Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mikrobiologi Bahan Makanan

Nama : Caroline Dwi Septianti


NIM : 14/368275/BI/9342

Metode kimiawi identifikasi bakteri diantaranya yaitu

1. Fluorogenik dan kromogenik substrat


Fluorogenik substrat adalah salah satu metode uji cepat (rapid test) dalam
mengidentifikasi mikrobia bahan pangan. Prinsip dasar metode ini yaitu mendeteksi
enzim-enzim spesifik yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri yang ada dalam kelompok
koli maupun yang hanya dihasilkan oleh E. coli. Enzim spesifik dari bakteri ini akan
menghidrolisa substrat dan melepaskan aglikon yang bersifat khromogen (berwarna)
atau fluorogen (berfluorosensi). Dengan metode ini proses identifikasi dan
kuantifikasi mikroba dapat dilakukan secara cepat dan akurat pada media primair.
Kombinasi substrat khromogenik-fluorogenik dapat mengeliminasi kebutuhan sub
kultur dan rangkaian uji biokimia. Enzim spesifik yang dapat dideteksi dengan
substrat khromogenik-fluorogenik contohnya : -D Galactosidase pada kelompok
bakteri koli, -D-Glucuronidase pada bakteri E. coli, aminopeptidase pada familia
Enterobacteriaceae dan 4-methylumbelliferyl-N-acetyl--galactosaminide pada
Candida (Abelson et al, 1997). Enzim yang diproduksi mikrobia akan mendegradasi
misalnya karbohidrat, lipid, kasein dan hasil metabolit dapat dilihat secara visual
dengan adanya tambahan indikator.
Umumnya substrat khromogenik merupakan turunan fenol, dan substrat
fluorogenik merupakan turunan coumarin terdiri dari:
1. Pewarna fluorogenik, yang akan meningkatkan fluorosensi akibat adsorbansi
pewarna fluoroscent pada DNA atau protein sel bakteri. Contoh: -aniline-1-
naphthalene-sul-phonic acid (ANS) dan Acridine-orange.
2. Indikator pH-fluoroscent, yang merubah intensitas fluorosensi atau absorbansi
indikator pH akibat adanya aktivitas ensimatik. Contoh : acridine dan 7-
Hydroxycoumarin.
3. Enzim-substrat kompleks. Ensim bakteri akan menghidrolisa substrat dan
melepaskan yang dideteksi dari terbentuknya warna atau fluorosensi. Contoh: o- atau
p-Nitrophe- nol; 5-bromo-4-chloro-3-indolyl- ; 4-Methylumbelliferone- (Harmita,
2006).

2. Pengukuran adenin triposphat (ATP)


Terdapat empat macam cara umum untuk memperkirakan besar populasi
mikroorganisme, yaitu perhitungan langsung, pengukuran langsung, perhitungan tidak
langsung, dan perkiraan tidak langsung. Salah satunya dengan perkiraan tidak
langsung (indirect estimate) yang digunakan untuk mengukur biomassa
mikroorganisme. Biomassa mikroorganisme diperkirakan dengan cara mengukur
komponen biokimia sel mikroorganisme yang relatif konstan, seperti protein,
adenosin trifosfat (ATP), lipopolisakarida (LPS), murein, dan klorofil. Biomassa juga
dapat diperkirakan secara tidak langsung dengan mengukur kekeruhan. Perkiraan
tidak langsung biomassa mikroorganisme dapat dikorelasikan dengan jumlah sel
dengan membandingkannya pada kurva standar (Harmita 2006).
Dengan asumsi bahwa setiap sel mengandung ATP yang nantinya akan hilang
seiring dengan kematian sel. sehingga dasar ini dapat dijadikan parameter untuk
pengukuran kuantitas sel. adanya reaksi antara ATP dengan luciferin dikatalisasi oleh
enzim luciferase adalah prinsip metode bioluminescence. Satu foton cahaya
diproduksi per molekul ATP yang dihidrolisis, proses ini dapat diukur dengan
menggunakan fotometer (Hobson et al., 1996). Cahaya yang dipancarkan adalah
sebanding dengan jumlah ATP yang tersedia. Dengan mengetahui konsentrasi ATP
dalam sampel, maka mikrobia yang ada dapat diestimasi. Dalam beberapa kasus
terdapat variasi nukleotida adenin seperti ATP, ADP, dan AMP maka nilai ATP yang
dihitung adalah konsentrasi totalnya. Secara umum tes berbasis luminescence untuk
mendeteksi bakteri yang ini lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional.
Karena metode ini menggunakan gen reporter sehingga memungkinkan selektif
pencacahan sel yang valid.
Metode bioteknologi mutakhir ini menggabungkan prinsip filtrasi membran
dan tidak lepas dari peran Milliflex detection tower. Deteksi mikroorganisme oleh
adanya ATP-bioluminescence lalu pendaran cahaya yang dihasilkan akan ditangkap
oleh kamera CCD (Charged Coupled Device). Mekanisme proses emisi cahaya dari
organisme (bioluminescence) merupakan konversi energi kimia menjadi energi
cahaya. ATP merupakan faktor pembatas sekaligus faktor kunci reaksi
bioluminescence ini yang mana transformasi energi melibatkan perombakan serta
sintesis ATP (Hobson et al., 1996).

Referensi :

Abelson, J., Simon, M., Brand, L., and Johnson, M. 1997. Fluorescence Spectroscopy.
Methods in Enzymology, Vol. 278. Brand, L., and Johnson, M. L., Eds. Academic
Press.
Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Hayat. Jakarta: Kedokteran EGC. Ed. ke-3.
Hobson, N. S., Tothill, I., and Turner, A. P. F. 1996. Microbial detection. Review article.
Biosens. Bioelectr. 11(5): 455-477.

Anda mungkin juga menyukai