4. Kemampuan teknis
BAB 1

SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

A. Sejarah Bahasa Indonesia


1. Bahasa Indonesia bersumber atau berakar dari bahasa Melayu.
2. Berabad-abad yang lalu, bahasa Melayu sudah digunakan sebagai bahasa pergaulan
(lingua franca) di kepulauan nusantara dan hampir seluruh wilayah Asia Tenggara.

Bukti sejarah penggunaan bahasa Melayu pada zaman Kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit
1. Sebagai bahasa kebudayaan. Ditemukan beberapa buku berbahasa Melayu yang berisi
tentang aturan-aturan hidup dan sastra.
2. Sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Indonesia.
3. Sebagai bahasa niaga dalam transaksi perdagangan.
4. Sebagai bahasa resmi kerajaan pada masa pemerintahan Sriwijaya dan Majapahit.

Sejarah Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan


1. Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga tetap dipakai sebagai bahasa
perhubungan yang luas.
2. Pemerintah Belanda tidak mau menyebarkan bahasa Belanda kepada masyarakat
pribumi.
3. Selama masa penjajahan Belanda, banyak surat kabar yang diterbitkan dengan bahasa
Melayu.
4. Melalui perjalanan sejarah yang panjang, akhirnya pada tanggal 18 Oktober 1928 melalui
ikrar Sumpah Pemuda, bangsa Indonesia menerima bahasa Melayu sebagai bahasa
nasional bangsa Indonesia dengan nama bahasa Indonesia.
5. Sejak saat itulah, bahasa Indonesia mulai mengalami perkembangan.

Sejarah Bahasa Indonesia Sesudah Kemerdekaan


1. Setelah bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai
dalam segala urusan pemerintahan dan negara.
2. Bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat dengan semakin bertambahnya
jumlah pemakainya.
3. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga semakin kuat.
4. Perhatian pemerintah terhadap bahasa Indonesia semakin besar yang dibuktikan dengan
pembentukan lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yang sekarang disebut
Balai Bahasa.
5. Balai Bahasa ini sudah beberapa kali mengadakan Kongres Bahasa Indonesia.
6. Perubahan ejaan bahasa Indonesia dari Ejaan van Ophuisjen ke Ejaan Soewandi hingga
ke Ejaan yang disempurnakan (EYD).
B. SebagaiI Bahasa Nasional Bahasa Indonesia Berfungsi sebagai berikut
1. Sebagai lambang kebanggan nasional.
2. Sebagai lambang identitas nasional.
3. Sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa.
4. Sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

C. Kedudukan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945
dalam Undang-Udang Dasar 1945 Bab XV, pasal 36.

D. Sebagai Bahasa Negara, Bahasa Indonesia Berfungsi sebagai berikut


1. Sebagai bahasa resmi kenegaraan.
2. Sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
3. Sebagai alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan
pemerintahan.
4. Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu, dan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai