Anda di halaman 1dari 4

Absorpsi

1. Faktor lain yang mempengaruhi absorpsi


Ketidakmatangan proses sekresi dan aktivitas cairan empedu dan pankreas
Ketidakmatangan proses sekresi dan aktivitas cairan empedu dan pankreas
menyebabkan gangguan pencernaan lemak pada bayi baru lahir dan bayi pada
beberapa bulan pertama. Penyerapan vitamin yang larut dalam lemak seperti
vitamin D dan E berkurang pada neonatus, hal ini dapat terjadi karena kantung
garam empedu yang tidak memadai di ileum (Strolin, 2005). Fakta ini perlu
diperhitungkan saat mengelola zat larut lemak pada neonatus dan anak-anak,
selain itu penyesuaian dosis pun harus dilakukan. Setelah beberapa bulan, bayi
baru mampu menyerap senyawa yang larut dalam lemak secara efisien karena
pematangan garam empedu pasca kelahiran (Boehm, 1997).
Ketidakmatangan mukosa usus
Ketidakmatangan mukosa usus ditandai oleh motilitas usus yang lebih rendah
dan aktivitas enzimatik proteolitik, sekresi IgA yang berkurang, berkurangnya
jumlah limfosit B dan permeabilitas usus yang lebih tinggi. Akibat dari kateristik
ini adalah koloniasai bakteri yang abnormal pada saluran gastrointestinal yang
superior, pencernaan protein yang tidak mencukupi, kemampuan defensif yang
lebih rendah dan penyerapan protein yang lebih tinggi, imunoglobulin,
karbohidrat, bakteri, virus dan toksin (Jimenez, 1994).
Ketidakmatangan sistem transportasi
Ketidakmatangan sistem transportasi, gabapentin diserap melalui transporter
asam amino-L di mukosa gastrointestinal dan diekskresikan oleh ginjal sebagai
obat yang tidak berubah. Proses penyerapannya sangat jenuh, oleh karena itu
bioavailabilitas sangat bergantung pada dosis. Karena klirens ginjal mencapai
tingkat yang sudah matang pada usia 1-2 tahun dan karena gabapentin tidak
terikat protein makan akan membuat klirens oral menjadi semakin tinggi karena
berkurangnya bioavailabilitas akibat tidak matangnya transporter asam amino-L
yang akan membuat terbatasnya penyerapan.
Mengurangi first pass metabolisme
Kolonisasi variabel mikroba
Selama kehidupan janin, saluran gastrointestinal steril. Dari awal kelahiran
kolonisasi mikroba sudah terjadi dan bakteri terdeteksi dalam 4-8 jam. Kolonisasi
saluran pencernaan mempengaruhi metabolisme garam empedu dan motilitas
gastrointestinal. Jenis bakteri yang ada pada saluran pencernaan berbeda tiap
neonatus tergantung pada apakah neonatus menerima air susu ibu atau susu
formula. Bioavailabilitas beberapa obat dipengaruhi oleh metabolisme (hidrolisis
dan reduksi) oleh mikroflora usus, yang akan berbeda pada bayi, anak-anak dan
orang dewasa (Saavedra, 2009).

2. Pemberian intramuscular
Bioavailabilitas obat setelah injeksi intramuskular tergantung pada perfusi di
daerah suntikan, tingkat penetrasi obat melalui endotel kapiler dan volume yang jelas
dimana obat tersebut telah didistribusikan. Beberapa faktor fisiologis dapat
membedakan antara neonatus dengan anak-anak dan orang dewasa. Hal pertama yaitu
penurunan aliran darah ke otot yang bervariasi cukup signifikan selama 2-3 minggu
pertama kehidupan, massa otot kurang dan proporsi air yang lebih tinggi. Pemberian
obat secara intramuskular tidak dapat diandalkan pada neonatus, selain itu parameter
farmakonetikanya tidak dapat diprediksi, walaupun untuk obat-obatan seperti
aminoglikosida dan ampisilin waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi
puncak sebanding antara bayi, anak-anak dan orang dewasa bila diberikan melalui
rute intramuskular (Driessen, 1978).

3. Pemberian rute rektal


Pemberian obat melalui rektal adalah rute yang berguna jika pasien tidak dapat
minum obat melalui oral dan pemberian intravena sulit dilakukan. Daerah rektum
kecil tapi bervaskularisasi dengan baik dan penyerapan yang terjadi melalui pembuluh
darah superior, media dan vena hemoroid rendah.
Rute rektal tidak banyak dimodifikasi dengan pematangan. pH lokal rektum
mendekati netral pada orang orang dewasa, tapi basa pada kebanyakan anak-anak.
First pass efek kemungkinan memiliki efek pada bioavailabilitas pemberian rute
rektal. Sedangkan obat yang diberikan dalam dosis rendah melalui rektum akan
disampaikan secara sistemik sebelum melewati hati, obat-obat yang diberikan dalam
dosis tinggi melalui rektum biasanya dibawa langsung ke hati dan akan bergantung
pada metabolisme dan sirkulasi enteropatik. Oleh karena itu bioavailabilitas akan
bervariasi antara neonatus, anak-anak dan orang dewasa. Hal ini tergantung pada
lokasi penyerapan rektum.
Namun ketoprofen memiliki penyerapan yang sama pada anak-anak dan orang
dewasa setelah pemberian rektal. Waktu penyerapan parasetamol yang
berkepanjangan ditunjukkan pada neonatus prematur dibandingkan dengan neonatus,
hal ini dapat terjadi karena perbedaan suhu rektum. Bioavaliabilitas parasetamol akan
menurun seiring dengan bertambahnya usia, kemungkinan karena peningkatan first
pass efek hati seiring dengan pematangan enzim hati. Ternyata ada perbedaan tingkat
penyerapan setelah pemberian tramadol melalui rektum antara anak-anak dan orang
dewasa yang dapat disebabkan karena perbedaan pH (Zwafeling, 2004).

