Anda di halaman 1dari 15

Usep saepuloh 2119090216

Azhar fauzi 2119090030


Nur halimah 2119090147
A. Evolusi dalam pandangan Agama

Teori Darwin mengatakan bahwasanya manusia dahulunya berasal dari seekor


kera kemudian mengalami evolusi. Apakah ini benar dan apakah dalilnya?

Jawaban: Perkataan ini tidaklah benar. Adapun dalilnya, Allah telah


menjelaskan tentang tahap-tahap penciptaan Adam. Allah berfirman:
Yang ِArtinya: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah ciptakan dia dari tanah” (Ali Imran 59)
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik.”(Al Mu’minun 12-14)
Berbagai keberatan terhadap evolusi telah dicetuskan berulang-ulang sejak
munculnya pemikiran-pemikiran evolusi pada awal abad ke-19.[1] Pemikiran-
pemikiran bahwa hukum-hukum alam mengontrol perkembangan alam dan
perkembangan masyarakat mendapatkan dukungan yang luas dengan terbitnya
buku The Constitution of Man pada tahun 1828 oleh George Combe dan
Vestiges of the Natural History of Creation pada tahun 1844 oleh seorang
penulis anonim. Ketika Charles Darwin menerbitkan buku On the Origin of
Species pada tahun 1859, ia secara perlahan-lahan meyakinkan komunitas
ilmiah bahwa evolusi merupakan hipotesis yang valid dan secara empiris
dibenarkan. Pada tahun 1930-an dan 1940-an, para ilmuwan berhasil
mengembangkan sintesis evolusi modern yang mengkombinasikan teori

1
seleksi alam Darwin dengan genetika populasi.[2] Sejak periode ini,
keberadaan proses-proses evolusi dan kemampuan sintesis evolusi modern
untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa proses-proses ini muncul menjadi
tidak kontroversial lagi di kalangan biologiawan.
Setelah perkembangan sintesis modern, hampir semua kritik-kritik terhadap
evolusi datang dari sumber-sumber religius dan bukannya berasal dari
komunitas ilmiah itu sendiri.[4] Namun, banyak pula umat kristen yang percaya
pada Tuhan sebagai Sang Pencipta tidak melihat evolusi sebagai pemikiran
yang bertolak dengan kepercayaan mereka dan mereka menerima teori dan
proses evolusi.
Berbeda dengan berbagai keberatan awal yang diajukan terhadap evolusi, di
mana terdapat perbedaan yang jelas antara keberatan yang diajukan secara
ilmiah dengan keberatan yang diajukan secara religi, akhir-akhir ini terdapat
usaha-usaha untuk mengaburkan perbedaan ini. Terutama oleh gerakan sains
kreasi dan perancangan cerdas yang menyerang dasar-dasar empiris ilmu
pengetahuan dan berargumen bahwa terdapat banyak bukti-bukti ilmiah yang
lebih banyak yang membuktikan perancangan kehidupan oleh makhluk cerdas.
Kebanyakan argumen yang menentang evolusi meliputi argumen terhadap
bukti-bukti evolusi, metodologi evolusi, kemasukakalan evolusi, moralitas
evolusi, dan penerimaan biologi evolusi di kalangan ilmuwan. Walaupun
begitu, para ilmuwan dan komunitas ilmiah menolak keberatan-keberatan
yang diajukan tersebut sebagai sesuatu yang tidak memiliki kesahihan, oleh
karena argumen tersebut didasarkan pada kesalahpahaman pada konsep teori
ilmiah dan penafsiran yang salah pada hukum-hukum fisika dasar
Pada umumnya mereka yang memelopori ilmu pengetahuan modern
mempercayai keberadaan-Nya. Seraya mempelajari ilmu pengetahuan, mereka
berusaha menyingkap rahasia jagat raya yang telah diciptakan Tuhan dan
mengungkap hukum-hukum dan detail-detail dalam ciptaan-Nya. Ahli
Astronomi seperti Leonardo da Vinci, Copernicus, Keppler dan Galileo; bapak
paleontologi, Cuvier; perintis botani dan zoologi, Linnaeus; dan Isaac Newton,
yang dijuluki sebagai "ilmuwan terbesar yang pernah ada", semua
mempelajari ilmu pengetahuan dengan tidak hanya meyakini keberadaan

2
Tuhan, tetapi juga bahwa keseluruhan alam semesta adalah hasil ciptaan-Nya
1 Albert Einstein, yang dianggap sebagai orang paling jenius di zaman kita,
adalah seorang ilmuwan yang mempercayai Tuhan dan menyatakan, "Saya
tidak bisa membayangkan ada ilmuwan sejati tanpa keimanan mendalam
seperti itu. Ibaratnya: ilmu pengetahuan tanpa agama akan pincang.

