Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.

1, (2013) ISSN-2337-3539(2301-9271 Print) 1

EKSTRAKSI SENYAWA BIOACTIV DARI DAUN


MORINGA OLEIFERA
Irfan Saputra, Ghuzrina Prihandini, Siti Zullaikah, M Rachimoellah
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: szulle@chem-eng.its.ac.id, prof_rachimoellah@chem-eng.its.ac.id
Abstrak Pada penelitian ini salah satu senyawa tinggi dalam proses in vivo dan in vitro [2], selain itu dalam
antioksidan yaitu phenolic telah berhasil diekstraksi dari daun Moringa oleifera kaya akan phytochemicals, karoten,
daun kelor (Moringa oleifera) dengan metode maserasi dan vitamin, mineral, asam amino, senyawa flavonoid dan
ekstraksi menggunakan air subkritis. Faktor-faktor yang phenolic [1].
mempengaruhi metode maserasi adalah rasio ( massa bahan Sejauh ini ekstraksi daun Moringa oleifera biasanya
dan volume pelarut) dan konsentrasi pelarut, sedangkan menggunakan metode ekstraksi konvensional seperti soxhlet
faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi menggunakan air extraction dan maserasi. Menurut Vongsak dkk, 2012 [8]
subkritis adalah waktu dan suhu. Pada metode maserasi memperoleh yield tertinggi dengan menggunakan maserasi
dilakukan ekstraksi dengan rasio 1 : 6 (3 gram : 18 mL) dan dimana konsentrasi pelarut 70 % selama 72 jam. Selain itu
1 : 40 (5 gram : 200 mL), dimana konsentrasi pelarut (etanol) didapatkan pula konsentrasi senyawa phenolic dan aktivitas
yaitu 0%, 35% dan 70%. Sedangkan ekstraksi menggunakan antioksidan yang tinggi dibandingkan dengan metode
air subkritis dengan rasio tetap,yaitu 1 : 6 (3 gram : 18 mL) lainnya. Namun metode ini memiliki beberapa kelemahan
dimana variabel berubah pada suhu (100; 150; 200; 250; yaitu memakan waktu yang lama serta penggunaan zat
300oC) dan waktu (5; 10; 15; 20 menit). Dari hasil organik yang biasanya beracun. Kelarutan senyawa phenolic
penelitian didapatkan yield tertinggi pada maserasi dengan dalam lartan organik umumnya rendah, sehingga daun
rasio 1:40 dan konsentrasi etanol 70%, yaitu 39,797 %, Moringa oleifera perlu dikstraksi pada suhu tinggi dan dalam
konsentrasi senyawa phenolic pada rasio 1:6 dan konsentrasi kondisi asam atau basa. Maka dari itu perlu dikembangkan
etanol 70 % yaitu 58,188 mg asam tanat/g sampel ekstrak metode lain, salah satunya adalah hydrothermal, penggunaan
kering sedangkan aktivitas antioksidan tertinggi pada rasio air subkritis sebagai pelarut.. Ekstraksi menggunakan air
1:40 dan konsentrasi etanol 70% yaitu 55,524 mg asam subkritis terhadap daun Moringa oleifera belum pernah
askorbat/L. Ekstraksi daun Moringa oleifera dengan dilakukan sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan tidak
menggunakan air subkritis didapatkan yield, konsentrasi adanya laporan ilmiah mengenai ekstraksi daun Moringa
senyawa phenolic dan aktivitas antioksidan pada kondisi oleifera untuk mendapatkan senyawa phenolic dan aktivitas
yang sama yaitu suhu 200oC dan waktu 15 menit. Dimana antioksidan.
nilai yield tertinggi pada 30,661% dengan konsentrasi Subcritical water extraction (SWE) merupakan
senyawa phenolic d an aktivitas antioksidan tertinggi teknologi alternatif untuk mengekstraksi daun Moringa
masing-masing, 48,733 mg asam tanat/g sampel ekstrak oleifera dan tumbuhan-tumbuhan lainnya. Air subkritis
kering dan 45,863 mg asam askorbat/L. (didefinisikan sebagai air dengan suhu antara 100C -
Kata kunci; antioksidan, hydrothermal, daun moringa 300C) adalah sebuah pelarut untuk senyawa polar polar dan
oleifera,phenolic, air subkritis non polar. Air subkritis berperilaku sangat berbeda tidak
hanya dari air pada suhu kamar tetapi dalam beberapa
aspek juga dari
I. PENDAHULUAN air superkritis. Menurunnya dielektrik konstan dari 78 pada

A ntioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh


bahaya dari radikal bebas atau Reactive Oxygen Species
(ROS) yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme
25 C dan 0,1 MPa sampai 14,07 pada 350 C dan
20 MPa. Hal
menimbulkan peningkatan kelarutan senyawa organik hidrof
ini

oksidatif yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses obik, seperti asam lemak bebas. Produk ionik air relatif
metabolik yang terjadi dalam tubuh. Antioksidan dapat tinggi dalam kisaran subkritis (10-12 dibandingkan
-14
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu antioksidan sintetik dengan 10 pada kondisi ambien). Tingginya
dan antioksidan alami. Antioksidan sintetik adalah tingkat H+ dan OH- pada kondisi subkritis berarti
antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia. bahwa asam-basa atau banyak-katalis reaksi, seperti
Beberapa contoh antioksidan sintetik adalah butil hidroksi hidrolisis biomassa, dipercepat. Fleksibilitas air subkritis
anisol (BHA), butil hidroksi toluene (BHT), dan tert-butil sebagai pelarut berhubungan dengan polaritas
hidroksi quinon (TBHQ). Antioksidan alami adalah senyawa air. Pada kondisi dekat dengan titik kritis, air
antioksidan yang diperoleh dari hasil ekstraksi bahan alami memiliki sifat yang sangat menarik. Diantaranya
seperti tumbuh-tumbuhan. Antioksidan alami antara lain adalah viskositas rendah dan kelarutan
tokoferol, lesitin, fosfatida, sesamol, gosipol, karoten, asam tinggi zat organik, yang membuat air subkritis sebagai media
tanat, gallic acid (senyawa phenolic), ferulic acid (senyawa yang tepat untuk reaksi cepat, homogen dan
phenolic), quercetin (flavonoid) dan sebagainya [4]. efisien. Akibatnya, selama dekade terakhir, telah ada minat
Antioksidan alami banyak ditemukan juga dalam tumbuhan yang kuat dalam menggunakan air subkritis sebagai
kelor (Moringa oleifera), salah satunya pada bagian daun. media pelarut dan reaksi untuk konversi biomassa.
Penelitian sebelumnya terhadap ekstraksi daun Moringa Beberapa penelitian menyebutkan kondisi terbaik
oleifera menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang ekstraksi menggunakan air subkritis untuk mendapatkan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN-2337-3539(2301-9271 Print) 2

