Anda di halaman 1dari 6

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Secara umum yang dimaksud dengan pengawasan adalah segala kegiatan dan
tindakan untuk menjamin agar penyelenggaraan suatu kegiatan tidak menyimpang dan
tujuan serta rencana yang telah digariskan. Karena pihak yang paling bertanggung jawab
atas kesuksesan pelaksanaan kegiatan dengan tujuan dan rencananya ini adalah pihak
atasan, maka pengawasan sesungguhnya mencakup baik aspek pengendalian maupun
aspek pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap bawahannya.
Menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, yang dimaksud
dengan keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Bila pengertian pengawasan tersebut diterapkan terhadap pengawasan keuangan negara,
maka dapat dikemukakan bahwa pengawasan keuangan negara adalah segala tindakan
untuk menjamin agar pengelolaan keuangan negara berjalan sesuai dengan tujuan, rencana,
dan aturan-aturan yang telah digariskan.
Karena yang menjadi objek pengawasan keuangan negara adalah anggaran negara,
maka pengertian pengawasan keuangan negara diihat dari segi komponen anggaran negara
dapat pula dinyatakan sebagai berikut: pengawasan keuangan negara adalah segala
kegiatan untuk menjamin agar pengumpulan penerimaan-penerimaan negara, dan
penyaluran pengeluaran-pengeluaran negara, tidak menyimpang dari rencana yang telah
digariskan di dalam anggaran. Dengan adanya reformasi dibidang keuangan negara seperti
terbitnya UU RI No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, dan undang-undang lainnya
seperti tersebut di atas dan termasuk juga pengaturan sistem pengelolaan keuangan daerah
yang telah tergabung di dalam sistem keuangan negara.
Setelah peraturan perundang-undangan dibidang keuangan negara dilaksanakan, kurang
lebih lima tahunan, maka sudah pasti ditemukan kendala dan permasalahan, sebagai
contoh, dimana keberadaan keuangan daerah dalam sistem keuangan negara seperti tidak
termuatnya pengertian, lingkup dan hubungannya dengan keuangan negara. Akibat
kekurang- jelasan pengertian ini, dapat berdampak juga pada sistem dan kewenangan
pemeriksan keuangan negara yang dilakukan oleh badan pemeriksa keuangan (BPK).
Oleh karena itu, sudah waktunya setiap permasalahan yang timbul sebagai akibat dari
pelaksanaan, dapat dijadikan bahan pertimbangan guna dicari pemecahan dan solusinya,
yakni dengan melakukan penelitian, pengkajian, pengevaluasian secara komprehensif.
Hasil penelitian dijadikan saran dan usulan dalam rangka penyempurnaan kembali
peraturan perundang-undangan dibidang keuangan negara yang telah berjalan selama ini.
Mengingat sangat pentingnya pengawasan terhadap keuangan negara, maka baik
pengawasan intern maupun pengawasan ekstern perlu ditingkatkan secara terus
menerus. Meskipun telah banyak peraturan (regulasi) yang mengatur tentang korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN), namun tanpa political will dari Pemerintah untuk secara
sungguh-sungguh memberantas praktek KKN, hal tersebut tidak ada artinya.Sistem
pengelolaan keuangan negara perlu disempurnakan dan ditertibkan, antara lain mencakup
sistem administrasi pembukuan yang masih mengandung kelemahan. Aparat / lembaga
pengawasan yang ada, baik lembaga pengawasan intern dan ekstern perlu lebih
diberdayakan sehingga tidak sekedar sebagai pelengkap saja. Selain itu yang tidak kalah
penting adalah peningkatan moral / akhlaq para penyelenggara negara, melalui
peningkatan iman dan taqwa yang sesungguhnya. Dalam hal ini rakyat
membutuhkan keteladanan dari pejabat negara, yaitu satunya kata dan perbuatan alias
tidak munafiq.Adanya berbagai upaya tersebut, diharapkan kebocoran atau penyelewengan
keuangan negara yang diakibatkan oleh korupsi, manipulasi dan tindak penyelewengan
lainnya dapat dicegah atau dihindari. Akhirnya semoga tekad Pemerintah untuk
mewujudkan aparatur yang bersih dan berwibawa dapat diupayakan terwujud dan bukan
semata-mata sebagai slogan saja