Salah seorang pendiri fisika modern, dokter asal Jerman, Max Planck
mengatakan bahwa setiap orang, yang mempelajari ilmu pengetahuan dengan
sungguh-sungguh, akan membaca pada gerbang istana ilmu pengetahuan
sebuah kata: "Berimanlah". Keimanan adalah atribut penting seorang
ilmuwan.

Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan


dengan kebangkitan filsafat-filsafat materialistis kuno dan kemudian
menyebar luas di abad ke-19. Seperti telah disebutkan sebelumnya, paham
materialisme berusaha menjelaskan alam semata melalui faktor-faktor materi.
Karena menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu,
hidup ataupun tak hidup, muncul tidak melalui penciptaan tetapi dari sebuah
peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. Akan tetapi,
akal manusia sedemikian terstruktur sehingga mampu memahami keberadaan
sebuah kehendak yang mengatur di mana pun ia menemukan keteraturan.
Filsafat materialistis, yang bertentangan dengan karakteristik paling mendasar
akal manusia ini, memunculkan "teori evolusi" di pertengahan abad ke-19.
Orang yang mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan
dewasa ini, adalah seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert
Darwin.

Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia


hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat
tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran
dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle, yang berangkat dari Inggris
tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun.

3
Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup, terutama
jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa
variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka
terhadap habitat. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul
kehidupan dan spesies berdasar pada konsep "adaptasi terhadap lingkungan".
Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara
terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek mo-yang yang sama dan
menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.

Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apa pun;
tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan
dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya
menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka
dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi
berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi
dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda
dengan nenek moyangnya. (Asal usul "sifat-sifat yang menguntungkan" ini
belum diketahui pada waktu itu.) Menurut Darwin, manusia adalah hasil
paling maju dari mekanisme ini.
Kesalahan terbesar dari mereka yang meyakini bahwa teori evolusi tidak
bertentangan dengan fakta penciptaan adalah anggapan bahwa teori evolusi
adalah sekedar pernyataan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada melalui
proses evolusi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Oleh karenanya, mereka
mengatakan: "Bukankah tidak ada salahnya jika Allah menciptakan semua
makhluk hidup melalui proses evolusi dari bentuk yang satu ke bentuk yang
lain; apa salahnya menolak hal ini?" Akan tetapi, sebenarnya terdapat hal yang
sangat mendasar yang telah diabaikan: perbedaan mendasar antara para
pendukung evolusi (=evolusionis) dan pendukung penciptaan (=kreasionis)
bukanlah terletak pada pertanyaan apakah "makhluk hidup muncul masing-
masing secara terpisah atau melalui proses evolusi dari bentuk satu ke bentuk
yang lain. Pertanyaan yang pokok adalah "apakah makhluk hidup muncul

