Anda di halaman 1dari 3

TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi dan Tatalaksana Singultus


Finna Christianty, Stefanny Caroline, Randy Adiwinata, Timoteus Richard,
Maria Clarissa Wiraputranto
Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, Indonesia

Abstrak
Cegukan atau Singultus (Latin) merupakan suatu fenomena yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Umumnya bersifat akut,
sementara, dan hanya menimbulkan gangguan ringan. Singultus dapat bersifat kronik/persisten, sulit diatasi, dan menimbulkan gangguan yang
berarti. Pada keadaan ini, sering dibutuhkan penatalaksanaan medis dan evaluasi lebih lanjut. Pada tulisan ini akan dibahas etiologi, mekanisme,
tatalaksana non-farmakologi dan farmakologi singultus akut ataupun persisten.

Kata kunci: Cegukan, diagnosis, singultus, terapi

Abstract
Hiccup is a commonly found daily phenomenon, mostly transient and only cause mild disturbance. Generally acute, transient, and only causes
mild disorder. However, hiccup may become persistent, intractable, and lead to severe disturbance. This case needs medical treatment and
further evaluation. This review provides brief summary of etiology, pathophysiology, and non-pharmacology and pharmacology treatments
of acute and persistent hiccup. Finna Christianty, Stefanny Caroline, Randy Adiwinata, Timoteus Richard, Maria Clarissa Wiraputranto.
Evaluation and Management of Hiccup.

Keywords: Diagnosis, hiccup, singultus, treatment

INTRODUKSI DEFINISI Insidens singultus pada pria sama dengan


Singultus atau dalam bahasa Indonesia Singultus atau yang sering dikenal dengan wanita, namun singultus persisten lebih
dikenal dengan istilah cegukan merupakan cegukan (hiccup) merupakan suatu fenomena banyak terjadi pada pria (80% kasus).9,10
suatu fenomena yang umum dialami sehari- yang biasa terjadi sehari-hari.5 Singultus
hari dan biasanya singkat, sehingga jarang muncul akibat spasme involunter diafragma ETIOLOGI
mendapatkan perhatian medis khusus. dan otot-otot interkostal yang diikuti Penyebab utama singultus tidak diketahui
Singultus merupakan suatu bentuk refleks penutupan glotis secara cepat, sehingga pasti. Banyak keadaan diduga sebagai
yang melibatkan sistem saraf batang otak, memunculkan suara khas hik.3,5,6 Singultus penyebab, antara lain distensi lambung
saraf vagus, dan frenikus.1 Refleks tersebut diduga tidak memiliki efek yang bermakna akibat makan terlalu banyak dan cepat,
akan memicu kontraksi otot diafragma, ataupun efek protektif.7 Secara umum, terutama makanan berlemak, serta minuman
interkostalis, dan penutupan vocal cord (glotis) singultus bersifat akut, dapat hilang sendiri beralkohol. Penyebab lain dapat berasal
secara mendadak, sehingga timbul suara khas.2 dalam hitungan menit, dan tidak memerlukan dari faringitis, benda asing di orofaring
Singultus dapat terjadi karena stimulasi sistem penanganan medis. Singultus persisten atau telinga.11 Pada singultus persisten,
saraf yang menyebabkan distensi lambung merupakan singultus selama 48 jam atau 80% diperkirakan disebabkan oleh kelainan
(faktor mekanis), seperti proses metabolik, lebih, sementara intractable hiccup merupakan organik dan 20% sisanya diduga dicetuskan
infeksi, psikologis, dan neurologis.3 Singultus singultus selama 1 bulan atau lebih. Pada oleh kelainan psikogenik. Kelainan psikogenik
yang menetap/ persisten dapat mengganggu keadaan ini, diperlukan penanganan medis yang diduga berhubungan dengan singultus
kualitas hidup dan menyebabkan berbagai dan evaluasi lebih lanjut untuk mencari antara lain histeria, gangguan kepribadian,
komplikasi seperti dehidrasi, aritmia, kelelahan, penyebab.8 gangguan konversi, dan malingering.6,11
dan depresi, sehingga memerlukan evaluasi
penyebab lebih lanjut agar mendapatkan EPIDEMIOLOGI Kelainan sistem saraf pusat, seperti lesi
tatalaksana yang tepat.4 Dalam tulisan ini akan Singultus dapat terjadi pada semua struktural (keganasan, multipel sklerosis),
diuraikan pengertian, epidemiologi, etiologi, kelompok usia, dapat ditemukan pada bayi lesi vaskular, infeksi, dan trauma, diduga
mekanisme, serta terapi singultus khususnya dalam kandungan. Seiring pertambahan dapat mencetuskan singultus. Kondisi lain
singultus persisten yang penting diketahui usia, singultus akut makin jarang, namun yang dapat mencetuskan singultus adalah
untuk praktik sehari-hari. singultus persisten atau intractable lebih iritasi diafragma akibat hiatal hernia, abses
banyak dijumpai pada kelompok usia dewasa. subfrenikus, infark miokard, dan perikarditis.12-14
Alamat Korespondensi email: christianty_finna@hotmail.com