senyawa phenolic, flavonoid dan senyawa antioksidan lain. seperti semula sesuai dengan variasi suhu yang ditentukan.
Pourali dkk, 2010 menggunakan air subkritis pada suhu 100- Reaktor lalu didinginkan mendadak dengan cara
360oC dan waktu tinggal 2-30 menit. Variabel berubah memasukkan langsung kedalam air setelah reaktor dingin,
tersebut mempengaruhi dekomposisi dari dedak padi dan ekstrak dipindahkan, difiltrasi dengan kertas saring dan
produksi dari senyawa phenolic. Dimana dekomposisi dari vacuum pump serta disimpan dengan perlakuan yang sama
dedak padi menghasilkan jumlah yang hampir sama dengan seperti metode Maserasi [7]
senyawa phenolic yang didapatkan. Penelitian lain [7]
mendapatkan kondisi terbaik pada suhu 105oC, waktu tinggal 2.4 Analisa Total Phenolic Compounds
15 menit, rasio campuran 1,5:2.5 (w/v) untuk kulit bawang. Membuat larutan standar dari asam tanat (20 mg asam
Jumlah quercetin (senyawa flavonoid) yang didapatkan tanat/100 mL), dari larutan standar tersebut, melakukan 8
hampir 92,40% dari semual jumlah total quercetin pada kali pengenceran sehingga diperoleh larutan standar dengan
bahan. Penelitian lain [3] menyebutkan bahwa yield dari konsentrasi: 25, 50, 75, 100, 125, 150, 175, 200 mg/L.
aktivitas antioxidan dn total kelarutan gula pada ekstraksi Menyiapkan 9 tabung reaksi bersih, mengisi masing-masing
dedak padi didapatkan kisaran suhu terbaik 180-280oC dengan 0,1 mL larutan standar, mengisi satu tabung dengan
selama 5 menit. 0,1 mL aquadest. Menambahkan ke dalam tabung masing-
Ekstraksi daun Moringa oleifera menggunakan air masing 1,9 mL aquadest. Kemudian menambahkan 0,5 mL
subkritis sebagai pelarut belum pernah dilakukan reagen Folin ciocealteu yang diikuti dengan penambahan 2
sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya laporan mL Na 2 CO 3 7,5 % pada masing-masing tabung. Cairan
mengenai studi dari ekstraksi daun Moringa oleifera dengan kemudian didiamkan selama 2 jam pada suhu kamar dan
kisaran suhu menggunakan air subkritis untuk mendapatkan tempat gelap. Setelah itu mengukur panjang gelombang 779
senyawa phenolic dan flavonoid. Tujuan dari penelitian ini nm dan absorbansi masing-masing larutan standar. Setelah
adalah mempelajari pengaruh konsentrasi etanol pada itu didapatkan persamaan garis linear dari kurva kalibrasi
maserasi terhadap yield, mempelajari pengaruh suhu dan yaitu y = 378,09x, R2 = 0,9796. Mengambil sampel sebanyak
waktu terhadap yield yang diperoleh dengan menggunakan 0.1 ml cairan ekstrak dalam metanol (konsentrasi 1 mg
air subkritis, serta mengetahui kandungan antioksidan, yaitu ekstrak/10 ml) diencerkan menjadi 2 ml dengan aquadest. Ke
konsentrasi senyawa phenolic dan aktivitas antioksidan, dari dalam larutan tersebut dimasukkan 0.5 ml reagen Folin
daun Moringa oleifera. Ciocalteu yang diikuti dengan penambahan 2 ml larutan
Na2CO3 7.5%. Cairan kemudian didiamkan selama 2 jam
pada suhu kamar. Absorbansi sampel diukur pada panjang
II. URAIAN PENELITIAN gelombang 779 nm . Absorbansi yang terbaca merupakan
nilai y yang kemudian dimasukkan ke dalam perhitungan
2.1 Persiapan Sampel persamaan garis yang diperoleh dari pembuatan kurva
Sampel dipisahkan bagian daun dan ranting. kemudian standar asam tanat di atas [6]. Sehingga diperoleh kandungan
dirajang dan dikeringkan di dalam oven dengan suhu ruang total fenol (nilai y) sampel yang dinyatakan sebagai mg
(282oC) selama 7 hari. Daun kelor kering lalu digiling ekuivalen asam tanat/g sampel ekstrak. Perhitungan total
dengan blender hingga menjadi serbuk untuk memudahkan fenol adalah sebagai berikut:
proses ekstraksi. Serbuk daun kelor kering dikemas dalam
kantong plastik dan disimpan dalam freezer sebelum ( / )
dilakukan proses ekstraksi. =
( ) ,
/( ())
2.2 Metode Maserasi
Metode maserasi dilakukan dengan dua macam yaitu 2.5 Analisa Aktivitas Antioksidan dengan Metode
pada rasio 1:40 dan 1:6 tapi menggunakan waktu dan Efek Perendaman terhadap Radikal Bebas
konsentrasi etanol yang sama. Menimbang 5 gram serbuk
DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazil)
sampel kering kemudian diekstraksi menggunakan pelarut
Prinsip pengujian aktivitas antioksidan dengan metode
etanol (0%, 35%, 70%) sebanyak 200 m L. Pada rasio 1:6
DPPH yaitu ketika larutan DPPH bercampur dengan
dengan cara yang sama, menimbang 3 gram serbuk sampel
senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen (zat
kering kemudian diekstraksi menggunakan pelarut etanol.
antioksidan), maka DPPH akan tereduksi dan kehilangan
Serbuk sampel yang telah ditimbang direndam dalam pelarut
warna ungunya. Membuat larutan standar (10 mg asam
selama 72 j am pada suhu kamar. Setelah itu dilakukan
askorbat/100 mL), dari larutan standar tersebut melakukan 5
filtrasi dengan kertas saring dan vacuum pump, ekstrak yang
kali pengenceran sehingga diperoleh larutan standar dengan
diperoleh kemudian diletakkan di ruang ber-AC hingga
konsentrasi: 2, 4, 6, 8, 10 mg/100mL. Menyiapkan 6 tabung
pelarut menguap dan ekstrak kering (tanpa menggunakan
reaksi yang bersih mengisi masing-masing dengan 0,1 mL
panas sama sekali. Ekstrak kering kemudian dikerik dan
larutan standar kemudian diencerkan sampai 2 mL dengan
ditempatkan dalam kemasan plastik, lalu disimpan dalam
metanol. Menambahkan 2 mL DPPH 35 g/mL pada
freezer sebelum digunakan sebagai bahan analisis [8].
masing-masing tabung kemudian mendiamkan cairan pada
suhu ruang dan tempat gelap selama 30 menit Setelah itu
2.3 Metode Hydrothermal
mengukur panjang glombang 517 nm dan absorbansi
Metode hydrothermal dalam air subkritis ini dimulai
masing-masing larutan standar. Setelah itu didapatkan
dengan menimbang 3gr serbuk daun kelor kemudian
persamaan garis linear dari kurva kalibrasi yaitu y = 244,6x,
ditambah aquades sebanyak 18 m L, dimasukkan kedalam
R2 = 0,9358. Sampel sebanyak 2 ml DPPH 35 g/mL dalam
reaktor dan ditutup rapat. Kemudian reaktor dimasukkan
metanol dicampurkan dengan 2 ml ekstrak dalam metanol.
kedalam furnace yang telah stabil suhunya, apabila suhu
Kemudian cairan disimpan di ruang gelap pada suhu ruang
turun maka waktu proses dimulai ketika suhu sudah stabil
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN-2337-3539(2301-9271 Print) 3