4
menjadi ada dengan sendirinya secara kebetulan akibat rentetan peristiwa
alam, atau apakah makhluk hidup tersebut diciptakan secara sengaja?"
Teori evolusi, sebagaimana yang diketahui, mengklaim bahwa senyawa-
senyawa kimia inorganik dengan sendirinya datang bersama-sama pada suatu
tempat dan waktu secara kebetulan dan sebagai akibat dari fenomena alam
yang terjadi secara acak. Mula-mula senyawa-senyawa ini membentuk
molekul pembentuk kehidupan, seterusnya terjadi rentetan peristiwa yang
pada akhirnya membentuk kehidupan. Oleh sebab itu, pada intinya anggapan
ini menerima waktu, materi tak hidup dan unsur kebetulan sebagai kekuatan
yang memiliki daya cipta. Orang biasa yang sempat membaca dan mengerti
literatur teori evolusi, paham bahwa inilah yang menjadi dasar klaim kaum
evolusionis. Tidak mengherankan jika Pierre Paul Grassé, seorang ilmuwan
evolusionis, mengakui evolusi sebagai teori yang tidak masuk akal. Dia
mengatakan apa arti dari konsep "kebetulan" bagi para evolusionis:
…'[Konsep] kebetulan' seolah telah menjadi sumber keyakinan [yang sangat
dipercayai] di bawah kedok ateisme. Konsep yang tidak diberi nama ini secara
diam-diam telah disembah.
Akan tetapi pernyataan bahwa kehidupan adalah produk samping yang terjadi
secara kebetulan dari senyawa yang terbentuk melalui proses yang melibatkan
waktu, materi dan peristiwa kebetulan, adalah pernyataan yang tidak masuk
akal dan tidak dapat diterima oleh mereka yang beriman akan adanya Allah
sebagai satu-satunya Pencipta seluruh makhluk hidup. Kaum mukmin sudah
sepatutnya merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan masyarakat dari
kepercayaan yang salah dan menyesatkan ini; serta mengingatkan akan
bahayanya.
Fakta lain yang patut mendapat perhatian khusus dalam hal ini adalah bahwa
berbagai penemuan ilmiah ternyata malah sama sekali bertentangan dengan
klaim-klaim kaum evolusionis yang mengatakan bahwa "kehidupan muncul
sebagai akibat dari serentetan peristiwa kebetulan dan fenomena alamiah." Ini
dikarenakan dalam kehidupan terdapat banyak sekali contoh adanya
rancangan (design) yang disengaja dengan bentuk yang sangat rumit dan telah

5
sempurna. Bahkan sel pembentuk suatu makhluk hidup memiliki rancangan
yang sangat menakjubkan yang dengan telak mematahkan konsep "kebetulan."
Perancangan dan perencanaan yang luar biasa dalam kehidupan ini sudah pasti
merupakan tanda-tanda penciptaan Allah yang khas dan tak tertandingi, serta
ilmu dan kekuasaan-Nya yang Tak Terhingga.
Usaha para evolusionis untuk menjelaskan asal-usul kehidupan dengan
menggunakan konsep kebetulan telah dibantah oleh ilmu pengetahuan abad
20. Bahkan kini, di abad 21, mereka telah mengalami kekalahan telak.
(Silahkan baca buku Blunders of Evolutionists, karya Harun Yahya, terbitan
Vural Publishing). Jadi, alasan mengapa mereka tetap saja menolak adanya
penciptaan oleh Allah kendatipun telah melihat fakta ini adalah adanya
keyakinan buta terhadap atheism

Allah tidak menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi


Oleh karena fakta yang menunjukkan adanya penciptaan atau rancangan yang
disengaja pada kehidupan adalah nyata, satu-satunya pertanyaan yang masih
tersisa adalah "melalui proses yang bagaimanakah makhluk hidup
diciptakan." Di sinilah letak kesalahpamahaman yang terjadi di kalangan
sejumlah kaum mukmin. Logika keliru yang mengatakan bahwa "Makhluk
hidup mungkin saja diciptakan melalui proses evolusi dari satu bentuk ke
bentuk lain" sebenarnya masih berkaitan dengan bagaimana proses terjadinya
penciptaan makhluk hidup berlangsung.
Sungguh, jika Allah menghendaki, Dia bisa saja menciptakan makhluk hidup
melalui proses evolusi yang berawal dari sebuah ketiadaan sebagaimana
pernyataan di atas. Dan oleh karena ilmu pengetahuan telah membuktikan
bahwa makhluk hidup berevolusi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, kita
bisa mengatakan bahwa, "Allah menciptakan kehidupan melalui proses
evolusi." Misalnya, jika terdapat bukti bahwa reptil berevolusi menjadi
burung, maka dapat kita katakan,"Allah merubah reptil menjadi burung
dengan perintah-Nya "Kun (Jadilah)!". Sehingga pada akhirnya kedua
makhluk hidup ini masing-masing memililiki tubuh yang dipenuhi oleh