CDK-246/ vol. 43 no. 11 th. 2016 833


TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi lain dapat menyebabkan iritasi dengan tepat lokasi komponen refleks yang Tatalaksana non-farmakologi dapat
cabang nervus vagus sehingga menimbulkan teriritasi sangat sulit. Sebanyak 80% kasus dilakukan bila singultus sudah dirasa
singultus, antara lain meningitis dan glaukoma singultus diduga akibat spasme diafragma kiri mengganggu. Tatalaksana awal dapat
yang menyebabkan iritasi cabang meningeal saja.3,4 Frekuensi singultus berkisar antara 4-60 dengan menahan napas, bernapas pada
nervus vagus, ulkus peptikum serta inflamasi kali per menit, dengan sedikit variasi antar kantong kertas, minum air dingin, menelan
saluran cerna lainnya yang menyebabkan individu.4 ludah, menghisap lemon, atau menghirup
iritasi cabang abdomen nervus vagus. zat yang merangsang bersin (seperti merica).
EVALUASI Semua tindakan tersebut bertujuan untuk
Beberapa manuver atau tindakan medis Singultus akut biasanya sembuh sendiri atau menstimulasi nasofaring dan glotis serta
dikaitkan dengan timbulnya singultus, self limiting dan tidak memerlukan evaluasi menginhibisi komponen refleks penyebab
seperti hiperekstensi kepala (nervus lebih lanjut. Hal ini berbeda dengan singultus singultus. Selain itu, bagian belakang leher
frenikus terekstensi), manipulasi diafragma persisten atau intractable yang memerlukan dapat dipijat untuk menginhibisi refleks
atau lambung, laparotomi, torakotomi, evaluasi lebih lanjut untuk mencari penyebab singultus yang timbul dari dermatom C3-
dan kraniotomi. Kelainan metabolik yang yang mendasarinya. Perlu diperhatikan C5. Cara-cara ini terbukti efektif dan tidak
dapat menyebabkan singultus antara lain onset, durasi, faktor-faktor pencetus, serta menyebabkan efek samping.1,2,4,5 Pada tingkat
hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia, komorbiditas lain seperti keganasan atau layanan primer, tatalaksana awal oleh dokter
hiperglikemia, uremia, hipokarbia, dan penyakit sistemik, dan riwayat penggunaan berupa Valsava maneuver dan digital rectal
demam.12-14 obat-obatan.3 Anamnesis sistematis meliputi massage (pemijatan daerah anus). Maneuver
sistem neurologi, kardiologi, respirasi, dan lain seperti pijat karotis dilakukan jika kedua
Beberapa obat diduga dapat menyebabkan gastrointestinal.3,4 maneuver sebelumnya tidak berhasil dan tidak
singultus, seperti benzodiazepin, barbiturat ada kontraindikasi pijat karotis, yaitu riwayat
kerja pendek, deksametason, alfa-metildopa; Pemeriksaan fisik diutamakan untuk mencari infark miokard atau stroke dalam 3 bulan
mekanismenya belum diketahui dengan gangguan yang mungkin mengancam nyawa terakhir, takikardia, atau fibrilasi ventrikel. Pijat
pasti.12-14 seperti infark miokard, diseksi vaskular, akut karotis memiliki mekanisme meringankan
abdomen, kelainan sistem saraf pusat, serta singultus yang sama dengan cara-cara
PATOFISIOLOGI keganasan. Pemeriksaan daerah kepala-leher sebelumnya. Nasogactric tube (NGT) dapat
Singultus merupakan suatu gerakan involunter harus dilakukan secara seksama untuk mencari dipasang untuk menstimulasi nasofaring
berulang diafragma diikuti penutupan glotis tanda-tanda trauma serta infeksi. secara langsung dan bilas lambung untuk