selama 30 menit, lalu absorbansi diukur dengan


spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm [6]. 60

Aktivitas antioksidan (mg asam


50
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
40

askorbat/L)
3.1 Pengaruh Rasio dan Konsentrasi Etanol terhadap Rasio 1:6
30
Yield, Total Phenolic Compounds dan Aktivitas
Antioksidan pada Proses Maserasi Rasio 1:40
20
Proses maserasi daun Moringa oleifera dengan
menggunakan ethanol sebagai pelarut, karena etanol 10
memiliki tetapan dielektrik yang rendah yaitu 24,3. Dimana
derajat kepolaran bergantung pada tetapan dielektrik, makin 0
besar tetapan dielektrik maka akan semakin polar pelarut 0 35 70
tersebut, sebaliknya semakin rendah tetapan dielektrik maka Konsentrasi etanol (%)
pelarut tersebut kepolarannya akan turun. Maserasi dengan
meggunakan pelarut etanol 70 %, dengan perbandingan 1 : Gambar 3.3 Pengaruh konsentrasi etanol dan
40 (5 gram bahan dan 200 m L pelarut) selama 72 j am (3 rasio terhadap Aktivitas Antioksidan
hari) didapatkan yield tinggi, yaitu 3 9,797%. Sedangkan
pada rasio 1 : 6 didapatkan yield tertinggi pada konsentrasi Konsentrasi total phenolic compounds tertinggi didapatkan
etanol 70% yaitu 32,05 %, seperti terlihat pada gambar 3.1. pada konsentrasi etanol 70 % dan perbandingan rasio 1:6,
yaitu 58,19 mg asam tanat/g sampel ekstrak kering,
sedangkan aktivitas antioksidan tertinggi pada konsentrasi
etanol 70% dan rasio 1:40, yaitu 55,52 mg asam askorbat /L.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
45 etanol maka yield, total phenolic compounds dan aktivitas
40
antioksidan yang diperoleh semakin besar juga.
35
30
Yield (%)