6
contoh-contoh rancangan yang sempurna yang tidak dapat dijelaskan dengan
konsep kebetulan. Perubahan rancangan ini dari satu bentuk ke bentuk yang
lain - jika hal ini memang benar-benar terjadi - akan sudah barang tentu bukti
lain yang menunjukkan penciptaan.
Akan tetapi, yang terjadi ternyata bukan yang demikian. Bukti-bukti ilmiah
(terutama catatan fosil dan anatomi perbandingan) justru menunjukkan hal
yang sebaliknya: tidak dijumpai satu pun bukti di bumi yang menunjukkan
proses evolusi pernah terjadi. Catatan fosil dengan jelas menunjukkan bahwa
spesies makhluk hidup yang berbeda tidak muncul di muka bumi dengan cara
saling berevolusi dari satu spesies ke spesies yang lain. Tidak ada perubahan
bentuk sedikit demi sedikit dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup
yang lain dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya, spesies makhluk hidup
yang berbeda satu sama lain muncul secara serentak dan tiba-tiba dalam
bentuknya yang telah sempurna tanpa didahului oleh nenek moyang yang
mirip dengan bentuk-bentuk mereka. Burung bukanlah hasil evolusi dari
reptil, dan ikan tidak berevolusi menjadi hewan darat. Tiap-tiap filum
makhluk hidup diciptakan masing-masing secara terpisah dengan ciri-cirinya
yang khas. Bahkan para evolusionis yang paling terkemuka sekalipun telah
terpaksa menerima kenyataan tersebut dan mengakui bahwa hal ini
membuktikan adanya fakta penciptaan. Misalnya, seorang ahli palaentologi
yang juga seorang evolusionis, Mark Czarnecki mengaku sebagaimana
berikut:
Masalah utama yang menjadi kendala dalam pembuktian teori evolusi adalah
catatan fosil; yakni sisa-sisa peninggalan spesies punah yang terawetkan
dalam lapisan-lapisan geologis Bumi. Catatan [fosil] ini belum pernah
menunjukkan bukti-bukti adanya bentuk-bentuk transisi antara yang
diramalkan Darwin - sebaliknya spesies [makhluk hidup] muncul dan punah
secara tiba-tiba, dan keanehan ini telah memperkuat argumentasi kreasionis
[=mereka yang mendukung penciptaan] yang mengatakan bahwa tiap spesies
diciptakan oleh Tuhan.
Khususnya selama lima puluh tahun terakhir, perkembangan di berbagai
bidang ilmu pengetahuan seperti palaentologi, mikrobiologi, genetika dan

7
anatomi perbandingan, dan berbagai penemuan menunjukkan bahwa teori
evolusi tidak lah benar. Sebaliknya makhluk hidup muncul di muka bumi
secara tiba-tiba dalam bentuknya yang telah beraneka ragam dan sempurna.
Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Allah
menggunakan proses evolusi dalam penciptaan. Allah telah menciptakan
setiap makhluk hidup masing-masing secara khusus dan terpisah, dan pada
saat yang sama, dengan perintah-Nya "Kun (Jadilah)!" Dan ini adalah sebuah
fakta yang nyata dan pasti.

B. Evolusi dalam pandangan Ilmu pengetahuan & Sosial


Banyak keberatan terhadap teori evolusi akhir-akhir ini berfokus pada argumen-
argumen yang berusaha untuk mendiskreditkan ataupun membantah penerimaan
evolusi secara ilmiah dengan tujuan menganjurkan ciptaanisme sebagai teori yang
setara dengan, atau bahkan lebih baik dari, evolusi dalam menjelaskan
keanekaragaman hayati. Sebagai contohnya, para kreasionis sering beragumen bahwa
evolusi tidak pernah dibuktikan, tidak faktual, ataupun penuh kontroversi.

