Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap materi yang ada di alam semesta ini tersusun atas partikel-partikel.

Partikel-partikel ini saling terhubung dan saling berinteraksi satu sama lain.

Dalam sebuah benda pasti terdapat atom-atom yang saling berikatan sehingga

membentuk benda tersebut. Ikatan inilah yang disebut dengan ikatan kimia.

Ikatan kimia merupakan ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik antara

partikel-partikel yang berikatan (Syarifuddin, 1994).

Ikatan antar atom ini akan menentukan tidak hanya sifat kimia unsur atau

senyawa tersebut tetapi juga menentukan sifat fisika dari unsur atau senyawa

tersebut. Singkatnya ikatan antar atom ini akan menentukan segala karakteristik

dari unsur atau senyawa tersebut, seperti kemampuan menghantarkan listrik dan

panas, kepolaran, kereaktifan, bentuk molekul, warna, sifat titik didih , titik beku,

sifat magnet dan sifat-sifat lainnya (Syarifuddin, 1994).

Ikatan antar atom dapat dibedakan menjadi dua yaitu ikatan elektrovalen

(ion) dan ikatan kovalen. Senyawa yang memiliki ikatan ion disebut dengan

senyawa ion dan senyawa yang memiliki ikatan kovalen disebut dengan senyawa

kovalen. Kedua senyawa ini biasa ditemukan pada persenyawaan unsur-unsur

golongan utama. Namun, selain itu ada juga yang disebut dengan senyawa

kompleks. Senyawa kompleks biasanya terjadi pada persenyawaan logam

transisi (Syarifuddin, 1994).

Oleh karena itu maka perlunya diadakan percobaan Ikatan Kimia ini

agar dapat memahami tentang perbedaan antara senyawa-senyawa tersebut.


1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari

ikatan kimia yang termasuk ikatan ion, ikatan kovalen senyawa kompleks dan

senyawa bukan kompleks.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Membedakan senyawa yang mempunyai ikatan ion dan ikatan kovalen.

2. Membedakan reaksi pembentukan senyawa kompleks dan bukan senyawa

kompleks.

I.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah melakukan pengamatan perubahan

warna, reaksi, keasaman serta menentukan senyawa ion, senyawa kovalen dan

senyawa kompleks.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikatan Ion

A. Pengertian

Ikatan ion adalah transfer elektron dari atom logam ke atom non logam

yang membuat ion-ion yang terbentuk berada pada kondisi stabil (gas mulia)

(Daniel dkk., 2001). Pada suhu kamar, senyawa ionik terdapat dalam bentuk

kristal yang disebut kristal ion. Kristal ion tersebut terdiri dari ion-ion negatif dan

ion-ion positif, dengan susunan/bentuk yang teratur yang ditentukan oleh muatan

dan jari-jari ion pembentuknya (Syarifuddin, 1994).

B. Pembentukan dan Sifat-sifat Senyawa Ion

Misalnya logam Na dicampur dengan Cl bebas. Masing-masing atom Na,

yang berbeda dengan Na karena mempunyai satu 3s elektron, akan memberikan

elektron tersebut pada Cl, yang berbeda dari A karena mempunyai elektron 3p

lebih sedikit. Karena perpindahan elektron tersebut maka Na akan memperoleh

susunan elektron seperti Neon, sedangkan Cl memperoleh susunan seperti Ar.

Tetapi dengan perpindahan Ar ini Na menjadi kekurangan 1 elektron, karena itu

menjadi bermuatan positif, sedang Cl kelebihan 1 elektron sehingga menjadi

bermuatan negatif. Kemudian kedua ion tersebut akan saling tarik menarik dengan

gaya elektrostatik (Respati, 1992).

Mudah atau sukarnya senyawa ion terbentuk, ditentukan oleh ionisasi

potensial, afinitas elektron dari atom unsur pembentuk senyawa ion dan energi

kisi senyawa ion tersebut. Makin kecil ionisasi potensial, makin besar afinitas
sebuah elektron serta makin besar energi kisi, makin mudah senyawa ion

terbentuk (Syarifuddin, 1994).

Beberapa sifat senyawa ion adalah yang pertama ikatan antara ion-ion

adalah gaya tarik menarik antara dua muatan listrik yang berlainan, sehingga tidak

ada ikatan yang erat antara ion-ion. Yang kedua bila kristal dari persenyawaan ion

dilarutkan dalam air maka ion-ion terpisah satu sama lain atau terdisosiasi. Bila

pada larutan persenyawaan ion dimasukkan elektroda-elekroda yang bermuatan

maka ion-ion akan bergerak ke arah elektroda yang bermuatan berlawanan dan

larutan tersebut akan menghantarkan arus listrik. Leburan dari persenyawaan

tersebut dapat pula mengantarkan arus listrik sebab dalam leburan ion-ion akan

bergerak dengan bebas. Yang ketiga Pasangan ion dalam ikatan ion mempunyai

dipol momen listrik yang besar, sehingga pasangan-pasangan ion ini akan melekat

pada pasangan-pasangan lain, maka umumnya persenyawaan ini merupakan zat

padat yang sukar menguap. Yang keempat persamaan dengan ikatan ion

umumnya larut dalam air (Respati, 1992).