25 Ratio 1:6 3.2 Pengaruh Suhu dan Waktu terhadap Yield, Total
20 Phenolic Compounds dan Aktivitas Antioksidan pada
Ratio 1:40 Ekstraksi Menggunakan Air Subkritis
15
10 Subcritical water merupakan suatu pelarut alternatif
5 yang bersifat nonpolar untuk mengekstraksi daun Moringa
0 oleifera, hal ini dikarenakan zat antioksidan dalam daun
0 35 70 merupakan senyawa nonpolar. Selain itu dalam proses
Konsentrasi etanol (%) ekstraksi tidak memerlukan waktu yang lama, ramah
lingkungan dan pelarut yang tidak mahal. Seperti diketahui
Gambar 3.1 Pengaruh konsentrasi etanol terhadap yield air pada suhu ruang memiliki tetapan dielektrik yang tinggi
dengan rasio 1 : 6 dan 1 : 40 yaitu 80, namun pada suhu sekitar 200 250 oC tetapan
dielektriknya turun menjadi sekitar 24 di mana hampir sama
Total phenolic compounds dan aktivitas antioksidan dengan tetapan dielektrik etanol pada suhu ruang [5].
menunjukkan hal yang sama dengan perilaku yield, dimana Peningkatan atau penurunan ion hidrogen dan hidroksida
semakin besar konsentrasi etanol maka konsentrasi total dalam subcritical water bersamaan dengan menurunnya
phenolic compounds dan aktivitas antioksidan semakin tinggi tetapan dielektrik, sehingga pelarut ini sangat sesuai untuk
juga. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.2 dan 3.3. ekstraksi bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan.
70 Ekstraksi menggunakan air subkritis sebagai pelarut
didapatkan yield tertinggi pada suhu 200oC dan waktu 15
Total Phenolic Compounds (mg
asam tanat/g sampel ekstrak

60
menit, yaitu 30,661 %. Perbandingan anatar yield dari
50 sampel dapat dilihat pada gambar 3.4 mengenai pengaruh
40 suhu dan waktu terhadap yield.
kering)

30 Rasio 1:6
20 Rasio 1:40
10
0
0 35 70
Konsentrasi etanol (%)

Gambar 3.2 Pengaruh konsentrasi etanol dan


rasio terhadap Total Phenolic Compounds
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN-2337-3539(2301-9271 Print) 4

50
35

Aktivitas antioksidan (mg


30 40

asam askorbat/L)
25 30
Yield (%)

20
20
15 t=5 menit
10
10 t=10 menit t=5 menit
5 t=15 menit 0 t=10 menit
0 100 150 200 250 300 t=15 menit
t=20 menit
100 150 200 250 300 Suhu (C) t=20 menit
Suhu (C)
Gambar 3.4 Pengaruh suhu (oC) dan waktu (menit) terhadap Gambar 3.6 Pengaruh suhu dan waktu terhadap uji aktivitas
Yield (%) dari ekstraksi daun Moringa oleifera antioksidan dengan metode perendaman radikal DPPH
Total phenolic compounds meningkat terus hingga suhu IV. KESIMPULAN
200oC kemudian konsentrasi turun, sehingga didapatkan
konsentrasi tertinggi pada 48,733 mg asam tanat/ g sampel Dari pembahasan hasil dari penelitian, maka dapat
kering ekstrak dengan waktu reaksi selama 15. Pada waktu 5 diambil kesimpulan bahwa :
menit dan 10 menit memiliki peningkatan yang sama pada 1. Maserasi memberikan yield, total phenolic compounds
waktu 15 menit, namun konsentrasi total phenolic dan aktivitas antioksidan yang tinggi daripada ekstraksi
compounds menurun pada waktu 20 menit. Sehingga kondisi menggunakan air subkritis, namun maserasi tidak efisien
terbaik didapatkan pada suhu 200oC dan waktu 15 menit dan efektif untuk mengekstrak senyawa bioactiv karena
(dapat dilihat pada gambar 3.5). membutuhkan waktu yang lama dan jumlah pelarut yang
60 banyak.
Total Phenolic Compounds
(mg asam tanat/g sampel

50 2. Metode ekstraksi yang sesuai untuk mengekstrak


senyawa bioactiv dari daun moringa oleifera adalah
ekstrak kering)

