Anda di halaman 1dari 5

Anisa |Gagal Jantung Kongestif

Gagal Jantung Kongestif

Anisa Nuraisa Djausal, Oktafany


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Gagal jantung adalah kumpulan sindroma klinis kompleks yang diakibatkan oleh gangguan struktur ataupun fungsi dan
menyebabkan gangguan pengisian ventrikel atau pemompaan jantung. Gagal jantung dibedakan menjadi gagal jantung akut
dan gagal jantung kronik. Kasus ini mengenai laki-laki, umur 19 tahun, datang dengan keluhan sesak nafas sejak 7 hari dan
dada berdebar-debar sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sesak
dengan pernapasan sebanyak 40x/menit. Pada leher tampak jugular venous pressure (JVP) meningkat 5+2 cm H20. Pada
toraks didapatkan adanya ronki pada kedua basal paru. Pada pemeriksaan jantung iktus kordis terlihat dan teraba di
intercostal space (ICS) V midklavikula sinistra, suara gallop (+). Hasil elekktrokardiografi(EKG)right bundle branch block pada
lead Avf, V4-V6. Hasil foto thoraks menunjukkan kardiomegali dengan cardiothoracic ratio (CTR) >50%. Penatalaksanaan
yang diberikan adalah oksigenasi 3 liter per menit, pemasangaan intravena (IV) line ringer laktat 10 tetes per menit, injeksi
furosemid 1 ampul per 8 jam, tablet tyarit 200mg 2 kali per hari, tablet aspilet 80mg 1 kali per hari, tablet cardace 2,5mg 1
kali per hari.

Kata kunci: gagal jantung, gagal jantung kronik

Congestive Heart Failure


Abstract

Heart failure is a complex clinical syndrome that results from any structural or functional impairment of ventricular filling or
ejection of blood. Heart failure differ to acute and chronic heart failure. This case talks about 19 years old boy with dyspnea
since 7 days and palpitation since 1 day before admitting to hospital. From physical examination, respiration rate is
40x/minutes. The JVP increase to 5+2 cm H20. From the thorax examination there is a rhonchi at both lung base. From the
cardiac examination the ictus cordis seen and palpitate at ICS V left midclavicular line, gallop (+). The ECG shown Right
Bundle Branch Block at Avf, V4-V6 lead. The thorax radiology shown cardiomegaly (CTR>50%). The treatment are oxygen 3
liter per minute, IV line ringer lactate 10 drip per minute, furocemide injection 1 ampule per 8 hour, tyarit 200mg twice a
day per oral, aspilet tablet 80mg a day per oral, cardace 2,5mg tablet a day per oral.

Keywords:chronic heart failure, heart failure

Koresponensi: Anisa Nuraisa Djausal, S.Ked, alamat Jl. Griya Persada blok 2B No. 8 Way Halim Permai Bandar Lampung, HP
081369233131 , e-mail cacadjausal@gmail.com

Pendahuluan jantung berupa sesak, fatiq baik dalam


Gagal jantung (heart failure) adalah keadaan istirahat maupun beraktifitas.1-3
kumpulan sindroma klinis yang kompleks yang Angka kejadian gagal jantung semakin
diakibatkan oleh gangguan struktur ataupun meningkat dari tahun ke tahun, data WHO
fungsi dan menyebabkan gangguan pengisian tercatat 1,5% sampai 2% orang dewasa di
ventrikel atau pemompaan jantung. Gagal Amerika Serikat menderita gagal jantung dan
jantung akut (acute heart failure) adalah 700.000 diantaranya memerlukan perawatan
serangan cepat dari gejala-gejala atau tanda- di rumah sakit per tahun. Faktor risiko
tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. terjadinya gagal jantung yang paling sering
Gagal jantung akut dapat berupa acute de novo adalah usia lanjut, 75% pasien yang dirawat
(serangan baru dari gagal jantung akuttanpa dengan gagal jantung berusia 65-75%.
ada kelainan jantung sebelumnya) atau Terdapat 2 juta kunjungan pasien rawat jalan
dekompensasi akut dari gagal jantung kronik. per tahun yang menderita gagal jantung.
Disfungsi yang terjadi pada gagal jantung dapat Kemudian menurut penelitian angka kejadian
berupa disfungsi sistolik atau disfungsi gagal jantung kronik di Amerika Serikat,
diastolik. Gagal jantung kronis (chronic heart jumlahnya sekitar tiga juta orang, lebih dari
failure) juga didefinisikan sebagai sindroma empat ratus ribu kasus baru dilaporkan tiap
klinik yang komplek disertai keluhan gagal tahun.3,4,7