2.2 Ikatan Kovalen

A. Pengertian

Ikatan kovalen merupakan penggunaan elektron secara bersama antara

atom-atom non logam, yang membuat elektron valensi masing-masing atom

berada pada kondisi stabil gas mulia (Daniel dkk., 2001). Terbentuknya ikatan

kovalen tersebut, karena kecenderungan atom-atom untuk memiliki konfigurasi

elektron atom gas mulia, yaitu 8 elektron pada kulit terluar atau 2 elektron

pada atom Helium. Karena itu teori mengenai ikatan kovalen disebut teori

oktet (Syarifuddin,1994).
Ikatan kovalen dapat dibedakan menjadi dua yaitu kovalen polar dan

kovalen non polar. Konsep polar dan non polar didasarkan pada perbedaan

keelektronegatifan unsur-unsur yang berikatan dalam suatu senyawa atau molekul

yang menghasilkan momen dipol yang berbeda dengan kepolaran yang berbeda

pula. Molekul-molekul unsur-unsur yang berikatan mempunyai perbedaan

keelektronegatifan yang besar seperti CCl4 termasuk non polar karena jumlah

momen dipolnya nol (Nurbaity dkk., 2012).

B. Pembentukan dan Sifat-sifat Senyawa Kovalen

Menurut teori Oktet, untuk membentuk satu ikatan kovalen

tunggal setiap atom menyumbangkan satu elektron kulit terluarnya.

Bila antara kedua atom terbentuk ikatan kovalen ganda (rangkap) maka

setiap atom akan menyumbangkan elektron sesuai dengan derajat

penggandaannya (Syarifuddin, 1994).

Lewis menggambarkan ikatan kovalen melalui struktur Lewis atau rumus

elektron yang terdiri dari simbol Lewis, yaitu lambang atom yang dikelilingi

sejumlah elektron valensi. Apabila elektron valensi lebih dari empat, maka

elektron yang kelima dipasangkan dengan salah satu elektron lainnya. Yang dapat

dipergunakan atau disumbangkan pada pembentukan ikatan kovalen elektron yang

belum berpasangan. (Syarifuddin,1994)

Menurut Respati (1992) sifat umum persenyawaan yang mempunyai

ikatan kovalen adalah:

1. Umumnya berupa gas atau zat cair/zat padat yang mudah menguap.

2. Medan listrik yang ditimbulkan oleh molekul ini nol atau sangat kecil.

3. Persenyawaan kovalen umumnya sukar larut dalam air. HCl dan NH3 yang

mudah larut dalam air, karena terjadinya reaksi ionisasi.


2.3 Senyawa Kompleks

A. Pengertian

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion

logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan

elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Senyawa kompleks dapat disintesis

dengan cara pencampuran larutan ion logam dan ligan dalam pelarut tertentu yang

dapat melarutkan ion logam dan ligan, baik disertai pemanasan maupun tanpa

pemanasan pada suhu tertentu. (Faizzah dkk., 2016). Ikatan pada senyawa

kompleks ini disebut ikatan koordinasi. Banyaknya ion netral yang mengelilingi

logam sebagai ion pusat ini disebut bilangan koordinasi (Respati, 1992).

B. Pembentukan dan Sifat-Sifat Senyawa Kompleks

Salah satu ciri penting dari logam transisi adalah kemampuannya

membentuk kompleks dengan molekul kecil dan ion. Contohnya, padatan

tembaga (II) sulfat dibuat dengan mereaksikan tembaga dan asam sulfat pekat-

panas. Nama lazimnya adalah (vitriol biru), nama ini menyatakan asalnya (vitriol)

dan warnanya (biru) yang merupakan sifatnya yang paling mudah dilihat. Akan

tetapi, senyawa ini tidak sekedar tembaga dan sulfat, tetapi juga air. Air di dalam

vitrol biru sangat penting, sebab bila air ini dikeluarkan dengan pemberian panas

yang tinggi, warna birunya hilang, berganti menjadi tembaga (II) sulfat anhidrat

berwarna putih. Warna biru dari vitriol biru berasal dari kompleks koordinasi

yang molekul H2O-nya berikatan langsung dengan ion Cu2+ membentuk ion

komposit dengan rumus [Cu(H2O)4]2+. Sebagai asam lewis, ion Cu2+

mengkoordinasi empat molekul air menjadi satu kelompok dengan menerima

kerapatan elektron masing-masing dari pasangan elektron menyendirinya. Dengan

bertindak sebagai donor pasangan elektron dan berbagi kerapatan elektron


dengan ion Cu2+, keempat molekul air, yang dalam interaksi ini disebut ligan,

masuk ke dalam lengkung koordinasi ion tersebut. Vitriol biru memiliki rumus

kimia [Cu(H2O)]SO4.H2O; molekul air kelima tidak terkoordinasi langsung ke

pada tembaga (Oxtoby dkk., 2003).