40 ekstraksi menggunakan air subkritis karena dalam waktu


30 yang relatif singkat didapatkan yield, total phenolic
compounds dan aktivitas antioksidan mendekati hasil
20 t=5 menit yang didapatkan dari proses maserasi selama 72 jam.
10 t=10 menit
t=15 menit
0 t=20 menit UCAPAN TERIMA KASIH
100 150 200 250 300 Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
Suhu (C) 1. Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng. selaku Ketua Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Gambar 3.5 Pengaruh suhu dan waktu terhadap Total Phenolic 2. Prof. Dr. Ir. H.M. Rachimoellah, Dipl. EST selaku
Compounds (mg asam tanat/g sampel ekstrak kering) Kepala Laboratorium Biomassa dan Konversi Energi,
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS, atas bimbingan, saran,
Sedangkan pada gambar 3.6 menunjukkan pengaruh suhu dan motivasi yang diberikan.
dan waktu terhadap aktivitas antioksidan. Didapatkan uji 3. Siti Zullaikah, ST. MT. PhD dan Prof. Dr. Ir. H. M.
akivitas antioksidan tertinggi pada waktu 15 menit dan suhu Rachimoellah, Dipl. EST selaku dosen pembimbing
200oC. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya konsentrasi dari kami.
asam askorbat pada daun Moringa oleifera sebesar 45,863 4. Prof. Dr. Ir D anawati Hari Prajitno, MS , Dr. Yeni
mg asam askorbat/L. Didapatkan aktivitas antioksidan yang Rahmawati, ST. MT dan Ir. Nuniek Hendriani, MT
lebih rendah pada ekstraksi hydrothermal jika dibandingkan selaku Dosen Penguji.
dengan maserasi, namun dari segi waktu metode ekstraksi 5. Setiyo Gunawan, ST, Ph.D selaku Sekretaris Jurusan I
hydrothermal lebih efisien dibandingkan maserasi dengan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS Surabaya.
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi. Selanjutnya untuk 6. Dr. Rer.nat Fredy Kurniawan, M.Si selaku kepala
waktu dan suhu yang lain, aktivitas antioksidan Laboratorium Instrumentasi dan Sains Analitik, Jurusan
menunjukkan perilaku yang sama dengan waktu dan suhu Kimia MIPA yang telah banyak membantu.
terbaik. 7. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Kimia
8. Orang tua serta saudara-saudara kami, atas doa,
bimbingan, perhatian, serta kasih sayang yang selalu
tercurah selama ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Anwar, F., Latif, S., Ashraf, M., Gilani, A.H. 2007. Moringa oleifera:
a food plant with multiple medicinal uses. Phytother: Res, 21, 17-25.
[2] Chumark, P., Khunawat, P., Sanvarinda, Y., Phornchirasilp, S.,
Morales, N.P., Phivtong-ngam, L., Ratanachamnong, P., Srisawat, S.,
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN-2337-3539(2301-9271 Print) 5

Pongrapeeporn, K., 2008. The in vitro and ex vivo antioxidant


properties, hypolipidaemic and antiatheroschlerotic activities of water
extract of Moringa oleifera Lam. leaves. J. Ethnopharmacol. 116, 439-
446.
[3] Hatta, S., Wiboonsirikul, J., Maeda, A., Kimura, Y., Adachi, S.,2008.
Extraction of defatted rice bran by subcritical water treatment.
Biochemical Engineering Jpurnal, 40, 44-53.
[4] Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.
Jakarta, Universitas Indonesia Press (UI-Press).
[5] Luque de Castro, M.D., Jiminez-Carmona, M.M., Perez, F. 1999.
Towards more rational technique for the isolation of valuable
essential oils from plants. Trends Analytical Chemical, 18, 708-716.
[6] Pothitirat, W., Chomnawang, M.T., Supabphol, R., Gritsanapan, W.
2009. Comparison of bioactive compounds content, free radical
scavenging and anti-acne activities of mangosteen fruit rind at two
stages of maturity. Fitoterapia 80, 442-447
[7] Pourali, O., Asghari, F.S., Yoshida, H., 2010. Production of phenolic
compounds from rice bran biomassa under subcritical water
conditions. Chemical Engineering Journal, 160, 259-266.
[8] Vongsak, B., Sithisarn, P., Mangmool, S., Thongpraditchote, S.,
Wongkrajang, Y., Gritsanapan, W. 2012. Maximizing total phenolics,
total flavonoids contents and antioxidant activity of Moringa oleifera
leaf extract by the appropriate extraction method. Journal of Crops
and Products, xxx, xxx-xxx.

Anda mungkin juga menyukai