1.2 Rumusan Masalah


1.Telaahan penerapan dan hubungan sistem keuangan negara dengan sistem keuangan
daerah dan pertanggungjawabannya.
2.Peran BPK dalam pengawasan keuangan Negara
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui penerapan dan hubungan sistem keuangan negara dengan sistem
keuangan daerah dan pertanggungjawabannya.
2.untuk mengetahui peran BPK dalam pengawasan keuangan Negara
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengawasan
Seperti yang kita ketahui pemerintah merupakan pelaksana anggaran negara, dan
secara otomatis akan menetukan arah dan kebijakan keuangan negara dengan kontrol dari
DPR juga. kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah nantinya akan digunakan oleh
pelaksana itu sendiri, yaitu departemen departemen serta lembaga negara. oleh karena itu
untuk mengawasi jalanya pemakaian keuangan negara dibutuhkanlah yang namanya
pengawasan keuangan negara.
Pengawasan keuangan negara adalah Segala kegiatan kegiatan untuk menjamin
agar pengumpulan penerimaan-penerimaan negara, dan penyaluran pengeluaran-
pengeluaran negara tidak menyimpang dari rencana yang telah digariskan di dalam
Anggaran .
B. Tujuan Pengawasan Keuangan Negara
1. Untuk menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dapat dijalankan.
2. Untuk menjaga agar kegiatan pengumpulan penerimaan dan pembelanjaan
pengeluaran negara sesuai dengan anggaran yang telah digariskan.
3. Untuk menjaga agar pelaksanaan APBN benar-benar dapat dipertanggung-
jawabkan.
C. Jenis-Jenis Pengawasan
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang
ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan dalam
bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau
pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin
oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk
setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan
Kementerian Dalam Negeri.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang
berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas
dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak
mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah,
sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam
proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak mengurangi
independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara obyektif aktivitas
pemerintah.
2. Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, pengawasan yang dilakukan
terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah
terjadinya penyimpangan. Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah dengan
maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara
yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan
ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana
yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika
dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan
dilakukan akan terdeteksi lebih awal.
Di sisi lain, pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu
kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan. Pengawasan model ini lazimnya dilakukan
pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan kemudian
disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya
untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.
3. Pengawasan Aktif dan Pasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk pengawasan yang dilaksanakan
di tempat kegiatan yang bersangkutan. Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh
(pasif) yang melakukan pengawasan melalui penelitian dan pengujian terhadap
surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan
pengeluaran. Di sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil
menurut hak (rechmatigheid) adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah
telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.
Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan
pengeluaran (doelmatigheid) adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah
memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya
yang serendah mungkin.
4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan
kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid).
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan untuk
menghindari terjadinya korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara
yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri. Dengan dijalankannya pengawasan
tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung jawaban anggaran dan kebijakan
negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan
D. Pemeriksaan Sebagai Tindak Lanjut Pengawasan
Salah satu bentuk tindak lanjut penyelenggaraan pengawasan adalah pemeriksaan.
Pemeriksaan adalah penilaian yang independen, selektif, dan analistis terhadap program
atau kegiatan, dengan tujuan untuk :
1. Menilai efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan penggunaan sumber daya dan dana
yang tersedia.
2. Mengenali aspek-aspek yang perlu diperbaiki.
3. Mengevaluasi aspek-aspek tersebut secara mendalam, memaparkan perlunya
perbaikan, serta mengemukakan saran-saran perbaikan yang perlu dilakukan.
E. Proses Pemeriksaan Operasional
Proses pelaksanaan pemeriksaan operasional secara garis besar dilakukan dalam 4 (empat)
tahapan, yaitu :
1. Survei pendahuluan.
2. Evaluasi sistem pengendalian intern.
3. Pemeriksaaan terinci.
4. Penulisan laporan.
F. Tindak Lanjut Pemeriksaan
Setiap pejabat yang menerima laporan hasil pemeriksaaan harus melakukan tindak lanjut,
serta melaporkannya kepada BPKP. Tindak lanjut yang dilaporkan kepada BPKP dalam
hal ini tidak hanya tindak lanjut dari temuan pemeriksaan BPKP, melainkan tindak lanjut
dari temuan pemeriksaan aparat pengawas sendiri. Yang dimaksud tindak lanjut dalam hal
ini :
1. Tindakan administratif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang
pengawasan, termasuk penerapan hukum disiplin.
2. Tindakan tuntutan atau gugatan perdata, antara lain :
1. Tuntutan ganti atau penyetoran kembali.
2. Tuntutan bendaharawan.
3. Tuntutan perdata berupa pengenaan denda, ganti rugi, dll.
4. Tindakan pengajuan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya ke PN.
5. Tindakan penyempunaan Aparatur Pemerintah di Bidang kelembagaan,
kepegawaian, dan ketatalaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai