2. Pemberian intramuscular
Bioavailabilitas obat setelah injeksi intramuskular tergantung pada perfusi di
daerah suntikan, tingkat penetrasi obat melalui endotel kapiler dan volume yang jelas
dimana obat tersebut telah didistribusikan. Beberapa faktor fisiologis dapat
membedakan antara neonatus dengan anak-anak dan orang dewasa. Hal pertama yaitu
penurunan aliran darah ke otot yang bervariasi cukup signifikan selama 2-3 minggu
pertama kehidupan, massa otot kurang dan proporsi air yang lebih tinggi. Pemberian
obat secara intramuskular tidak dapat diandalkan pada neonatus, selain itu parameter
farmakonetikanya tidak dapat diprediksi, walaupun untuk obat-obatan seperti
aminoglikosida dan ampisilin waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi
puncak sebanding antara bayi, anak-anak dan orang dewasa bila diberikan melalui
rute intramuskular (Driessen, 1978).
4. Pemberian perkutan
Dua faktor utama menentukan tingkat dan luas penyerapan perkutan.
Ketebalan stratum korneum epidermis berbanding terbalik dengan penyerapan,
sedangkan keadaan hidrasi kulit secara langsung mempengaruhi penyerapan. Fakta
ini, bersama dengan area permukaan tubuh yang lebih besar yang terkait dengan berat
badan, dapat menyebabkan penyerapan agen secara berlebihan yang diterapkan pada
kulit pada bayi baru lahir dan bayi kecil.
Data dari studi in vivo menunjukkan adanya korelasi terbalik antara
permeabilitas dan usia kehamilan. Tingkat permeabilitas adalah 100 sampai 1000 kali
lipat lebih besar sebelum kehamilan 30 minggu dan neonatus jangka panjang
memiliki tingkat permeasi 3 sampai 4 kali lipat lebih banyak daripada orang dewasa.
Hidrogel teofilin telah digunakan untuk pengobatan apnea pada bayi baru lahir,
menunjukkan konsentrasi plasma yang memadai sampai usia tiga bulan, penyerapan
berkurang setelah itu. Namun, toksisitas sistemik dapat dilihat dengan pemberian obat
perkutan, seperti lidokain dan kortikosteroid selama 8-12 bulan pertama.
5. Pemberian intrapulmonary
Pemberian obat intrapulmoner (inhalasi) semakin banyak digunakan pada bayi
dan anak-anak. Terlepas dari anestesi umum, tujuan utama dari rute pemberian ini
adalah untuk mencapai efek lokal yang dominan, namun eksposur sistemik memang
terjadi. Perubahan perkembangan arsitektur paru-paru dan kapasitas ventilasinya
mengubah penyerapan setelah pemberian obat intrapulmoner.
6. Pemberian intranasal
Ada banyak keuntungan dari pemberian obat intranasal termasuk kemudahan
pemberiannya, kecepatan tindakan, toleransi yang baik dan tidak memiliki efek first-
pass hepatik. Namun, volume administrasi yang terbatas dan penyerapan obat
hidrofilik yang buruk menyebabkan kerugian. Beberapa obat yang telah diuji
intranasal pada anak-anak adalah midazolam, fentanil, butorphanol, ketamin,
sufentanil, kortikosteroid, antihistamin, sumatriptan dan desmopressin.
Dalam penelitian double blind secara acak pada pasien anak-anak dengan usia
rata-rata 4,5 tahun yang menjalani penyembuhan luka bakar, fentanil intranasal (1,4
mcg / kg) dibandingkan dengan morfin oral yang menyimpulkan kesetaraan dalam
keampuhan analgesik antara kedua obat tersebut, namun dengan waktu kurang
tindakan dan efek samping yang lebih sedikit bila diberikan secara intranasal.
Boehm, G.; Braun, W.; Moro, G.; Minoli, I. 1997. Bile acid concentrations in serum
and duodenal aspirates of healthy preterm infants: Effects of gestational and
postnatal age. Biol. Neonate. 71
Driessen, O.H.J.; Sorgedrager, N.; Michel, M.F.; Kerrebijn, K.F.; Hermans, 1978. J.
Pharmacokinetic aspects of therapy with ampicillin and kanamycin in newborn
infants. Eur. J. Clin. Pharmacol. 13
Jimenez, Q. 1994. Recien Nacido Prematuro in Hernandez Rodriguez M. Pediatria,
2nd ed.; Edicione Diaz de Santo: Madrid, Spanish.
Saavedra, I., Quinones, L., Saavedra, M., Sasso, J., Leon, J., Roco, A. 20098.
Farmacocinetica de medicamentos de uso pediatrico, vision actual. Rev. Chil.
Pediatr. 79.
Strolin Benedetti, M.; Whomsley, R.; Baltes, E.L. 2005. Differences in absorption,
distribution, metabolism and excretion of xenobiotics between the paediatric
and adult populations. Expert Opin. Drug Metab. Toxicol. 1.
Zwaveling, J.; Bubbers, S.; van Meurs, A.H.; Schoemaker, R.C.; van Heel, I.R.;
Vermeij, P.; Burggraaf, 2004. J. Pharmacokinetics of rectal tramadol in
postoperative paediatric patients. Br. J. Anaesth. 93