J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |10


Anisa |Gagal Jantung Kongestif

Kasus
Pasien laki-laki, 19 tahun, datang ke
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Abdul
Moeloek (IGD RSAM) dengan keluhan sesak
nafas sejak 7 hari sebelum masuk Rumah
RSAM dan memberat sejak 1 hari sebelum
masuk RSAM. Sesak nafas dirasakan terus-
menerus dan semakin memberat sehingga
mengganggu aktivitas pasien. Pasien mengaku
sesak sering dirasakan misalnya pada saat
pasien turun dari tempat tidur ataupun
berganti pakaian. Sesak berkurang jika pasien
beristirahat. Pasien juga mengeluhkan sesak Gambar 1. Gambaran EKG dengan interpretasi
pada malam hari, seringkali pasien terbangun RBBB lead Avf, V4-V6
setelah beberapa jam tidur dikarenakan sesak.
Sesak semakin memberat apabila pasien dalam Pada pemeriksaan laboratorium
posisi berbaring dan berkurang saat posisi didapatkan hemoglobin (Hb) 13,5 g/dl, leukosit
duduk. Pasien lebih nyaman tidur dalam posisi 7.400/ul, eritrosit 4,5 juta/ul, hematokrit 40%,
tubuh yang lebih tinggi dengan menggunakan trombosit 158.000/ul, dula darah
3-4 bantal. sewaktu(GDS) 131 mg/dl, ureum 36 mg/dl,
Pada dua hari terakhir pasien mengeluh kreatinin 1,10 mg/dl, natrium 138 mmol/L,
tetap merasa sesak walaupun dalam keadaan kalium 2,6 mmol/L, kalsium 9,5 mg/dl, klorida
beristirahat. Selain itu pasien juga 107 mmol/L. Hasil elektrokardiogram(EKG)right
mengeluhkan adanya batuk. Batuk dirasakan bundle branch block pada lead Avf, V4-V6.Hasil
kering tanpa disertai dahak. Batuk lebih sering foto toraks menunjukkan kardiomegali
muncul terutama pada malam hari.Batuk tanpa dengancardiothoracic ratio(CTR) 58% dan
disertai demam dan tanpa keringat pada tampak garis Kerley B (CTR>50%).Pasien ini
malam hari. didiagnosis dengan Chronic Heart Failure
Sejak 1 hari sebelum masuk RSAMpasien Functional Class New York Heart Association
mengeluhkan dada berdebar-debar. Dada (NYHA) IV.
berdebar-debar dirasakan sepanjang hari.
Pasien juga mengeluhkan nyeri dada terutama
nyeri dirasakan saat pasien batuk. Nyeri dada
yag dirasakan tidak menjalar. Nyeri dada
disertai dengan sesak yang semakin memberat.
Riwayat dirawat di RSAM dengan
keluhan yang sama 1 bulan yang lalu. Selama
1 bulan ini pasien meminum obat rutin yaitu
furosemid, spironolakton, tiaryt, aspilet dan
cardace.Pada pemeriksaan fisik pasien
didapatkan kesadaran compos mentis,keadaan
umum tampak sakit sedang, tekanan darah
120/70 mmHg, nadi 92x/ menit, tampak sesak
dengan pernapasan sebanyak 35x/menit, dan
suhu badan 36,7oC. Berat badan 60kg dan Gambar 2. Foto toraks dengan CTR 58% (CTR>50%)
tinggi badan 170cm. Tidak tampak sianosis dan garis Kerley B
ataupun edema umum. Pada leher
tampakjugular venous pressure(JVP) meningkat Penatalaksaan yang diberikan
5+2 cm H20. Pada toraks didapatkan adanya berupanon-farmakoterapi dan farmakoterapi.
ronki pada kedua basal paru. Pada Penatalaksanaan non-farmakoterapi yang
pemeriksaan jantung ictus cordis terlihat dan diberikan adalah tirah baring, kurangi aktifitas
teraba di ICS V midclavicula sinistra, suara berat, dan minum obat teratur.
gallop (+). Penatalaksanaan farmakoterapi yang
diberikan adalah oksigenasi 3 liter per menit,