secara tiba-tiba. Mekanisme singultus sampai mengurangi asam yang juga merupakan
saat ini tidak diketahui pasti, diperkirakan Pemeriksaan penunjang meliputi faktor penyebab singultus.2,15,17,18 Akupunktur
didasari iritasi pada refleks singultus. Refleks pemeriksaan elektrolit, elektrokardiografi dan hipnosis juga disebutkan dapat menjadi
singultus terdiri dari 3 komponen yaitu (EKG), serta pencitraan seperti X-Ray atau terapi singultus yang efektif, namun belum
jaras aferen, midbrain sebagai pusat refleks CT scan. Pemeriksaan elektrolit serta fungsi banyak studi yang mendukung.16
singultus, serta jaras eferen. Jaras aferen terdiri ginjal dilakukan untuk mencari kemungkinan
dari nervus frenikus dan nervus vagus serta gangguan metabolik yang mencetuskan Terapi medikamentosa diberikan untuk
nervus simpatikus yang berasal dari T6-T12. singultus seperti uremia, hipokalsemia, mengobati penyebab spesifik singultus
Pusat refleks singultus diperkirakan tidak hanya ataupun hiponatremia. Elektrokardiografi seperti infeksi atau lesi batang otak, namun
berpusat di medula oblongata, melainkan terutama dilakukan pada pasien komorbid karena kebanyakan singultus persisten bersifat
melibatkan jaras saraf pusat lain yang terletak atau dicurigai gangguan jantung. Pencitraan idiopatik, terapi medikamentosa dapat
di antara batang otak sampai dengan C3- X-Ray ataupun CT scan umumnya dilakukan diberikan untuk memberikan kenyamanan
C5. Jaras eferen terdiri dari jaras motorik pada daerah toraks dan abdomen yang dan kualitas hidup lebih baik.15
yang berjalan sepanjang nervus frenikus di bertujuan untuk mengeksklusi kemungkinan
diafragma sampai dengan nervus asesorius keganasan yang dapat mengiritasi persarafan Chlorpromazine merupakan obat golongan
yang terletak di otot interkostalis. Rangsangan refleks singultus.2,4 antipsikotik yang direkomendasikan oleh
pada jaras singultus akan menyebabkan US Food and Drug Administration (FDA)
aktivasi nervus laringeal rekurens yang akan TATALAKSANA sebagai obat pilihan untuk meringankan
menstimulasi penutupan glotis sehingga Singultus yang terjadi sesekali dan singultus, dapat diberikan melalui suntikan
menimbulkan bunyi hik.3 berlangsung singkat pada dasarnya tidak intramuskuler atau intravena sebanyak
memerlukan penanganan khusus. Singultus 100 mg terbagi 4 kali dosis pemberian.2
Iritasi komponen refleks singultus persisten dan intractable merupakan indikasi Chlorpromazine bekerja sentral menghambat
menyebabkan terlepasnya neurotransmiter terapi. Tatalaksana singultus dapat dilakukan dopamine di hipotalamus. Obat ini memiliki
dopamin dan gamma-aminobutyric acid secara non-farmakologi, farmakologi, atau efek samping cukup serius seperti hipotensi
(GABA). Iritasi salah satu atau lebih komponen tindakan invasif. Prinsip terapi singultus adalah dan delirium, sehingga saat ini jarang
refleks singultus baik oleh keganasan, tetap mencari faktor penyebab, dan terapi digunakan sebagai terapi lini pertama.15
infeksi, maupun kelainan metabolik dapat simptomatik apabila penyebab dasarnya Haloperidol bekerja dengan cara yang sama
mencetuskan singultus, sehingga penentuan belum atau tidak diketahui pasti.2,15,16 seperti chlorpromazine dan memiliki efek