Evolusi hanyalah teori dan bukannya fakta


Para pengkritik evolusi seringkali menekankan bahwa evolusi "hanyalah
sebuah teori", dengan tujuan menyiratkan bahwa evolusi itu sendiri belum
terbukti, ataupun evolusi itu adalah opini dan bukan fakta ataupun bukti. Hal
ini mencerminkan kesalahpahaman pada pengertian teori dalam konteks
ilmiah: manakala pada percakapan sehari-hari teori adalah konjektur dan
spekulasi, pada ilmu pengetahuan, teori adalah penjelasan ataupun model yang
dapat membuat prediksi yang dapat diuji. Ketika evolusi dirujuk sebagai teori,
ia merujuk pada penjelasan terhadap keanekaragaman spesies dan leluhur-
leluhurnya. Contoh evolusi sebagai teori adalah sintesis modern seleksi alam
Darwin dan pewarisan Mendel. Sebagaimana dengan teori ilmiah, sintesis
modern terus-menerus diperdebatkan, diuji, dan diperbaiki oleh para ilmuwan.
Terdapat konsensus yang sangat besar di kalangan ilmuwan bahwa sintesis

8
evolusi modern merupakan satu-satunya model kuat yang dapat menjelaskan
fakta-fakta mengenai evolusi.
Pada kritikus juga menyatakan bahwa evolusi bukanlah fakta. Dalam ilmu
pengetahuan, sebuah fakta adalah pemantauan empiris yang telah diverifikasi;
dalam konteks percakapan sehari-hari, fakta dapat merujuk pada apapun yang
memiliki bukti yang sangat banyak. Sebagai contoh, dalam penggunaan
sehari-hari, teori seperti "Bumi mengelilingi Matahari" dan "benda jatuh oleh
karena gravitasi" dapat dirujuk sebagai "fakta", walaupun mereka sebenarnya
hanyalah murni teoritis. Dari sudut pandang ilmiah, evolusi dapat disebut
sebagai "fakta" sama seperti gravitasi adalah fakta sesuai dengan definisi
ilmiah evolusi bahwa evolusi adalah proses perubahan genetika yang terpantau
terjadi di suatu populasi dari waktu ke waktu. Menurut definisi sehari-hari
pun, teori evolusi dapat juga disebut sebagai fakta, jika kita merujuk pada
status teori evolusi sebagai teori yang sudah berkembang dengan baik.
Sehingga, evolusi secara luas dianggap sebagai baik teori dan fakta oleh para
ilmuwan.
Kerancuan yang sama juga terjadi pada keberatan bahwa evolusi "belum
terbukti" pembuktian secara cermat hanyalah dimungkinkan dalam bidang
matematika dan logika, dan tidak dimungkinkan dalam ilmu pengetahuan (di
mana istilah yang tepat adalah "memvalidasi"). Dalam hal ini, adalah benar
bahwa evolusi hanyalah disebut sebagai "teori" dan bukanlah "teorema".
Kerancuan dapat terjadi apabila pengertian sehari-hari terhadap kata
pembuktian (proof) disamaartikan dengan "bukti" (evidence). Perbedaan ini
merupakan salah satu bagian penting dalam filosofi sains, karena ia
berhubungan dengan ketiadaan kepastian absolut pada semua klaim empiris,
dan bukan hanya pada evolusi.

Para ilmuwan dan pengadilan Amerika Serikat telah menolak keberatan ini
atas dasar bahwa ilmu pengetahuan tidak didasarkan pada popularitas
(Argumentum ad populum), namun berdasarkan bukti. Konsensus ilmiah para
biologiwanlah yang menentukan hal-hal apa saja yang dapat diterima secara
ilmiah, dan bukanlah permasalahan opini. Walaupun evolusi adalah benar

9
kontroversial di masyarakat, namun ia sepenuhnya tidak kontroversial di
kalangan ilmuwan dan orang yang ahli di bidang tersebut.
Sebagai respon, para kreasionis kemudian memperselisihkan tingkat dukungan
evolusi di kalangan ilmuwan. Discovery Institute telah mengumpulkan sekitar
600 ilmuwan sejak tahun 2001 untuk menandatangani petisi "A Scientific
Dissent From Darwinism" (Ketidaksepakatan ilmiah dari Darwinisme) untuk
menunjukkan bahwa terdapat sejumlah ilmuwan yang meragukan apa yang
mereka rujuk sebagai "evolusi Darwin". Pernyataan petisi ini tidak secara jelas
menyatakan ketidakpercayaan pada evolusi, melainkan skeptisisme
kemampuan "mutasi acak dan seleksi alam untuk bertanggung jawab terhadap
kompleksitas kehidupan." Beberapa petisi tandingan telah dilancarkan sebagai
balasannya, di antaranya petisi yang dibuat oleh gerakan "A Scientific Support
for Darwinism" (Dukungan ilmiah untuk Darwinisme) yang berhasil
mengumpulkan 7.000 petisi dalam empat hari.
Selama satu abad, para kreasionis terus beragumen bahwa evolusi merupakan
"teori dalam krisis" yang dalam waktu dekat akan runtuh. Hal ini didasarkan
pada beragam keberatan terhadap evolusi, termasuk pula ketidaksahihan bukti
evolusi ataupun evolusi melanggar hukum alam. Keberatan-keberatan seperti
ini telah lama ditolak oleh banyak ilmuwan, termasuk pula klaim bahwa teori
perancangan cerdas dan penjelasan-penjelasan ciptaanisme lainnya memenuhi
standar dasar ilmiah yang diperlukan untuk menjadi teori ilmiah "alternatif"
terhadap evolusi. Selain itu, bahkan jika terdapat bukti-bukti yang membantah
evolusi, adalah salah untuk menganggap bahwa ia merupakan bukti yang
mendukung perancangan cerdas.
Bukti evolusi yang lalu telah dibantah
Penggambaran embrio Haeckel
merupakan contoh bukti evolusi
abad ke-19 yang telah diruntuhkan
oleh ilmuwan evolusioner sendiri,
namun para pengkritik evolusi
sering menggunakannya untuk

10
mengklaim bahwa evolusi versi modern sama saja tidak benar dan merupakan
pembohongan.
Keberatan terkait yang sering diajukan adalah bahwa evolusi didasarkan pada
bukti-bukti yang tidak dapat dipercayai. Keberatan ini mengklaim bahwa
evolusi tidaklah dibuktikan dengan benar. Biasanya argumennya adalah bukti
evolusi penuh kebohongan dan rekayasa, dan bukti-bukti evolusi sekarang
kemungkinan besar juga akan dibantahkan karena bukti yang lalu juga telah
dibantahkan. Argumen lainnya adalah bahwa jenis bukti evolusi tertentu
tidaklah konsisten dan rancu. Oleh karena itu, argumen yang
mempertentangkan keabsahan evolusi sering didasarkan pada analisa sejarah
pemikiran evolusi ataupun sejarah ilmu pengetahuan secara umum. Para
kreasionis menujuk bahwa di masa lalu, revolusi ilmiah telah meruntuhkan
teori yang pada saat itu dianggap hampir pasti. Sehingga mereka mengklaim
bahwa teori evolusi modern sangat mungkin menjalani revolusi seperti itu di
masa depan dengan dasar bahwa evolusi adalah "teori dalam krisis”
Para pengkritik evolusi umumnya menunjukkan bukti-bukti palsu ilmiah
seperti manusia Piltdown dan berargumen bahwa karena para ilmuwan telah
tertipu di masa lalu mengenai bukti evolusi, beberapa ataupun semua bukti
evolusi masa kini juga kemungkinan besar didasarkan para penipuan ataupun
ketidakbenaran. Banyak bukti evolusi yang telah dituduh sebagai tipuan,
meliputi Archaeopteryx, melanisme ngengat biston betularia, dan burung
Finch Darwin. Klaim-klaim kebohongan bukti ini telah dibantah oleh para
ilmuwan.
Selain itu, diklaim pula bahwa bukti-bukti tertentu evolusi yang sekarang ini
dianggap tidak benar dan ketinggalan zaman, seperti gambar embrio abad ke-
19 Ernst Haeckel, bukan hanya semata kesalahan melainkan juga usaha
penipuan. Jonathan Wells mengkritik buku pelajaran biologi atas pemuatan
gambar ini walaupun telah dibantah. Sebagai respon, National Center for
Science Education menyatakan bahwa tiada satupun buku pelajaran yang
ditinjau oleh Wells membuat klaim bahwa gambar Haeckel adalah benar,
melainkan gambar tersebut ditampilkan dalam konteks sejarah untuk
mendiskusikan kesalahan gambar tersebut.