J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |11


Anisa |Gagal Jantung Kongestif

pemasangaan intravena(IV)line ringer laktat 10 gejala sesak napas tetap ada walaupun saat
tetes per menit, injeksi furosemid 1 ampul per pasien beristirahat.5
8 jam, tablet tyarit 200mg 2 kali per hari, tablet Pemeriksaan elektrokardiogram harus
aspilet 80mg 1 kali per hari, tablet cardace dikerjakan pada semua pasien diduga gagal
2,5mg 1 kali per hari. Pada pasien ini dilakukan jantung.1,8Abnormalitas EKG sering dijumpai
pemantauan keadaan umum, EKG dan tanda pada gagal jantung. Abnormalitas EKG memiliki
vital setiap hari. nilai prediktif yang kecil dalam mendiagnosis
Prognosis pada pasien ini adalah dubia gagal jantung, jika EKG normal diagnosis gagal
ad malam. jantung khususnya dengan disfungsi sistolik
sangat kecil (< 10%). Beberapa penyebab
Pembahasan seperti infark miokard, intoksikasi obat,
Diagnosis gagal jantung kongestif miokarditis, sarkoidosis, penyakit Lyme dapat
didasarkan pada gejala-gejala yang ada dan terlihat sebagai abnormalitas EKG berupa blok
penemuan klinis disertai dengan pemeriksaan atrioventikular. Pada pasien didapatkan right
penunjang antara lain foto toraks, EKG, bundle branch block pada lead Avf, V4-V6.1,2,10
ekokardiografi, pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan foto toraks merupakan
rutin, dan pemeriksaan biomarker.1,4 komponen penting dalam diagnosis gagal
Kriteria diagnosis yang dipakai adalah jantung.8 Rontgen toraks dapat mendeteksi
dengan dua kriteria mayor atau satu kriteria kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura, dan
mayor dan 2 kriteria minor dari kriteria dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru
Framingham untuk diagnosis gagal jantung. yang menyebabkan atau memperberat sesak
Kriteria mayor adalah paroksismal nokturnal nafas.
dispneu, ronki paru, edema akut paru, Berdasarkan American Heart Association
kardiomegali, gallop S3, distensi vena leher, (AHA) terapi farmakologi yang diberikan
refluks hepatojugular, peningkatan tekanan kepada pasien gagal jantung dengan gejala
vena jugularis.1,8 yang berat dan terdapat tanda gagal jantung
Kriteria minor adalah edema serta memiliki komplikasi adalah berupa
ekstremitas, batuk malam hari, hepatomegali, pemberian obat golongan diuretik, ACE
dispnea deffort, efusi pleura, takikardi (120 inhibitor, B-blocker, nitrat, dan digitalis.1,2
kali per menit), kapasitas vital berkurang 1/3 Terapi farmakologi yang diberikan
dari normal.1,8 kepada pasien adalah oksigenasi 3 liter per
Kriteria mayor yang terdapat pada menit, pemberian oksigen untuk pencegahan
pasien adalah paroksismal nokturnal dispnea hipoksia serta mengurangi beban jantung pada
yaitu keluhan sesak nafas yang dirasakan pasien yang mengalami sesak napas. IV line
pasien terutama pada malam hari, seringkali ringer laktat10 tetes per menit bertujuan untuk
pasien terbangun setelah beberapa jam tidur pembatasanintake cairan.Pemberian diuretik
dikarenakan sesak. Pada pemeriksaan fisik berupa injeksi furosemid 20mg per 8 jam,
didapatkan ronki pada kedua lapang paru, sampai tekanan vena jugularis normal dan
gallop S3 (+), distensi vena leher, refluks menghilangkan edema. Pemberian diuretik
hepatojugular dan peningkatan tekanan vena secara parenteral diindikasikan pada gagal
jugularis. Kriteria minor yang terdapat pada jantung berat dan edema paru akut. Pada
pasien adalah keluhan sesak yang memberat pasien gagal jantung disertai edema dengan
saat beraktivitas (dispneu deffort) dan batuk tensi tidak terlalu tinggi dapat diberikan
yang muncul terutama pada malam hari. furosemid drip 40-60mg dalam 500cc (titrasi)
Terdapat 6 kriteria mayor dan 2 kriteria minor cairan ringer laktat per 24jam.1,2,6,8
pada pasien, sehingga kriteria diagnosis gagal Pada pasien ini diberikan diuretik
jantung dapat ditegakkan. berupa loop diuretic yaitu furosemid 40mg
Berdasarkan gejala yang berkaitan dalam 50cc ringer laktat20 tetes per menit,
dengan kapasitas fungsionalnya menurut The dilanjutkan dengan 40mg dalam 500cc ringer
New York Heart Association (NYHA), gagal laktat20 tetes per menit secara drip
jantung pada pasien termasuk gagal jantung dimasukkan kedalam larutan ringer laktat.
NYHA kelas IV, karena pasien tidak sanggup Dosis yang seharusnya diberikan menurut AHA
melakukan kegiatan apapun tanpa keluhan, heart failure guideline 2013 adalah 20-40mg 1-
2 kali pemberian dengan dosis maksimum