834 CDK-246/ vol. 43 no. 11 th. 2016


TINJAUAN PUSTAKA

samping yang dapat ditoleransi lebih baik; dan memerlukan tapering off karena dapat singultus persisten atau intractable sangat
dapat diberikan 0,5 mg oral sebelum tidur.2 menyebabkan gejala putus obat (withdrawal) penting ditentukan.2,15
cukup serius.12,17,20
Selain golongan antipsikotik, obat lain SIMPULAN
yang banyak diteliti adalah gabapentin Obat-obat yang dapat meringankan distensi Singultus merupakan fenomena umum,
yang merupakan obat untuk terapi nyeri lambung seperti simethicone telah banyak kebanyakan akut dan transien sehingga
neuropatik. Gabapentin bekerja dengan dipakai untuk meringankan gejala singultus, hanya sedikit mengganggu dan tidak
cara menghambat channel kalsium, begitu pula dengan obat-obatan prokinetik memerlukan penatalaksanaan medis lebih
sehingga menurunkan pelepasan beberapa seperti domperidone dan metoclopramide. lanjut. Pertolongan pertama di rumah untuk
neurotransmiter untuk memodulasi aktivitas Metoclopramide bekerja sentral sebagai meringankan gejala singultus antara lain
diafragma, dapat diberikan sampai dengan antagonis dopamine, namun lebih lemah dengan menahan napas, menghisap lemon,
900 mg per hari. Gabapentin relatif aman dan dibandingkan chlorpromazine dalam atau dengan merangsang bersin. Singultus
tidak menimbulkan efek samping berarti.15 menghambat refleks singultus. Proton persisten atau intractable memerlukan evaluasi
Pada pasien keganasan ataupun kemoterapi, pump inhibitor merupakan obat pilihan lebih lanjut untuk mencari gangguan yang
gabapentin merupakan obat pilihan untuk untuk meringankan gejala singultus yang mendasarinya. Terapi medikamentosa sesuai
meringankan singultus sekaligus nyeri disebabkan iritasi refluks gastroesofageal. gangguan dasar, atau secara empiris. Obat-
neuropati.19 Proton pump inhibitor relatif aman dan tidak obatan untuk meringankan gejala singultus
menimbulkan efek samping serius.15 antara lain antipsikotik (chlorpromazine,
Baclofen merupakan derivat GABA yang haloperidol), derivat GABA, agen prokinetik,
dipakai pada pasien cedera spinal, paralisis PROGNOSIS serta proton pump inhibitor. Obat-obatan ini
spastik, dan gangguan gerakan spastik lain. Secara umum, singultus akut dapat hilang bekerja menghambat refleks singultus secara
Baclofen meningkatkan ambang rangsang dengan sendirinya tanpa penanganan medis, sentral dengan menghambat pelepasan
sel neuron saraf spinalis, sehingga akan sehingga memiliki prognosis yang sangat dopamin ataupun dengan mengurangi
menurunkan eksitabilitas dan menghambat baik. Singultus persisten atau intractable distensi lambung.
refleks singultus. Obat ini diberikan secara memiliki prognosis yang tergantung kelainan
oral dengan dosis 5-20 mg setiap 8 jam yang mendasarinya. Oleh karena itu, etiologi