11
Bukti evolusi tidak dapat dipercayai dan tidak konsisten
Para kreasionis mengklaim bahwa evolusi bergantung pada jenis-jenis bukti
evolusi tertentu yang tidak memberikan informasi yang dapat dipercayai
mengenai masa lalu. Sebagai contohnya, mereka berargumen bahwa
penanggalan radiometrik yang digunakan untuk mengukur usia materi tertentu
didasarkan pada peluruhan radioaktif isotop tertentu yang tidak konsisten,
sehingga hasilnya tidak dapat dipercayai. Mereka berargumen bahwa
peluruhan radiometrik bergantung pada sejumlah asumsi yang tidak dapat
dipastikan, seperti asumsi prinsip uniformitarianisme, asumsi laju peluruhan
konsisten, ataupun asumsi bebatuan sebagai sistem tertutup. Argumen seperti
ini telah ditolak oleh para ilmuwan karena berbagai metode independen telah
mengkonfirmasi kebenaran penanggalan radiometrik secara keseluruhan.
Selain itu, metode dan teknik penanggalan radiometrik yang berbeda-beda
juga secara independen telah saling mengkonfirmasikan satu sama lainnya.
Bentuk keberatan lainnya adalah bahwa bukti fosil tidak dapat dipercayai. Hal
ini didasarkan pada berbagai macam klaim, meliputi bahwa terdapat banyak
"celah" pada catatan fosil, bahwa penanggalan fosil bersifat sirkuler, ataupun
bahwa fosil tertentu seperti fosil polistrata tampaknya "tidak pada tempatnya"
Diargumenkan pula bahwa beberapa bukti evolusi sebenarnya mendukung
katastrofisme ciptaanisme (misalnya kejadian Banjir Besar), daripada model
"kesetimbangan bersela" evolusi yang gradualistik.

Keberatan terhadap kemasukakalan evolusi


Beberapa keberatan yang paling umum dan telah lama diajukan adalah
mempertentangkan apakah evolusi benar-benar dapat menjelaskan semua
kompleksitas dan keberaturan yang terlihat pada alam. Diargumenkan bahwa
evolusi sangatlah tidak mungkin menjelaskan berbagai aspek kehidupan,
sehingga haruslah ada seorang perancang cerdas, yaitu Tuhan, yang paling
cocok untuk menjelaskannya.
Kehidupan sangat tidak mungkin muncul secara kebetulan

12
Karena teori evolusi sering kali dipersepsikan sebagai gagasan bahwa hidup
muncul "secara kebetulan", argumen yang dicetuskan oleh William Paley
merupakan argumen yang populer dalam menentang teori evolusi.
Keberatan terhadap evolusi yang sangat sering diajukan adalah bahwa
kehidupan sangatlah tidak mungkin muncul "secara kebetulan" mengingat
kompleksitas dan keteraturan yang ada di alam. Diargumenkan bahwa
kemungkinan kehidupan muncul tanpa seorang perancang cerdas yang
mengaturnya sangatlah kecil, sedemikiannya tidaklah masuk akal untuk tidak
menyimpulkan bahwa adalah soerang perancang yang merancang dunia ini,
utamanya keanekaragaman hayati. Bentuk argumen yang lebih ekstrem adalah
evolusi tidak dapat menciptakan struktur kompleks. Gagasan
ketidakmasukakalan ini sering diekspresikan dengan kutipan "probabilitas
kehidupan berasal bumi tidaklah lebih besar daripada kemungkinan sebuah
angin topan yang menyerbu lahan pembuangan kendaraan akan berhasil
merakit sebuah pesawat Boeing 747" (klaim yang dikenal sebagai kesesatan
Hoyle).
Bentuk keberatan ini adalah argumen berdasarkan analogi. Gagasan dasar
argumen ini adalah bahwa keberadaan Tuhan didasarkan pada keteraturan
alam semesta. Seorang fisluf abad ke-18, William Paley, mengemukakan
analogi tukang jam yang berargumen bahwa fenomena-fenomena alam
tertentu beranalogi dengan sebuah jam yang teratur, kompleks, dan memiliki
kegunaan. Hal ini berarti bahwa sama seperti jam yang memiliki perancang,
alam semesta haruslah juga memiliki perancang. Argumen ini adalah inti teori
perancangan cerdas, yang bertujuan memasukkan argumen-argumen