J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |12


Anisa |Gagal Jantung Kongestif

600mg per hari. Menurut Perhimpunan Dokter amiodarondibedakan menjadi loading dose
Spesialis Kardiovaskular Indonesia(PERKI) 2015 yaitu 800-1600mg per hari dan maintenance
yang dijadikan standar operasional prosedur dose 400-600mg perhari. Pemberian obat ini
RSAM, pemberian diuretik berupa furosemid diindikasikan untuk aritmia ventrikular.
diberikan per oral dengan dosis 1mg/kgBB. Antiaritmia tidak direkomendasikan untuk
Sehingga pemberian diuretik pada pasien ini pasien yang asimptomatik atau aritmia
sudah tepat.1,6,10 ventrikel yang tidak menetap.1,9,10
Padapasien ini diberikan antiaritmia
berupa amiodaron HCl 200mg diberikan
200mg2 kali perhari. Dosis untuk

2
Gambar 3. Alur Guideline ACC/AHA

Pada pasien ini diberikan antagonis Pada pasien ini diberikan antiplatelet
aldosteron yaitu spironolakton 25mg tablet agents yaitu aspilet dengan dosis 80mg
diberikan 1 kali pada pagi hari. Pemberian obat diberikan 1 kali perhari. Pemberian obat ini
ini penting terutama pada pasien yang diindikasikan untuk pencegahan emboli
diberikan loop diuretic untuk mencegah serebral pada penderita dengan fibrilasi atrial
hipokalemi, dan menurut AHA heart failure dengan fungsi ventrikel yang buruk.Namun
guideline 2013 dosis yang diberikan sudah pada AHA heart failure guideline 2013 tidak
sesuai yaitu 12,5-25mg 1 kali per hari, dengan terdapat pemberian obat tersebut, sehingga
dosis maksimal 2 kali 25mg.1 pengobatan ini kurang sesuai.1,2
Padapasien ini diberikan venodilator Pada pasien ini tidak diberikan ACE-
yaitu isosorbid dinitrat dengan dosis 5mg inhibitormisalnya captopril ataupun ramipril.
berikan 2 kali perhari. Menurut AHA heart Pada AHA heart failure guideline 2013
failure guideline 2013 pemberian isosorbid disebutkan bahwa dapat diberikan ACE
dinitrat seharusnya didampingi dengan inhibitor bermanfaat untuk menekan aktivasi
hidralazine dengan dosis 37,5mg hidralazine neurohormonaldan pada gagal jantung yang
dan 20mg isosorbid dinitrat diberikan 3 kali disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri, serta
perhari. Obat ini diberikan untuk menurunkan untuk anti remodeling untuk mencegah dilatasi
pre-load, namun dosis yang diberikan belum jantung. Seharusnya diberikan ACE inhibitor
sesuai dengan guideline. dosis rendah untuk pasien dengan gagal
jantung kronik, yaitu 6,25mg 2 kali perhari,