Jumlah total ikatan logam dengan ligan dalam sebuah kompleks biasanya

dua sampai enam disebut bilangan koordinasi logam tersebut. Beberapa ligan

yang lazim adalah ion halida (F,Cl,Br,I), ammonia (NH3), karbon monoksida

(CO), dan air. Setiap ligan ini hanya mampu membentuk ikatan tunggal dengan

satu atom logam pusat, sehingga disebut monodentat (berasal dari bahasa latin

mono, berarti satu, plus dens, berarti gigi) yang menyatakan bahwa pengikatannya

hanya pada satu titik. Ligan lain dapat membentuk dua atau lebih ikatan seperti itu

dan dinamakan bidentat, tridentat, dan seterusnya (Oxtoby dkk., 2003).

Koordinasi memodifikasi sifat kimia dan sifat fisis atom pusat dan

ligannya. Kompleks koordinasi ionik dengan muatan berlawanan dapat bergabung

satu sama lain, seperti halanya ion positif dapat bergabung dengan ion negatif-

membentuk garam. Sebagai contoh, kation [Pt(NH3)4]2+ dan anion [PtCl4]2-

membentuk senyawa ionik kompleks rangkap dengan rumus [Pt(NH3)4][PtCl4]2-.

Senyawa ini dan keempat senyawa ionik sejenis lain semua mengandung Pt, NH3,

Cl dengan nisbah 1 banding dua banding dua, artinya senyawa-senyawa ini

memiliki persentase komposisi yang sama. Kedua pasangan memiliki massa

molar yang sama. Akan tetapi, kelima senyawa tersebut berbeda struktur serta

sifati fisis dan kimianya. Konsep koordinasi meliputi sangat banyak komposisi

kimia sebagai kombinasi dari ligan-ligan yang berikatan (dengan beragam nisbah)

dengan atom logam pusat atau ion. Kumpulan informasi mengenai reaktivitas

kimia, yang berbeda dan membingungkan, dirasionalisasi berdasarkan substitusi

satu ligan oleh ligan lainnya (Oxtoby dkk., 2003).


DAFTAR PUSTAKA

Chang,Raymond. 2004. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta

Saito,taro. 1996. Kimia Anorganik. Permission of iwami shoten. Tokyo .

Sukardjo. 1985. Ikatan Kimia. Bina aksara. Jakarta

Takheuci,Yashito. 2006. Pengantar Kimia. Permission of iwami shoten.Tokyo.

Winarni,Sri.Syahrial.2010.Analisis Konsep Ikatan Kimia Pada Mahasiswa


Program Studi Pendidikan Kimia Fikp Unsyiah. Banda Aceh.Universitas
Syiah Kuala.
BAGAN KERJA

A. Pengendapan Garam Sulfat

3 tetes NaCl

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi 1 ml

AgNO3

- Diamati dan catat perubahan yang terjadi.

- Dilakukan hal yang sama pada CCl4/alcohol, dan CHCl3

Hasil

B. Reaksi dengan Indikator M.O

2.5 HCl
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Ditetesi dengan indicator M.O

- Diamati dan catat perubahan yang terjadi

- Dilakukan hal yang sama pada CCl4/alkohol, dan

C2H5OH

Hasil
C. Pengendapan Garam Hidroksida

1) 2-3 tetes BaCl2


- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi 1 ml

CuSo4

- Ditetesi dengan larutan amonia sampai tidak terjadi

endapan

- Diamati dan catat perubahan yang terjadi

- Dilakukan hal yang sama pada K4Fe(CN)6


Hasil

2) 2-3 tetes BaCl2

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi 1 ml

CuSo4

- Diamati dan catat perubahan yang terjadi

- Dilakukan hal yang sama pada K4Fe(CN)6


Hasil

D. Pengendapan Garam Hidroksida

2.5 HCl - Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Ditambahkan 2-3 tetes KCNS

- Diamati dan catat perubahan yang terjadi

- Dilakukan hal yang sama pada K4Fe(CN)6

Hasil

GAMBAR PERCOBAAN
LEMBAR PENGESAHAN

IKATAN KIMIA

Disusun dan diajukan oleh :

CINDY RESTU BHAKTI

H021 17 1514

Loporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh :


Makassar, 03 November 2017
Asisten,

Rosdiana
NIM : H31113333

Anda mungkin juga menyukai