4. Pemberian perkutan
Dua faktor utama menentukan tingkat dan luas penyerapan perkutan.
Ketebalan stratum korneum epidermis berbanding terbalik dengan penyerapan,
sedangkan keadaan hidrasi kulit secara langsung mempengaruhi penyerapan. Fakta
ini, bersama dengan area permukaan tubuh yang lebih besar yang terkait dengan berat
badan, dapat menyebabkan penyerapan agen secara berlebihan yang diterapkan pada
kulit pada bayi baru lahir dan bayi kecil.
Data dari studi in vivo menunjukkan adanya korelasi terbalik antara
permeabilitas dan usia kehamilan. Tingkat permeabilitas adalah 100 sampai 1000 kali
lipat lebih besar sebelum kehamilan 30 minggu dan neonatus jangka panjang
memiliki tingkat permeasi 3 sampai 4 kali lipat lebih banyak daripada orang dewasa.
Hidrogel teofilin telah digunakan untuk pengobatan apnea pada bayi baru lahir,
menunjukkan konsentrasi plasma yang memadai sampai usia tiga bulan, penyerapan
berkurang setelah itu. Namun, toksisitas sistemik dapat dilihat dengan pemberian obat
perkutan, seperti lidokain dan kortikosteroid selama 8-12 bulan pertama.

5. Pemberian intrapulmonary
Pemberian obat intrapulmoner (inhalasi) semakin banyak digunakan pada bayi
dan anak-anak. Terlepas dari anestesi umum, tujuan utama dari rute pemberian ini
adalah untuk mencapai efek lokal yang dominan, namun eksposur sistemik memang
terjadi. Perubahan perkembangan arsitektur paru-paru dan kapasitas ventilasinya
mengubah penyerapan setelah pemberian obat intrapulmoner.

6. Pemberian intranasal
Ada banyak keuntungan dari pemberian obat intranasal termasuk kemudahan
pemberiannya, kecepatan tindakan, toleransi yang baik dan tidak memiliki efek first-
pass hepatik. Namun, volume administrasi yang terbatas dan penyerapan obat
hidrofilik yang buruk menyebabkan kerugian. Beberapa obat yang telah diuji
intranasal pada anak-anak adalah midazolam, fentanil, butorphanol, ketamin,
sufentanil, kortikosteroid, antihistamin, sumatriptan dan desmopressin.
Dalam penelitian double blind secara acak pada pasien anak-anak dengan usia
rata-rata 4,5 tahun yang menjalani penyembuhan luka bakar, fentanil intranasal (1,4
mcg / kg) dibandingkan dengan morfin oral yang menyimpulkan kesetaraan dalam
keampuhan analgesik antara kedua obat tersebut, namun dengan waktu kurang
tindakan dan efek samping yang lebih sedikit bila diberikan secara intranasal.

Boehm, G.; Braun, W.; Moro, G.; Minoli, I. 1997. Bile acid concentrations in serum
and duodenal aspirates of healthy preterm infants: Effects of gestational and
postnatal age. Biol. Neonate. 71
Driessen, O.H.J.; Sorgedrager, N.; Michel, M.F.; Kerrebijn, K.F.; Hermans, 1978. J.
Pharmacokinetic aspects of therapy with ampicillin and kanamycin in newborn
infants. Eur. J. Clin. Pharmacol. 13
Jimenez, Q. 1994. Recien Nacido Prematuro in Hernandez Rodriguez M. Pediatria,
2nd ed.; Edicione Diaz de Santo: Madrid, Spanish.
Saavedra, I., Quinones, L., Saavedra, M., Sasso, J., Leon, J., Roco, A. 20098.
Farmacocinetica de medicamentos de uso pediatrico, vision actual. Rev. Chil.
Pediatr. 79.
Strolin Benedetti, M.; Whomsley, R.; Baltes, E.L. 2005. Differences in absorption,
distribution, metabolism and excretion of xenobiotics between the paediatric
and adult populations. Expert Opin. Drug Metab. Toxicol. 1.
Zwaveling, J.; Bubbers, S.; van Meurs, A.H.; Schoemaker, R.C.; van Heel, I.R.;
Vermeij, P.; Burggraaf, 2004. J. Pharmacokinetics of rectal tramadol in
postoperative paediatric patients. Br. J. Anaesth. 93

Anda mungkin juga menyukai