J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |13


Anisa |Gagal Jantung Kongestif

dengan dosis maksimal50mg 3 kali perhari. Foundation/American Heart Association


Pada PERKI 2015 juga dianjurkan untuk Task Force on Practice Guidelines. J Am
diberikannya ACE inhibitorbila tidak terdapat Coll Cardiol. 2013;62(16):e147-239.
kontraindikasi.1,2,8,10 2. Hunt SA, Abraham WT, Chin MH, Feldman
Pada kasus ini tidak diberikan beta AM, Francis GS, Ganiats TG, et al.
blockermisalnya bisoprolol ataupun carvedilol. ACCF/AHA Practice Guideline: Full Text.
Pada AHA heart failure guideline 2013 Circ AHA J. 2009;119(14):e391-479.
disebutkan bahwa dapat diberikan beta blocker 3. Follath F, Yilmaz MB, Delgado JF, Parissis
pada pasien gagal jantung kronik untuk JT, Porcher R, Gayat E, et al. Clinical
menurunkan angka mortalitas dan presentation, management and outcomes
menurunkan progesifitas penyakit. Beta in the acute heart failure global survey of
blocker bermanfaat sama seperti ACE inhibitor. standard treatment (ALARM-HF). J
Pemberian mulai dosis kecil kemudian dititrasi Intensive Care Med. 2011;37(4):619-26.
selama beberapa minggu dengan kontrol ketat 4. Norton C, Georgiopoulou VV,
sindrom gagal jantung. Biasanya diberikan bila Kalogeropoulos AP, Butler J. Epidemiology
keadaan sudah stabil. Pada gagal jantung kelas and cost of advanced heart failure. Prog
fungsional II dan III. Dosis yang dapat diberikan Cardiovasc Dis. 2011;54(2):78-85.
adalah 1,25 mg satu kali per hari untuk 5. Bui AL, Horwich TB, Fonarow GC.
bisoprolol dan3,125mg 2 kali per hariuntuk Epidemiology and risk profile of heart
carvedilol dengan dosis maksimal 10mg satu failure. NatRev Cardiol. 2011;8(1):30-41.
kali per hari untuk bisopolol dan 50mg 2 kali 6. Felker GM, Lee KL, Bull DA, Redfield MM,
per hari untuk carvedilol.1,8,9 Stevenson LW, Goldsmith SR, et al.
Pada pasien ini juga tidak diberikan Diuretic strategies in patients with acute
angiotensin II reseptor blocker (ARB) misalnya decompensated heart failure. NEngl JMed.
candesartan. Pada AHA heart failure guideline 2011;364(9):797-805.
2013 disebutkan bahwa dapat diberikan ARB 7. Parati G, Esler M. The human sympathetic
pada pasien dengan gagal jantung kronik untuk nervous system: its relevance in
mencegah reseptor angiotensin. Dosis yang hypertension and heart failure. Eur Heart
diberikan adalah 4-8mg diberikan satu kali J. 2012; 33(9):1058-66.
perhari dengan dosis maksimal 32mg perhari.1 8. McMurray JJ, Adamopoulos S, Anker SD,
Auricchio A, Bhm M, Dickstein K, et al.
Simpulan ESC guidelines for the diagnosis and
Pendekatan diagnosis pada kasus ini treatment of acute and chronic heart
sudah sesuai dengan teori gagal jantung. failure 2012. Eur J Heart Fail.
Namun penatalaksanaan pada kasus ini belum 2012;14(8):803-69.
sesuai dengan AHA heart failure guideline 2013 9. Hanafy DA. How to choose between rate
ataupun PERKI 2015. and rhythm control strategy. J Kardiol
Indones. 2010;31(3):187-95.
Daftar Pustaka 10. Siswanto BB, Hersunarti N, Erwinanto,
1. Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Butler J, Barack R, Pratikto RS, Nauli SE, et al.
Casey DE, Drazner MH, et al. 2013 Pedoman tatalaksana gagal jantung. Edisi
ACCF/AHA guideline for the management ke-1. Jakarta: Perhimpunan Dokter
of heart failure: a report of the American Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).
College of Cardiology 2015. hlm. 14-28.

J Medula Unila|Volume 5 |Nomor 1 | Mei 2016 |14

Anda mungkin juga menyukai