13
perancangan sebagai bagian dari ilmu pengetahuan yang sah, daripada sebagai
bagian dari ilmu filsafat dan teologi, sehingga ia dapat diajarkan bersamaan
dengan evolusi.
Keberatan ini pada dasarnya merupakan bentuk argumentum ad ignorantiam
(argumen dari ketidaktahuan), yakni kesesatan logika (fallacy) yang
menganggap bahwa oleh karena penjelasan tertentu tampaknya berlawanan
dengan intuisi, maka penjelasan alternatif lainnya yang lebih intuitif adalah
lebih benar. Para pendukung evolusi umumnya merespon bahwa evolusi
tidaklah didasarkan pada "kebetulan" belaka, namun didasarkan pada interaksi
kimiawi yang dapat diprediksi. Interaksi ini merupakan proses alami yang
tidak memerlukan "perancang". Walaupun proses ini mempunyai beberapa
unsur keacakan, adalah seleksi tak acak yang mendorong evolusi sejalan
dengan keteraturan. Fakta bahwa akibat proses ini teratur dan tampaknya
"dirancang" bukanlah bukti keberadaan perancang supernatural sama halnya
bentuk butiran kristal salju yang teratur bukanlah hasil perancangan melainkan
merupakan akibat dari proses alami.

Kristal salju yang berbentuk teratur dan tampaknya "dirancang" tidaklah lebih
dari akibat interaksi molekul air
Perlu dicatat pula bahwa argumen yang menentang pernyataan kehidupan
muncul "secara kebetulan" bukanlah keberatan yang ditujukan kepada evolusi,
melainkan abiogenesis. Sebenarnya pula, banyak argumen yang menentang
"evolusi" didasarkan pada miskonsepsi bahwa abiogenesis merupakan
komponen dari evolusi. Sama halnya, keberatan ini juga kadang-kadang
dihubung-hubungkan dengan Big Bang.
Seorang apologet kristen dan filsuf Alvin Plantinga yang mendukung teori
perancangan cerdas memformulasikan ulang argumen ketidakmungkinan ini
sebagai argumen evolusioner melawan naturalisme, yang menyatakan bahwa
adalah tidak rasional untuk menolak keberadaan perancang cerdas dan
supernatural karena kemungkinan kemampuan tertentu terbentuk sangatlah
rendah. Utamanya, Palntinga mengklaim bahwa evolusi tidak dapat
menjelaskan munculnya kemampuan berpikir yang dapat dipercayai. Plantinga

14
berargumen bahwa manakala Tuhan diharapkan akan menciptakan makhluk
yang memiliki kemampuan berpikir yang dapat dipercayai, evolusi hanyalah
akan menciptakan kemampuan berpikir yang tidak dapat dipercayai. Hal ini
berarti bahwa apabila evolusi itu benar, maka adalah tidak rasional untuk
mempercayai pemikiran apa saja yang seseorang bergantung pada untuk
menyimpulkan bahwa pemikiran tersebut benar.[74] Sama seperti argumen
ketermungkinan perancangan lainnya, argumen epistemologis ini telah lama
dikritik. Diargumenkan bahwa apabila rasionalitas berguna bagi
keberlangsungan hidup, maka ia akan lebih berkemungkinan diseleksi masuk
daripada irasionalitas, membuat perkembangan alami kemampuan pemikiran
kognitif yang dapat dipercaya lebih berkemungkinan muncul.

Referensi :
www.harunyahya.com
http://ustaz.blogspot.com/2005/08/teori-evolusi-menurut-islam.html
(Mark Czarnecki, "The Revival of the Creationist Crusade", MacLean's, 19
Januari 1981, hal. 56)
Scott, EC (2004). Evolution vs. Creationism: An Introduction. University of California
Press. ISBN 0520246500.
http://id.wikipedia.org/wiki/Keberatan_terhadap_evolusi
(Pierre Paul Grassé, Evolution of Living Organisms, New York, Academic Press,
1977, p.107)
Pustaka Pengetahuan Al-Qur’an Jilid 6 “ Tentang Ilmu Pengetahuan “

15

Anda mungkin juga menyukai