Daftar Pustaka
1. Patel N, OBrien K. Persistent singultus: Addressing complexity with simplicity. ACG Case Reports J. 2015; 2(3): 150-1.
2. Chang FY, Lu CL. Hiccup: Mystery, nature and treatment. J Neurogastroenterol Motility. 2012; 18(2): 123-30.
3. Eisencher A, Spiske J.Persistent hiccups (singultus) as the presenting symptom of medullary cavernoma. Dtsch Arztebl Int. 2011; 108(48): 8226.
4. Marinella MA. Diagnosis and management of hiccups in the patient with advanced cancer. J Support Oncol. 2009; 7(4): 122-7, 30.
5. Ropper AH, Samuels MA. Disorders of the autonomic nervous system, respiration, and swallowing. In: Ropper AH, Samuels MA, editors. Adams & Victors principles
of neurology. 9th ed. New York: McGraw-Hill; 2009.
6. Smith H. Walsh. Palliative medicine: Hiccups. 1st ed. UK: Elsevier; 2009.
7. National Institute for Health and Care Excellence. Hiccups [Internet]. 2013 September. [cited 2015 Aug 13]. Available from: http://cks.nice.org.uk/hiccups#!references
8. Becker DE. Nausea, vomiting, and hiccups: A review of mechanisms and treatment. Anesthesia Progress. 2010;57(4):1507.
9. Rousseau, P. Hiccups. Southern Med J. 1995; 88(2): 175-81.
10. Solun B, Ori Y. Severe hiccups associated with intra-articular corticosteroid injection a case report. Cent Eur J Med. 2012; 7(1): 63-5.
11. Souadjian JV, Cain JC. Intractable hiccup: Etiologic factors in 220 cases. Postgrad Med. 1968; 43(2): 72-7.
12. Launois S, Bizec JL, Whitelaw WA, Cabane J, Derenne JP. Hiccup in adults: An overview. Eur Respir J. 1993; 6(4): 563-75.
13. Schuchmann JA, Browne BA. Persistent hiccups during rehabilitation hospitalization: Three case reports and review of the literature. Amer J Physical Med. Rehabil.
2007; 86(12): 1013-18.
14. Smith HS, Busracamwongs A. Management of hiccups in the palliative care population. Ameri Hospice & Palliative Care. 2003; 20(2): 149-54.
15. Woelk CJ. Managing hiccups. Can Fam Physician. 2011; 57(6): 6725.
16. Moretto EN, Wee B, Wiffen PJ, Murchison AG. Interventions for treating persistent and intractable hiccup in adults. Cochrane Database Syst Rev. 2013;(1):CD008768.
doi: 10.1002/14651858.CD008768.pub2.
17. Lee JH, Kim TY, Lee HW, Choi YS, Moon SY, Cheong YK. Treatment of intractable hiccups with an oral agent monotherapy of baclofen -a case report-. Korean J Pain.
2010; 23(1): 425.
18. Wilkes G. Hiccups treatment and management [Internet]. 2014 Nov [cited 2015 Aug 17]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/775746-
treatment#d11.
19. Menon M. Gabapentin in the treatment of persistent hiccups in advanced malignancy. Indian J Palliative Care. 2012;18(2):138.
20. Guelaud C, Similowski T, Bizec JL, Cabane J, Whitelaw WA, Derenne JP. Baclofen therapy for chronic hiccup. Eur Respir J. 1995;8(2):2357.

CDK-246/ vol. 43 no. 11 th. 2016 835

Anda mungkin juga menyukai